Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta
organ tubuh bagian dalam. Jaringan lunak merupakan jaringan yang menghubungkan,
menyokong atau mengelilingi struktur dan organ tubuh. Jaringan lunak termasuk otot,
tendon, ligamentum, fascia, saraf perifer, jaringan serabut, lemak, dan pembuluh
darah.Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan ikat, lemak
dan jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian).Tumor adalah benjolan atau
pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi dalam artian khusus tumor adalah benjolan
yang disebabkan oleh neoplasma. Secara klinis, tumor dibedakan atas golongan
neoplasma dan nonneoplasma misalnya kista, akibat reaksi radang atau hipertrofi. Tumor
jaringan lunak dapat terjadi di seluruh bagian tubuh mulai dari ujung kepala sampai ujung
kaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang jinak dan ada yang ganas. Tumor ganas atau
kanker pada jaringan lunak dikenal sebagai sarcoma jaringan lunak atau Soft Tissue
Sarcoma (STS).

Kanker jaringan lunak termasuk kanker yang jarang ditemukan, insidensnya hanya
sekitar 1% dari seluruh keganasan yang ditemukan pada orang dewasa dan 7-15% dari
seluruh keganasan pada anak. Bisa ditemukan pada semua kelompok umur. Pada anak-
anak paling sering pada umur sekitar 4 tahun dan pada orang dewasa paling banyak pada
umur 45-50 tahun.Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah
yaitu sebesar 46% di mana 75% ada diatas lutut terutama di daerah paha. Di anggota
gerak atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak tangan sekitar 13%. 30%
di tubuh bagian luar maupun dalam, seperti pada dinding perut, dan juga pada jaringan
lunak dalam perut maupun dekat ginjal atau yang disebut daerah retroperitoneum. Pada
daerah kepala dan leher sekitar 9% dan 1% di tempat lainnya, antara lain di dada.
2. Tujuan Penulisan

1. Peserta didik pelatihan mampu menjelaskan keseluruhan konsep dan asuhan


keperawatan pada klien dengan Soft Tissue Tumor (STT).
2. Peserta didik diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien pre,
intra dan post operasi yang akan dilakukan pemberian anestesi.
3. Peserta didik pelatihan diharapakan mampu melakukan perhitungan dan pemberian
terapi cairan pada saat pre, intra dan post operasi.
4. Peserta didik pelatihan diharapkan mampu melakukan perhitungan dosis pembrian
obat-obat anestesi.
5. Peserta didik pelatihan diharapkan mampu melakukan tindakan intubasi dan
memberikan pemeliharaan tindakan anestesi.
6. Peserta didik diharapakan mampu memberikan asuhan keperawatan setelah selesai
operasi dan akhir dari anestesi.
7. Peserta didik pelatihan diharapkan mampu mengembalikan keadaan pasien dalam
keadaan normal ke ruangan perawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Definisi
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta
organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon,
jaringan ikat, dan jaringan lemak.
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal yang
disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma (Smeltzer, 2002). STT adalah
pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak tumbuh seperti kanker
(Price, 2006). Jadi kesimpulannya, STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan yang
abnormal didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak antara kulit dan
tulang.
Soft tissue atau jaringan lunak merupakan semua jaringan nonepitel selain tulang,
tulang rawan, otak dan selaputnya, sistem saraf pusat, sel hematopoietik, dan jaringan
limfoid. Tumor jaringan lunak umumnya diklasifikasikan berdasarkan jenis jaringan yang
membentuknya, termasuk lemak, jaringan fibrosa, otot dan jaringan neurovaskular.
Namun, sebagian tumor jaringan lunak tidak diketahui asalnya.2 Tumor (berasal dari
tumere bahasa Latin, yang berarti "bengkak"), merupakan salah satu dari lima karakteristik
inflamasi. Namun, istilah ini sekarang digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan
jaringan biologis yang tidak normal. Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas
(malignant) atau jinak (benign). Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT)
adalah suatu benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel
baru.

2. Etiologi
A. Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen
memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis.
B. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.
C. Infeksi
Infeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah ini juga
akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
D. Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja. Trauma mungkin
menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

3. Anatomi Dan Fisiologi


Menurut jaringan embrional manusia terdapat 3 lapisan, yaitu :
1. Ektoderm : berkembangbiak menjadi epitel kulit dengan adneksanya, neuroektoderm,
yaitu sel otak dan saraf.
2. Endoderm : berkembang menjadi epitel mukosa, kelenjar, parenchim organ visceral.
3. Mesoderm : berkembang menjadi jaringan ikat, jaringan lemak, tulang rawan, tulang,
otot polos, otot serat lintang, jaringan hematopoietik (sum-sum tulang dan
jaringan limfoid), pembuluh darah, dan pembuluh limfe.
a. Jaringan lemak
Jaringan lemak adalah jenis jaringan ikat khusus yang terutama terdiri atas sel
lemak (Adiposit). Pada pria dewasa normal, jaringan lemak merupakan 15-20% dari
berat badan, pada wanita normal 20-25% dari berat badan.
b. Jaringan fibrosa
Jaringan ikat Fibrosa (Fibrosa) tersusun dari matriks yang mengandung serabut
fleksibel berupa kolagen dan bersifat tidak elastis. Fibrosa ditemukan pada tendon
otot, ligamen, dan simfisis pubis. Fungsinya antara lain sebagai penyokong dan
pelindung, penghubung antara otot dan tulang serta penghubung antara tulang dan
tulang.

c. Otot
Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh dengan kontraksi sebagai tugas
utama. Otot diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu otot lurik, otot polos dan otot
jantung. Otot menyebabkan pergerakan suatu organisme maupun pergerakan dari
organ dalam organisme tersebut.7
- Otot lurik
Otot lurik bekerja di bawah kehendak (otot sadar) sehingga disebut otot
volunteer. Pergerakannya diatur sinyal dari sel saraf motorik. Otot ini menempel
pada kerangka dan digunakan untuk pergerakan.
- Otot polos
Otot yang ditemukan dalam intestinum dan pembuluh darah bekerja dengan
pengaturan dari sistem saraf tak sadar, yaitu saraf otonom.
- Otot jantung
Kontraksi otot jantung bersifat involunter, kuat dan berirama.5
d. Pembuluh darah
Terdapat 3 jenis pembuluh darah, yaitu:
a. Arteri
Suatu rangkaian pembuluh eferen yang setelah bercabang akan mengecil dengan
fungsi mengangkut darah bersama nutrient dan oksigen ke jaringan.
b. Kapiler
Jalinan difus saluran-saluran halus yang beranastomosis secara luas dan melalui
dinding pembuluh inilah terjadi pertukaran darah dan jaringan.
c. Vena
Bagian konvergensi dari kapiler ke dalam system pembuluh-pembuluh yang lebih
besar yang menghantar produk metabolism (CO2 dan lain-lain) kea rah jantung.5
e. Saraf perifer
Komponen utama dari susunan saraf tepi adalah serabut saraf, ganglia, dan
ujung saraf. Serabut saraf adalah kumpulan serat saraf yang dikelilingi selubung
jaringan ikat. Tumor pada serabut saraf neurofibroma. Pada serat saraf tepi, sel
penyelubung yaitu sel schwann. Tumor pada penyeluubung sel saraf tepi yaitu
schwannoma.5

4. Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah
proliferasi jaringan mesenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh.
Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas
bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30%
di badan.Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak,
seperti serabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor
membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul
di lokasi seperti lekukan-lekukan tubuh.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi.
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh.

5. Penatalaksanaan Medis
1. Pembedahan.
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah mencapai angka
keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan untuk
mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
2. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia untuk
membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan kerja sel tumor. Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang
berhubungan dengan tumor dan kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
3. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi terkadang
dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

FORM PENGKAJIAN PRE ANESTESI


PELATIHAN PENATA ANESTESI ANGKATAN 1 DIRS MITRA PLUMBON

A. Biodata Pasien
Nama : Ny. S
No.RM : A428289
Umur : 33 th
Alamat : Blok Tengah – Kedokan Bunder - Indramayu, Cirebon
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Diagnose : Fam Bilateral
Tindakan : Exisisi Tumor Multiple
Nilai ASA :I
Tindakan pembiusan : General Anetesi
Tanggal Masuk RS : 03 Februari 2019, Jam 17.00
Tanggal Pengkajian : 04 Februari 2019, Jam 17.45

B.Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Nyeri pada payudarah
2. Keluhan Tambahan
Merasa takut dan kwatir dengan tindakan operasi dan pembiusan
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak ada penyakit terdahulu
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan keluhan terdapat benjolan pada payudarah sebelah kiri dan kanan,
terasa nyeri namun hilang timbul. Benjolan sudah 4 bulan pada awalnya terasa
kecil namun tiba-tiba membesar dan nyeri.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dalam keluarga.
6. Riwatyat anastesi
Pasien belum pernah operasi sebelumnya.
 Pemeriksaan Fisik
 Kepala : lonjong, simetris, kulit kepala bersih, rambut utuh
Mata : conjungtiva anemis, sclera tidak iterik, pupil
isokor kiri kanan, raccon eye tidak ada
Hidung : tidak ada kelainan, sekret tidak ada, septum deviasi
tidak ada, rhinorrhea tidak ada
Telinga : simetris kiri kanan, discharge tidak ada, ottorhea
tidak ada
Mulut : bibir tidak ada sianosis, tidak ada gigi palsu
Tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis tidak ada.
Leher : simetris, trakhea ditengah, pembesaran limfonodi
tidak ada.
 Thorak : tidak ada jejas pada dada, ictus kordis terlhat, kontraksi dada
mengembang saat inspirasi ekspirasi, dada simetris kiri kanan, auskultsi
terdengar vesicular pada area lapang paru, tidak ada suara napas tambahan
wheezing, terdapat benjolan di payudarah sebelah kiri dan kanan.
 Abdomen : tidak ditemukan jejas pada area abdomen, tidak ada benjolan,
simetris, terdengar bising usus 11 x menit.
 Genitalia : tidak ada cidera pada genital.
 Ektremitas : tidak ada kelaian pada ektremitas bawah dan ekstremitas atas.
 Kesadaran kualitatif
Pasien terlihat sadar penuh dapat berorientasi dengan baik, bisa melakukan aktifitas
jika disarankan untuk menggerakan anggota tubuh yang telah di perintahkan.
 Tanda-tanda vital :
 Keadaan umum : baik, kooperatif
 Kesadaran : composmentis
 Tanda Vital : Tek. Darah : 124/72 mmHg
 Nadi : 86 x/menit, reguler, adekuat
 Pernapasan : 22 x/menit
 Suhu : 36,4 º C
 BB : 50 kg
C. Data psikologis
a. Status Perkawinan : Menikah dengan anak 3
b. Status Emosi : Merasa takut dan khawatir dengan proses operasi
c. Pola Koping : Baik, sabar dan menirma dengan kondisi yang di hadapi.

D. Data social
Pasien mengatakan berhubungan baik dengan keluarga, maupun tetangganya semua baik
baik saja.

E. Data Kultural
Pasien mengatakan dia asli orang indramayu, berbahasa jawa indramayu dia ikuti sejak
dulu secara turun temurun, tidak menutup kemungkinan dia juga mengatakan bisa bahasa
indonesia walaupun campur bahasa jawa indramayu.

F. Data Spiritual
Pasien mengatakan dia beragama islam, untuk ibadah rutin ia melaksanakan sholat lima
waktu secara rutin, adapun ibadah sekarang Pasien tampak cemas dengan keadaan
penyakitnya sekarang. Pasien menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan dan berharap
cepat sembuh. Karena pasien mempercayai bahwa sakitnya merupakan cobaan dan
teguran dari Tuhan.

G. Pola Pengkajian Fungsional


1. Pola persepsi kesehatan
Pasien mengatakan untuk menjaga kesehatan yaitu dengan cara berolahraga
minimal 20 menit dalam sehari dan jangan telat makan.

2. Pola nutrisi metabolik


Pasien mengatakan makan sehari 3 kali dalam sehari, untuk tambahan dia suka
makan makanan ringan seperti kue, kalau minum dia mengatakan kurang lebih 8
gelas air mineral ber ukuran gelas sedang dalam sehari
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit pasien mengatakan BAB 1x / hari konsistensi padat dan warna
kuning dan BAK tidak mengalami gangguan,pasien dapat melakukan sendiri tanpa
bantuan orang lain.

4. Pola aktivitas / latihan


Pasien mengatakan aktifitas yang sering dia lakukan ketika tidak sakit, dia bersih-
bersih rumah seperti menyapu dan memasak.

5. Pola istirahat/ tidur


Pasien mengatakan dia suka istirahat/ tidur kurang lebih 8 jam perhari.

6. Pola kognitif/ persepsional


Pasien mengatakan jika dia sakit dia berobat ke puskesmas terdekat / klinik,
selanjutnya untuk masalah sembuh dia pasrah pada Tuhan Yang Maha Kuasa.

7. Pola persepsi diri /konsep diri


Klien mengatakan jika dia sedang sakit dia beranggapan badannya yang kurang
sehat.

8. Pola peran /hubungan


Pasien mengatakan hubungan dia dengan anak-anaknya sangat baik dan tidak ada
permasalahan dalam keluarga

9. Pola Sek sualitas/ reproduksi


Pasien mengatakan tidak ada pola seksualitas karena dia akan menghadapi operasi
dan penyembuhan sesudah operasi, menstruasi kadang tidak lancar karena
pengaruh kontrasepsi

10. Pola koping/ Tolerasistrees


Pasien mengatakan dia sangat menghargai perbedaan dengan yang lain, tidak
menjadi permasalahan
11. Pola nilai/ kepercayaan
Pasien mengatakan kepercayaannya dia mengikuti orang tuanya dahulu secara
turun temurun, dan menghargai perbedaan.

H. Pemerisaaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium

Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan Interpretasi
HEMATOLOGI
RUTIN
Hemoglobin 10.4 g/dl 13.5 – 17.5 Normal
Hematokrit 32.8 % 33 – 45 Normal
Leukosit 5.70 Ribu/Ul 4.5 – 11.0 Tinggi
Trombosit 172 Ribu/Ul 150 – 450 Normal
Eritrosit 5.17 Juta/Ul 4.50 – 5.90 Normal
HEMOSTASIS
CT 4 Menit 2-6 Normal

BT 2 Menit 1-3 Normal


INR 1.210
KIMIA KLINIK
ELEKTROLIT
Natrium darah 139 Mmol/L 136 – 145 Normal
Kalium darah 3.4 Mmol/L 3.3 – 5.1 Rendah
Chlorida darah 87 Mmol/L 58 – 100 Tinggi
HbSAg Rapid 0,01 S//CO Negativ < 0.13 Normal
Hiv Non reaktif Non reaktif

3. Radiologi
Foto thorak : tak tampak pembesaran jantung, pulmo dalam batas normal.
4. USG : Multiple benign solid dan cystic tumors tersebar pada kedua mamea.

 terdapat benjolan pada payudara kanan, ukuran benjolan 5x4x6 mm pada arah jam
5 berjarak 2 cm dari garis putting
 terdapat benjolan pada payudara kiri, ukuran benjolan 6 x 4 x 6 mm pada arah jam
8 berjarak 2 cm dari garis putting
 benjolan bersifat jinak
 struktur payudara dalam batas normal
 tidak ada penyebaran ke tempat lain.

B. Analisa Data

No Tanggal/jam Symptom/Sign Etiologi Problem


1 04-02 DS : Faktor Nyeri
2019  Klien mengatakan nyeri di bagian biologis
payudarah.
Jam  Klien mangatakan nyeri seperti di
17.45 tusuk – tusuk.
 Klien menunjukan nyeri dengan
skala 6.
 Klien mengatakan nyeri hilang
timbul.

DO :
 Klien tampak kesakitan di bagian
payudarahnya.
 TD : 120/80 mmHg
N : 92x/menit
RR : 20x/menit
S : 36ᵒC
2 04-02 Ds : Tindakan Cemas
2019 Klien mengatakan cemas akan operasi
tindakan operasi. Merasa takut akan
Jam sakitnya pada saat operasi.
17.47
Do:
Klien tampak tegang dan gelisah,
berkeringat dan mulut kering, tidak
tenang, dan klien tampak pucat
Hasil tanda-tanda vital:
TD : 120/90mmHg,
Nadi : 85 x/menit, regular
RR : 20x/menit
Suhu : 36,60C

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan denga faktor biologis
2. Cemas berhubungan dengan tindakan operasi

D. PERENCANAAN / INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

NO/DX TANGG TUJUAN/NOC INTERVENSI/NIC IMPLEMENTASI


AL/JAM
1 Harapan nyeri 1. Lakukan 1. Melakukan
04 – 02 berkurang pengkajian nyeri. pengkajian nyeri.
Nyeri 2019 dengan kriteria 2. Observasi adanya 2. Mengobservasi
hasil : petunjuk non adanya petunjuk non
Jam  Nyeri verbal mengenai verbal mengenai
17.45 berkurang ketidak nyamanan. ketidak nyamanan.
setelah di 3. Berikan informasi 3. Memberikan
lakukan mengenai nyeri, informasi mengenai
pembedahan seperti penyebab nyeri, penyebab
 Ekspresi nyeri nyeri, berapa lama nyeri, berapa lama
wajah nyeri di rasakan nyeri yang dirasakan
berkurang. dan antisipasi dan antisipasinya.
ketidak nyamanan. 4. Mengkolaborasi
4. Kolaborasi dengan dengan dokter dalam
dokter dalam pemberian analgetik
pemberian
2 04 – 02 analgetik.
2019 1. Membina hubungan
Cemas Kontrol Diri 1. Bina hubungan saling percaya
Jam Terhadap saling percaya 2. Mengkaji tanda
17.47 Ketakutan 2. Kaji tanda verbal verbal dan non
kriteriahasil: dan non verbal verbal kecemasan
 Memantau kecemasan. 3. Mendorong
intensitas 3. Dorong verbalisasi verbalisasi
ketakutan perasaan, persepsi perasaan, persepsi
 Menghilangk dan ketakutan dan ketakutan
an penyebab 4. Jelaskan prosedur 4. Menjelaskan
ketakutan pembedahan prosedur
 Mencari 5. Dorong keluarga pembedahan.
informasi untuk 5. Mendorong
untuk mendampingi klien keluarga untuk
mengurangi dengan cara yang mendampingi klien
nyeri tepat dengan cara yang
 Menghindari tepat
sumber
ketakutan
jika
memungkinan
Menggunakn
strategi koping
yang efektif.
LAPORAN KASUS INTRA OPERASI
PENATALAKSANA ANESTESI PADA Ny. S

A. Persiapan anestesi :

1. Mesin anestesi :
a. Gas terdiri dari Oksigen dan Nitro Oxide
b. Gas Volotile terdiri dari Sevofluren dan Isofluren
2. Monitor TTV dan EKG
3. STATICS :
S : Laringoskop no blade 3 dan stetoskop
T : Tube ( Selang endotrakeal tube) ETT kin kin no 7.0 Cup +
A : Air way ( Gudel / Mayo ) ukuran medium no 4
T : Tape ( Plester )
I : Introducer ( mandrein, stilet )
C : Conector
S : Suction
4. Persiapan obat anestesi
a. Premedikasi :
- Midazolam 0,05 mg/Kg BB = 0,05 x 50 kg = 2,5 mg
b. Analgetik
- Fentanyl 1- 2 mcg/KgBB = 1 x 50 kg = 50 mcg, 2 x 50 kg = 100 mcg
c. Induksi :
- Propofol 2 mg/kg BB = 2 x 50 kg = 100 mg
d. Pelumpuh otot
- Atracurium 0,5 mg/kgBB = 0,5 x 50 = 25 mg
e. Obat tambahan
Ketesse 50 mg

B. Penatalaksanaan Anestesi
1. Ruang persiapan
Pasien masuk ke kamar persiapan pada pukul 17.45 WIB, pasien langsung diganti
baju operasi, infus terpasang pada tangan kanan dengan iv line ukuran 18 dan lancar.
Selama di ruang persiapan pasien kooperatif dengan tingkat kesadaran compos mentis
GCS 15. Sebelum tindakan anestesi diperlukan pengecekan surat izin anestesi (SIA)
dan surat izin operasi (SIO) terlebih dahulu.

Tanda –tanda vital pasien :


Tekanan darah : 120 / 80 mm/Hg
Nadi : 92 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Saturasi : 98 %
Berat badan : 50Kg

2. Ruang operasi
Pre Operasi
a. Pasien masuk ke kamar operasi pada pukul 17.50 wib, Pasien di baringkan dengan
posisi supine di meja operasi dan atur kecepatan infus.
b. Nyalakan monitor dan mesin anestesi
c. Pasien dilakukan pemasangan monitor tanda-tanda vital, saturasi oksigen,
precordial.
d. Menunggu intruksi dan lapor kepada konsulen dan operator bila sudah siap.
e. Menganjurkan pasien untuk berdoa
f. Pasien dilakukan pemberian premedikasi : midazolam 2,5 mg dan ondansentron 8
mg
g. Kemudian dilakuka induksi pada jam 17.55 wib dengan obat :
- fentanyl 100 mcg IV
- Propofol 100 mg IV
- Atracurium 25 mg IV
- sevofluran 2 MAC ( sesuai kebutuhan pasien)
- Obat tambahan : Drip Ketesse 50 mg
h. Reflek bulu mata hilang, terjadi penurunan pernapasan dan dilakukan baging
dengan jaw trust dan chin lift.
i. Pelaksanaan intubasi dilakukan pada jam 18.00 wib dengan prosedur :
- Posisikan kepala pasien dengan ektensi
- Buka mulut pasien dengan cross finger pegang laringoskop dengan tangan kiri
kemudian masukan kedalam mulut kemudian menyingkirkan lidah ke kiri
pasien dengan posisi laringoskop membuka rongga mulut
- Cari epiglottis, tempatkan ujug bilah laringoskop di valekula.
- Angkat epiglottis denga elevasi laringoskop ke atas ( jangan menekan gigi)
untuk melihat plica vocalis.
- Bila sudah terlihat ambil selang ETT yang sudah terpasang stilet dengan tangan
kanan.
- Masukan ETT dari sisi mulut kanan, sampai masuk ke saluran trakea dengan
ukuran batas mulut minimal 20 cm.
- lepaskan stilet dari ETT, isi balon sebanyak 10 cc udara kemudian hubungkan
dengan konektor kuregatet mesin anestesi.
- Tes kedalam ETT dengan stetoskope pada daerah apex kanan dan kiri untu
memastikan ETT benar-benar masuk kedalam trakea dan mengecek
kesimbangan pengembangan antara paru-paru kanan dan kiri.
- Stelah ETT sudah dipastikan dalam keadaan seimbang maka dilakukan fiksasi
dengan menggukan plester agar tidak terjadi perubahan letak posisi ETT.
- Jam 18.05 wib di mulai tindakan operasi
j. Perhitungan respirasi selama operasi.
Perhitungan rencana pemberian ventilasi :
1. Tidal Volume
Tidal Volume = BB (Kg) x Konstanta (6-10)
= 50 x 8
= 400 ml
2. Minute Volume
Minute Volume = Tidal volume x Respirasi rate ( 12-16 x/menit)
= 400 x 12/menit
= 4800 ml = 4,8L/menit
3. Menggunkan teknik ventilator IPPV ( )
TV RR PEEP I:E
400 12 4 Ratio
Ml X/menit 1:2
Intra Operasi
Pasien sudah terintubasi dengan ETT kin kin no 7.0 cup +, mayo ukuran medium
no 4 pada jam 18.05 wib dan terhubung ke ventilator mesin anestesi.
1. Monitoring Intake dan output cairan
1. Perhitungan cairan pasien selama operasi :
BB : 50 kg
Jenis Operasi : Ringan (2-4 cc/kgBB)
Puasa : 8 jam
2. Terapi cairan
a. Cairan puasa 8 jam ( 8 jam x 1,5 cc x 50 kg = 600 cc) sudah
tercukupi oleh cairan infus dari bangsal.
b. Kebutuhan cairan maintenance
1,5 cc x 50 kg = 75 cc/Jam.
c. IWL operasi ringan
Stres operasi = 4 cc x 50 kg = 200 cc/Jam
d. Kebutuhan cairan operasi
Maintenance + stress operasi = 75 cc + 200 cc = 275 cc/Jam
Kebutuhan cairan jam ke I = 275 cc/Jam
Kebutuhan cairan jam ke II = 275 cc/Jam
Kebutuhan cairan jam ke III = 275 cc/Jam
e. Estimated Blood Volume
EBV laki-laki dewasa 75 cc/kgbb
EBV perempuan dewasa 65 cc/kgbb
= (65 cc x 50 kg)
= 3.250 cc
Allowable Blood Loss (ABL) = (Ht pasien – Ht target) x EBV x 3
= (32-24) x 3.250 x 3 = 780 cc
f. Estimated blood loss ( EBL) =± 50 cc
EBL (15 %, 30 %, > 40% )
Ringan = 15 % x 3.250 cc = 487 cc
Sedng = 15 % x 3.250 cc = 487 cc
Berat = 20 % x 3.250 cc = 650 cc
2. Pengakhiran anestesi
Operasi selesai pada pukul 19.00 wib pasien dilakukan spontanisasi pada
pernapasan dengan baging ( axis) tanpa menggunakan ventilator dan di berikan terapi
injeksi neostigmine 0,5 mg + sulfat atropine 0.25 mg untuk menghilangkan efek dari
obat relaksan (atrakurium). Pasien bernapas spontan dengan adekuat dengan tanda
bisa menelan, pasien sadar penuh, mampu bernps bila di perintah, kekuatan otot sudah
pulih, tensi normal, saturasi normal dan tidak ada distensi lambung. Pasien di
ekstubasi pada jam 19.10 wib.
B. Analisa Data

No Tanggal/Jam Symptom/Sign Etiologi Problem


1 04-02 DS: - Efek Resiko
2019 penggunaan cidera
DO : obat anastesi
Jam - Pasien tanpak gelisah
17.55 - Pasien bergerak saat induksi
- TD : 108 / 70 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Respiasi : 12 x / menit
Suhu : 36,40C
- Klien terpasang IVFD RL di
tangankiri.
Obstruksi jalan Bersihan
2 04 – 02 DS : - nafas : benda jalan nafas
2019 asing pada
DO : jalan nafas
Jam - Terdapat banyak mucus pada (Penggunaan
19.10 rongga mulut pada saat ETT)
ekstubasi.
- TD : 134/87 mmHg
Nadi : 96x/menit
RR : 24x/menit
Suhu : 36ᵒC
C. Diagnosakeperawatan
1. Resiko cidera berhubungan dengan efek penggunaan obat anastesi
2. Bersihan Jalan napas berhubungan dengan obtruksi jalan napas : benda asing
pada jalan napas ( penggunaan ETT

D. PERENCANAAN / INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

NO/Dx TANGG TUJUAN/NOC INTERVENSI/NIC IMPLEMENTASI


AL/
JAM
1 04 – 02 Serelah 1. Jaga jalan nafas. 1. Menjaga jalan nafas.
2019 dilakukan 2. Monitor frekuensi 2. Memonitor frekuensi
Resiko tindakan irama dan irama dan kedalaman
cidera Jam keperawatan kedalaman nafas nafas
17.55 resiko cidera 3. Monitor tanda 3. Memonitor tanda
selama dan hipoventilasi. hipoventilasi
sesudah 4. Monitor saturasi O2. 4. Memonitor saturasi
pembiusan tidak 5. Kolaborasi medis O2.
terjadi, dengan pemberian oksigen 5. Mengkolaborasi medis
kriteria hasil : dan antidotum pemberian oksigen dan
 Selama pelumpuh otot bila antidotum pelumpuh
operasi perlu. otot bila perlu.
pasien
tenang dan
tidak
bangun
 Pasien aman
dan tidak
jatuh.
 Apgar score
8-10 setelah
pembiusan
selesai.
2 04 – 02 Setelah 1. Auskultasi suara 1. Mengauskultasi suara
2019 dilakukan napas sebelum dan nafas sebelum dan
Bersihan tindakan sesudah di sucton sesudah section
jalan Jam anastesi, di 2. Berikan oksigen 2. Memberikan oksigen
nafas 19.10 harapkan pasien dengan mengunakan dengan menggunakan
bangun dengan nasal kanul nasal kanul
tanpa masalah 3. Anjukan pasien 3. Menganjurkan pasien
dengan kriteria untuk napas dalam untuk nafas dalam
sebagai berikut: setelah ETT di setelah ETT di
 Menunjukan keluarkan keluarkan
jalan napas 4. Monitor status 4. Memonitor status
yang paten oksigen pasien oksigen pasien
dengan 5. Buka jalan napas 5. Membuka jalan nafas
pernapasan degan teknik chin dengan tehknik chin
dalam dan lift atau jaw trush lift atau jaw trush bila
normal bila perlu. perlu.
 Mampu 6. Posisikan pasien 6. Memposisikan pasien
mengidentifi untuk untuk memaksimalkan
kasi dan memaksimalkan ventilasi.
memcegah ventilasi 7. Memasang mayo bila
factor yng 7. Pasang mayo bila perlu.
dapat perlu. 8. Mengeluarkan secret
menghambat 8. Keluarkan secret atau batuk dengan
jalan napas. atau batuk dengan suction.
suction 9. Memonitor status
9. Monitor status oksigen dan saturasi.
oksigen dan saturasi
LAPORAN KASUS POST OPERASI
PENATALAKSANA ANESTESI PADA Ny. S

POST OPERASI
 Post Operasi (Ruang pemulihan )
Pasien keluar dari kamar oparasi menuju ruang pemulihan pada jam 19.10 wib.
Pada saat masu ke ruang pemulihan pasien masih terpantau. Tanda tanda vital pasien TD
123/75mmHg, Nadi 83 x/menit. Cairan di ganti dengan Rl + drip Tramadol 100 mg,
ondansentron 8 mg dan oksigen nasal kanul diberikan 3 liter/menit.
Kemudian pasien di nilai menggunakan kriteria Aldrete Score dewasa sebelum
di pindahkan ke bangsal seperti table dibawah ini:

TABEL KRITERIA PASIEN SADAR DARI ANASTESI UMUM DEWASA


ALDRETE SCORE

Waktu
TD Pra Anestesi : / mmHg Skor
5” 15” 30” 45” 60” Keluar

TD+/-20 mHg dari normal 2 2 2

Siskulasi TD+/20-50 mHg dari normal 1 1 1 1

TD+/ > 50 mHg dari normal 0

Sadar penuh 2 2 2 2 2 2

Kesadaran Respon terhadap panggilan 1

Tidak ada respon 0

SPO2> 92% (dengan udara bebas) 2 2 2 2 2 2

Oksigenasi SPO2> 90% (dengan suplemen oksigen) 1

SPO2< 90% (dengan suplemen oksigen 0

Bisa tarik nafas dalam dan batuk bebas 2 2 2 2

Pernafasan Dispneu atau limitasi bernafas 1 1 1

Apneu/ tidak bernafas 0


Menggerakkan 4 ekstremitas 2 2 2 2 2 2

Aktifitas Menggerakkan 2 ekstremitas 1

Tidak mampu menggerakkan ekstremitas 0

TOTAL 8 8 9 10 10

Pasien bisa dipindah ke bangsal jika skor minimal 8

Masuk RR : jam 19.15 wib


Keluar RR : jam 21.15 wib
Pindah ke Ruangan : Perawatan bedah
Instruksi : Observasi TTV
Puasa sampai bising usus + Pemberian pemberian analgetik
Tramadol dalam caran RL 20 Tetes / menit.
LEMBAR EVALUASI
(SOAP)

Nama Pasien : Ny. S


No. Med. Rec. : A428289
Ruangan : 6B
DIAGNOSA TGL / JAM SOAP PARAF
1 04 – 02 Pre operasi
2019 S:-
Nyeri  Klien mengatakan nyeri pada daerah
Jam payudarah
17.47  Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-
tusuk.
 Klien menunjukan nyeri dengan skala 5.
 Klien mengatakan nyeri hilang timbul.
O:
 Wajah klien meringis kesakitan
 TTV : TD : 120/78 mmHg
N : 82 x/menit
RR: 19 x/ menit
Suhu : 36ᵒC

A : Masala belum teratasi


P : Intervensi di lanjutkan

S:
 Klien mengatakan cemas berkurang
2 04 -02
 Klien mengatakan ketakutan operasi
2019
berkurang setelah dijelaskan tindakan
Cemas
pembedahan dan pembiusan.
Jam
17.49
O:
 Klien tampak mulai tenang saat menjelang
operasi.
 Gellisah berkurang setelah pemberian
mikdazolam 3 mg/IV
 TTV : TD : 109/68 mmHg
N : 82 x/menit
RR: 12 x/ menit
Suhu : 36,6oC

A : Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan
Intra operasi
3 04 – 02 S:-
2019
Resiko O:
Jam
cidera  Pemberian obat anastesi sudah dilakukan
19.00
sesuai prosedur dan hitugan dokter anastesi.
 Klien terlihat tenang selama operasi
 TD : 110/85 mmHg
N : 90x/menit
RR : 12x/menit
S : 36ᵒC

A : Masala teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan

4 04 – 02 Post operasi
2019 S:-
Bersihan
jalan napas Jam O:
19.10
 Terdapat banyak mucus pada rongga mulut
 pada saat ektubasi dan setelah di ekstubasi.
 pasien sudah bernapas spontan.
 Terdengar suara stidor pada rongga mulut.
 setalah dilakukan suction, ektubasi
dilakukan.
 Refplek menelan masih sangat lemah
 Pasien terpasang O2 sebanyak 2 lt
 TTV :
TD : 124 / 87 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Respiasi : 20 x / menit
Suhu : 36,40C

A : - Bersihan jalan napas efektif


- Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB IV

PENUTUP

3. KESIMPULAN
Soft tissue atau jaringan lunak merupakan semua jaringan nonepitel selain
tulang, tulang rawan, otak dan selaputnya, sistem saraf pusat, sel hematopoietik, dan
jaringan limfoid. Tumor jaringan lunak umumnya diklasifikasikan berdasarkan jenis
jaringan yang membentuknya, termasuk lemak, jaringan fibrosa, otot dan jaringan
neurovaskular.
4. SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
peserta pelatihan penata anestesi dan dapat menambah pengetahuan tentang asuhan
keperawatan anestesi tetang penyakit fibroadenoma mammae. Semoga dalam
pembuatan asuhan keperwatan anestesi berikutnya lebih teliti dan lebih lengkap dalam
pengkajian anestesi.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005).Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu Bedah,
Edisi 2. Jakarta : EGC
Weiss S.W.,Goldblum J.R.(2008).Soft Tissue Tumors.Fifth Edition. China : Mosby Elsevier
Manuaba, T.W.( 2010).Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi 2010. Jakarta :
Sagung Seto
Smeltzer. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah.Jakarta : EGC
Reeves, J.C.(2001). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia A. (2006).Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC
Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja
Potter and Perry Volume 2. 2006. Fundamental Keperawatan. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai