PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
mempelajari tatalaksanaan untuk mematikan rasa, baik rasa nyeri, akut dan rasa
tidak nyaman yang lain sehingga pasien nyaman dan ilmu yang mempelajari
selama mengalami kematian akibat obat anstesi (Gde Mangku, dkk. 2010).
obat dengan tujuan untuk menghilangkan rasa nyeri pada saat dilakukan
Anastesi dibagi menjadi dua kelompok, (1) Anastesi lokal yaitu suatu
tindakan yang menghilangkan nyeri lokal tanpa disertai hilangnya kesadaran. (2)
oleh zat anastesi, disertai hilangnya sensasi sakit pada seluruh tubuh. Sebagian
besar operasi (70-75%) dilakukan dengan anastesi umum, lainya dengan anastesi
terdapat beberapa tahap persiapan yang harus dilaksanakan yaitu pra anastesi,
penatalaksanaan anastesi dan pemeliharaan serta tahap pemulihan dan perawatan
pasca operasi.
rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial. Untuk
saat ini sangat pesat. Hal ini juga harus didukung dengan peningkatan pemberian
perawatan pada pasien penderita penyakit gigi bedah. Salah satunya adalah kasus-
Kasus-kasus gigi impaksi sering dijumpai dalam praktek Dokter Gigi sehari-
hari. Pengertian gigi impaksi bermacam-macam tetapi artinya hampir sama. Pada
prinsipnya gigi impaksi adalah gigi yang tidak dapat erupsi seluruhnya atau
sebahagiaan karena tertutup oleh tulang atau jaringan lunak atau keduanya
indikasi apabila ruangan yang dibutuhkan kurang untuk ekspansi lengkung gigi atau
ortodontik.
Menimbulkan Kerusakan Pada Akar Gigi Yang Berdekatan. Gigi impaksi
resorpsi akar. Pencabutan gigi impaksi dapat menyelamatkan gigi terdekat dengan
Terdapat keluhan rasa sakit atau pernah merasa sakit. Rasa sakit dapat
timbul bila gigi impaksi menekan syaraf atau menekan gigi tetangga dan tekanan
tersebut dilanjutkan ke gigi tetangga lain di dalam deretan gigi, dan ini dapat
menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit dapat timbul karena gigi impaksi langsung
impaksi dilakukan apabila berada dalam denture bearing area yang dapat
pasien Infaksi.
B. Tujuan Penulisan
pasien pre, intra dan post operasi yang akan dilakukan pemberian anestesi.
3. Peserta didik pelatihan diharapakan mampu melakukan perhitungan dan
pemberian terapi cairan pada saat pre, intra dan post operasi.
TINJAUAN TEORI
A. ANESTESI UMUM
Anastesi umum adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri / sakit secara sentral
2. Anastesi Inhalasi
Anastesi dengan menggunakan gas atau cairan anastesi yang mudah menguap (
volatile agent ) sebagai zat anastetik melalui udara pernapasan. Zat anastetik
3. Anastesi Seimbang
Anastesi seimbang adalah dimana pasien diberikan obat untuk setiap komponen
Ketamine.
otot
Guedel ( 1920 ) membagi anestesi umum dengan eter dalam 4 stadium ( stadium 3
a. Stadium I
hilangnya kesadaran. Pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah
seperti pencabutan gigi dan biopsi kelenjar dapat dilakukan pada stadium ini.
b. Stadium II
Stadium II ( delirium / eksitasi, hiper refleksi ) dimulai dari hilangnya bulu mata
c. Stadium III
1 ). Plana 1
belum tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna ( tonus otot mulai menurun
).
2 ). Plana 2
midriasis, reflex cahaya menurun, relaksasi otot sedang, dan reflex laring
3). Plana 3
lakrimasi tidak ada, pupil midriasis dan sentral, refleks laring dan peritoneum
tidak ada, relaksasi otot lurik hampir sempurna (tonus otot semakin menurun).
4). Plana 4
total, pupil sangat midriasis, refleks cahaya hilang, refleks sfingter ani dan
kelenjar air mata tidak ada, relaksasi otot lurik sempurna ( tonus otot sangat
menurun )
d. Stadium IV
pernapasan perut disbanding stadium III plana 4. Pada stadium ini tekanan darah
tidak dapat diukur, denyut jantung berhenti, dan akhirnya terjadi kematian.
pernapasan buatan.
Dalam memberikan obat-obatan pada penderita yang akan menjalani
manintanance, dll.
Kunjungan pra anestesi pada pasien yang akan menjalani operasi dan
teknik serta obat-obat anastesi yang sesuai dengan fisik dan kehendak pasien.
b) Premedikasi Anastesi
mencegah semua penyulit yang dapat timbul selama dan sesudah anastesia
maupun pembedahan.
1. Mengurangi kecemasan
2. Mengurangi nyeri
5. Menyebabkan amnesia
sebelum pasien benar – benar terhipnosis di bawah anastesi umum. Teknik ini
karena seringkali obat yang digunakan sama. Sebagai contoh, pemberian dosis
terlalu penting untuk diperdebatkan. Yang penting adalah indikasi yang tepat,
dosis yang tepat, waktu ( timing ) pemberian yang tepat dan kesiapan praktisi
1. Benzodiazepine
2. Opioid
ansiolitik melainkan karena depresi susunan saraf pusat. Opiat atau opioid
dengan waktu paruh yang panjang dapat pula memberikan efek analgesia
3. Anti cholinergic
mual serta muntah. Obat ini juga menimbulkan rasa kering di mulut serta
penglihatan kabur, maka lebih baik tidak diberikan pra anestesi local
bentuk sulfas atropine dalam ampul 0,25 mg dan 0,5 mg. Dosis 0,01
d) Induksi
Propofol adalah campuran 1% obat dalam air dan emulsi yang berisi 10%
soya bean oil, 1,2% phosphatid telur dan 2,25% glycerol. Dosis yang dianjurkan
dengan opiat, N2O dan / atau anastetik inhalasi lainnya propofol menurunkan
tekanan arteri sistemik kira-kira 80% tetapi efek ini disebabkan karena
kembali normal dengan intubasi trakea. Propofol tidak merusak fungsi hati dan
ginjal. Aliran darah ke otak, metabolisme otak dan tekanan intrakranial akan
menurun. Keuntungan propofol karena bekerja lebih cepat dari tiopental dan
e) Pelumpuh Otot
1. Rocuronium
karena mulai kerja cepat ( 1,5 menit ) dan lama kerja yang panjang ( 35 – 75
menit ). Juga dapat dipakai untuk memelihara relaksasi otot dengan cara
pemberian kontinyu per infus atau suntikan intermitten. Dosis untuk intubasi
3) Takikardi
5) Bronkospasma
6) Reaksi alergi
2. Atrakurium Besylate
plasma ) melalui suatu reaksi yang disebut eliminasi Hoffman yang tidak
tergantung fungsi hati dan fungsi ginjal, tidak mempunyai efek kumulasi pada
yang bermakna. Menurut Chapple DJ, dkk ( 1987 ) dan Tateishi ( 1989 )
bahwa pada binatang, atracurium tidak mempunyai efek yang nyata pada
blood brain barrier dan dapat menimbulkan kejang EEG, tetapi kadar
laudanosin pada dosis klinis atracurium tidak menimbulkan efek ini. Lanier,
ICP. Dosis atracurium untuk intubasi adalah 0,5 mg/kg dan dosis
pemeliharaan adalah 5 – 10 ug/kg/menit. Kemasan : 2,5 ml dan 5 ml yang
f) Intubasi Endotrakeal
bertujuan untuk :
g) Pemeliharaan
1. Inhalasi
dapat melalui stadium induksi dengan cepat, karena gas ini tidak
larut dalam darah. Gas ini tidak mempunyai sifat merelaksasi otot,
b. Ethrane ( Enflurane )
nondepolarisasi.
c. Halothane ( Fluothane )
1% ).
d. Isoflurane
e. Desflurane
propofol 4 – 12 mg/kgBB/jam.
h) Terapi Cairan
Prinsip dasar terapi cairan adalah cairan yang diberikan harus mendekati
jumlah dan komposisi cairan yang hilang. Terapi cairan perioperatif bertujuan
operasi. Mengatasi syok dan kelainan yang ditimbukan karena terapi yang
diberikan.
Pemberian cairan operasi dibagi :
1. Pra operasi dapat terjadi defisit cairan karena kurang makan, puasa, muntah,
pada ileus obstruktif, perdarahan, luk bakar, dan lain-lain. Kebutuhan cairan
untuk dewasa dalam 24 jam adalah 2 ml / kgBB / jam. Setiap kenaikan suhu
EBV maka cukup digantikan dengan cairan kristaloid sebanyak 3 kali volume
ruang pulih sadar atau recovery room yaitu ruangan untuk observasi pasien
pasca atau anestesi. Ruang pulih sadar merupakan batu loncatan sebelum
ICU. Dengan demikian pasien pasca operasi atau anestesi dapat terhindar
Gigi impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang erupsi normalnya
terhalang atau terhambat, biasanya oleh gigi di dekatnya atau jaringan patologis
sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal
di dalam deretan susunan gigi geligi lain yang sudah erupsi atau akar gigi yang
Umumnya gigi yang sering mengalami impaksi adalah gigi posterior dan
jarang pada gigi anterior. Namun gigi anterior yang mengalami impaksi terkadang
masih dapat ditemui. Pada gigi posterior yang sering mengalami impaksi adalah
sebagai berikut :
sebagai berikut :
C. KLASIFIKASI IMPAKSI
menurut Pell dan Gregory yang meliputi sebagian klasifikasi dari George B. Winter:
Hubungan Gigi Dengan Tepi Ramus Antara Mandibula Dan Tepi Distal Molar
Kedua
Kelas I: Ada cukup ruangan antara ramus dan batas distal molar kedua untuk
Kelas II: Ruangan antara distal molar kedua dan ramus lebih kecil daripada lebar
Kelas III: Sebagian besar atau seluruh molar ketiga terletak di dalam ramus
2) Posisi B: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis oklusal
3) Posisi C: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada dibawah garis servikal
molar
Klas A : Bagian terbawah dari mahkota gigi impaksi M3 atas berada segaris
pengangkatan mukoperiosteal flap dan membuang tulang yang ada diatas gigi
Indikasi Odontektomi :
1. Perikoronitis
gigi yang akan erupsi, paling sering terjadi pada molar 3 bawah. Perikoronitis
merupakan suatu kondisi yang umum terjadi pada molar impaksi dan
dapat terjadi destruksi tulang di antara gigi molar dan geraham depannya.
pembengkakan
mulut bau
3. Pencegahan Karies
pada gigi di dekatnya. Cukup banyak kasus karies pada gigi molar dua karena
gigi molar ketiga mengalami impaksi. Gigi molar ketiga merupakan penyebab
tersering karies pada molar kedua karena retensi makanan. Karies distal molar
lengkung gigi atau juga dikhawatirkan akan menjadi faktor relapse setelah
Rasa sakit dapat timbul bila gigi impaksi menekan syaraf atau menekan
gigi tetangga dan tekanan tersebut dilanjutkan ke gigi tetangga lain di dalam
deretan gigi, dan ini dapat menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit dapat timbul
karena gigi impaksi langsung menekan nervus alveolaris inferior pada kanalis
mandibularis.
b) Mahkota fraktur.
b) Sinus maxilaris.
c) Canalis mandibularis.
b) Gigi ankilosis.
dente).
e) Gigi impaksi.
f) Gigi yang fusi dengan gigi disebelahnya, gigi yang fusi pada daerah apical
i) Gigi molar desidui yang akarnya memeluk mahkota gigi premolar permanen.
Kontraindikasi Odontektomi
Apabila tidak ada keluhan dari pasien yang mengalami gigi impaksi maka
tidak diperlukan tindakan odontektomi yang dapat memakan waktu, biaya dan
Lainnya.
membuka flap dan juga merusak tulang yang menghalangi akses terhadap gigi
Pada pasien yang berusia lanjut, tulang yang menutupi gigi impaksi akan
odontektomi. Selain itu perlu diperhatikan juga keadaan umum pasien yang
odontektomi.
pengangkatan flap jaringan lunak harus memberikan dimensi yang cukup bagi
3. Membelah/membagi gigi dengan bur atau chisel (pisau bedah) agar ekstraksi
pembuangan tulang, kadang memerlukan pembelahan gigi, dan karena tulang yang
dibuang relative keras maka alat dan teknik melakukannya harus sangat baik. Gigi
membuang sejumlah besar tulang. Hal ini akan memperlama penyembuhan dan
melemahkan rahang. Namun pemotongan gigi menjadi banyak bagian juga tidak
terlalu baik karena akan memperlama waktu operasi. Jadi buanglah tulang dan
potonglah gigi sesuai dengan kebutuhan untuk menyingkat waktu bedah dan
proses penyembuhan.
klinis.
gigi molar kedua, hubungan antara akar gigi impaksi dengan kanalis
mandibula, dan morfologi akar gigi impaksi, serta keadaan jaringan yang
menutupi gigi impaksi, apakah terletak pada jaringan lunak saja atau
bentuk, besarnya dan tipe flap, menentukan cara mengeluarkan gigi impaksi,
yang tepat, menentukan arah yang tepat untuk pengungkitan gigi dan
2002)
Fragiskos (2007) mengemukakan bahwa tahapan odontektomi baik pada akar
a) Pembuatan Flap
Flap dibuat untuk mendapatkan jalan masuk ke struktur tulang atau gigi
1. Trapezoid
b) Dasar flap yang lebih lebar sangat dibutuhkan untuk suplai darah yang
2. Triangular
sepanjang gingival
3. Envelope
a) Flap tipe ini adalah hasil perluasan insisi horizontal sepanjang garis
servikal gigi
b) Biasa digunakan untuk pembedahan gigi insisivus, premolar dan molar
4. Semilunar
surgeon harus menentukan bagian tulang mana yang akan diambil. Pada beberapa
kasus, gigi bisa langsung dipotong dengan chisel tanpa harus dilakukan
yang biasa digunakan handpiece with adequate speed, high torque, round bur no.8,
dan telah disterilkan dengan steam autoclave. Tulang yang diatas permukaan
oklusal, bukal, dan distal dibuang lebih dulu. Jarang dilakukan pada bagian lingual
karena membahayakan lingual nerve. Untuk gigi maksila, tulang yang pertama
diambil bagian bukal kebawah sampai servikal line dan terlihat mahkota klinisnya.
Karena tulang di maksila tipis, pengambilan tulang bisa dengan chisel atau hand
instrumen.
Pemotongan Gigi. Dilakukan dengan bur atau chisel. Bur jangan digunakan
untuk memotong dalam arah lingual. Impaksi gigi maksila jarang dilakukan
pemotongan gigi, karena lapisan tulang biasanya tipis dan relative elastis. Secara
servikal line. Hal ini akan memudahkan pengambilan bagian mahkota, mendorong
bagian akar ke ruang yang ditempati bagian mahkota, kemudian mengangkat
dilakukan pada bagian distal setengah mahkota gigi sampai ke bawah cervical line
dari aspek distal. Setelah bagian distal diangkat, small straight elevator disisipkan
ke purchase point pada mesial aspek M3, dan gigi diangkat dengan gerakan rotasi
dan lever dengan elevator. Pada kasus horizontal impaksi setelah tulang yang
bagian gigi sama dengan pengambilan gigi secara umum. Pada kasus vertical
gigi dipotong, langkah selanjutnya adalah mengangkat potongan gigi dengan dental
elevator. Pada mandibula elevator yang biasa digunakan adalah straight elevator,
the paired Cryer elevator, dan Crane pick. Perbedaan pengambilan gigi impaksi
dengan ekstraksi biasa adalah pada pengambilan gigi impaksi hampir tidak
diperlukan luksasi gigi untuk tujuan ekspansi bucal or linguocortical plate. Karena
tulang telah dibuang dan gigi telah dipotong. Pemberian tekanan yang eksesive
Elevator didesain bukan untuk memberikan tekanan berlebih pada gigi akan tetapi
untuk mencungkil gigi atau akar gigi kearah yang diinginkan dengan tekanan yang
sesuai.
langkah berikutnya adalah pembersihan wound (soket) dari semua debris yang
mungkin ada dari pecahan tulang dan lainnya. Pembersihan dengan irigasi salin
sterile dan pembersihan mekanis dengan periapikal kuretase. Tulang hasil kuretase
harus halus dan pinggirannya tidak tajam. Sebuah mosquito hemostat dapat
digunakan untuk mengambil sisa dental folikel. Penutupan insisi adalah penutupan
yang dilakukan pertama kali. Jika disain flap baik dan tidak traumatized maka flap
melalui attach tissue / perlekatan jaringan pada aspek posterior dari M2, jahitan
tambahan dilakukan ke belakang dari posisi tersebut dan kedepan melalui papila
pada sisi mesial dari M2. Biasanya 3-4 jahitan diperlukan untuk menutup flap
bedah.
diperiksa dengan teliti. Pada rahang atas terutama perhatikan adanya kemungkinan
perforasi sinus. Yang penting berkenaan dengan pembedahan impaksi gigi bawah
adalah kondisi bundle neurovascular alveolari inferior yang sering terlihat pada
kedalaman alveolus. Semua potongan gigi atau serpihan tulang juga serpihan
periosteum dan mukosa harus dihilangkan. Tepi-tepi tulang dihaluskan dengan bur
akar). Kemudian diletakkan tampon di atas bekas operasi dan pasien dianjurkan
Instruksi pasca-bedah
Tekankan perlunya minum analgesic sebelum rasa sakit timbul, seperti juga
pencabutan.
Tindak lanjut
kelima sesuah operasi. Pada kunjungan ini daerah yang dioperasi diperiksa dengan
teliti yaitu mengenai penutupan mukosa dan keberadaan beku darah. Yang hampir
selalu terjadi adalah kebersihan mulut yang jelek karena penyikatan gigi masih
TINJAUAN KASUS
A. Biodata Pasien
Nama : Nn. C
Umur : 24 th
Pendidikan : SMA
1. Keluhan Utama
Nyeri pada gusi atas paling belakang bagian kiri dan kanan
2. Riwayat penyakit
Klien mengeluhkan nyeri pada gusi atas paling belakang dirasakan sejak 2
minggu yang lalu. Kemudian Klien datang ke poli gigi RSMP untuk melakukan
3. Keluhan Tambahan
Tidak ada
Tidak ada
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti DM, hipertensi,
dll.
7. Pemeriksaan Fisik
Head to toe
11. Integumen : keadaan kulit bersih, turgor kuliat baik, akral hangat
Kesadaran kualitatif
Klien sadar penuh dapat berorientasi dengan baik, bisa melakukan aktifitas jika
Tanda-tanda vital :
Kesadaran : composmentis
Pernapasan : 20 x / menit
C. Data psikologis
Klien tampak cemas dan gelisah serta bertanya-tanya tentang proses operasi yang
akan dijalaninya
D. Data sosial
baik saja
E. Data Kultural
Klien mengatakan dia asli orang cirebon, klien bisa berbahasa jawa Cirebon, klien
juga mengatakan bisa berbahasa indonesia walaupun capur bahasa jawa cirebon
F. Data Spiritual
Klien mengatakan ia beragama islam dan melaksanakan sholat lima waktu secara
rutin
Klien mengatakan makan 3 kali dalam sehari, kadang kalau merasa kenyang
cukup 2 kali sehari, untuk tambahan dia suka makan makanan ringan seperti
kue, kalau minum dia mengatakan kurang lebih 8 gelas air mineral dengan
3. Pola eliminasi
Klien mengatakan BAB 1 – 2 kali / hari konsistensi padat dan warna kuning.
BAK 5 – 6 x sehari. BAB dan BAK tidak mengalami gangguan, pasien dapat
Klien mengatakan aktifitas yang sering dia lakukan ketika tidak merasakan
Klien mengatakan dia tidur siang 1 – 2 jam dan tidur malam 7 – 8 jam
Klien mengatakan jika ada perasaan cemas tentang proses operasi yang akan
dijalaninya
Klien mengatakan hubungan dia dengan keluarganya sangat baik dan tidak
H. Pemerisaaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Laboratori
um
si
HEMATOLOGI
RUTIN
HEMOSTASIS
CT 4 Menit 2–6 Normal
INR 1.210
KIMIA KLINIK
ELEKTROLIT
0.13
2. Radiologi
Foto thorak : tak tampak pembesaran jantung, pulmo dalam batas normal
Infaksi 38 dan 39
Pre operasi
akan dijalaninya
akan dijalaninya
Intra operasi
tujuan
Post operasi
dan gelisah
TD : 130/80
N : 103
R : 20 x/mnt
Sat: 99 %
Diagnosa keperawatan
1. Pre operasi
2. Intra operasi
3. Post operasi
A. Biodata Pasien
Nama : Ny. C
Umur : 24 th
Pendidikan : SMA
Tindakan : Odontektomi
Nilai ASA :I
B. Persiapan anestesi :
1. Mesin anestesi
3. STATICS :
b. Tube ( Selang endotrakeal tube) ETT kin kin no 7.0 (pastikan tidak bocor)
d. Tape ( Plester )
e. Introducer ( mandrein, stilet )
f. Conector
g. Suction
4. Persiapkan obat – obat anestesi yang diperlukan untuk tindakan intubasi ETT
C. Penatalaksanaan Anestesi
1. Ruang persiapan
Pasien masuk ke kamar persiapan pada tanggal 01 Februari 2019 jam 18.00
WIB, pasien langsung diganti baju operasi, infus terpasang pada tangan kanan
persiapan pasien kooperatif dengan tingkat kesadaran compos mentis GCS 15.
keluarga klien.
Pernapasan : 20 x / menit
Berat badan : 55 Kg
2. Ruang operasi
Pre Operasi
a. Pasien masuk ke kamar operasi pada tanggal 01 februari 2019 jam 18.20
papan lengan dan memasangkan sabuk pada lengan agar tidak terjatuh
d. Menunggu intruksi dan lapor kepada konsulen dan operator bila sudah siap.
- Propofol 100 mg / iv
- Atracurium 25 mg / iv
Dengan gerakan yang lembut kantong ambu bag ditekan sampai dada
terangkat
blade sudah smpai di pangkal lidah, geser lidah pelan – pelan kearah
kiri
Masukan dari sudut kanan mulut arahkan ujung ETT menyusur ke rima
pengecekan apakah ada suara udara yang keluar dari ETT dengan
Cek ulang dengan stetoskop dan dengarkan aliran udara yang masuk
lewat ETT, apakah sama antara paru – paru kiri dan kanan
1. Tidal Volume
Tidal Volume = BB (Kg) x Konstanta (6-10)
55 x 8
TV : 440 ml
2. Minute Volume
440 x 12/menit
TV RR PEEP I:E
1:2
Intra Operasi
Pasien sudah terintubasi dengan ETT kin kin no 7.0 cup +, mayo ukuran
BB : 55 kg
4 x 10 = 40
2 x 10 = 20
1 x 35 = 35
= 6 x 55 kg
= 330 ml
= ( 65 x 55 kg )
= 3.575 cc
100 cc
Darah = 100 cc
Total = 1000 cc
= 166 tetes/menit
B. Pengakhiran anestesi
sadar penuh, mampu bernps bila di perintah, kekuatan otot sudah pulih,
tensi normal, saturasi normal dan tidak ada distensi lambung. Pasien
Pasien keluar dari kamar oparasi menuju ruang pemulihan pada jam 09.40 wib.
Pada saat masu ke ruang pemulihan pasien masih terpantau. Tanda tanda vital
Tramadol 100 mg, ketorolac 30 mg, ondansentron 8 mg dan oksigen nasal kanul
diberikan 3 liter/menit
Waktu
TD Pra Anestesi : / mmHg Skor
Sadar penuh 2 2 2 2 2 2 2 2
Kesadar
Respon terhadap panggilan 1
an
suplemen oksigen)
suplemen oksigen
Menggerakkan 4 ekstremitas 2 2 2 2 2 2 2 2
Menggerakkan 2 ekstremitas 1
Aktifitas
ekstremitas
TOTAL 8 8 9 10 10 10 10
Tetes / menit
DAFTAR PUSTAKA
Heidelberg, 2007.
Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta : EGC.
Peterson. 2004. Principle of Oral and Maxillofacial Surgery. London : BC Decker Inc.
Padjadjaran Bandung