PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta
organ tubuh bagian dalam. Jaringan lunak merupakan jaringan yang menghubungkan,
menyokong atau mengelilingi struktur dan organ tubuh. Jaringan lunak termasuk otot,
tendon, ligamentum, fascia, saraf perifer, jaringan serabut, lemak, dan pembuluh
darah.Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan ikat, lemak
dan jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian).Tumor adalah benjolan atau
pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi dalam artian khusus tumor adalah benjolan
yang disebabkan oleh neoplasma. Secara klinis, tumor dibedakan atas golongan
neoplasma dan nonneoplasma misalnya kista, akibat reaksi radang atau hipertrofi. Tumor
jaringan lunak dapat terjadi di seluruh bagian tubuh mulai dari ujung kepala sampai ujung
kaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang jinak dan ada yang ganas. Tumor ganas atau
kanker pada jaringan lunak dikenal sebagai sarcoma jaringan lunak atau Soft Tissue
Sarcoma (STS).
Kanker jaringan lunak termasuk kanker yang jarang ditemukan, insidensnya hanya
sekitar 1% dari seluruh keganasan yang ditemukan pada orang dewasa dan 7-15% dari
seluruh keganasan pada anak. Bisa ditemukan pada semua kelompok umur. Pada anak-
anak paling sering pada umur sekitar 4 tahun dan pada orang dewasa paling banyak pada
umur 45-50 tahun.Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah
yaitu sebesar 46% di mana 75% ada diatas lutut terutama di daerah paha. Di anggota
gerak atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak tangan sekitar 13%. 30%
di tubuh bagian luar maupun dalam, seperti pada dinding perut, dan juga pada jaringan
lunak dalam perut maupun dekat ginjal atau yang disebut daerah retroperitoneum. Pada
daerah kepala dan leher sekitar 9% dan 1% di tempat lainnya, antara lain di dada.
2. Tujuan Penulisan
1. Definisi
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta
organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon,
jaringan ikat, dan jaringan lemak.
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal yang
disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma (Smeltzer, 2002). STT adalah
pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak tumbuh seperti kanker
(Price, 2006). Jadi kesimpulannya, STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan yang
abnormal didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak antara kulit dan
tulang.
Soft tissue atau jaringan lunak merupakan semua jaringan nonepitel selain tulang,
tulang rawan, otak dan selaputnya, sistem saraf pusat, sel hematopoietik, dan jaringan
limfoid. Tumor jaringan lunak umumnya diklasifikasikan berdasarkan jenis jaringan yang
membentuknya, termasuk lemak, jaringan fibrosa, otot dan jaringan neurovaskular.
Namun, sebagian tumor jaringan lunak tidak diketahui asalnya.2 Tumor (berasal dari
tumere bahasa Latin, yang berarti "bengkak"), merupakan salah satu dari lima karakteristik
inflamasi. Namun, istilah ini sekarang digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan
jaringan biologis yang tidak normal. Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas
(malignant) atau jinak (benign). Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT)
adalah suatu benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel
baru.
2. Etiologi
A. Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen
memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis.
B. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.
C. Infeksi
Infeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah ini juga
akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
D. Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja. Trauma mungkin
menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.
c. Otot
Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh dengan kontraksi sebagai tugas
utama. Otot diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu otot lurik, otot polos dan otot
jantung. Otot menyebabkan pergerakan suatu organisme maupun pergerakan dari
organ dalam organisme tersebut.7
- Otot lurik
Otot lurik bekerja di bawah kehendak (otot sadar) sehingga disebut otot
volunteer. Pergerakannya diatur sinyal dari sel saraf motorik. Otot ini menempel
pada kerangka dan digunakan untuk pergerakan.
- Otot polos
Otot yang ditemukan dalam intestinum dan pembuluh darah bekerja dengan
pengaturan dari sistem saraf tak sadar, yaitu saraf otonom.
- Otot jantung
Kontraksi otot jantung bersifat involunter, kuat dan berirama.5
d. Pembuluh darah
Terdapat 3 jenis pembuluh darah, yaitu:
a. Arteri
Suatu rangkaian pembuluh eferen yang setelah bercabang akan mengecil dengan
fungsi mengangkut darah bersama nutrient dan oksigen ke jaringan.
b. Kapiler
Jalinan difus saluran-saluran halus yang beranastomosis secara luas dan melalui
dinding pembuluh inilah terjadi pertukaran darah dan jaringan.
c. Vena
Bagian konvergensi dari kapiler ke dalam system pembuluh-pembuluh yang lebih
besar yang menghantar produk metabolism (CO2 dan lain-lain) kea rah jantung.5
e. Saraf perifer
Komponen utama dari susunan saraf tepi adalah serabut saraf, ganglia, dan
ujung saraf. Serabut saraf adalah kumpulan serat saraf yang dikelilingi selubung
jaringan ikat. Tumor pada serabut saraf neurofibroma. Pada serat saraf tepi, sel
penyelubung yaitu sel schwann. Tumor pada penyeluubung sel saraf tepi yaitu
schwannoma.5
4. Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah
proliferasi jaringan mesenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh.
Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas
bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30%
di badan.Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak,
seperti serabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor
membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul
di lokasi seperti lekukan-lekukan tubuh.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi.
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh.
5. Penatalaksanaan Medis
1. Pembedahan.
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah mencapai angka
keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan untuk
mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
2. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia untuk
membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan kerja sel tumor. Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang
berhubungan dengan tumor dan kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
3. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi terkadang
dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Biodata Pasien
Nama : Ny. S
No.RM : A428289
Umur : 33 th
Alamat : Blok Tengah – Kedokan Bunder - Indramayu, Cirebon
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Diagnose : Fam Bilateral
Tindakan : Exisisi Tumor Multiple
Nilai ASA :I
Tindakan pembiusan : General Anetesi
Tanggal Masuk RS : 03 Februari 2019, Jam 17.00
Tanggal Pengkajian : 04 Februari 2019, Jam 17.45
B.Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Nyeri pada payudarah
2. Keluhan Tambahan
Merasa takut dan kwatir dengan tindakan operasi dan pembiusan
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak ada penyakit terdahulu
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan keluhan terdapat benjolan pada payudarah sebelah kiri dan kanan,
terasa nyeri namun hilang timbul. Benjolan sudah 4 bulan pada awalnya terasa
kecil namun tiba-tiba membesar dan nyeri.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dalam keluarga.
6. Riwatyat anastesi
Pasien belum pernah operasi sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik
Kepala : lonjong, simetris, kulit kepala bersih, rambut utuh
Mata : conjungtiva anemis, sclera tidak iterik, pupil
isokor kiri kanan, raccon eye tidak ada
Hidung : tidak ada kelainan, sekret tidak ada, septum deviasi
tidak ada, rhinorrhea tidak ada
Telinga : simetris kiri kanan, discharge tidak ada, ottorhea
tidak ada
Mulut : bibir tidak ada sianosis, tidak ada gigi palsu
Tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis tidak ada.
Leher : simetris, trakhea ditengah, pembesaran limfonodi
tidak ada.
Thorak : tidak ada jejas pada dada, ictus kordis terlhat, kontraksi dada
mengembang saat inspirasi ekspirasi, dada simetris kiri kanan, auskultsi
terdengar vesicular pada area lapang paru, tidak ada suara napas tambahan
wheezing, terdapat benjolan di payudarah sebelah kiri dan kanan.
Abdomen : tidak ditemukan jejas pada area abdomen, tidak ada benjolan,
simetris, terdengar bising usus 11 x menit.
Genitalia : tidak ada cidera pada genital.
Ektremitas : tidak ada kelaian pada ektremitas bawah dan ekstremitas atas.
Kesadaran kualitatif
Pasien terlihat sadar penuh dapat berorientasi dengan baik, bisa melakukan aktifitas
jika disarankan untuk menggerakan anggota tubuh yang telah di perintahkan.
Tanda-tanda vital :
Keadaan umum : baik, kooperatif
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital : Tek. Darah : 124/72 mmHg
Nadi : 86 x/menit, reguler, adekuat
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 36,4 º C
BB : 50 kg
C. Data psikologis
a. Status Perkawinan : Menikah dengan anak 3
b. Status Emosi : Merasa takut dan khawatir dengan proses operasi
c. Pola Koping : Baik, sabar dan menirma dengan kondisi yang di hadapi.
D. Data social
Pasien mengatakan berhubungan baik dengan keluarga, maupun tetangganya semua baik
baik saja.
E. Data Kultural
Pasien mengatakan dia asli orang indramayu, berbahasa jawa indramayu dia ikuti sejak
dulu secara turun temurun, tidak menutup kemungkinan dia juga mengatakan bisa bahasa
indonesia walaupun campur bahasa jawa indramayu.
F. Data Spiritual
Pasien mengatakan dia beragama islam, untuk ibadah rutin ia melaksanakan sholat lima
waktu secara rutin, adapun ibadah sekarang Pasien tampak cemas dengan keadaan
penyakitnya sekarang. Pasien menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan dan berharap
cepat sembuh. Karena pasien mempercayai bahwa sakitnya merupakan cobaan dan
teguran dari Tuhan.
H. Pemerisaaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan Interpretasi
HEMATOLOGI
RUTIN
Hemoglobin 10.4 g/dl 13.5 – 17.5 Normal
Hematokrit 32.8 % 33 – 45 Normal
Leukosit 5.70 Ribu/Ul 4.5 – 11.0 Tinggi
Trombosit 172 Ribu/Ul 150 – 450 Normal
Eritrosit 5.17 Juta/Ul 4.50 – 5.90 Normal
HEMOSTASIS
CT 4 Menit 2-6 Normal
3. Radiologi
Foto thorak : tak tampak pembesaran jantung, pulmo dalam batas normal.
4. USG : Multiple benign solid dan cystic tumors tersebar pada kedua mamea.
terdapat benjolan pada payudara kanan, ukuran benjolan 5x4x6 mm pada arah jam
5 berjarak 2 cm dari garis putting
terdapat benjolan pada payudara kiri, ukuran benjolan 6 x 4 x 6 mm pada arah jam
8 berjarak 2 cm dari garis putting
benjolan bersifat jinak
struktur payudara dalam batas normal
tidak ada penyebaran ke tempat lain.
B. Analisa Data
DO :
Klien tampak kesakitan di bagian
payudarahnya.
TD : 120/80 mmHg
N : 92x/menit
RR : 20x/menit
S : 36ᵒC
2 04-02 Ds : Tindakan Cemas
2019 Klien mengatakan cemas akan operasi
tindakan operasi. Merasa takut akan
Jam sakitnya pada saat operasi.
17.47
Do:
Klien tampak tegang dan gelisah,
berkeringat dan mulut kering, tidak
tenang, dan klien tampak pucat
Hasil tanda-tanda vital:
TD : 120/90mmHg,
Nadi : 85 x/menit, regular
RR : 20x/menit
Suhu : 36,60C
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan denga faktor biologis
2. Cemas berhubungan dengan tindakan operasi
A. Persiapan anestesi :
1. Mesin anestesi :
a. Gas terdiri dari Oksigen dan Nitro Oxide
b. Gas Volotile terdiri dari Sevofluren dan Isofluren
2. Monitor TTV dan EKG
3. STATICS :
S : Laringoskop no blade 3 dan stetoskop
T : Tube ( Selang endotrakeal tube) ETT kin kin no 7.0 Cup +
A : Air way ( Gudel / Mayo ) ukuran medium no 4
T : Tape ( Plester )
I : Introducer ( mandrein, stilet )
C : Conector
S : Suction
4. Persiapan obat anestesi
a. Premedikasi :
- Midazolam 0,05 mg/Kg BB = 0,05 x 50 kg = 2,5 mg
b. Analgetik
- Fentanyl 1- 2 mcg/KgBB = 1 x 50 kg = 50 mcg, 2 x 50 kg = 100 mcg
c. Induksi :
- Propofol 2 mg/kg BB = 2 x 50 kg = 100 mg
d. Pelumpuh otot
- Atracurium 0,5 mg/kgBB = 0,5 x 50 = 25 mg
e. Obat tambahan
Ketesse 50 mg
B. Penatalaksanaan Anestesi
1. Ruang persiapan
Pasien masuk ke kamar persiapan pada pukul 17.45 WIB, pasien langsung diganti
baju operasi, infus terpasang pada tangan kanan dengan iv line ukuran 18 dan lancar.
Selama di ruang persiapan pasien kooperatif dengan tingkat kesadaran compos mentis
GCS 15. Sebelum tindakan anestesi diperlukan pengecekan surat izin anestesi (SIA)
dan surat izin operasi (SIO) terlebih dahulu.
2. Ruang operasi
Pre Operasi
a. Pasien masuk ke kamar operasi pada pukul 17.50 wib, Pasien di baringkan dengan
posisi supine di meja operasi dan atur kecepatan infus.
b. Nyalakan monitor dan mesin anestesi
c. Pasien dilakukan pemasangan monitor tanda-tanda vital, saturasi oksigen,
precordial.
d. Menunggu intruksi dan lapor kepada konsulen dan operator bila sudah siap.
e. Menganjurkan pasien untuk berdoa
f. Pasien dilakukan pemberian premedikasi : midazolam 2,5 mg dan ondansentron 8
mg
g. Kemudian dilakuka induksi pada jam 17.55 wib dengan obat :
- fentanyl 100 mcg IV
- Propofol 100 mg IV
- Atracurium 25 mg IV
- sevofluran 2 MAC ( sesuai kebutuhan pasien)
- Obat tambahan : Drip Ketesse 50 mg
h. Reflek bulu mata hilang, terjadi penurunan pernapasan dan dilakukan baging
dengan jaw trust dan chin lift.
i. Pelaksanaan intubasi dilakukan pada jam 18.00 wib dengan prosedur :
- Posisikan kepala pasien dengan ektensi
- Buka mulut pasien dengan cross finger pegang laringoskop dengan tangan kiri
kemudian masukan kedalam mulut kemudian menyingkirkan lidah ke kiri
pasien dengan posisi laringoskop membuka rongga mulut
- Cari epiglottis, tempatkan ujug bilah laringoskop di valekula.
- Angkat epiglottis denga elevasi laringoskop ke atas ( jangan menekan gigi)
untuk melihat plica vocalis.
- Bila sudah terlihat ambil selang ETT yang sudah terpasang stilet dengan tangan
kanan.
- Masukan ETT dari sisi mulut kanan, sampai masuk ke saluran trakea dengan
ukuran batas mulut minimal 20 cm.
- lepaskan stilet dari ETT, isi balon sebanyak 10 cc udara kemudian hubungkan
dengan konektor kuregatet mesin anestesi.
- Tes kedalam ETT dengan stetoskope pada daerah apex kanan dan kiri untu
memastikan ETT benar-benar masuk kedalam trakea dan mengecek
kesimbangan pengembangan antara paru-paru kanan dan kiri.
- Stelah ETT sudah dipastikan dalam keadaan seimbang maka dilakukan fiksasi
dengan menggukan plester agar tidak terjadi perubahan letak posisi ETT.
- Jam 18.05 wib di mulai tindakan operasi
j. Perhitungan respirasi selama operasi.
Perhitungan rencana pemberian ventilasi :
1. Tidal Volume
Tidal Volume = BB (Kg) x Konstanta (6-10)
= 50 x 8
= 400 ml
2. Minute Volume
Minute Volume = Tidal volume x Respirasi rate ( 12-16 x/menit)
= 400 x 12/menit
= 4800 ml = 4,8L/menit
3. Menggunkan teknik ventilator IPPV ( )
TV RR PEEP I:E
400 12 4 Ratio
Ml X/menit 1:2
Intra Operasi
Pasien sudah terintubasi dengan ETT kin kin no 7.0 cup +, mayo ukuran medium
no 4 pada jam 18.05 wib dan terhubung ke ventilator mesin anestesi.
1. Monitoring Intake dan output cairan
1. Perhitungan cairan pasien selama operasi :
BB : 50 kg
Jenis Operasi : Ringan (2-4 cc/kgBB)
Puasa : 8 jam
2. Terapi cairan
a. Cairan puasa 8 jam ( 8 jam x 1,5 cc x 50 kg = 600 cc) sudah
tercukupi oleh cairan infus dari bangsal.
b. Kebutuhan cairan maintenance
1,5 cc x 50 kg = 75 cc/Jam.
c. IWL operasi ringan
Stres operasi = 4 cc x 50 kg = 200 cc/Jam
d. Kebutuhan cairan operasi
Maintenance + stress operasi = 75 cc + 200 cc = 275 cc/Jam
Kebutuhan cairan jam ke I = 275 cc/Jam
Kebutuhan cairan jam ke II = 275 cc/Jam
Kebutuhan cairan jam ke III = 275 cc/Jam
e. Estimated Blood Volume
EBV laki-laki dewasa 75 cc/kgbb
EBV perempuan dewasa 65 cc/kgbb
= (65 cc x 50 kg)
= 3.250 cc
Allowable Blood Loss (ABL) = (Ht pasien – Ht target) x EBV x 3
= (32-24) x 3.250 x 3 = 780 cc
f. Estimated blood loss ( EBL) =± 50 cc
EBL (15 %, 30 %, > 40% )
Ringan = 15 % x 3.250 cc = 487 cc
Sedng = 15 % x 3.250 cc = 487 cc
Berat = 20 % x 3.250 cc = 650 cc
2. Pengakhiran anestesi
Operasi selesai pada pukul 19.00 wib pasien dilakukan spontanisasi pada
pernapasan dengan baging ( axis) tanpa menggunakan ventilator dan di berikan terapi
injeksi neostigmine 0,5 mg + sulfat atropine 0.25 mg untuk menghilangkan efek dari
obat relaksan (atrakurium). Pasien bernapas spontan dengan adekuat dengan tanda
bisa menelan, pasien sadar penuh, mampu bernps bila di perintah, kekuatan otot sudah
pulih, tensi normal, saturasi normal dan tidak ada distensi lambung. Pasien di
ekstubasi pada jam 19.10 wib.
B. Analisa Data
POST OPERASI
Post Operasi (Ruang pemulihan )
Pasien keluar dari kamar oparasi menuju ruang pemulihan pada jam 19.10 wib.
Pada saat masu ke ruang pemulihan pasien masih terpantau. Tanda tanda vital pasien TD
123/75mmHg, Nadi 83 x/menit. Cairan di ganti dengan Rl + drip Tramadol 100 mg,
ondansentron 8 mg dan oksigen nasal kanul diberikan 3 liter/menit.
Kemudian pasien di nilai menggunakan kriteria Aldrete Score dewasa sebelum
di pindahkan ke bangsal seperti table dibawah ini:
Waktu
TD Pra Anestesi : / mmHg Skor
5” 15” 30” 45” 60” Keluar
Sadar penuh 2 2 2 2 2 2
TOTAL 8 8 9 10 10
S:
Klien mengatakan cemas berkurang
2 04 -02
Klien mengatakan ketakutan operasi
2019
berkurang setelah dijelaskan tindakan
Cemas
pembedahan dan pembiusan.
Jam
17.49
O:
Klien tampak mulai tenang saat menjelang
operasi.
Gellisah berkurang setelah pemberian
mikdazolam 3 mg/IV
TTV : TD : 109/68 mmHg
N : 82 x/menit
RR: 12 x/ menit
Suhu : 36,6oC
4 04 – 02 Post operasi
2019 S:-
Bersihan
jalan napas Jam O:
19.10
Terdapat banyak mucus pada rongga mulut
pada saat ektubasi dan setelah di ekstubasi.
pasien sudah bernapas spontan.
Terdengar suara stidor pada rongga mulut.
setalah dilakukan suction, ektubasi
dilakukan.
Refplek menelan masih sangat lemah
Pasien terpasang O2 sebanyak 2 lt
TTV :
TD : 124 / 87 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Respiasi : 20 x / menit
Suhu : 36,40C
PENUTUP
3. KESIMPULAN
Soft tissue atau jaringan lunak merupakan semua jaringan nonepitel selain
tulang, tulang rawan, otak dan selaputnya, sistem saraf pusat, sel hematopoietik, dan
jaringan limfoid. Tumor jaringan lunak umumnya diklasifikasikan berdasarkan jenis
jaringan yang membentuknya, termasuk lemak, jaringan fibrosa, otot dan jaringan
neurovaskular.
4. SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
peserta pelatihan penata anestesi dan dapat menambah pengetahuan tentang asuhan
keperawatan anestesi tetang penyakit fibroadenoma mammae. Semoga dalam
pembuatan asuhan keperwatan anestesi berikutnya lebih teliti dan lebih lengkap dalam
pengkajian anestesi.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005).Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu Bedah,
Edisi 2. Jakarta : EGC
Weiss S.W.,Goldblum J.R.(2008).Soft Tissue Tumors.Fifth Edition. China : Mosby Elsevier
Manuaba, T.W.( 2010).Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi 2010. Jakarta :
Sagung Seto
Smeltzer. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah.Jakarta : EGC
Reeves, J.C.(2001). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia A. (2006).Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC
Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja
Potter and Perry Volume 2. 2006. Fundamental Keperawatan. Jakarta