A. Anatomi fisiologi
1. Anatomi pernafasan
Sistem pernafasan berfungsi sebagai pendistribusi udara dan pertukaran gas sehingga
oksigen dapat disuplai dan karbon dioksida dikeluarkan dari sel-sel tubuh (Asih,
2003 : 2). Secara sistematis saluran pernafasan dibagi menjadi saluran pernafasan
atas dan saluran pernafasan bawah. Organ saluran pernafasan atas terletak di luar
toraks atau rongga dada, sementara saluran pernafasan bawah terletak hampir
seluruhnya di dalam toraks (Asih, 2003 : 2).
a. Saluran pernafasan atas terdiri dari :
1) Hidung
Hidung adalah pintu masuk pertama udara yang kita hirup. Udara keluar
melalui sistem pernafasan yaitu hidung yang terbentuk atas dua tulang
hidung dan beberapa kartilago. Terdapat dua pipi pada dasar hidung-nostril
(lubang hidung), atau nares eksternal yang dipisahkan oleh septum nasal di
bagian tengah. Lapisan mukus hidung adalah sel epitel bersila dengan sel
goblet yang menghasilkan lendir dan juga sebagai sistem pembersih pada
hidung(Asih, 2003 : 2). Zat mukus yang disekresi hidung mengandung enzim
lisosom yang dapat membunuh bakteri (Alsagaff, 2006 : 9).
2) Faring
Faring atau tenggorokan adalah tuba muskular yang terletak di posterior
rongga nasal dan oral dan di anterior vertebra servikalis. Faring dapat dibagi
menjadi tiga segmen, setiap segmen dilanjutkan oleh segmen lain nasofaring,
orofaring, dan laringofaring. Nasofaring terletak di belakang rongga nasal,
orofaring terletak di belakang mulut sedangkan laringofaring terletak di
belakang laring (Asih , 2003 : 5).
3) Laring
Laring menghubungkan trakhea dengan faring (Underwood, J.C.E, :1999 :
14). Laring sering disebut kotak suara fungsinya untuk berbicara, selain itu
juga untuk mencegah benda padat agar tidak masuk ke dalam trakhea.
Dinding laring dibentuk oleh tulang rawan (kartilago) dan bagian dalamnya
4) Paru-paru
Paru-paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi
serta dilindungi oleh sangkar iga. Bagian dasar setiap paru terletak atas
diafragma, bagian apeks paru (ujung superior) terletak setinggi klavikula .
Pada permukaan tengah dari setiap paru terdapat identasi yang disebut hilus
tempat bronkus primer dan masuknya arteri serta vena pulmonasi ke dalam
paru. Bagian kanan dan kiri paru terdiri atas percabangan saluran yang
membentuk jutaan alveoli, jaring-jaring kapiler dan jaringan ikat.
Setiap paru dibagi menjadi kompartemen yang lebih kecil pembagian
pertama disebut lobus. Paru kanan terdiri atas 3 lobus dan lebih besar dari
kiri yang hanya terdiri 2 lobus. Lapisan yang membatasi antara lobus disebut
fisura. Lobus kemudian dibagi lagi menjadi segmen. Setiap segmen terdiri
atas banyak lobulus yang masing-masing mempunyai bronkhiale, arterioale,
venula dan pembuluh limfatik. Dua lapis membran serosa mengelilingi setiap
paru dan disebut sebagai pleura. Lapisan terluar disebut pleura parietal yang
melapisi dinding dada dan mediastinum. Lapisan dalamnya disebut pleura
viseral yang mengelilingi paru. Rongga pleura ini mengandung cairan yang
dihasilkan sel-sel serosa di dalam pleura. Jika cairan yang dihasilkan
berkurang atau membran pleura membengkak, akan terjadi suatu kondisi
yang disebut pleuritis dan terasa sangat nyeri karena membran pleura saling
bergesekan (Asih, 2003 : 9).
5) Toraks
Rongga toraks terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri dan bagian tengah
yang disebut mediastinum. Satu-satunya organ dalam rongga toraks yang
tidak terletak di dalam mediastinum adalah paru-paru. (Asih, 2003 : 9).
2. Fisiologi pernafasan
Fisiologi pernafasan adalah serangkaian proses interaksi dan koordinasi yang
kompleks yang mempunyai peranan sangat penting dalam mempertahankan
kestabilan atau homeostasis lingkungan internal tubuh kita. Ventilasi pulmonal adalah
istilah teknis dari bernafas terdiri dari inspirasi yaitu gerakan perpindahan udara
masuk ke dalam paru-paru dan ekspirasi yaitu gerakan udara meninggalkan paruparu. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut :
a. Inspirasi
Diafragma berkontraksi, bergerak ke arah bawah dan mengembangkan rongga
dada dari atas ke bawah. Otot-otot interkosta eksternal menarik iga dari atas
keluar yang mengembangkan rongga dada ke arah samping kiri dan kanan,
dengan begitu pleura parietal ikut mengembang diikuti oleh pleura viseral,
yang menyebabkan tekanan intrapulmonal turun di bawah tekanan atmosfer
dan udara masuk melalui hidung dan akhirnya sampai alveoli (Asih, 2003:
11). Otot otot yang digunakan untuk inspirasi adalah difragma (paling
utama), muskulo intercostalis externus, muskulo scaleneus, muskulo
sternocleidomastoideus dan muskulo pectoralis minor (Alsagaff, 2006 :13)
b. Ekspirasi
Diafragma dan otot-otot interkosta rileks, karena rongga menjadi lebih
sempit, paru-paru terdesak dan jaringan elastiknya meregang selama inhalasi,
mengerut dan juga mendesak alveoli. Dengan meningkatnya tekanan
intrapulmonal di atas tekanan atmosfir, udara didorong keluar paru sampai
kedua tekanan sama kembali(Asih, 2003 : 10 -11). . Otot-otot yang digunakan
untuk ekspirasi adalah intercostalis internus dan otot-otot dinding perut
(Alsagaff, 2006 : 13)
B. Definisi
Karsinoma Bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari
saluran nafas.Di dalam kepustakaan selalu di laporkan peningkatan insiden kanker paru
secara progresif, yang bukan hanya sebagai akibat peningkatan umur rata-rata manusia
serta kemampuan diagnostik yang lebih baik namun oleh karena memang karsinoma
bronkogenik lebih sering terjadi (Pengatar Ilmu Penyakit paru).
Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas.
( Hood Al sagaff, dkk ).
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker
paru berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang
terkena kanker. ( Zerich 150105 Weblog, by Erich )
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi
primer. Tumor ganas dapat ditemukan di bagian tubuh mana saja. Metastasis pada kolon
dan ginjal merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan di klinik, keduanya
dapat menyebabkan tumor paru. Metastasis tumor paru sering ditemukan terlebih dahulu
sebelum lesi primernya diketahui. Hal yang berbahaya adalah pada keadaan klinis lokasi
lesi primer sering tidak diketahui selama hidup klien (Muttaqin, 2007).
Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari
saluran pernafasan Di dalam kepustakaan selalu dilaporkan adanya peningkatan insiden
kanker paru secara progresif, yang bukan hanya sebagai akibat peningkatan umur ratarata manusia serta kemampuan diagnosis yang lebih baik, namun karsinomabronkogenik
memang lebih sering terjadi (Alsagaff&mukty, 2002).
C. Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari karsinoma bronkogenik masih
belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan
karsinogenik merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan peranan
predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa/ras serta status immunologis.
Bahan inhalasi karsinogenik yang banyak disorot adalah rokok.
1. Pengaruh rokok:
Bahan-bahan karsinogenik dalam asap rokok adalah antara lain : polomium 210
dan 3,4 benzypyrene. Penggunaan filter dikatakan dapat menurunkan resiko
terkenanya karsinoma bronkogenik, namun masih tetap lebih tinggi dibanding
dengan bukan perokok.
Didalam jangka panjang yaitu, 10-20 tahun, merokok:
a. 1-10 batang / hari meningkatkan resiko 15 kali
yang
terburuk
dibandingkan
dengan
semua
karsinoma
dan
pembentukan
abses
akibat
obstruksi
dan
infeksi
Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas besar dan berdiferensiasi sangat
buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam.Selsel ini cenderung muncul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan
penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
E. Manifestasi klinis
1. Gejala Awal
Stridor lokal dan dipnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus
2. Gejala Umum
a. Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh tumor.batuk mulai sebagai
batuk kering tanpa membentuk sputum.tetapi berkembang sampai titik dimana
dibentuk sputum yang kental dan porulen dalam berrespon terhadap infeksi
skunder
b. Hipotesis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami
ulserasi.
c. Anoreksia
yaitu lelah dan kurangnya berat badan.
F. Patofisiologi
Asap rokok mengandung 60 macam karsinogen (termasuk benzen, nitrosamin
[NNK], dan oksidan) yang dapat menyebabkan mutasi DNA. Dikemukakan bahwa
kanker paru terjadi pada perokok yang tidak memiliki kemampuan metabolisme untuk
mendetoksifikasi karsinogen secara adekuat. Tumor paru terjadi dari banyak pajanan
karsinogen dan bukan karena satu kejadian pencetus (serangan berulang); diperkirakan
bahwa perlu antara 10 sampai 20 mutasi genetika untuk menciptakan sebuah tumor.
Beberapa mutasi yang lebih sering yang telah teridentifikasi meliputi : Penghilangan
lengan pendek kromosom, Aktivasi onkogen, Inaktivasi gen supresor tumor.Dalam
bronkus yang terpajan karsinogen, sel-sel diplastik menjadi karsinoma in situ, kemudian
karsinoma bronkogenik. Sel-sel kanker memproduksi faktor pertumbuhan autokrin (mis,
faktor pertumbuhan epitel, faktor pertumbuhan jaringan, peptida pelepas gastrin, faktor
pertumbuhan menyerupai insulin) yang mendorong pertumbuhan tumor.Tipe kanker paru
bergantung pada sel asal yaitu :
Karsinoma paru non small cell (NSCLC)
1. Adenokarsinoma muncul dari sel kelenjar dalam epitel bronkus dan lokasinya
sering kali perifer;bermetastasis sejak dini
2. Tipe kanker paru tersering, terutama pada wanita
3. Meliputi karsinoma bronkiolar-alveolar yang muncul dari bronkiolus terkecil dan
septum alveolus;sering tampak sebagai infiltrat dan bukan massa pada foto
rontgen, tidak berhubungan dengan merokok.
Skuamosa muncul dari epitel skuamosa bronkus dan sering berlokasi sentral;sering
menyebabkan kanker okulta dan bermetastasis dengan lambat.Sel besar (large cell)
kemungkinan berasal dari adenokarsinoma maupun skuamosa, tetapi kanker jenis ini
sangat anaplastik (tumbuh tanpa bentuk atau struktur) sehingga asal selnya tidak bisa
teridentifikasi;tumor agresif dengan metastasis awal.
Karsinoma sel kecil small cell (SCLS) muncul dari sel neuro endokrin di dalam
bronkus;tumor ini merupakan tumor yang sangat agresif dan biasanya sudah
bermetastasis saat terdiagnosa (Brashers, 2007).
G. Stadium klinis
Pembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM menurut International
Union Against (IUAC)/The American Joint Comittee on Cancer (AJCC) 1997 yang
dikutip oleh Nuzulul (2011) adalah sebagai berikut:
Stadium Klinis Kanker Paru
STADIUM
Karsinoma
tersembunyi
Stadium 0
Stadium
IA
Stadium
IB
Stadium IIA
Stadium
IIB
Stadium
IIIA
Stadium
IIIB
Stadium
IV
TNM
Tx, N0,
M0
Tis, N0, M0
T1, N0, M0
Keterangan :
Status Tumor Primer (T)
1. T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
2.
Tx : Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus, tetapi
tidak terlihat pada radiogram atau bronkoskopi.
3. Tis : Karsinoma in situ.
4.
5.
6.
7.
3.
4.
H. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi
1) Massa Radiopaque di paru
2) Obstruksi jalan nafas dengan akibat atelektasis
3) Pneumonia
4) Pembesaran Kelenjar Hilar
5) Tumor Pancoast.Ca. Bronchogenik yang terdapat disuperior pulmonary
sulcus, pada apek lobus superior.
6) Kelainan pada pleura
7) Kelainan tulang
b. Bronkografi
Adapun gambaran bronkografi yang dianggap patognomonik adalah obstruksi
stenosis irreguler, stenosis ekor tikus dan indentasi cap jempol.
c. Sitologi
Dahak yang representatif dapat diperoleh melalui batuk spontan, dengan bantuan
aerosol ( 20% propylene glycol dalam larutan 10% NaCl. Dihangatkan sampai
kurang lebih 45-50 C.)atau melalui bilasan/sikatan aspirasi bronkial.Tatalaksana
pada Lung Cancer Detection Program di New York adalah sbb. Saliva dan post
nasal discharge dikeluarkan dahulu, lalu penderita disuruh batuk dalam , dahak
yang dihasilkan segera difiksasi, kesemuanya ini dilakukan pada 3 hari berturutturut, sebaiknya pada pagi hari.
d. Endoskopi
Meliputi pemeriksaan laringoskopi dan bronkoskopi serta bilasan bronkial,
kerokan/sikatan serta biopsi. Tujuan pemeriksaan bronkoskopi ( serat optik )
adalah :
untuk
pada
klien
dengan kanker
a. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsy.
b. Pneumonektomi pengangkatan paru)
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
c. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau
bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
d. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
e. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan
yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru-paru berbentuk
baji (potongan es).
f. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan bahan fibrin dari pleura viscelaris)
J. Komplikasi
1. Esofagitis,hilang 1 minggu sampai dengan 10 hari sesudah pengobatan.
2. Pneumonitis,pada rontgent terlihat bayangan eksudat didaerah penyinaran
A. Pengkajian
1. Identitas pasien : nama,usia, jenis kelamin,tanggal lahir,alamat,nomer register
2. Riwayat kesehatan sekarang : Apa yang diderita pasien misalnya nyeri pada dada
, dan sesak nafas.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah dahulu pasien mempunyai penyakit paru obstruksi menahun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarganya ada yang menderita penyakit paru
5.
7) Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau
produksi sputum. Nafas pendek, pekerja yang terpajan polutan, debu industry,
Serak,paralysis pita suara.
Riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/
mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi). Hemoptisis.
8) Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
9) Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar)
Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil).
10)
Penyuluhan.
Daftar Pustaka
Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Balai Penerbit
FKUI : Jakarta.
Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20092011.Jakarta : EGC. Allih bahasa: Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Etsu Tiar.
Wilkinson, M. Judith. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 7. Jakarta :EGC.