PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker adalah penyakit yang sangat ditakuti karena sulit disembuhkan
disertai penderitaan yang hebat, biaya pengobatan yang sangat mahal dan
dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini bisa mengenai semua tingkatan
sosial dalam masyarakat
Kanker Serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada
servik, dimana dalam keadaan ini terdapatnya sekelompok sel yang abnormal
terbentuk dari sel jaringan yang tumbuh terus menerus dan tidak terbatas,
tidak terkoordinasi dan tidak berguna bagi tubuh sehingga sel - sel sekitarnya
tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut
biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan pengeluaran cairan vagina
yang abnormal (Luckmann, Sorensen, 1995).
Kanker serviks berkembang secara lambat namun pasti, dalam tahap
perkembangannya, kanker serviks berkembang tidak dalam hitungan
mingguan atau bulanan, tapi dalam hitungan tahunan. Pada stadium sangat
dini atau stadium nol, kanker serviks tidak menunjukkan gejalanya. Gejalanya
baru muncul dan dapat dideteksi bila kanker sudah berada pada stadium 1.
Makin maraknya perilaku seks bebas dimasyarakat saat ini, ditambah
dengan minimnya pengetahuan tentang pengetahuan dan pendeteksian dini
dari penyakit ini serta perubahan pola hidup yang tidak sehat menyebabkan
peningkatan jumlah wanita yang terserang kanker serviks. Sebagian besar
yang beresiko menderita kanker serviks ini adalah wanita yang sudah
melakukan hubungan seksual terutama mereka yang melakukan hubungan
seksual pada usia dini, wanita yang sering berganti-ganti pasangan dan wanita
perokok.
Dari penelitian pada 13 laboratorium Patologi Anatomi di
Indonesia frekuensi relatif kanker serviks sekitar 18,5% diikuti dengan kanker
payudara 11,2%, dimana saat ini terdapat 4.283 orang penderita kanker
serviks. Data dari RSCM Jakarta menunjukkan setiap tahun ditemukan 250
1
sampai 300 kasus kanker serviks, di Rumah Sakit kanker Dharmais Jakarta
setiap tahunnya ditangani 200 kasus baru kanker serviks. Di Sumatera Barat
pada tahun 2002 ditemukan 70 kasus kanker serviks, tahun 2003 ditemukan
90 kasus kanker serviks dan tahun 2004 ditemukan 150 kasus kanker serviks
(Dinkes Prop Sumbar, 2005).
Sedangkan untuk Kota Padang pada tahun 2002 ditemukan 30 kasus
kanker serviks, pada tahun 2003 ditemukan 40 kasus kanker serviks dan pada
tahun 2004 ditemukan 50 kasus kanker serviks. Angka ini diperkirakan akan
terus meningkat dikarenakan semakin maraknya perilaku seks bebas
dimasyarakat dan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang kanker serviks
dan Pap Smear (Dinkes Kota Padang, 2005).
Pada prinsipnya kanker serviks dapat dicegah yaitu dengan
mengendalikan penyebab serta faktor resiko dan melakukan deteksi dini
terhadap kemungkinan timbulnya penyakit. Sampai saat ini satu-satunya
deteksi dini yang paling efektif untuk menekan angka kematian akibat kanker
serviks adalah Pap Smear. Pap smear test adalah suatu metode pemeriksaan
sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah
mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel tersebut.
Tes ini ditemukan pertama kali oleh Dr. George Papanicolou pada tahun 1896,
sehingga dinamakan Pap Smear Test.
Pap Smear ini berguna sebagai pemeriksaan penyaring dan pelacak
adanya perubahan sel kearah keganasan secara dini sehingga kelainan pra-
kanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih mudah dan murah.
Bagi ibu-ibu berusia di atas 25 tahun yang telah menikah atau sudah
melakukan senggama, dianjurkan untuk Pap Smear secara teratur seumur
hidup. Bila pemeriksaan tahunan tiga kali berturut-turut hasilnya normal,
pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan setiap tiga tahun. Pada ibu-ibu
beresiko tinggi, pemeriksaan harus dilakukan sekali dalam setahun atau sesuai
petunjuk dokter. Ibu-ibu yang beresiko terkena kanker serviks adalah ibu-ibu
yang berusia antara 25-54 tahun terutama ibu-ibu yang menikah pada usia 18
tahun sehingga ibu-ibu yang berada pada rentang usia ini diharuskan
melakukan pemeriksaan Pap Smear setahun sekali.
2
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan proses keperawatan pada
Ny. E dengan Kanker Serviks Stadium III b di ruang rawat inap
Ginekologi Kebidanan RS Dr. M. Djamil Padang.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan
Kanker Serviks.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan berdasar
data yang ditemukan.
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan keperawatan
berdasarkan masalah yang ditemukan
d. Mahasiswa mampu menerapkan rencana tindakan keperawatan
sesuai dengan masalah yang diprioritaskan.
e. Mahasiswa mampu menilai pelaksanaan tindakan yang telah
dilakukan.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. Etiologi.
Penyebab kanker serviks secara pasti belum diketahui sampai saat
ini, diduga ada beberapa faktor yang dapat diidentifikasi sehubungan
dengan insidens terjadinya kanker serviks, yaitu (Wiknjosastro,et.al,1999);
a. Menikah pada usia dini ( < 16 tahun )
b. Mempunyai pasangan lebih dari satu atau ganti-ganti pasangan
(promiskuitas)
c. Sering melahirkan dan jarak kehamilan terlalu dekat
d. Riwayat infeksi virus HPV (human papilloma virus)
e. Higiene seksual yang jelek
f. Pengaruh zat karsinogen.
g. Keturunan
4
3. Gejala.
Pada penderita kanker serviks biasanya dapat ditemukan gejala - gejala
sebagai berikut (Wiknjosastro,et.al,1999) ;
a. Keputihan, berbau busuk
b. Siklus menstruasi tidak teratur.
c. Tidak menstruasi sama sekali.
d. Pengeluaran dari vagina yang tidak normal.
e. Perdarahan pada post senggama.
f. Nyeri ; rasa nyeri yang berawal dari lumbal kemudian menjalar ke
panggul bagian depan dan belakang paha, lutut, sampai pergelangan
kaki.
g. Perdarahan pada saat buang air kecil.
h. Perdarahan pada anus.
4. Klasifikasi
Tahapan stadium klinis dari kanker servik menurut The
International Federation of Gynecologic and Obstetrics (FIGO), tahun
1978, yang berdasarkan pada pemeriksaan klinis, radiologi, kuretasi
endoserviks dan biopsi, (Wiknjosastro,et.al,1999) yaitu;
a. Karsinoma Preinvasive
Stadium 0 : Karsinoma in situ ( KIS ), karsinoma intraepitel,
membrane basalis masih utuh
b. Karsinoma Invasive
Stadium I : Karsinoma terbatas pada serviks.
Stadium I a : Karsinoma microinvasive; bila membrane basalis
sudah rusak dan sel tumor sudah memasuki
stroma tak > 3 mm, dan sel tumor tidak terdapat
dalam pembuluh limfa atau pembuluh darah.
Stadium I b : Stadium sebelum terdeteksi OCC atau Occult
occ Cancer Should / tersembunyi.
Stadium I b : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang
histologik menunjukkan invasi ke dalam stroma
serviks uteri
5
Stadium II : Karsinoma meluas kebawah servik, tetapi tidak
melibatkan dinding panggung. Melibatkan
dinding vagina 2/3 proksimal.
Stadium II a : Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih
terbebas dari infiltrate tumor
Stadium II b : Penyebaran ke parametrium, uni / bilateral.
Stadium III : Penyebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal
vagina atau parametrium sampai dinding panggul
Stadium III a : Penyebaran sampai 1/3 bagain distal vagina,
sedang ke parametrium tidak persoalkan asal idak
sampai dinding panggul
Stadium III b : Penyebaran sudah sampai dinding panggul, sudah
ada gangguan fungsi ginjal
Stadium IV : Meluas ke mukosa kandung kemih & rektum
Stadium IV a : Kanker menyebar ke daerah lain sekitarnya.
Stadium IV b : Kanker menyebar ke organ lain yang lebih jauh
seperti, paru - paru, otak, tulang, dan hepar.
5. Pemeriksaan penunjang
1) Papanicalow Smear ; displasia
2) Biopsi ; neoplasma intra epitel
3) Kolposlopi; untuk melihat daerah yang
terkena proses metaplasia.
4) Laboratorium; dilakukan untuk mengetahui
aktivitas pryvaekinase, pada klien konservatif dapat diketahui
peningkatan aktivitas enzim ini terutama pada daerah epithelium
serviks.
Pemeriksaan darah rutin; ditemukan penurunan kadar hemoglobin.
5) Radiologi
a) Pelvik limphangiografi; dapat
menunjukkan adanya gangguan pada saluran pelvic atau preaortik
limfe
6
b) Pemeriksaan intravena urografi;
dilakukan pada kanker serviks tahap lanjut, menunjukkan adanya
obstruksi pada ureter terminal
c) Thorak; dilakukan pada kanker
serviks tahap lanjut, menunjukkan adanya bercak-bercak.
6) Test Schiler
Test ini menggunakan iodine solution yang diusapkan pada permukaan
serviks. Pada serviks yang normal akan membentuk bayangan
(Mahafony Brown) yang terjadi pada sel epitel serviks karena adanya
glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang mengandung sel
kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah karena tidak ada
glikogen.
6. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan pada klien tergantung pada
jenis atau klasifikasi dari kanker serviks yaitu ;
Stadium 0 : Dilakukan pengobatan berupa Histerektomi total
dengan vaginektomi parsial.
Stadium I : Dilakukan pengobatan berupa Histerektomi total dan
radiasi.
Stadium II a : Dilakukan pengobatan berupa Histerektomi dan
radiasi
Stadium II b : Pengobatan berupa radiasi.
Stadium III : Pengobatan berupa radiasi
Stadium IV : Dilakukan pengobatan berupa radiasi dan pembedahan
bila terjadi gangguan akibat perluasan kanker serviks.
7
e. Kemampuan alhi atau tim ahli yang menangani
f. Sarana pengobatan yang tersedia.
8
B. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian.
a. Identitas Klien
b. Data Umum Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan ; keputihan, siklus menstruasi tidak teratur, tidak
menstruasi sama sekali, pengeluaran dari vagina yang tidak normal,
perdarahan pada post senggama, nyeri (rasa nyeri yang berawal dari
lumbal kemudian menjalar ke panggul bagian depan dan belakang
paha, lutut, sampai pergelangan kaki), perdarahan pada saat buang
air kecil, perdarahan pada anus.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu tentang penyakit yang behubungan
dengan kanker; terdapatnya riwayat infeksi virus HPV (human
papilloma virus), higiene seksual yang jelek.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga yang menderita kanker, riwayat pasangan yang
menderita infeksi reproduksi.
4) Riwayat menstruasi
Adanya riwayat menstruasi yang tidak teratur, lama dan siklus haid,
menarche.
5) Riwayat perkawinan
Adanya riwayat menikah pada usia dini ( kurang dari 16 tahun ),
mempunyai pasangan lebih dari satu, sering melahirkan dan jarak
kehamilan terlalu dekat.
6) Riwayat keluarga berencana
Adanya riwayat penggunaan alat kontrasepsi hormal
9
c. Aspel Psikososial
Cemas, perasaan putus asa, menyangkal diagnostik, gangguan fungsi
dan tanggung jawab peran, ganguan hubungan seksual, dan menarik diri.
1) Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologis dan perilaku secara tidak langsung melalui timbulnya
gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan
kecemasan. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan
peningkatan tingkat kecemasan.
2) Faktor predisposisi.
Dalam mengkaji faktor predisposisi akan ditemukan hal yang dapat
menyebabkan terjadinya kecemasan, antara lain ; peristiwa
traumatik, konflik yang dialami, frustasi, gangguan fisik, pola
keluarga menghadapi stress, riwayat gangguan kecemasan dalam
keluarga, dan pengobatan yang pernah didapat.
3) Stressor pencetus.
Stressor pencetus berasal dari sumber internal atau eksternal.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua katagori yaitu ;
a) Ancaman terhadap integritas seseorang yang meliputi ;
ketidakmampuan fisiologis atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b) Ancaman terhadap sistem diri seseorang yang dapat
membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial.
4) Sumber koping.
Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan
menggunakan sumber koping dari lingkungannya diantaranya adalah
asset ekonomi, kemampuan pemecahan masalah, dukungan sosial,
keyakinan budaya yang dapat membuat individu mengadopsi
strategi koping yang sukses.
5) Mekanisme koping.
10
Ketika mengalami kecemasan individu menggunakan berbagai
mekanisme koping untuk mencoba mengatasi ketidakmampuan dan
kecemasan secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya
perilaku patologis.
Untuk kecemasan ringan, pola yang cenderung yang digunakan
tahapan dominan seperti ; menangis, tidur, makan, tertawa atau
melakukan aktivitas fisik. Namun untuk mengatasi kecemasan
sedang, berat dan panik dibutuhkan lebih banyak energi. Ada dua
mekanisme koping yang dapat dilakukan ;
a) Reaksi berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realistic, seperti;
- Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah hambatan
pemenuhan kebutuhan.
- Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun
psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber
stress.
- Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara
seseorang untuk mengoperasikan, mengganti tujuan atau
mengorbankan salah satu kebutuhan pribadi.
b) Mekanisme pertahanan ego, koping ini tidak selalu berhasil
digunakan dalam kondisi kecemasan. Mekanisme ini banyak
digunakan untuk diri klien sehingga disebut mekanisme
pertahanan ego.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum; lemah, klien tampak pucat.
2) Tanda-tanda vital; Tekanan darah normal atau rendah, nadi
meningkat, frekuensi napas normal atau meningkat, suhu normal
atau meningkat.
3) Kepala; rambut rontok, konjungtiva anemis, membrane mukosa
mulut kering, mukosa mulut pucat.
4) Thorak; pernapasan dan nadi agak meningkat, hipotensi
11
5) Abdomen; nyeri tekan, terdapat distensi abdomen atau kandung
kemih.
6) Genitalia; keluar cairan (keputihan, darah), kemerahan,
laserasi, dan bau busuk.
7) Ekstremitas; kelemahan, edema
e. Data Pemeriksaan Penunjang
1) Papanicalow Smear ; displasia
2) Biopsi ; neoplasma intra epitel
3) Kolposkopi; untuk melihat daerah yang
terkena proses metaplasia.
4) Laboratorium; mengetahui aktivitas
pryvaekinase, pada klien diketahui peningkatan aktivitas enzim ini
terutama pada daerah epithelium serviks. Darah rutin; penurunan
kadar hemoglobin.
5) Radiologi
a) Pelvik limphangiografi, yang dapat
menunjukkan adanya gangguan pada saluran pelvic atau
preaortik limfe
b) Pemeriksaan intravena urografi,
yang dilakukan pada kanker serviks tahap lanjut, dapat
menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal
6) Test Schiler
Test ini menggunakan iodine solution yang diusapkan pada
permukaan serviks. Pada serviks yang normal akan membentuk
bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks karena adanya
glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang mengandung sel
kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah karena tidak
ada glikogen.
2. Diagnosa Keperawatan
Pada klien dengan Kanker serviks, kemungkinan diagnosa keperawatan
yang dapat muncul adalah sebagai berikut;
12
a. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan berlebihan melalui rute normal dan/atau abnormal
(perdarahan); status hipermetabolik; kerusakan masukan cairan.
b. Ketakutan/Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker);
ancaman atau perubahan status kesehatan; ancaman kematian;
perpisahan dari keluarga.
c. Antisipasi berduka berhubungan dengan kehilangan yang diantisipasi
dari kesejahteraan (perubahan fungsi tubuh); perubahan gaya hidup;
penerimaan kemungkinan kematian.
d. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan efek samping
kemoterapi atau radioterapi
e. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (kompresi/destruksi
jaringan saraf, infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya, obstruksi jaras
saraf, inflamasi); efek samping berbagai agen terapi saraf.
f. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
status metabolic berkenaan dengan kanker; konsekuensi kemoterapi
dan radiasi; distress emosional.
g. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan sekunder dan imunosupresi; malnutrisi; prosedur invasive.
h. Risiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa mulut
berhubungan dengan efek samping dari beberapa agen kemoterapi.
i. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan
dengan efek radiasi dan kemoterapi; penurunan imunologis; perubahan
status nutrisi, anemia.
j. Risiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan iritasi
mukosa GI dari kemoterapi atau radiasi; masukan cairan buruk.
k. Risiko tinggi terhadap perubahan pola seksual berhubungan dengan
ketakutan dan ansietas; perubahan fungsi/struktur tubuh.
l. Risiko tinggi terhadap perubahan proses keluarga berhubungan dengan
krisis situasi; perubahan peran/status ekonomi; kehilangan yang
diantisipasi dari anggota keluarga.
13
m. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit,
prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan
interpretasi informasi; tidak mengenal sumber informasi; keterbatasan
kognitif.
( Doenges, Marilynn, 1993; Reeder, 1997)
3. Intervensi
14
Rasional; membantu klien untuk merasa diterima pada adanya
kondisi tanpa perasaan dihakimi dan meningkatkan rasa terhormat
dan terkontrol.
4) Pertahankan kontak sering dengan klien. Bicara dengan
menyentuh klien bila tepat.
Rasional; memberikan keyakinan bahwa klien tidak sendiri atau
ditolak; berikan respek dan penerimaan individu, mengembangkan
kepercayaan.
5) Bantu klien/orang terdekat dalam mengenali dan
mengklarifikasi rasa takut untuk memulai mengembangkan strategi
koping untuk menghadapi rasa takut.
Rasional; keterampilan koping sering tidak efektif setelah diagnosis
dan selama fase pengobatan berbeda.
6) Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.
Hindari memperdebatkan tentang persepsi klien terhadap situasi.
Rasional; dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan klien
membuat keputusan/pilihan berdasarkan realita.
7) Izinkan ekspresi marah, kecewa tanpa konfrontasi. Berikan
informasi dimana perasaan adalah normal dan diekspresikan secara
wajar.
Rasional; penerimaan perasaan memungkinkan klien mulai
menghadapi situasi.
8) Jelaskan pengobatan yang dianjurkan, tujuannya dan potensial
efek samping. Membantu klien menyiapkan pengobatan.
Rasional; tujuan pengobatan kanker adalah menghancurkan sel-sel
malignan sambil meminimasi kerusakan pada sel yang normal.
9) Jelaskan prosedur, berikan kesempatan untuk bertanya dan
jawaban jujur.
Rasional; informasi akurat memungkinkan klien menghadapi situasi
lebih efektif dengan realitas, sehingga menurunkan ansietas dan rasa
takut karena ketidaktahuan.
15
10) Berikan pemberi perawatan primer atau konsisten kapan pun
mungkin
Rasional; membantu menurunkan ansietas dengan mengembang-kan
hubungan terapeutik dan memudahkan perawatan kontiniu.
11) Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang
Rasional; memudahkan istirahat, menghemat energi, dan
meningkatkan kemampuan koping.
16
Rasional; memungkinkan untuk interaksi interpersonal lebih baik
dan menurunkan ansietas dan rasa takut.
17) Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan mayor
akan dibuat.
Rasional; menjamin system pendukung untuk klien dana
memungkinkan orang terdekat terlibat dengan tepat.
17
Rasional; pengukuran sensitif terhadap fluktuasi keseimbangan
cairan.
3) Pantau tanda vital. Evaluasi nadi perifer, pengisian kapiler.
Rasional; menunjukkan keadekuatan volume sirkulasi
4) Kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa. Perhatikan
keluhan haus.
Rasional; indikator tidak langsung dari status hidrasi atau derajat
kekurangan volume cairan.
18
10) Berikan transfusi darah sesuai indikasi, misal :
SDM:
Rasional; diperlukan untuk memperbaiki jumlah darah dan
mencegah manifestasi anemia yang sering ada pada pasien
kanker, misalnya : takikardi, takipnea, pusing dan kelemahan.
Trombosit :
Rasional; trombositopenia (yang dapat terjadi sebagai efek
samping kemoterapi, radiasi atau proses kanker) meningkatkan
resiko perdarahan dari membran mukosa dan sisi tubuh yang
lain. Perdarahan spontan secara umum terjadi pada trombosit
kurang dari 20.000.
c. Diagnosa keperawatan; Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
(kompresi/destruksi jaringan saraf, infiltrasi saraf atau suplai
vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi); efek samping berbagai
agen terapi saraf
Tujuan; setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri yang dirasakan
klien dapat diminimalkan atau terkontrol.
Kriteria hasil
- Klien melaporkan nyeri yang dirasakan berkurang
- Klien mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
- Klien mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi.
Intervensi
Mandiri
1) Tentukan riwayat nyeri, misal lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan
intensitas, serta tindakan penghilangan yang digunakan
Rasional; informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan/keefektifan intervensi.
2) Berikan tindakan kenyamanan dasar (misal; reposisi, gosokan
punggung) dan aktivitas hiburan.
Rasional; meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan
kembali perhatian.
19
3) Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (misal; teknik
relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi), tertawa, dan sentuhan
terapeutik
Rasional; memungkinkan klien untuk berpartisipasi secara aktif dan
meningkatkan rasa kontrol.
4) Evaluasi penghilangan nyeri/kontrol. Nilai pengaturan pengobatan
bila perlu
Rasional; tujuannya adalah kontrol nyeri maksimum dengan
pengaruh minimum pada aktivitas kegiatan sehari-hari.
Kolaborasi
5) Kembangkan rencana manajemen nyeri dengan klien dan dokter
Rasional; rencana terorganisasi mengembangkan kesempatan untuk
kontrol nyeri. Terutama dengan nyeri kronis, klien/orang terdekat
harus aktif menjadi partisipan dalam manjemen nyeri di RS/di
rumah.
6) Berikan analgesik sesuai indikasi
Rasional; nyeri adalah komplikasi sering dari kanker, meskipun
respons individual berbeda. Saat perubahan penyakit/pengobatan
terjadi, penilaian dosis dan pemberian akan diperlukan.
4. Evaluasi
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. E
TTL : Pekanbaru, 27 April 1963
Umur : 43 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Banto Laweh, Bukittingi
No MR : 00.47.22.90
Tanggal Masuk RS : 12 April 2006
Nama Suami : Tn.S
Umur :
Pekerjaan : Wiraswasta
2. Data Umum Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien masuk ruang Onkologi/Ginekologi IRNA.A Kebidanan RS Dr.
M. Djamil Padang pada tanggal 12 April 2006 jam 14.00 kiriman Poli
21
Kebidanan dengan keluhan keluar darah dari kemaluan sejak 1 tahun
yang lalu, warna merah, tidak berbau, riwayat perdarahan post coitus
tidak ada. Klien merupakan rujukan dari Rumah Sakit di Bukittinggi,
dan telah dirawat inap di RS di Bukittingi selama 12 hari.
Keluhan utama; Klien mengeluh perut bagian bawah dan panggulnya
terasa sakit, dan sakitnya bertambah berat bila duduk, klien merasa
lemah, susah tidur, merasa letih, klien tampak menanggis, tampak
gelisah.
Faktor pencetus; terasa sakit terus menerus dan bertambah berat bila
duduk.
Lamanya keluhan; terasa sakit terus menerus.
22
BB sekarang tidak ditimbang karena keadaan klien lemah, TB 154 cm
Klien mengatakan sebelum sakit berat badannya 56 kilogram
Klien mengatakan dalam sehari makan sebanyak 3 kali, makanan hanya
habis 1/3 dari porsi yang diberikan, karena klien kurang nafsu makan.
Klien mengatakan dalam 3 bulan terakhir berat badannya terasa sangat
turun.
Klien mengatakan minun dari pagi 6 - 7 gelas dalam 24 jam (1400 cc)
4. Pola Eliminasi
Klien mengatakan buang air besar 1 kali dalam sehari pada waktu pagi,
warnanya kuning dan agak lembek, tidak ada menggunakan pencahar.
Klien mengatakan buang air kecil 4-5 kali dalam sehari ( 900 cc), warna
jernih kekuningan, dan tidak berbau.
5. Pola Tidur dan Istirahat
Klien mengatakan tidur malam jam 11, lamanya 4-5 jam, sering terbangun
pada malam hari karena perut terasa sakit, klien merasa kurang tidur.
6. Pola Aktivitas dan Latihan
Klien mengatakan ke toilet dibantu suaminya, mandi dilap di tempat tidur,
klien lebih banyak berbaring di tempat tidur.
7. Pola Bekerja
Klien mengatakan sebelum sakit, klien melakukan pekerjaan sebagai isteri
dan ibu rumah tangga di rumah.
8. Riwayat Keluarga ( Genogram )
23
: Meninggal
9. Riwayat Lingkungan
Kebersihan; klien mengatakan rumah cukup bersih
Bahaya; klien mengatakan tidak ada merasakan adanya bahaya dari
lingkungan tempat tinggal.
Polusi; klien mengatakan tidak ada pencemaran lingkungan tempat tinggal
dari sampah, limbah pabrik.
24
tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan
f. Mulut : Mukosa mulut tidak kering, mukosa mulut tidak
kering, kebersihan mulut baik
g. Pernapasan : Bunyi napas vesikuler, tidak ada ronchi
h. Sirkulasi : Bunyi jantung I-II, bunyi tambahan tidak ada,
ekstremitas terasa dingin, kapiler refill lambat,
kulit tampak pucat.
i. Abdomen : Simetris, tidak ada teraba massa, nyeri tekan pada
daerah simphisis
j. Reproduksi : Keluar darah 15 cc dari vagina, tidak berbau
pengeluaran sekret tidak ada, kemerahan tidak ada
k. Neurology : Reflek patella baik, kelemahan pada ekstremitas-
tidak ada.
l. Musculoskeletal : Kelainan bentuk tubuh tidak ada, nyeri tekan pada
tulang dan tulang tak ada, kekuatan otot berkurang,
lingkar lengan atas 18 cm
14. Pengobatan
Tanggal 24 April 2006
25
Radioterapi (baru 1 kali pada tanggal 24 April 2006, hari berikutnya
tidak dilaksanakan, karena perdarahan)
Tanggal 26 April 2006
Oral : Ciproloxacin 2 x 500 gram
As. Mefenamat 3 x 500 gram
Parenteral : Injeksi Transamin 1 x 1 ampul
Injeksi Vitamin K 1 x 1 ampul
Injeksi Vitamin C 1 x 1 ampul
Infus RL 20 tts / menit
Transfusi darah PC 2 kantung
B. Analisa Data
26
serviks, diferensiasi sedang, reaksi infiltrat
ringan
Data subjektif;
- Klien mengatakan merasa
kurang tidur lamanya 4-5 jam
- Klien mengatakan kurang
nafsu makan
- Klien mengatakan ke toilet
dibantu suaminya
- Klien merasa lemah
- Klien merasa cemas
3 dengan penyakitnya Risiko tinggi terhadap
penyakitnya
Data objektif;
- Semua aktivitas di Bantu
- Klien tampak lemah
- Hasil Pemeriksaan biopsi
jaringan serviks; Adenomakarsinoma papiler
serviks, diferensiasi sedang, reaksi infiltrat
ringan
Data subjektif;
- Klien merasa lemah
4 - Klien mengatakan 1 hari Perubahan nutrisi : kurang
yang lalu darah kembali banyak keluar dari dari kebutuhan tubuh
kemaluannya
- Klien mengatakan sering
mengalami perdarahan yang berulang.
Data objektif;
- Klien tampak lemah
- Konjungtiva anemis
- Kulit tampak pucat
- Kadar Hb (tgl 26-4-2006)
Hb 9,4 gr %
27
Data subjektif;
- Klien mengatakan nafsu
makan berkurang
5 - Klien mengatakan dalam Perubahan perfusi jaringan
sehari makan 3 kali, makanan habis 1/3 dari
porsi yang diberikan
- Klien mengatakan dalam 3
bulan terakhir berat badannya terasa sangat
turun
- Klien merasa lemah
Data objektif;
- Klien tampak lemah
- Kulit tampak pucat
- Konjungtiva anemis
- Lingkar lengan atas 18 cm
- Makanan yang diberikan
tampak bersisa
- Kadar Hb (tgl 26-4-2006)
Hb 9,4 gr %
Data subjektif;
- Klien merasa lemah
Data objektif;
- Kapiler refill lambat
- Konjungtiva anemis
- Kulit tampak pucat
- Ekstremitas terasa dingin
- Kadar Hb (tgl 26-4-2006)
Hb 9,4 gr %
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan kompresi/destruksi jaringan saraf, infiltrasi
saraf atau suplai vaskularnya.
2. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan berlebihan melalui rute abnormal (perdarahan).
28
3. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke
sel.
4. Antisipasi berduka berhubungan dengan kehilangan yang diantisipasi dari
kesejahteraan (perubahan fungsi tubuh); perubahan gaya hidup.
5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
status metabolik berkenaan dengan kanker; konsekuensi kemoterapi dan
radiasi; distress emosional.
29
terasa lebih sakit bila duduk.
O
2) Menggosok punggung
- Kl
klien melibat keluarga klien
ien melakukan
Hasil; klien merasa sakitnya
teknik napas dalam
belum kurang
- Kl
3) Memotivasi dan ien tampak
membimbing menggunakan merintih saat sakit
teknik napas dalam serta
melakukan sentuhan terapeutik A
Hasil; klien melakukan teknik Nyeri belum
napas dalam. terkontrol/belum
4) Melibatkan keluarga teratasi
supaya memberi perhatian
Hasil; keluarga membantu P
menggosok punggung klien saat Intervensi
timbul sakit dilanjutkan
5) Kolaborasi; Memberikan
obat analgesik asam mefenamat
Hasil; klien mengatakan
sakitnya tidak berkurang
30
tetesan lancar. cairan
6) Kolaborasi; Memberikan injeksi
P
intravena
Intervensi
Transamin 1 ampul
dilanjutkan
Vitamin K 1 ampul
Vitamin C1 ampul
Hasil; Injeksi telah diberikan,
efek samping tidak ada.
Jam 14 7) Memantau masukan dan
haluaran
Hasil; Minum dari pagi 3
gelas (600 cc), BAK 2 kali
(250 cc).
31
Hasil; Klien berpartisipasi
dalam perawatannya
8) Mengkaji cara
klien/suaminya memahami dan
berespons terhadap perubahan
kesehatan klien.
Hasil; Klien/suami berespon
dengan perilaku adaptif.
32
Hasil; Turgor kulit baik, minun dari pagi 3
mukosa mulut lembab, klien gelas (600 cc
mengatakan tidak haus.
O
3) Menganjurkan/memotivasi
- T
klien untuk meningkatkan
D 100/60 mmHg, N
masukan cairan (minum
88x/mnt, pengisian
minimal 8-10 gelas / hari)
kapiler melambat
Hasil; Turgor kulit baik,
- T
mukosa mulut lembab, klien
urgor kulit baik,
mengatakan tidak haus.
mukosa mulut
4) Mengobservasi perdarahan lembab
pervaginam - Te
Hasil; Perdarahan pervaginam rpasang Dawer
tidak ada, serviks ditampon, jam kateter urine 300
23.00 (malam tadi) perdarahan ml
pervaginam 400 cc - Te
5) Memberikan Transfusi rpasang Infus NaCl
darah 24 tetes/menit
Hasil; Transfusi darah PRC 20
tetes/mnt kantong ke 2 A
Klien masih
6) Kolaborasi; Memberikan berisiko terhadap
cairan infus NaCl 24 tetes/menit kekurangan volume
Hasil; Infus NaCl 24 tetes/mnt cairan
terpasang di lengan kanan,
tetesan lancar. P
7) Kolaborasi; Memberikan injeksi Intervensi dilanjutkan
intravena
Transamin 1 ampul
Vitamin K 1 ampul
Vitamin C1 ampul
Hasil; Injeksi telah diberikan,
Jam 14 efek samping tidak ada.
8) Memantau masukan dan
haluaran
Hasil; Minun dari pagi 3 gelas
(600 cc), BAK 300 ml.
33
ien mengatakan
nutrisi dengan masukan cairan
sudah dicoba tapi
adekuat, dan lebih sedikit tapi
nafsu makan
sering (porsi kecil tapi sering).
kurang
Hasil; Klien mengatakan sudah
dicoba tapi nafsu makan kurang
O
3) Menganjurkan klien untuk - M
penggunaan teknik relaksasi, akanan hanya habis
latihan sedang sebelum makan 1/3 dari porsi yang
Hasil; Klien mengatakan akan diberikan
mencobanya - Kl
4) Memotivasi untuk ien tampak lemah
komunikasi terbuka mengenai - Te
masalah anoreksia. rpasang Infus NaCl
Hasil; Klien mengatakan cemas 24 tetes/menit
dengan keadaan penyakitnya
A
5) Menjelaskan pada klien Perubahan nutrisi
bahwa dalam kondisi sekarang belum teratasi
dibutuhkan makanan/ nutrisi
yang baik. P
Hasil; Klien memperhatikan Intervensi dilanjutkan
saat penjelasan
5) Kolaborasi; Memberikan A
cairan infus NaCl 24 tetes/menit Klien masih
Hasil; Infus NaCl 24 tetes/mnt berisiko terhadap
terpasang di lengan kanan, kekurangan volume
34
tetesan lancar. cairan
6) Kolaborasi; Memberikan
P
injeksi intravena
Intervensi dilanjutkan
Transamin 1 ampul
Vitamin K 1 ampul
Vitamin C1 ampul
Hasil; Injeksi telah diberikan,
efek samping tidak ada.
7) Memantau masukan dan
haluaran
Hasil; Minun dari pagi 3 gelas
(600 cc), BAK 2 kali (250 cc).
A
Perubahan nutrisi
belum teratasi
P
Intervensi dilanjutkan
BAB III
PENUTUP
35
A. Kesimpulan
Kanker Serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada
servik, dimana dalam keadaan ini terdapatnya sekelompok sel yang abnormal
terbentuk dari sel jaringan yang tumbuh terus menerus dan tidak terbatas,
tidak terkoordinasi dan tidak berguna bagi tubuh sehingga sel - sel sekitarnya
tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut
biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan pengeluaran cairan vagina
yang abnormal.
Pada kanker serviks yang sering terjadi adalah perdarahan, ini akan
berakibat vital pada klien yaitu kekurangan volume sirkulasi serta dengan
kondisi seperti ini klien tidak dapat menjalani terapi pembedahan, kemoterapi
ataupun radioterapi. Maka oleh sebab itu, diperlukan penanganan yang baik
dari aspek medik dan keperawatan.
Dari data yang di dapat (berdasarkan pengkajian pada tanggal 26 April
2006) diperoleh beberapa masalah keperawatan, antara lain; gangguan rasa
nyaman: nyeri, risiko tinggi kekurangan volume cairan, antisipasi berduka dan
perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh.
Untuk mengatasi keempat masalah keperawatan tersebut telah
dilakukan intervensi keperawatan mandiri dan kolaborasi, dan dilakukan
evaluasi (selama 6 hari), dengan hasil sebagai berikut; nyeri yaitu teratasi
sebagian, risiko tinggi kekurangan volume cairan yaitu belum teratasi,
antisipasi berduka yaitu belum teratasi, dan perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh yaitu belum teratasi.
B. Saran
1. Klien dengan kanker serviks stadium IIIb yang merupakan stadium
lanjut dan penyakit terminal, saat ini dibutuhkan perawatan yang
36
komprehensif yang meliputi biospsikososial-spritual. Dengan harapan
klien menghadapi ajal dalam kondisi sejahtera dan tenang.
2. Perlu adanya keterlibatan dari penasehat spiritual dalam perawatan
klien
3. Untuk wanita (terutama wanita yang berisiko) diperlukan
kesadaran untuk melakukan deteksi dini kanker serviks melalui Pap
Smear.
DAFTAR PUSTAKA
37
Doengoes, Marilynn.E. 1993. Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian keperawatan pasien. edisi ketiga. Jakarta : EGC.
Linda Juall. 1995. Buku saku diagnosa keperawatan. 6 th ed. Jakarta : EGC.
38