W DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE
HEMORAGIK DI RUANG CEMPAKA III RUMAH SAKIT
GUNUNG JATI CIREBON
Diajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah II
Tahun 2019/2020
BAB I
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Mulanya stroke ini dikenal dengan nama apoplexy, kata ini berasal dari bahasa
Yunani yag berarti “memukul jatuh” atau to strike down. Dalam perkembangannya lalu
dipakai istilah CVA atau cerebrovascular accident yang berarti suatu kecelakaan pada
pembuluh darah dan otak.
Menurut Misbach (2011) stroke adalah salah satu syndrome neurologi yang dapat
menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. Stroke adalah gangguan peredaran darah
otak yang menyebapkan deficit neurologis mendadak sebagai akibat iskemik atau hemoragik
sirkulasi saraf otak (Sudoyo Aru).
Menurut Junaidi ( 2011). Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak
berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak.
Secara sederhana stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah
ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau perdarahan (stroke hemoragik)
Ada dua klasifikasi umum cedera serebrovaskular, yaitu stroke iskemik dan sroke
hemoragik. Stroke iskemik ini terjadi akibat penyumbatan aliran darah arteri yang lama ke
bagian otak (Corwin, 2009). Menurut Adib (2009) Stroke Hemoragik adalah pembuluh darah
otak yang pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke
dalam suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya.
2. Etiologi
Stroke Hemoragik terjadi ketika pembuluh darah diotak bocor atau pecah. Perdarahan
otak dapat disebabkan oleh banyak kondisi yang memengaruhi pembuluh darah, antara lain :
Penyebab perdarahan yang kurang umum adalah pecahnya jalinan abnormal pembuluh darah
berdinding tipis (malaformasi arteriovenosa) yang berbentuk balon yang disebut aneurisma
atau arteri yang lecet bekas plak aterosklerotik.
Sebentar
Hipertensi Selalu ada Biasanya tidak ada
Lemah sebelah Ada sejak awal Awalnya tak ada
Tubuh
LCS Erotrosit Eritrosit .
>5000/mm3 25.000/mm3
Angiografi Shift ada Shift tidak ada
CT-Scan Area putih Kadang normal
3. Faktor Risiko
Selain hal-hal yang disebutkan diatas, ada faktor-faktor lain yang menyebabkan stroke
(Arum, 2015) diantaranya :
1) Faktor risiko pelaku
Stroke sendiri bisa terjadi karena faktor risiko pelaku. Pelaku menerapkan gaya
hidup dan pola makan yang tidak sehat. Hal ini terlihat pada :
a. Kebiasaan merokok.
b. Mengosumsi minuman bersoda dan beralkhohol.
c. Suka menyantap makanan siap saji (fast food/junkfood).
d. Kurangnya aktifitas gerak atau olahraga.
e. Suasana hati yang tidak nyaman, seperti sering marah tanpa alasan yang jelas
Faktor predisposisi dari stroke hemoragik yang sering terjadi adalah peningkatan
tekanan darah. Peningkatan TD adalah salah satu faktor hemodinamika kronis yang
menyebabkan pembuluh darah yang mengalami perubahan struktur atau kerusakan vaskular.
Perubahan struktur yang terjadi meliputi lapisan elastik eksternal dan lapisan adventisia yang
membuat pembuluh darah menipis. Peningkatan TD yang mendadak dapat membuat
pembuluh darah pecah.
Ekstravasasi darah ke parenkim otak bagian dalam berlangsung selama beberapa jam
dan jika jumlahnya besar akan memengaruhi jaringan sekitarnya melalui peningkatan tekanan
intrakranial. Tekanan tersebut dapat menyebabkan hilangnya supai darah ke jaringan yang
terkena dan pada akhirnya dapat menghasilkan infark.
5. Pathway
6. Manifestasi Klinis
Menurut Tarwoto (2013), manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian
mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral.
Pada stroke hemoragik, gejala klinis meliputi:
1) Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparise) atau hemiplegia
(paralisis) yang timbul secara mendadak.
Kelumpuhan terjadi akibat adanya kerusakan pada area motorik di korteks bagian
frontal, kerusakan ini bersifat kontralateral artinya jika terjadi kerusakan pada
hemisfer kanan maka kelumpuhan otot pada sebelah kiri.
2) Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.
Gangguan sensibilitas terjadi karena kerusakan system saraf otonom dan
gangguan saraf sensorik.
3) Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma), terjadi akibat
perdarahan, kerusakan otak kemudian menekan batang otak atau terjadinya
gangguan metabolik otak akibat hipoksia.
4) Afasia (kesulitan dalam bicara)
Afasia adalah defisit kemampuan komunikasi bicara, termasuk dalam membaca,
menulis dan memahami bahasa. Afasia terjadi jika terdapat kerusakan pada area
pusat bicara primer yang berada pada hemisfer kiri dan biasanya terjadi pada
stroke dengan gangguan pada arteri middle sebelah kiri. Afasia dibagi menjadi
3(tiga) yaitu:
a. Afasia motorik
Afasia motorik atau ekspresif terjadi jika area pada area Broca, yang terletak
pada lobus frontal otak. Pada afasia jenis ini pasien dapat memahami lawan
bicara tetapi pasien tidak dapat mengungkapkan dan kesulitan dalam
mengungkapkan bicara
b. Sensorik
Afasia sensorik terjadi karena kerusakan pada area Wernicke, yang terletak
pada lobus temporal. Pada afasia sensori pasien tidak dapat menerima
stimulasi pendengaran tetapi pasien mampu mengungkapkan pembicaraan.
c. Afasia global
Pada afasia global pasien dapat merespon pembicaraan baik menerima
maupun mengungkapkan pembicaraan.
5) Disatria (bicara cedel atau pelo)
Merupakan kesulitan bicara terutama dalam artikulasi sehingga ucapannya
menjadi tidak jelas. Namun demikian, pasien dapat memahami pembicaraan,
menulis, mendengarkan maupun membaca. Disartria terjadi karena kerusakan
nervus cranial sehingga terjadi kelemahan dari otot bibir, lidah dan laring. Pasien
juga terdapat kesulitan dalam mengunyah dan menelan.
6) Gangguan penglihatan, diplopia.
Pasien dapat kehilangan penglihatan atau juga pandangan menjadi ganda,
gangguan lapang pandang pada salah satu sisi. Hal ini terjadi karena kerusakan
pada lobus temporal atau parietal yang dapat menghambat serat saraf optik pada
korteks oksipital. Gangguan penglihatan juga dapat disebabkan karena kerusakan
pada saraf cranial III, IV dan VI.
7) Disfagia
Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus cranial IX.
Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glottis menutup kemudian
makanan masuk ke esophagus.
8) Inkontinensia.
Inkontinensia baik bowel maupun badder sering terjadi karena terganggunya saraf
yang mensarafi bladder dan bowel.
9) Vertigo, mual, muntah, nyeri kepala, terjadi karena peningkatan tekanan
intrakranial, edema serebri.
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Angiografi serebral
3) Lumbal pungsi
Tekanan yang menngkat dan di sertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukan adanya hemoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada intrakranial
5) USG Doppler
6) EEG
Melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga
menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak
7) Sinar tengkorak
1. Medis
a. Pembedahan
Di lakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3cm atau volume lebih
dari 50 ml untuk dekompresi atau pemasangan pintasan ventrikulo- peritoneal bila
ada hidrosefalus obstruktif akut.
b. Terapi obat-obatan
Terapi pengobatan tergantung dari jenis stroke :Stroke hemoragik.
- Antihipertensi : captropil, antagonis kalsium.
- Diuretik : manitol 20%, furosemide.
- Antikonvulsan : fenitolin
2. Keperawatan
a. Pada fase akut
- Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen, penggunaan ventilator
- Monitor peningkatan tekanan intrakranial.
- Monitor fungsi pernapasan : analisa gas darah.
- Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG.
- Evaluasi status cairan dan elektrolit.
- Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan, dan cegah resiko
injuri.
- Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi lambung dan
pemberian makanan.
- Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan pupil, fungsi
sensorik dan motorik, nervus kranial, dan refleks
b. Fase rehabilitasi
- Pertahankan nutrisi yang adekuat.
- Program management bladder dan bowel.
- Mempertahankan keseimbangan tubuh dengan rentang gerak sendi (ROM).
- Pertahankan integritas kulit.
- Pertahankan komunikasi yang efektif.
- Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. IDENTITAS
a. Identitas klien
Nama : Ny. A
Umur : 40 Tahun
Tanggal Lahir : 25 Oktober 1981
No. Medrek : 1024028
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Marital : Menikah
Diagnosa Medis : Stroke Hemoragik
Tanggal Masuk : 4 April 2021
Tanggal Pengkajian : 5 April 2021
Alamat : Dusun I RT/RW 02/ 02 Desa Guwa Kidul
Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon
a. Keluhan utama
Kaki dan tangan kanan mengalami kelemahan untuk bergerak dan berbicara
pelo atau cadel
Keterangan:
Keterangan :
Keluarga A mempunyai anak dua orang, anak pertama perempuan dan anak kedua juga
perempuan. Keluarga B mempunyai anak dua orang juga,anak pertama laki-laki dan anak
kedua perempuan. Kemudian anak pertama dari keluarga A menikah dengan anak pertama
laki-laki dari keluarga B. Dan mempunyai anak 5 orang. Anak pertama laki-laki, anak
kedua perempuan, anak ketiga laki- laki, anak ke empat perempuan dan anak ke lima laki-
laki. Semua anaknya sudah menikah, dan klien sekarang tinggal serumah dengan anak
nomor empat,di tandai dengan garis putus putus yang tergambar pada genogram.
2) Aspek psiko-sosio-spiritual
Klien beragama islam, sewaktu sehat klien taat dalam menjalankan ibadah
sholat 5 waktu serta terlibat dalam pengajian, tapi ketika sakit klien tidak bisa
sholat karena terpasang infuse dan keterbatasan gerak untuk melakukan
aktivitas. Psikologis selama sakit, klien merasa cemas akan apa yang
dideritanya, namun klien yakin bahwa dia akan sembuh. Interaksi dengan
tenaga kesehatan baik dan keluarga kooperatif.
4. KEADAAN UMUM
a. Berat badan dan Tinggi badan
TB : 160 cm
BB (sebelum sakit) : 55 Kg
BB (saat sakit) : 55 Kg
TD : 160/110 mmHg
Frekuensi nadi : 99 x/menit
Frekuensi nafas : 29 x/menit
Suhu : 36 °C
c. Pemeriksaan fisik
1) Sistem Integumen
2) Kepala
3) Wajah
5) Hidung
6) Mulut
7) Telinga
8) Leher
10) Paru-paru
11) Jantung
12) Abdomen
kembung.
pembesaran hepar
a. Atas
- Inpeksi : Simetris kiri dan kana ,terpasang infuse IVFD
Asering di sebelah kanan, terdapat luka lecet di
punggung tangan.
- Palpasi : Tidak terdapat edema dan tidak ada nyeri tekan.
b. Bawah
- Inpeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada terdapat
luka lecet .
- Palpasi : Tidak terdapat edema dan tidak ada nyeri
tekan.
15) Genetalia
Inpeksi : Klien tampak terpasang kateter
16) Pemeriksaan Reflek
1. Refleks Fisiologi
a. Refleks Patela (KPR)
Adanya respon spontan saat di berikan pukulan pada lutut dengan
menggunakan hammer.
b. Refleks Triceps (TPR)
Tidak ada respon ekstensi lengan bawah pada sendi siku.
c. Refleks Biceps (BPR)
Adanya respon fleksi lengan pada sendi siku.
d. Refleks Achilles (APR)
Adanya respon pada punggung kaki saat diberikan rangsangan pada
mata kaki
2. Refleks Patologis
a) Oppenheim
Adanya respons ekstensi ibu jari longlegs dan pengembangan jari
longlegs lainnya saat di berikan rangsangan pada tulang tibia
b) Babinsky
Adanya respon ekstensi ibu ibu jari longlegs lainnya saat diberikan
rangsaangan pada telapak tangan.
c) Offman
Adanya respon fleksi pada ibu jari, telunjuk dan jari lainnya saat
diberikan goresan pada kuku jari tengah.
Kesimpulan :
Hasil dari pemeriksaan pada klien Ny.R terdapat gangguan pada Refleks Fisiologi
yaitu Refles Triceps (TPR).
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
DO :
- Klien tampak gelisah
- TD = 160/110 mmHg
- Nadi = 99 x/menit
- Suhu = 36 C
- RR= 24 x/menit
DO :
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan komunikasi verbal b.d kerusakan neurocerebrospinal N.IX akibat
ketidakmampuan bicara
2. Gangguan mobilitas fisik b.d menurunnya fungsi motorik dan muskuluskeletal
3. Defisit perawatan diri b.d gangguan neuromuscular
4. Defisit pengetahuan b.d Kurang terpaparnya informasi
C. PERENCANAAN
Nama : Nn. A Tgl Masuk RS : 4 April 2021
Diganosa : Stroke Hemorragik Tgl. Pengkajian : 5 April 2021
Diagnosa Perencanaan
No.
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
non-verbal
I : Menganjurkan melakukan
perawatan diri secara konsisten sesuai Kel 3
13.20
kemampuan
1. Gangguan 5 April S:
komunikasi verbal 2021
- Keluarga klien mengatakan
b.d kerusakan
klien bicaranya masih
neurocerebrospinal
sedikit pelo atau cadel
N.IX akibat
- Keluarga klien mengatakan
ketidakmampuan
kepala klien tidak pusing
bicara
O:
- Klien tidak
tampak gelisah
- TD = 140/100
Kel 3
mmHg
- Nadi = 84x/menit
- Suhu = 36 C
- RR= 24 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan
1. Anjurkan berbicara
perlahan
2. Monitor tanda-tanda
vital
2. Gangguan 5 April S:
mobilitas fisik b.d 2021 - Keluarga klien mengatakan
menurunnya fungsi aktifitas klien sedikit
motorik dan meningkat walaupun masih
muskuluskeletal di bantu.
- Keluarga klien mengatakan
tangan dan kaki bagian
kanannya sedikit bisa di
gerakkan.
O:
Kel 3
- Klien tampak sudah cukup
bisa menggerakkan
ekstermitas sebelah kiri.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan
denga kemampuannya
- Klien tampak lebih nyaman
setelah dilakukan
perawatan diri
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor tingkat
kemandirian
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
4. 05 April S:
2021 - Keluarga pasien
mengatakan mengetahui
cara perawatan stroke
O: Kel 3
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnotik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.