hanya
pada
keadaan-keadaan
tertentu
pasien
keadaan
normal,
disebut
sebagai
keadaan
hiperinsulinemia
Fase Kedua
Pada fase ini, kadar insulin tinggi namun tidak selamanya kadar
glukosa darah ikut abnormal. Seiring dengan ketidakpekaan sel
terhadap insulin yang bertambah parah, sebagian orang akan
berhasil untuk meningkatkan produksi insulin sehingga kadar
glukosa darah tetap normal. Namun, orang dengan kelemahan
pada pancreas akan mengalami keterbatasan dalam produksi
insulin, biasanya disebabkan karena faktor usia. Pancreas akan
terlambat mengeluarkan insulin saat makan, sehingga kadar
mutasi
pada
DNA
mitokondria.
Secara
membawa
juga
dapat
mengakibatkan
dan
aktivasi
glikogen
sintase.
Kejadian
ini
tersebut
insulin.
Pada
resistensi
insulin,
terjadi
insulin
harus
mengalami
dan
pada
akhirnya
adaptasi
sehingga
menjadi
membawa
akibat
kurang
pada
defisiensi insulin.
Pada DM tipe 2 akhir telah terjadi penurunan kadar
insulin akibat penurunan kemampuan sel pankreas untuk
mensekresi insulin, dan diiringi dengan peningkatan kadar
glukosa dibandingkan normal (Nugroho, 2006).
Faktor resiko
Faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya
DM tipe 2 dibagi menjadi dua, yaitu :
Faktor resiko yang tidak dapat diubah
a. Riwayat keluarga diabetes
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab diabetes mellitus
orang
tua.
Biasanya,
seseorang
yang
menderita
DM
kehamilan
atau
dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan
sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan
-
atau
hiperosmolariti
menyebabkan
cairan
intrasel
penurunan
protein
energi
(dengan
karbohidrat
yang
cukup)
dan
tetap
waktu 5 menit
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk
Jika kadar glukosa darah tidak normal tetapi belum termasuk kriteria
diagnosis untuk diabetes, keadaan ini disebut Toleransi Glukosa
Terganggu (TGT) atau IGT. Seseorang dengan TGT mempunyai risiko
terkena diabetes tipe 2 jauh lebih besar daripada orang biasa.
-
Reduksi Urin
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan
urine
rutin
yang
selalu
dilakukan
di
klinik.Hasil
yang
(+)
pedoman.
Jika pada urin ditemukan kadar glukosa yang cukup tinggi atau juga
mengandung benda keton (ketonuria) merupakan indikasi diagnosis
Diabetes Mellitus namun diperlukan pemeriksaan diagnostik lain
-
untuk mengonfirmasi
Kadar C-peptide
Pengukuran C-peptide ini dilakukan untuk melihat kadar insulin
dalam darah. Karena insulin cepat dimetabolisme di dalam tubuh
maka akan kesulitan untuk menentukan kadar insulin sehingga
dilakukan pemeriksaan C-peptide dengan alasan kadar C-Peptide
terhadap pengobatan
Marker imunologis : ICA (Islet Cell auto-antibody), IAA (Insulin autoantibody), Anti GAD (Glutamic decarboxylase auto-antibody)
6. Penatalaksanaan Medis
Tujuan umum terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik.
Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar
glukosa darah normal ( euglikemia ) tanpa terjadinya hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas pasien.
Menurut Brunner dan Suddart ( 2002 : 1227 ), ada beberapa komponen
penatalaksanaan diabetes.
a. Diet dan pengendalian berat badan
mineral )
Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
Memenuhi kebutuhan energi
Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui
akut
dan
kegiatan
jasmani
untuk
kadar
glukosa
darah,
mencapai
untuk
dan
membantu
upaya
untuk
kekuatan,
kelenturan
tubuh,
keseimbangan,
dan
Jika
memungkinkan
latihan
secara
olahraga
optimal
sebaiknya
membutuhkan
glukosa
darah
mandiri
dan
mengajarkan
ketrampilan
- Dapat mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
Edukasi (penyuluhan) secara individual dan pendekatan
berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti perubahan
perilaku yang berhasil. Perubahan perilaku hampir sama dengan
proses
edukasi
dan
memerlukan
penilaian,
perencanaan,
Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas, dan merupakan pilihan
utama
untuk
pasien
dengan
berat
badan
normal
dan
badan
lebih.Untuk
menghindari
hipoglikemia
panjang.
Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan
sulfonilurea, dengan penekanan pada peningkatan sekresi
insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat
yaitu Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid
(derivatefenilalanin).Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah
pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati.
Obat ini dapat mengatasi hiperglikemia post prandial.
Tiazolidindion
meningkatkan
jumlah
protein
pengangkut
glukosa,sehingga
meningkatkan
ambilan
glukosa
di
kelas
I-IV
karena
dapat
memperberat
menggunakan
tiazolidindion
perlu
dilakukan
Metformin
efek
samping
mual.Untuk
mengurangi
keluhan
tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah makan. Selain itu
harus diperhatikan bahwa pemberian metformin secara titrasi pada
awal penggunaan akan memudahkan dokter untuk memantau efek
samping obat tersebut.
Penghambat Glukosidase Alfa (Acarbose)
Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus
halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah
sesudah
makan.
Acarbosetidak
menimbulkan
efek
samping
menengah.
Setelah makan, untuk menurunkan kadar glukosa darah post
prandial pada anak pra-pubertas dengan kebiasaan makan
kemudahan
bagi
keluarganya.
Para remaja yang tidak senang dengan perhitungan dosis
insulin
kerja
menengah
atau
kombinasi
kerja
Faktor keturunan
Faktor kegiatan jamnasi yang kurang
Faktor kehemukan/distribusi lemak
Faktor nutrisi berlebihan
Faktor lain, obat-obatan, hormon
yaitu:
Meningkatkan konsumsi sayur dan buah
Membatasi makanan tinggi lemak dan karbohidrat sederhana
Mempertahankan berat badan normal/idaman sesuai dengan umur
dan
tinggi badan
Melakukan kegiatan jasmani yang cukup sesuai dengan umur dan
kemampuan
Menghindari obat yang bersifat diabetogenik
dalam urin.
Kaki - pemeriksaan kaki secara berkala dan penyuluhan mengenai
cara perawatan kaki yang sebaik-baiknya untuk mencegah
kemungkinan timbulnya kaki diabetik dan kecacatan yang mungkin
kemudian ditimbulkan.
8. Komplikasi
a. Komplikasi Akut
Hyperglikemia Hyperosmolar
Pada penderita diabetes mellitus, glukosa dalam sirkulasi tidak
bisa diserap oleh sel sebagai bahan baku energi sehingga kadar
glukosa dalam sirkulasi meningkat atau terjadi hyperglikemia.
Dengan demikian konsentrasi cairan ekstrasel terutama di
vaskuler (hyperosmolar) sehingga terjadi difusi cairan dari
intrasel keekstrasel dan terjadilah dehidrasi intrasel. Kadar
glukosa yang tinggi dalam darah akan menimbulkan osmotik
diuresis pada ginjal sehingga urin yang dikeluarkan oleh pasien
sangat banyak dan lama kelamaan akan menyebabkan
dehidarasi ekstrasel
Hypoglikemia
Hypoglikemia ini terjadi karena renjatan insulin dimana pada
pemberian
insulin
yang
salah
(dosis
dan
waktu)
akan
arteriosklerosis
dimana
hal
tersebut
dapat
yang
menurun
pada
pasien
DM
akan
Diagnosa
NOC
NIC
Lakukan
pegkajian
nyeri
keperawatan,tingkat
komprehensif
kenyamanan klien
meningkat,
termasuk
secara
lokasi,
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan.
pada
frekuensi
ekspresi
nyeri, sebelumnya.
wajah,
menyatakan
dan4. Kontrol
ontro
mempengaruhi
lingkungan
nyeri
seperti
yang
suhu
N:
(farmakologis/non farmakologis)..
7. Ajarkan
nyeri dibuktikan
dengan
teknik
non
farmakologis
analgetik
untuk
mengurangi
nyeri.
9. Evaluasi
tindakan
pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
10.
manajemen nyeri.
Administrasi analgetik :.
1. Cek
program
pemberian
analogetik;
analgetik
pilihan,
rute
dan
sesudah
pemberian analgetik.
5. Berikan analgetik tepat waktu terutama
saat nyeri muncul.
6. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan
gejala efek samping.
2.
Ketidakseimbangan
Setelah
asuhan
kebutuhan tubuh bd
klien
ketidakmampuan
menunjukan status
nutrisi
tubuh mengabsorbsi
zat-zat gizi
adekuatdibuktikan
mal
nutrisi,5. Anjurkan klien untuk
berhubungan dengan terjadi
tingkat energi adekuat, asupan nutrisinya.
faktor biologis.
masukan
nutrisi6. Yakinkan
adekuat
diet
mengandung
meningkatkan
yang
cukup
dikonsumsi
serat
untuk
mencegah konstipasi.
7. Berikan
informasi
tentang
kebutuhan
BB
setiap
hari
jika
memungkinkan.
2. Monitor respon klien terhadap situasi
yang mengharuskan klien makan.
3. Monitor lingkungan selama makan.
4. Jadwalkan
pengobatan
dan
tindakan
makanan
misalnya
Wound care
Kerusakan integritas Setelah dilakukan
jaringan
bd faktor asuhan keperawatan, 1. Catat karakteristik luka:tentukan ukuran
mekanik: perubahan Wound healing
sirkulasi, imobilitas meningkat
dan
penurunan
sensabilitas
(neuropati)
dengan criteria:
Luka mengecil dalam
ukuran dan
dengan
kasa
steril
sesuai
kebutuhan
8. Lakukan pembalutan
9. Pertahankan tehnik dressing steril ketika
teridentifikasi dialami
intoleransi dapat
2. Kolaborasi dengan fisioterapi
penurunan Mobility level
kekuatan otot
motivasi
klien
untuk
3. Melaporkan perasaan
6. Anjurkan ROM Exercise aktif: jadual;
peningkatan
kemampuan
bergerak
dressing,
feeding
and toileting.
1. Dorong
keluarga
untuk berpartisipasi
kebersihan
berpakaian
kuku,
dietnya
kulit,
dan
pola
eliminasinya.
4. Monitor kemampuan perawatan diri klien
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
5. Dorong klien melakukan aktivitas normal
keseharian sesuai kemampuan
6. Promosi aktivitas sesuai usia
5.
pengetahuan klien
tingkat
pengetahuan
klien
dan
meningkat.
mungkin
1 Tahu Diitnya
2 Proses penyakit
3 Konservasi energi
berarti
4 Kontrol infeksi
perkembangan klien
5 Pengobatan
6 Aktivitas
dengan
informasi
tentang
dianjurkan
7 Prosedur pengobatan
mungkin
8 Regimen/aturan
pengobatan
9 Sumber-sumber
kesehatan
10
penyakit
diperlukan
untuk
mencegah
Manajemen 8. Jelaskan
alasan
dilaksanakannya
6.
Setelah
asuhan
klien
Perawatan diri
2. Monitor
kebutuhan
akan
personal
(ADL)
indicator :
Pasien
klien
dalam
memenuhi
melakukan
aktivitas kebutuhannya.
sehari-hari
berpakaian,
kebersihan,
aktivitas
ambulasi)
secara rutin
Kebersihan diri pasien7. Evaluasi kemampuan
terpenuhi
perawatan
klien
diri
dalam
PK:
Hipo
Hiperglikemi
/ Setelah
asuhan
diharapkan
perawat
2. Monitor tanda dan gejala hipoglikemi ;
akan menangani dan kadar gula darah < 70 mg/dl, kulit dingin,
meminimalkan episode lembab pucat, tachikardi, peka rangsang,
hipo / hiperglikemia
tanda
dan
gejala
diabetik
keletihan,
Hiperglikemia
menetap
atau
memburuk
8. Dampingi/ Bantu ambulasi jika terjadi
hipotensi
9. Batasi latihan ketika gula darah >250
mg/dl khususnya adanya keton pada
urine
10. Pantau jantung dan sirkulasi ( frekuensi &
irama,
warna
kulit,
waktu
pengisian
status
cairan
I/O
sesuai
kebutuhan
8.
PK : Infeksi
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan,
perawat akan
menangani /
4. Intruksikan
mencuci
kepada
tangan
keluarga
saat
untuk
kontak
dan
sesudahnya.
5. Gunakan
sabun
anti
miroba
untuk
mencuci tangan.
6. Lakukan
cuci
tangan
sebelum
dan
baju
dan
sarung
tangan
peningkatan
mobilitas
dan
latihan.
17. Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan
gejala infeksi.
REFERENSI
Dochterman, J. M. 2008. Nursing Interventions Classification Fifth
Edition.USA : Mosby.
Gustaviani R. 2006. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes melitus.Dalam :
Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi keempat.
Jakarta: FK UI.
Herdman, T.H. 2011.NANDA International Diagnosis Keperawatan Definisi
dan
Jakarta