Hiperlipidemia
Disusun Oleh:
Kelompok 4 (Kelas A)
Alifa Aprilia Listiyani
1406524852
1406525073
Egi Gustiani
1406525161
Evita Irmayanti
1406525211
Hafifah Frawita
1406525281
Milatur Rodiyah
1406525470
1406525703
Sarah Karima
1406525855
1406526012
ParamitaNur Huda
1406598863
DEPOK
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehinggaHiperlipidemiamakalahini dapat diselesaikan dengan
baik. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Farmakoterapi I, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia. Makalah ini membahas tentang key concept lipid yang
mencakup
metabolisme
dan
transportasi
lipid
serta
tentang
penyakit
hiperlipidemia.
Demi
menyempurnakan
makalah
ini,
penulis
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
penulisan makalah ini. Penulis berharap Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Depok, November 2014
Penulis
ii
D
A
F
T
A
R
I
S
I
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
i
ii
iii
iv
iv
1
1
2
2
2
2
4
5
8
i
d
a
n
M
e
t
a
b
o
li
s
m
e
L
i
p
o
p
r
o
t
e
i
n
2.2..........................................................................
.........................
.........................
.........................2.2.1
Definisi
.........................
.........................
.........................2.2.2
Etiologi
.........................
.........................
....................2.2.3
Klasifikasi
.........................
.........................
.................2.2.4
Patofisiologi
.........................
.........................
Manifestasi
........2.2.5
Klinis
.........................
.........................
.....................2.2.6
Diagnosis
Hiperlipidemia
16
16
16
18
25
26
33
40
42
44
LAMPIRAN ..................................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR
10
12
14
30
31
30
32
DAFTAR TABEL
17
19
Tabel 2.4 Contoh Penyakit dan Efek Samping dari Obat yang
Menyebabkan Hipertensi Sekunder 24
Tabel 2.5 Penyakit dan Obat yang Menyebabkan Hipertensi Sekunder
24
27
36
i
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lemak (disebut juga lipid) merupakan zat kaya kalori yang berfungsi
sebagai sumber utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak diperoleh dari
makanan atau dibentuk di dalam tubuh, terutama di hati dan disimpan di dalam
sel-sel lemak untuk digunakan di kemudian hari. Sel-sel lemak juga melindungi
tubuh dari dingin dan membantu melindungi tubuh terhadap cedera. Lemak
merupakan komponen penting dari selaput sel, selubung saraf yang membungkus
sel-sel saraf serta empedu (Suyatna, 2007). Dua lemak utama dalam darah adalah
kolesterol dan trigliserida. Lemak tidak larut dalam cairan plasma sehingga harus
terikat pada protein tertentu agar dapat mengikuti aliran darah. Gabungan antara
lemak dan protein ini disebut lipoprotein.
Kurang bergerak, pola makan tinggi kalori, kaya lemak dan karbohidrat,
menyebabkan penumpukan kelebihan energi dari glukosa, lemak dan protein yang
tidak terpakai. Penimbunan lemak ini dapat menyebabkan pembesaran jaringan
adiposa yang membuat seseorang menjadi gemuk terutama pada bagian perut
yang lambat laun nampak membuncit. Kondisi ketika kadar lemak di dalam darah
meningkat di atas batas normal dinamakan hiperlipidemia atau yang sering disebut
sebagai dislipidemia. Pada pasien hiperlipidemia, total kolesterol menjadi tinggi,
LDL (Low Density Lipoprotein) atau trigliserida tinggi, HDL (High Density
Lipoprotein) rendah, atau kombinasi kelainan lain. (Wells et al., 2009). Makalah
ini membahas tentang key concept lipid yang mencakup metabolisme dan
transportasi lipid serta tentang penyakit hiperlipidemia yang mencakup definisi,
etiologi, klasifikasi, patologi, manifestasi klinis, hingga diagnosis penyakit.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana key concept lipid (struktur, bagian, metabolisme, dan
transportasinya)?
2. Bagaimana definisi dan etilogi penyakit hiperlipidemia?
1
2.2.3 Klasifikasi
2.2.4 Patofisiologi
2.2.5 Manifestasi Klinis
2.2.6 Diagnosis
Bab 3 Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB 2
ISI
2.1 Lipid
Lipid merupakan sekelompok senyawa heterogen meliputi lemak, minyak,
steroid, malam (wax), dan lain-lain. Lipid termasuk ke dalam biomolekul yang
memiliki karakteristik khusus yakni sukar larut dalam air sehingga hanya larut
dalam pelarut nonpolar seperi eter, metanol, heksan dan kloroform. Senyawa ini
merupakan konstituen makanan yang sangat penting bagi tubuh karena dapat
melarutkan vitamin A, D, E, dan K yang memiliki kelarutan yang lebih besar pada
lemak dan kandungan asam lemak esensial yang terkandung dalam lemak nabati.
Selain itu, lemak utamanya asam lemak yang disimpan pada sel yakni dalam
bentuk triasilgliserol. Asam lemak tersebut merupakan cadangan molekul energi
jangka panjang karena menyediakan energi lebih besar dibandingkan karbohidrat.
Asam lemak melepaskan sekitar 38 kJ/g dibandingkan dengan karbohidrat yakni
16 kJ/g (Boyer, 2002).
Lemak disimpan dalam jaringan adiposa sehingga berfungsi sebagai
insulator panas pada jaringan subkutan dan di sekitar organ tertentu. Lipid
nonpolar berperan sebagai insulator listrik yang memungkinkan penjalaran
gelombang depolarisasi di sepanjang syaraf bermielin. Lemak yang ada dalam
makanan berada dalam bentuk trigliserida yaitu lemak netral, yang masing-masing
terdiri dari kombinasi dari gliserol dan tiga molekul asam lemak. Selama proses
pencernaan dua molekul asam lemak dipisahkan dan meninggalkan satu molekul
gliserol atau monogliserol dan satu molekul asam lemak. Maka, produk akhir dari
pencernaan lemak adalah monogliserida dan asam lemak yang merupakan satuan
lemak yang dapat diserap (Sherwood, 2001).
Lipid diklasifikasikan menjadi lipid sederhana dan lipid kompleks (Murray,
Bender, Botham, Kenelly, Rodwell, Weil, 2009). Lipid sederhana terdiri dari ester
asam lemak dengan berbagai alkohol.
1. Lemak (fat) ester asam lemak dengan gliserol
2. Minyak (oil) adalah lemak dalam keadaan cair
4
3. Malam (wax) ester asam lemak dengan alkohol monohidrat berberat molekul
tinggi.
Adapun lipid kompleks meliputi ester asam lemak yang mengandung gugusgugus selain alkohol dan asam lemak.
1. Fosfolipid yakni lipid yang mengandung suatu residu asam fosfor selain asam
lemak dan alkohol. Lipid ini umumnya memiliki basa yang menagndung
nitrogen dan substituen lainnya, misalnya alkohol pada gliserofosfolipid adalah
gliserol dan alkohol pada sfingofosfolipid adalah sfingosin.
2. Glikolipid (glikosfingolipid) adalah lipid yang mengandung asam lemak,
sfingosin, dan karbohidrat.
3. Lipid kompleks lainnya yakni sulfolipid, aminolipid, dan lipoprotein.
2.1.1 Lipoprotein
Lemak yang diserap dari makanan yakni monogliserol dan satu molekul
asam lemak serta lipid yang disintesis oleh hati harus diangkut menuju berbagai
organ untuk diguanakan sebagai energi atau disimpan. Karena sifat lipid tersebut
tidak larut dalam air, maka pengangkutan lipid dalam plasma darah dilakukan oleh
lipoprotein. Lipoprotein merupakan kompleks molekular yang terdiri dari lipid
dan protein. Konstuten lipid pada lipoprotein meliputi lipid nonpolar (hidrofobik)
yang terdiri dari 16% triasilgliserol dan 36% ester kolesteril dengan lipid amfifatik
yang terdiri dari 30% fosfolipid dan 14% kolesterol. Selain itu juga mengandung
asam lemak rantai panjang tak ter-esterifikasi (asam lemak bebas) atau FFA
sebanyak 4%. Asam lemak bebas merupakan lipid plasma yang paling aktif dan
melekat pada albumin serum ketika dimobilisasi dari jaringan adiposa.
Berdasarkan konstituen lipid pada lipoprotein tersebut, maka struktur lipoprotein
digambarkan terdiri dari inti non polar terutama terdiri dari triasilgliserol dan ester
kolesteril yang dikelilingi oleh satu lapisan permukaan molekul kolesterol dan
fosfolipid amfifatik. Molekul tersebut berorientasi sedemikian rupa sehingga
gugus polarnya menghadap keluar yakni ke medium air. Gugus protein yang
merupakan konstituen pada lipoprotein tersebut disebut apolipoprotein atau
apoprotein. Struktur lipoprotein dapat dilihat pada Gambar 2.1.
5
Apoprotein Perifer
(mis. Apo C)
Fosfolipi
d
Koleterol bebas
Ester
Kolesteril
Triasil gliserol
Inti utama
lipid
nonpolar
Apoprotein
Integral
(mis. Apo B)
Lapisan tunggal
utamanya lipid
amfifatik
(high density lipoprotein). Tabel komposisi lipoprotein plasma dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
1. Kilomikron
Kilomikron merupakan trigliserida yang berukuran besar yang kaya akan
partikel yang mengandung apolipoprotein B-48, B-100, dan E. Kilomikron
berasal dari penyerapan triasilgliserol dan lipid lain di sel mukosa usus.
Kilomikron ditemukan di kilus yang hanya dibentuk oleh sistem limfe yang
mengaliri usus. Kilomikron berperan mengankut semua lipid dari makanan ke
dalam sirkulasi juga termasuk otot rangka dan jaringan adiposa. Kilomikron
umumnya tidak ada di dalam plasma setelah berpuasa selama 12-14 jam dan
dikatabolisme oleh LPL atau lipoprotein lipase yang diaktifkan oleh
ekstrahepatik,
sedangkan
kolesterol
diangkut
oleh
LDL dan
Struktur HDL sekitar 90% terbentuk oleh apolipoprotein yakni Apo A-I, A-II,
A-IV, C-I, C-II, C-III, D, dan E. Induk HDL terdiri dari lapis ganda fosfolipid
discoid yang mengandung apo A dan kolesterol bebas. HDL disintesis dan
diekskresikan dari hati dan usus. HDL utamanya berfungsi sebagai tempat
penyimpanan apo C dan apo E yang dibutuhkan dalam metabolisme
kilomikron dan VLDL. HDL telah terbukti secara klinis memberi efek protektif
terhadap kejadian penyakit jantung kronis.
2.1.2 Apolipoprotein (Murray, Bender, Botham, Kenelly, Rodwell,
&Weil,2009)
Pada setiap lipoprotein terdapat satu atau lebih apolipoprotein (protein atau polipeptida).
Apolipoprotein-lipoprotein)adalah utamaApoA. pada
Sedangkan apolipoprotein utama pada LDL-lipoprotein)( adalah apolipoprotein
B (B-100) yang juga dapat ditemukan pula pada VLDL. Kilomikron mengandung
bentuk apo B yang terpotong (Apo-48) yang disintesis di usus, sementara apo B100 disintesis di hati. Apo B-100 adalah salah satu rantai polipeptida tunggal yang
diketahui paling panjang dan memiliki sekitar 4536 asam amino dan massa
molekul 550.000 Da. Apo B-48 (48% B-100) dibentuk dari m-RNA yang sama
seperti B-100 setelah introduksi sebuah sinyal perhentian oleh suatu enzim
penyunting RNA. Apo C-I, C-II, dan C-III adalah polipeptida yang lebih kecil
(massa molekul 7000-9000 Da) yang bebas dipindahkan dari satu lipoprotein ke
lipoprotein lain. Apo E ditemukan di VLDL, HDL, kilomikron, dan sisa
kilomikro. Pada orang normal apo-E membentuk 5-10% apolipoprotein VLDL
total. Namun fungsi apo A-IV dan D masih belum diketahui pasti meskipun apo D
diperkirakan merupakan faktor penting dalam penyakit neurodegeneratif manusia.
Karakteristik dan fungsi berbagai apolipoprotein dapat dilihat pada Lampiran 2.
Apolipoprotein berperan dalam berbagai hal yakni:
1. Dapat membentuk sebagian struktur lipoprotein, misal apo-B
2. Kofaktor enzim, misal apo C-II untuk lipoprotein lipase, A-I untuk lesitin,
kolesterol asiltransferase, atau inhibitor enzim, misalnya apo A-II dan apo C-II
untuk lipoprotein lipase, apo C-I utnuk protein pengangkut ester kolesteril
8
Gambar 2.2. Transpor lipopretein (terdiri atas jalur eksogen dan jalur endogen)
9
[Sumber: Murray, Bender, Botham, Kennelly, Rodwell, & Weil, 2009, telah diolah kembali]
terjadi, maka kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh enzim tersebut. Pada
prosesnya, apolipoprotein C-II berperan sebagai kofaktor enzim lipoprotein lipase,
sementara apolipoprotein A-II dan C-III berperan sebagai inhibitor enzim
lipoprotein lipase. Reaksi hidrolisis akan memecah kilomikron, dimana
triasilgliserol akan mengalami hidrolisis menjadi diasilgliserol, kemudian menjadi
monoasilgliserol, dan akhirnya menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Asamasam lemak bebas yang dihasilkan dari proses hidrolisis ini sebagian besar akan
diangkut ke dalam jaringan, terutama ke jaringan adiposa, jantung dan otot (80%),
sementara sekitar 20% menuju hati. Sementara itu, gliserol yang dihasilkan akan
masuk ke vena lalu menuju hati. Di hati, gliserol akan dibentuk kembali menjadi
triasilgliserol dengan bantuan enzim gliserokinase.
Reaksi hidrolisis tersebut menyebabkan penurunan kadar lipid dalam
kilomikron, yang sebelumnya 98-99% menjadi 92-94%. Hidrolisis juga
menyebabkan apolipoprotein C kembali ke HDL, dan apolipoprotein A disalurkan
menuju HDL, sehingga membentuk kilomikron sisa. Pada kilomikron sisa,
apolipoprotein B-48 (yang merupakan apolipoprotein integral) dan apolipoprotein
E masih tetap dipertahankan. Alasan dipertahankannya apolipoprotein E adalah
karena apolipoprotein E memiliki peranan penting dalam proses absorpsi
komponen-komponen lipid pada kilomikron sisa oleh hati. Apolipoprotein E
merupakan ligan untuk interaksi antara kilomikron sisa dengan dua reseptor pada
hati, yaitu reseptor LDL dan protein terkait-reseptor LDL. Kedua reseptor tersebut
merupakan reseptor dependen-apo E, yaitu reseptor yang dapat membantu
penyerapan molekul yang mengandung apolipoprotein E. Selain itu, proses
penyerapan juga dibantu oleh enzim lipase pada hati yang menghidrolisis
fosfolipid dan triasilgliserol yang masih tersisa pada kilomikron sisa. Hasil
hidrolisis inilah yang akan diserap ke dalam hati. Berikutnya, di dalam hati akan
dibentuk HDL, yang nantinya kembali melepaskan apolipoprotein C dan E
menuju kilomikron nascent, sehingga terbentuk kilomikron utuh kembali.
2.1.3.2 Jalur Endogen (Metabolisme VLDL)
VLDL atau lipoprotein berdensitas sangat rendah berperan untuk
mengangkut triasilgliserol keluar dari dalam hati. VLDL dibentuk oleh sel hati,
11
dan kemudian disekresikan menuju lapisan endotel pembuluh darah. VLDL yang
baru disekresikan ini disebut sebagai VLDL nascent. VLDL nascent hanya
mengandung sedikit apolipoprotein C dan E. Seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 2.4, bentuk utuh VLDL diperoleh dari HDL di dalam sirkulasi, dimana
apolipoprotein C dan apolipoprotein E disalurkan dari HDL menuju VLDL
nascent, membentuk VLDL utuh.
[Sumber: Murray, Bender, Botham, Kennelly, Rodwell, & Weil, 2009, telah diolah kembali]
proses hidrolisis ini sebagian besar akan diangkut ke dalam jaringan, terutama ke
jaringan adiposa, jantung dan otot (80%), sementara sekitar 20% menuju hati.
Sementara itu, gliserol yang dihasilkan akan masuk ke vena lalu menuju hati. Di
hati, gliserol akan dibentuk kembali menjadi triasilgliserol dengan bantuan enzim
gliserokinase.
Reaksi hidrolisis tersebut menyebabkan penurunan kadar lipid dalam
VLDL, yang sebelumnya 90-93% menjadi 89%. Hidrolisis juga menyebabkan
apolipoprotein C kembali ke HDL, sehingga membentuk IDL. Pada IDL,
apolipoprotein
B-100
(yang
merupakan
apolipoprotein
integral)
dan
A dan kolesterol bebas, namun belum memiliki inti (ester kolesteril). Berikutnya,
LCAT (lesitin kolesterol asil transferase) berikatan dengan partikel HDL nascent
yang diskoid. Aktivitas enzim ini dibantu oleh apolipoprotein A-1 yang berperan
sebagai kofaktor untuk LCAT. LCAT berperan mengesterifikasi kolesterol, dengan
cara mentransfer gugus asil dari lesitin menuju kolesterol, membentuk ester
kolesteril.
Gambar 2.5. Metabolisme HDL. (C: kolesterol; CE: ester kolesteril; PL:
fosfolipid; A-1: apolipoprotein A-1; SR-B1: scavenger receptor B1; ABC-1: ATPbinding cassette transporter A-1)
Pada prosesnya, HDL ini juga akan mendapatkan kolesterol dari jaringan,
yang kemudian akan diesterifikasi menjadi ester kolesteril oleh LCAT.
Disalurkannya kolesterol dari dalam jaringan melibatkan ABC-1 (ATP-binding
cassette transporter A-1). ABC-1 berperan untuk memindahkan kolesterol dari
dalam jaringan, menuju partikel yang kurang memiliki lipid, misalnya HDL 3 dan
pra-HDL.
Ester kolesteril yang bersifat nonpolar akan bergerak masuk ke bagian
dalam lapis ganda yang bersifat hidrofobik, sementara lisolesitin dipindahkan ke
albumin plasma. Masuknya ester kolesteril menyebabkan terbentuknya HDL
1
4
pseudomisel yang sferis, dimana di bagian luar adalah lapisan permukaan lipid
polar dan apolipoprotein. HDL ini disebut sebagai HDL3.
Berikutnya, HDL3 akan terus menerima kolesterol dari jaringan, dan oleh
LCAT, kolsterol ini akan diesterifikasi kembali membentuk ester kolsteril. Hal ini
menyebabkan terjadinya perbesaran ukuran partikel sehingga terbentuk HDL 2
yang lebih besar dan kurang padat. Selanjutnya hati akan menerima kolesterol
yang terdapat dalam HDL2 melalui SR-B1 (Class B scavenger receptor B1) yang
merupakan reseptor HDL pada hati. Reseptor ini mengikat HDL 2 melalui
apolipoprotein A-1, dan kemudian ester kolesteril akan diserap ke dalam hati,
sementara apolipoprotein A-1 tidak diserap. Kolesterol yang telah diserap oleh
hati akan disekresikan melalui empedu (baik sebagai kolesterol atau setelah
diubah menjadi asam empedu).
Penyerapan ester kolesteril ini dapat menyebabkan berkurangnya ukuran
HDL2, sehingga dapat kembali membentuk HDL3 yang lebih padat. Pertukaran
antara HDL2 dan HDL3 ini disebut sebagai siklus HDL. Namun, jika seluruh
komponen lipid (termasuk fosfolipid) pada HDL2 diserap oleh hati, maka akan
terbentuk apolipoprotein A-1 yang bebas. Apolipoprotein A-1 yang bebas ini akan
membentuk-HDL setelahpraberikatan dengan sejumlah kecil fosfolipid dan
kolesterol. Sementara jika terdapat kelebihan apolipoprotein A-1, maka akan
dihancurkan di ginjal.
Selanjutnya, pra-HDL yang masih mengandung sedikit fosfolipid dan
kolesterol akan memicu pengeluaran (efluks) kolesterol dari dalam jaringan,
dibantu oleh ABC-1 yang berperan dalam penyaluran kolesterol dari dalam
jaringan menuju partikel yang kurang memiliki lipid, seperti pra-HDL.
Kadar HDL bervariasi secara timbal-balik dengan kadar triasilgliserol
plasma dan secara langsung dengan aktivitas lipoproptein lipase. Hal ini dapat
disebabkan oleh konstituen permukaan, misalnya fosfolipid dan apolipoprotein A1 yang dibebaskan sewaktu hidrolisis kilomikron dan VLDV, sehingga ikut
membentuk-HDL danpraHDLdiskoid.
1
5
2.2
Hiperlipidemia
2.2.1 Definisi
Hiperlipidemia atau yang sering disebut sebagai dislipidemia didefinisikan
sebagai suatu keadaan dimana kadar lemak di dalam darah meningkat di atas batas
normal. Total kolesterol menjadi tinggi, LDL (Low Density Lipoprotein) atau
trigliserida tinggi, HDL (High Density Lipoprotein) rendah, atau kombinasi
kelainan lain. (Wells et al., 2009). Kondisi hiperlipidemia bila berkelanjutan
memicu terbentuknya aterosklerosis (hilangnya elastisitas disertai penyempitan
dan pengerasan pembuluh darah arteri). Aterosklerosis menjadi penyebab utama
terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) (Katzung, 2002).
Hiperlipidemia sering dikenal juga sebagai hiperlipoproteinemia, karena
sebelum mengalami sirkulasi dalam darah, lemak harus berikatan dengan protein
membentuk lipoprotein. Sehingga semakin banyak lemak yang dikonsumsi akan
menyebabkan semakin banyaknya lipoprotein yang terbentuk. Kolesterol dalam
darah akan mengalami sirkulasi dalam bentuk kolesterol LDL dan HDL.
Kolesterol LDL sering disebut kolesterol jahat karena dapat menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah dan mengakibatkan serangan jantung. Sedangkan
HDL dikenal sebagai kolesterol baik karena berfungsi menyapu kolesterol bebas
di pembuluh darah dan mampu mempertahankan kadar trigliserida darah dalam
kisaran normal (Suyatna, 2007).
2.2.2 Etiologi
Kadar lipoprotein, terutama kolesterol LDL, meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Dalam keadaan normal, pria memiliki kadar yang lebih tinggi,
tetapi setelah menopause kadarnya pada wanita mulai meningkat. Faktor lain yang
menyebabkan tingginya kadar lemak tertentu (misalnya VLDL dan LDL) adalah:
1- Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia
2- Obesitas
3- Diet kaya lemak
4- Kurang melakukan olah raga
5- Penggunaan alkohol
1
6
1- Merokok sigaret
2- Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik
3- Kelenjar tiroid yang kurang aktif
Sebagian besar kasus peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol total
bersifat sementara dan tidak berat, dan terutama merupakan akibat dari makan
lemak. Pembuangan lemak dari darah pada setiap orang memiliki kecepatan yang
berbeda. Seseorang bisa makan sejumlah besar lemak hewani dan tidak pernah
memiliki kadar kolesterol total lebih dari 200 mg/dL, sedangkan yang lainnya
menjalani diet rendah lemak yang ketat dan tidak pernah memiliki kadar
kolesterol total dibawah 260 mg/dL. Perbedaan ini tampaknya bersifat genetik dan
secara luas berhubungan dengan perbedaan kecepatan masuk dan keluarnya
lipoprotein dari aliran darah.
Tabel 2.1. Penyebab Tingginya Kadar Lemak
1
7
2.2.3 Klasifikasi
Hiperlipoproteinemia dibedakan atas lima macam berdasarkan jenis
lipoprotein yang meningkat. Hiperlipidemia ini mungkin primer atau sekunder
akibat diet, penyakit atau pemberian obat. Berdasarkan penyebab terjadinya,
kondisi hiperlipidemia dapat dibagi menjadi 2, yaitu hiperlipidemia primer
(genetik) dan hiperlipidemia sekunder (Suyatna & Handoko, 2003:368).
2.2.3.1 Hiperlipidemia Primer
Hiperlipidemia primer ditandai dengan kerusakan genetik yang meliputi
kelainan pada protein, sel dan fungsi organ lainnya yang mengakibatkan keadaan
yang tidak normal pada lipoprotein. Hiperlipidemia primer dibagi dalam dua
kelompok besar, yaitu hiperpoliproteinemia monogenik karena kelainan gen
tunggal yang diturunkan dan hiperpsoliproteinemia poligenik/multifaktorial.
Kadar kolesterol pada kelompok ini ditentukan oleh gabungan faktor-faktor
genetik dengan faktor lingkungan. Jenis poligenik lebih banyak ditemukan dari
monogenik, tetapi jenis monogenik mempunyai kadar kolesterol yang lebih tinggi.
Tabel 2.2 menggambarkan pembagian hiperlipidemia primer (Suyatna &
Handoko, 2003:368-369).
Tabel 2.2 Penyakit, Profil dan Lipid (Suyatna dan Handoko, 2003:368)
1
8
1
9
menyebabkan
penimbunan
LDL
dalam
plasma
yang
kemudian
sangat penting Hiperlipidemia tipe II terbagi menjadi dua tipe yakni tipe IIa dan
tipe IIb, dimana tipe pembagiannya berdasarkan atas tingginya kadar trigliserida
terhadap LDL kolesterol (Suyatna & Handoko, 2003:369-370).
1- Tipe IIA (Hiperkilomikronemia familial)
Peningkatan LDL dengan kadar VLDL normal karena penghambatan dalam
degradasi LDL, sehingga terdapat peningkatan kolesterol serum tetapi
triasilgliserol normal. Ini disebabkan oleh berkurangnya reseptor LDL normal..
Pengobatan untuk hiperlipidemia tipe IIA ini yaitu dengan diet rendah
kolesterol dan lemak jenuh. Untuk heterozigot dapt diterapi dengan kolestipol
atau kolestiramin dan levostatin atau mevastatin. Untuk homozigot sama
seperti heterozigot tetapi dengan penambahan niasin (UPT-Balai Informasi
Teknologi LIPI, 2009).
2- Tipe IIB (Hiperlipidemia kombinasi familial)
Tipe ini sama dengan tipe IIA kecuali adanya peningkatan VLDL,
menyebabkan triasilgliserol serum dan kolesterol meningkat. Yang disebabkan
karena produksi VLDL oleh hati berlebihan. Pengobatan untuk hiperlipidemia
tipe IIA ini yaitu dengan pembatasan kolseterol dan lemak jenuh dalam diet
serta alkohol. Terapi obat sama dengan IIA kecuali heterozigot juga menerima
niasin (UPT-Balai Informasi Teknologi LIPI, 2009).
c. Hiperlipidemia tipe III
Hiperlipidemia
tipe
III
atau
dikenal
dengan
nama
Familial
Gejala klinik muncul pada masa remaja berupa berupa xantoma pada
telapak tangan dan kaki, dan kelainan tuberoeruptif di siku, lutut, atau bokong
yang mungkin bersifat karakteristik. Penyakit koroner, kardiovaskuler dan
pembuluh darah tepi terjadi lebih cepat yaitu pada usia 40-50 tahun; intoleransi
glukosa serta hiperurisemia terdapat pada 40% penderita (Suyatna & Handoko,
2003:370).
d. Hiperlipidemia tipe IV
Tipe ini mungkin merupakan hiperlipidemia yang terbanyak dijumpai di
negeri Barat. Tipe ini ditandai dengan terjadinya peningkatan VLDL dan
trigliserida yang kemudian dikenal dengan hipertrigliseridemia. Individu dengan
hiperlipidemia tipe IV biasanya memiliki kadar trigliserida antara 250 hingga 500
mg/dl. Gejala klinik muncul pada usia pertengahan. Separuh dari penderita ini
meningkat kadar trigliseridnya pada umur 25 tahun. Mekanisme kelainan yang
familial tidak diketahui, tetapi tipe IV yang didapat biasanya bersifat sekunder
akibat penyakit lain, alkoholisme berat atau diet kaya karbohidrat dan biasanya
penderita gemuk. Iskemia jantung mungkin terjadi (lebih jarang dibandingkan
dengan tipe II) pada umur 40 tahunan atau setelahnya pada penderita tipe IV
familial. Xanthoma umumnya tidak ada. Banyak penderita ini menunjukkan
intoleransi glukosa dengan reaksi insulin berlebihan terhadap beban karbohidrat
dan lebih dari 40% disertai dengan hiperurisemia (Suyatna & Handoko,
2003:370).
e. Hiperlipidemia tipe V
Tipe ini memperlihatkan akumulasi VLDL dan kilomikron yang disebabkan
ketidakmampuan tubuh untuk memetabolisme dan membuang kelebihan
trigliserida sebagaimana mestinya (gangguan katabolisme trigliserid endogen dan
eksogen). Semua lipoprotein terdiri dari kolesterol, kadar kolesterol meningkat
jika kadar trigliserida terlalu tinggi. Kelainan ini jarang ditemukan. Secara genetik
bersifat heterogen dan penderita dengan kelainan familial biasanya tidak
menunjukkan gelaja sampai sesudah usia 20 tahun. Penderita ini memperlihatkan
intoleransi terhadap karbohidrat dan lemak, serta hiperurisemia. Hubungan antara
penyakit jantung iskemik dan kelainan tipe V tidak jelas, tetapi kadar trigliserid
2
2
2
3
Tabel 2.4. Contoh Penyakit dan Efek Samping dari Obat yang Menyebabkan
Hiperlipidemia Sekunder (Dipiro et al, 2005:435)
Tabel 2.5. Penyakit dan Obat yang Menyebabkan Hiperlipidemia Sekunder (Ito,
2008:181)
2
4
kompleks LDL-R ke dalam sel setelah pengikatan normal. Hal ini mengarah pada
kurangnya degradasi LDL oleh sel dan tidak teraturnya biosintesis kolesterol,
dengan jumlah kolesterol total dan LDL tidak seimbang dengan berkurangnya
reseptor LDL (Dipiro et al., 2006:88).
Tabel 2.6 Klasifikasi Nilai Kolesterol Total, LDL, HDL dan Trigliserida (Dipiro
et al, 2005:435)
nafas yang pendek, kehilangan kesadaran atau kesulitan dalam berbicara dan
bergerak, nyeri perut, dan kematian mendadak. Sementara tanda-tanda yang dapat
terjadi pada penderita hiperlipidemia adalah pankreatitis, xantomas, polineuropati
2
perifer, tekanan darah tinggi, BMI lebih dari 30 kg/m , atau lingkar pinggang
lebih dari 40 inci pada laki-laki dan 35 inci pada perempuan. Namun terdapat
manifestasi klinik yang lebih spesifik tergantung pada tipe hiperlipidemia
berdasarkan tabel berikut (Dipiro, Joseph T., Talbert, L.R., Yee, G.C., Matzke,
G.R., Wells, Barbara G., and Posey, L. M.,1999).
Tabel 2.7. Manifestasi Klinik Beberapa Tipe Hiperlipidemia
(Sumber : Pharmacology and Pathophysiology Approach Edisi Ke-6)
Jenis Fenotip
Kadar Lipid
Plasma, mg/dl
(mmol/L)
Hiperkolesterolemia
Heterozigot
familial
TC = 7-13 (275-
Lipoprotein
Meningkat
Fenotipe
Gejala Klinis
IIa
Xantoma pada
pada
LDL
penderita berusia
500)
dewasa
Kelainan pembuluh
darah (30-50 tahun)
Homozigot
LDL
IIa
TC > 13 (>500)
Xantoma pada
penderita berusia
dewasa
Kelainan
pembuluh
darah pada
penderita
anak-anak
Defektif apo B100
Heterozigot
familial
TC = 7-13 (275-
LDL
IIa
LDL
IIa
500)
Hiperkolesterolemia
TC = 6,5-9
poligenik
(250-350)
Biasanya
asimtomatik,
Terjadi
kelainan
pembuluh darah
2
7
Hipertrigliseridemia
TG = 2.8-8.5
familial
(250-750)
VLDL
IV
Asimptomatik,
peningkatan
penyakit
resiko
pembuluh
darah
Defisiensi
familial
Kilomikron
I, V
, VLDL
Asimptomatik, Dapat
terjadi
pankreatitis,
nyeri
perut,
hepatosplenomegali
Defisiensi apo C II
familial
Kilomikron
I, V
, VLDL
Asimptomatik, Dapat
terjadi
pankreatitis,
nyeri
perut,
hepatosplenomegali
Hiperlipidemia
TG = 2,8-8,5
VLDL,
kombinasi
(250-750)
LDL
IIb
Asimptomatik namun
dapat terjadi penyakit
TC = 6.5-13
pembuluh darah,
(250-500)
Dysbetalipoproteine
TG = 2.8-8.5
VLDL,
III
mia
(250-750)
IDL, LDL
namun dapat
TC = 6.5-13
normal
penyakit
(250-500)
Asimptomatik,
terjadi
pembuluh
darah
Xanthoma eruptif
dan
bokong.
hiperkolesterolemia,
Tuberous
xanthoma
peningkatan
muncul
LDL,
pada
penderita
disbetalipoproteinemia,
dan
achilles
tendon. Xantoma
ini
menandai adanya
hiperkolesterolemia dan peningkatan kadar LDL plasma pada fenotipe tipe IIa.
Kolesterol dan kolesterol ester adalah bentuk dominan dari lipid, sementara
kolesterol tak teresterifikasi terakumulasi dalam ruang ekstraseluler. Kolesterol
teresterifikasi terdapat pada ruang intra dan ekstraseluler. Hal ini menunjukkan
bahwa kolesterol yang terakumulasi pada tendon lebih banyak berasal dari
30
Plane
xanthoma
adalah
xantoma
yang
disebabkan
disbetalipoproteinemia. Xantoma dapat menutupi area wajah dan leher.
oleh
proinflamatori ini dapat menyebabkan kerusakan pada sel acinar dan kapiler
pankreas, serta selanjutnya dapat menyebabkan peningkatan mediator
inflamasi dan radikal bebas hingga terjadi nekrosis, edema, dan inflamasi,
hingga terjadi pankreatitis.
4. Hepatosplenomegali
Hepatosplenomegali adalah pembengkakan yang terjadi pada organ hati
dan limpa. Pembengkakan ini dapat muncul sebagai akibat tingginya kadar
kilomikron yang terakumulasi pada hati dan limpa sehingga menimbulkan
perbesaran ukuran kedua organ tersebut.
2.2.6 Diagnosis
Hiperlipidemia merupakan kondisi dimana kadar lemak dalam darah tinggi.
Pada penderita hiperlipidemia, tidak ada gejala spesifik yang dapat langsung
diamati untuk penegakan diagnosis. Oleh karena itu, diagnosis dilakukan dengan
empat cara, berikut:
1. Mengukur profil lipoprotein dalam plasma darah.
Pengukuran profil lipoprotein ini dapat dilakukan sewaktu maupun setelah
puasa. Pada profil lipoprotein puasa, diukur kadar kolesterol total, LDL, HDL,
dan trigliserida. Sedangkan pada profil lipoprotein sewaktu, diukur kadar
kolesterol total, HDL, dan trigliserida. Berikut adalah klasifikasi kadar
kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida.
Tabel 2.8. Klasifikasi kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida
Klasifikasi Kadar (mg/dL)
Kolesterol Total
LDL
HDL
Trigliserida
Nilai
Kategori
Nilai
Kategori Nilai
Kategori Nilai
Kategori
< 200
Yang
< 100
Optimal
< 40
Rendah
< 150
Normal
Tinggi
150-
Hampir
diinginkan
200-
Hampir
100-
Di atas
239
tinggi
129
optimal
199
tinggi
Tinggi
130-
Hampir
200-
Tinggi
3
3
159
tinggi
499
160-
Tinggi
Sangat
189
1
tinggi
Sangat
tinggi
tahun45
dan
tahun,wanitaatauwanitayang55telah
mengalami
adalah massa kolesterol yang dibawa oleh lipoprotein, bukan jumlah molekul
dari tiap jenis lipoprotein. Jika jumlah Apoprotein B dalam plasma tinggi,
maka dapat disimpulkan bahwa jumlah VLDL dan LDL dalam darah juga
tinggi.
4. Elektroforesis lipoprotein dalam gel agarosa
Metode ini digunakan untuk mengetahui secara langsung jenis lipoprotein
yang kadarnya tinggi di dalam darah. Prinsip dari metode ini adalah skrining
lipoprotein dalam gel agarose dan setiap jenis lipoprotein akan terelusi
berdasarkan densitasnya. Pada gel agarose, pita yang muncul berturut-turut dari
Oleh karena itu, berdasarkan faktor resiko utama yang dimiliki dan
persentase resiko PJK dalam 10 tahun ke depan, penderita hiperlipidemia
diklasifikasikan menjadi 4 kategori yaitu resiko tinggi (high risk), resiko cukup
tinggi (moderately high risk), resiko sedang (moderate risk), dan resiko rendah
(low risk) (Tabel 2.9). Kategori ini digunakan untuk menentukan jenis terapi yang
dapat diberikan kepada penderita hiperlipidemia dan konsentrasi LDL (mg/dL)
yang harus dicapai melalui terapi tersebut.
Tabel 2.9. Kategori Penderita Hiperlipidemia
Faktor Penentu Kategori
Kategori
Jumlah
Persentase
faktor
resiko PJK
resiko
10 tahun
utama
kedepan
Resiko tinggi
PJK,
(high risk)
resiko
> 20%
setara PJK
Resiko cukup
tinggi
(moderately
high risk)
Resiko
sedang
(moderate
risk)
2 f
resiko
Untuk
terapi
perubahan
gaya hidup
Untuk terapi
menggunakan
obat
100
100
13
130
< 130
10 20%
utama
atau
< 100
2 f
resiko
< 10%
< 130
13
160
< 10%
< 160
160
190
utama
Resiko
0-1 faktor
rendah (low
resiko
risk)
utama
36
Total poin = poin usia + poin total kolesterol + poin merokok + poin HDL +
poin tekanan darah sistolik
3
7
38
Berdasarkan faktor resiko utama dan % resiko PJK 10 tahun ke depan, pria
di atas termasuk dalam kategori Moderately high risk. Karena kadar LDL lebih
besar dari 130 mg/dL, maka bisa digunakan 2 jenis terapi yaitu terapi perubahan
gaya hidup dan penggunaan obat.
3
9
BAB 3
KESIMPULAN
1. Lipoprotein merupakan kompleks molekular yang terdiri dari lipid dan protein.
Konstuten lipid pada lipoprotein meliputi lipid nonpolar (hidrofobik) yang
terdiri dari 16% triasilgliserol dan 36% ester kolesteril dengan lipid amfifatik
yang terdiri dari 30% fosfolipid dan 14% kolesterol. Terdapat 4 kelompok
utama lipoprotein yakni kilomikron, VLDL atau pra--lipoprotein (very-low
density lipoprotein), LDL-lipoproteinatau( lowdensity lipoprotein), dan
HDL atau-lipoprotein(high density lipoprotein). Transpor lipoprotein terdiri
atas dua jalur yaitu jalur eksogen untuk transpor kolesterol dan trigliserida
yang diserap dari lemak makanan pada saluran pencernaan (metabolisme
kilomikron) dan jalur endogen yang merupakan lanjutan saat kolesterol dan
trigliserida mencapai plasma dari hati dan jaringan selain pencernaan lainnya
(metabolisme VLDL).
2. Hiperlipidemia atau dislipidemia didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
kadar lemak di dalam darah meningkat di atas batas normal. Total kolesterol
menjadi tinggi, LDL (Low Density Lipoprotein) atau trigliserida tinggi, HDL
(High Density Lipoprotein) rendah, atau kombinasi kelainan lain.
3. Secara umum, hiperlipidemia dapat dibagi menjadi dua sub-kategori, yaitu
hiperkolesterolemia (kadar kolesterol tinggi) dan hipertrigliserida (kadar
trigliserida tinggi). Berdasarkan penyebab terjadinya, kondisi hiperlipidemia
dapat dibagi menjadi 2, yaitu hiperlipidemia primer (genetik) dan
hiperlipidemia sekunder. Frederickson membagi hiperlipoproteinemia berdasar
fenotip plasma lipoprotein menjadi enam tipe yaitu tipe I, IIa, IIb, III, IV, dan
V. Pembagian ini berdasarkan lima macam jenis lipoprotein yang meningkat.
4. Gejala yang dapat dialami oleh penderita hiperlipidemia adalah palpitasi,
berkeringat, anxietas, nafas yang pendek, kehilangan kesadaran atau kesulitan
dalam berbicara dan bergerak, nyeri perut, dan kematian mendadak. Sementara
tanda-tanda yang dapat terjadi adalah pankreatitis, xantomas, polineuropati
4
0
perifer, tekanan darah tinggi, BMI lebih dari 30 kg/m , atau lingkar pinggang
lebih dari 40 inci pada laki-laki dan 35 inci pada perempuan.
5. Diagnosis hiperlipidemia dapat dilakukan dengan empat cara yaitu mengukur
profil lipoprotein dalam plasma darah, mengevaluasi riwayat medis penderita,
melakukan pengukuran Apoprotein B, dan elektroforesis lipoprotein dalam gel
agarosa.
4
1
DAFTAR PUSTAKA
Alam, A., Subardja, D., Fadil, R., Rustama, D.S. 2003. Hiperlipidemia Familial
Homozigot Dan Mikropenis Pada Seorang Anak Balitamkb Vol.35 No.1.
Bahr, Sara van., Movin, T., Papadogiannakis, N., Pikuleva, I., Ronnow, P.,
Diczfalusy, U., Bjorkhem, I. (2002). Mechanism of Accumulation of
Cholesterol and Cholestanol in Tendons and the Role of Sterol 27hydroxylase (CYP27A1). The Journal of The American Heart Association.
Boyer, Rodney. (2002). Concepts in Biochemistry 2
Brooks/Cole.
nd
Edition. Canada:
th
http://emedicine.medscape.com/article/1103971-differential
pada
Matthew
K.
(2008).Pharmacotherapy.HyperlipidemiaPri
Informasi
Teknologi
LIPI.
2009.
Pangan
&
Kesehatan.
http://www.bit.lipi.go.id/pangankesehatan/documents/artikel_kolesterol/ko
lesterol_tinggi.pdf [Diakses 10 September 2014].
4
3
LAMPIRAN
4
4
Lipoprotein
Sumber
Diameter
(nm)
Kilomikron
Usus
901000
Kilomikronsisa Kilomikron
Masa jenis
(g/mL)
Komposisi
Protein
(%)
Lipid (%)
Komponen utama
lipid
< 0.95
12
9899
Triasilgliserol
45150
< 1.006
68
9294
Triasilgliserol,
fosfolipid, kolesterol
B-48, E
Apolipoprotein
1
VLDL
Hati (usus)
3090
0.951.006
710
9093
Triasilgliserol
IDL/LDL1
VLDL
2535
1.006
1.019
11
89
Triasilgliserol,
kolesterol
B-100, E
LDL/LDL2
VLDL
2025
21
79
kolesterol
B-100
32
68
33
67
Fosfolipid, kolesterol
57
43
HDL
HDL1/c
2025
HDL2
Hati, usus,
1020
HDL3
kilomikron
510
Pre-HDL
VLDL,
<5
1.019
1.063
1.019
1.063
1.063
1.125
1.125
1.210
> 1.210
C-III, D, E
A-I
A-I
A-II
A-IV
Kilomikron,
HDL
Kilomikron,
HDL
KIlomikron,
1210 B
120
28
35
17
15
46
Hati, Usus
Hati
Usus
ApoLp(a)
LDL, HDL
10
500
B-100
VLDL, HDL,
IDL
100
540
B-48
Kilomikron
trace
264
6,6
8,9
Aktivator LPL
Hati
13
8,8
Hati
32
34
Hati
C-I
C-II
C-III
D
E2-E4
Kilomikron,
VLDL, HDL
Kilomikron,
VLDL, HDL
Kilomikron,
VLDL, HDL
HDL
Kilomikron,
VLDL, HDL
Hati
Hati
Usus
Hati