Oleh :
4) Perbedaan Ras
Fakta terbaru menunjukkan bahwa stroke pada orang Afrika-Karibia
sekitar dua kali lebih tinggi daripada orang non-Karibia. Hal ini
dimungkinkan karena tekanan darah tinggi dan diabetes lebih sering
terjadi pada orang afrika-karibia daripada orang non-Afrika Karibia.
Hal ini dipengaruhi juga oleh factor genetic dan faktor lingkunga
3. Patofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di
otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan
besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area
yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak
dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus,
emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). AteroskIerosis sering sebagai
faktor penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dan plak
arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis tempat aliran
darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi [ CITATION Ari13 \l 1033 ].
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah. Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak
yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan
kongesti di sekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih
besar dari pada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam
beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan. Oleh karena
trombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis dikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada
dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika
sisa infeksi berada pada pcmbuluh darah yang tersumbat menyebabkan
dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan
serebral, jika aneunrsma pecah atau rupture [ CITATION Ari13 \l 1033 ].
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
lebih sering menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit
serebro vaskular, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak
peningkatan tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan
herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum [ CITATION Ari13 \l
1033 ].
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hermisfer
otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke
batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus
perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus, dan pons. Jika sirkulasi
serebral terhambat, dapat berkembang anoksia serebral. Perubahan yang
disebabkan oleh anoksia serebral dapar reversibel untuk waktu 4-6 menit.
Perubahan ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit.Anoksia serebral dapat
terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung
[ CITATION Ari13 \l 1033 ].
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang
relatif banyak akan mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial dan
penurunan tekanan perfusi otak serta gangguan drainase otak. Elemen-
elemen vasoaktif darah yang keluar dan kaskade iskemik akibat menununnya
tekanan perfusi, menyebabkan saraf di area yang terkena darah dan
sekitarnya tertekan lagi. Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis.
Jika volume darah lebih dan 60cc maka risiko kematian sebesar 93% pada
perdarahan dalam dan 71% pada perdarahan lobar. Sedangkan jika terjadi
perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan
kemungkinan kematian sebesar 75%, narnun volume darah 5 cc dan terdapat
di pons sudah berakibat fatal [ CITATION Ari13 \l 1033 ].
Otak merupakan bagian tubuh yang sangat sensitif oksigen dan
gukosakarena jaringan otak tidak dapat menyimpan kelebihan oksigen dari
glukosa seperti halnya pada otot. Meskipun berat otak sekitar 2 % dari
seluruh berat badan, namun menggunakan sekitar 25 % suplayoksigen dan 70
% glukosa. Jika aliran darah ke otak terhambat maka akan terjadi iskemia dan
terjadi gangguan metabolisme otak yang kemudian terjadi gangguan perfusi
screbral. Area otak disekitar yang mengalami hipoperfus disebut penumbra.
Jika aliran darah ke otak terganggu lebih dan 30 detik pasien dapat menjadi
tidak sadar dan dapat terjadi kerusakanjaringan otak yang permanen jika
aliran darah otak terganggu lebih dan 4 menit [CITATION Tar13 \l 1033 ].
Untuk mempertahankan aliran darah ke otak maka tubuh akan
melakukan dua mekanisme tubuh yaitu mekanisme anastomosis dan
mekanisme autoregulasi. Meknisme anastomosis berhubungan dengan
suplay darah ke otak untuk pemenuhan kebutuhan oksigen danglukosa.
Sedangkan mekanisme autoregulasi adalah bagaimana otak
melakukanmekanisme/usaha sendiri dalam menjaga keseimbangan. Misalnya
jika terjadi hipoksemia otak maka pembuluh darah otak akan mengalami
vasodilatasi [CITATION Tar13 \l 1033 ].
4. Pathway Faktor resiko stroke
Ateriosklerosis
6) Saraf VIII
Tidak ditemukan adanya tuli kondukrif dan tuli persepsi.
7) Saraf IX dan X
Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka mulut.
8) Saraf XI
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
9) Saraf XII
Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta
indra pengecapan normal.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d. penurunan aliran darah dan
oksigen ke otak.
b. Bersihan jalan nafas b.d. hipersekresi jalan nafas d.d. pasien sesak nafas,
batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, wheezing,
gelisah, sianosis, pola dan frekuensi nafas berubah.
c. Nyeri akut b.d. agen pencedera fisiologis (iskemia) d.d. pasien tampak
meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit
tidur, tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan
berubah, berfokus pada diri sendiri dan diaforesis.
d. Defisit nutrisi b.d. dengan ketidakmampuan menelan makanan d.d. berat
badan menurun minimal 10%, bising usus hiperaktif, otot pengunyah
lemah, otot menelan lemah, membrane mukosa pucat, sariawan, serum
albumin turun, rambut rontok berlebihan dan diare.
e. Gangguan mobilitas fisik b.d. gangguan neuromuscular d.d. kekuatan
otot menurun, rentang gerak menurun, sendi kaku, gerakan tidak
terkoordinasi, gerakan terbatas dan fisik lemah.
f. Gangguan komunikasi verbal b.d. penurunan sirkulasi serebral d.d. tidak
mampu berbicara atau mendengar, menunjukkan respon tidak sesuai,
pelo, tidak ada kontak mata, sulit memahami komunikasi, sulit
menggunakan ekspresi wajah atau tubuh.
g. Resiko jatuh b.d. gangguan penglihatan (abiasio retina).
3. Intervensi
No. Tujuan dan
Intervensi Rasional
Dx kriteria hasil
1 Setelah dilakukan 1. Monitor tanda- 1. Mengetahui
asuhan tanda vital keadaan dan
keperawatan perkembangan
selama … x …. klien dengan
diharapkan resiko melihat tanda-
perfusi serebral tanda vitalnya
tidak efektif tidak 2. Monitor TIK 2. Memantau
terjadi dengan peningkatan TIK
kriteria hasil: 3. Monitor status 3. Memantau status
1. Tidak ada neurologi dengan neurologi klien
peningkatan ketat dan
tekanan bandingkan
intracranial dengan nilai
2. Tekanan darah normal
sistol normal 4. Periksa pasien 4. Mengetahui
(120mmHg) terkait ada apakah ada
3. Tekanan darah tidaknya gejala peningkatan TIK
diastolik kaku kuduk atau tidak
normal (80 5. Posisikan tinggi 5. Memberikan rasa
mmHg) kepala tempat nyaman dan
tidur 300 memberikan
ventilasi maksimal
6. Batasi cairan dan 6. Mengurangi
hindari cairan IV terjadinya
hipotonik peningkatan TIK
7. Edukasi keluarga 7. Memberikan
agar tetap pemahaman
berbicara dengan kepada keluarga
klien bahwa dukungan
dengan tetap
berbicara kepada
klien sangat
penting untuk
memotivasi klien
8. Delegatif 8. Membantu proses
pemberian therapy penyembuhan
obat klien
2 Setelah diberikan 1. Monitor respirasi 1. Mengetahui status
asuhan dan status O2 O2 pasien
keperawatan 2. Auskultasi suara 2. Mengetahui
selama …x … nafas, catat adanya adanya suara nafas
diharapkan suara tambahan tambahan
bersihan jalan 3. Berikan O2 3. Membantu
nafas tidak efektif memenuhi
dapat teratasi kebutuhan
dengan kriteria oksigenasi
hasil: 4. Anjurkan pasien 4. Untuk mengurangi
1. Tidak ada untuk istirahat dan gelisah dan sesak
dispnea napas dalam nafas
2. Frekuensi 5. Posisikan pasien 5. Untuk membantu
pernafasan untuk memaksimalkan
kembali memaksimalkan ventilasi
normal 30- ventilasi
60x/menit 6. Pertahankan 6. Untuk
3. Suara hidrasi yang mengencerkan
pernafasan adekuat untuk sekret atau sputum
kembali mengencerkan berlebih
normal sekret
vesikular 7. Lakukan 7. Membantu
4. Kemampuan fisioterapi dada mengeluarkan
untuk jika perlu sputum
mengeluarka 8. Keluarkan sekret 8. Batuk efektif dapat
n secret dengan batuk memaksimalkan
dengan baik, efektif atau pengeluaran
setiap batuk suction sputum berlebih
mengeluarka 9. Mengedukasi
n sekret 9. Jelaskan pada keluarga
(dahak encer) pasien dan
5. Pasien keluarga tentang
tampak penggunaan
tenang peralatan: O2,
Suction, Inhalasi. 10. Therapy untuk
10. Kolaborasi mengurangi faktor
pemberian therapy penyebab bersihan
bronkodilator, jalan nafas tidak
antibiotik efektif.
3 Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Mengetahui skala
asuhan pengkajian nyeri nyeri dan
keperawatan komprehensif perkembangan
selama … x … yang meliputi nyeri yang
diharapkan nyeri lokasi, dirasakan pasien
menurun dengan karakteristik,
kriteria hasil: durasi, frekuensi,
1. Mampu kualitas, intensitas
menuntaskan atau beratnya
aktivitas nyeri dan faktor
secara mandiri pencetus
2. Keluhan nyeri 2. Berikan prinsip- 2. Memberikan rasa
menurun prinsip nyaman kepada
dengan skala manajemen nyeri pasien
nyeri dengan seperti teknik
rentang 0-10 relaksasi 3. Menambah
3. Tidak ada 3. Edukasi klien dan pengetahuan klien
sikap protektif keluarga klien dan keluarga
terhadap area dengan mengenai nyeri
nyeri memberikan yang dirasakan
4. Tidak ada informasi oleh pasien
gelisah mengenai nyeri
5. Tidak seperti penyebab
mengalami nyeri dan
kesulitan tidur antisipasi dari
6. Frekuensi ketidaknyamanan
nadi kembali akibat prosedur 4. Memberikan rasa
normal (60- 4. Kolaborasi dengan nyaman dan
100x/menit) keluarga pasien mengurangi
dan tim kesehatan kegelisahan pasien
lainnya untuk
memilih dan
mengimplementas
ikan tindakan
penurunan nyeri
nonfarmakologi
dan farmakologi
sesuai kebutuhan
4 Setelah dilakukan 1. Monitor kalori dan 1. Mengetahui
asuhan asupan makanan perkembangan
keperawatan status nutrisi
selama …x…. 2. Anjurkan pasien pasien
diharapkan nutrisi terkait dengan 2. Meningkatkan
pasien membaik kebutuhan kebutuhan nutrisi
dengan kriteria makanan tertentu pasien secara
hasil: berdasarkan teratur
1. Porsi perkembangan
makanan atau usia
yang (misalnya
dihabiskan peningkatan
meningkat asupan serat untuk
2. Perasaan mencegah
cepat konstipasi)
kenyang 3. Edukasi klien dan 3. Meningkatkan
menurun keluarga klien nafsu makan
3. Nyeri dengan pasien dan
abdomen menawarkan memberikan
menurun dari bimbingan informasi terkait
rentang 0-10 terhadap pilihan diet pasien
4. Berat badan makanan yang
membaik lebih sehat
5. Indeks massa 4. Kolaborasikan
tubuh dengan ahli gizi 4. Mengantisipasi
membaik mengenai diet jika asupan nutrisi
pasien pasien memburuk
5 Setelah dilakukan 1. Monitor lokasi 1. Mengetahui bagian
asuhan dan tubuh mana yang
keperawatan kecenderungan harus ditekankan
selama … x …. adanya nyeri dan dan tidak
diharapkan ketidaknyaman-an dilakukannya
gangguan selama pergerakan/
mobilitas fisik pergerakan/ mobilisasi
teratasi dengan aktivitas 2. Memberikan posisi
kriteria hasil: 2. Bantu pasien yang nyaman pada
1. Pergeraka mendapatkan pasien ketika
n posisi tubuh yang dilakukannya
ekstremita optimal untuk pergerakan
s pergerakan sendi
meningkat pasif maupun aktif 3. ROM dapat
2. Kekuatan 3. Dukung latihan melatih pergerakan
otot ROM aktif, sesuai sendi yang kaku
meningkat jadwal yang
3. Rentang teratur 4. ROM dapat
gerak 4. Lakukan latihan melatih pergerakan
(ROM) ROM pasif atau sendi yang kaku
dapat ROM dengan
meningkat bantuan 5. Mendukung pasien
5. Sediakan alat-alat ketika melakukan
bantu (misalnya latihan
tongkat, walker,
bantal atau
bantalan) untuk
mendukung pasien
dalam melakukan
latihan 6. Mempertahankan
6. Perkuat atau keseimbangan
berikan instruksi tubuh dan
bagaimana menopang
memposisikan tubuhnya ketika
tubuh dan melakukan
bagaimana pergerakan
melakukan
gerakan-gerakan
untuk
mempertahankan
atau meningkatkan
keseimbangan
selama latihan
atau aktivitas
sehari-hari 7. Mengedukasi
7. Edukasi klien dan untuk menambah
keluarga mengenai pemahaman klien
manfaat dan dan keluarga dan
tujuan melakukan mendorong untuk
latihan sendi melakukan latihan
yang telah
dinstruksikan
8. Membantu proses
8. Kolaborasi dengan penyembuhan
ahli terapi fisik klien
dalam
mengembangkan
dan menerapkan
sebuah program
latihan
6 Setelah dilakukan 1. Monitor kecepatan 1. Mengetahui
asuhan bicara, tekanan, perkembangan
keperawatan kuantitas, volume komuniksi verbal
selama … x …. dan diksi pasien
diharapkan 2. Monitor proses 2. Mengetahui
gangguan kognitif, anatomis, kemampuan pasien
komunikasi dan fisiologi dalam
verbal teratasi terkait dengan berkomunikasi
dengan kriteria kemampuan
hasil: berbicara
1. Kemampuan (misalnya,
berbicara memori,
meningkat pendengaran dan
2. Kemampuan bahasa)
mendengar 3. Sediakan metode 3. Melatih pasien
meningkat alternatif menulis agar gangguan
3. Kesesuaian dan membaca komunikasi verbal
ekspresi dengan cara yang cepat teratasi
wajah/tubuh tepat
dapat 4. Instruksikan 4. Melatih cara bicara
meningkat pasien untuk dan pergerakan
4. Tidak ada berbicara pelan bibir pasien
pelo 5. Edukasi pasien 5. Mempermudah
5. Tidak ada atau keluarga pasien menerima
gagap untuk pesan atau hal
6. Pemahaman menggunakan yang disampaikan
komunikasi proses kognitif, oleh klien dapat
membaik anatomis dan terima dengan
fisiologi yang mudah
terlibat dalam
kemampuan
berbicara
6. Kolaborasi
bersama keluarga 6. Mempercepat
dan ahli/terapis penyembuhan
bahasa patologis pasien
untuk
mengembangkan
rencana agar bisa
berkomunikasi
secara efektif
7 Setelah 1. Monitor gaya 1. Memantau
dilakukan asuhan berjalan (terutama kemampuan
keperawatan kecepatan), berjalan klien
selama … x …. keseimbangan dan
diharapkan resiko tingkat kelelahan
jatuh dapat dengan ambulasi
menurun dengan 2. Ajarkan pasien 2. Membantu pasien
kriteria hasil: untuk beradaptasi berjalan dengan
1. Jatuh dari terhadap baik dan
tempat modifikasi gaya mengurangi resiko
tidur dapat berjalan yang jatuh
menurun telah disarankan
2. Jatuh saat (terutama
berdiri kecepatan)
dapat 3. Sediakan
menurn pencahayaan yang 3. Membantu pasien
3. Jatuh saat cukup dalam dalam penglihatan
duduk rangka yang lebih jelas
dapat meningkatkan
menurun pandangan
4. Jatuh saat 4. Letakkan tempat
berjalan tidur mekanik 4. Mengurangi resiko
dapat pada posisi yang jatuh dari tempat
menurun paling rendah tidur
5. Jatuh saat 5. Edukasi klien dan
dipindahk keluarga mengenai 5. Memberikan
an dapat faktor resiko yang pemahan kepada
menurn berkontribusi klien dan keluarga
6. Jatuh saat terhadap adanya agar bisa untuk
naik kejadian jatuh dan meminimalkan
tangga bagaimana resiko jatuh
dapat keluarga bisa
menurn menurunkan
7. Jatuh saat resiko jatuh
di kamar 6. Kolaborasi dengan
mandi anggota tim 6. Mengurangi resiko
dapat kesehatan lain jatuh pasien
menurun untuk
8. Jatuh saat meminimalkan
membung efek samping dari
kuk dapat pengobatan yang
menurun berkontribusi pada
kejadian jatuh
4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan
oleh perawat. Hal – hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan
implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai rencana setelah dilakukan
validasi, penguasaan interpersonal, intelektual, dan teknikal. Intervensi harus
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik
dan psikologi dilindungi dan didokumentasi keperawatan berupa pencatatan
dan pelaporan [ CITATION Nik12 \l 1033 ].
5. Evaluasi
Rohmah & Walid (2012) menjelaskan bahwa fase akhir dari proses
keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan dan kualitas data,
teratasi atau tidaknya masalah klien, pencapaian tujuan serta ketepatan
intervensi keperawatan. Rohmah & Walid (2012) mengemukakan komponen
evaluasi hasil dapat dibagi menjadi 5 komponen, yaitu:
1) Menentukan kriteria, standard dan pernyataan evaluasi.
2) Mengumpulkan datamengenai keadaan klien terbaru.
3) Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.
4) Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.
5) Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan pasien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan
yang dilakukan dengan format SOAP [ CITATION Nik12 \l 1033 ].
DAFTAR PUSTAKA
Rohmah, N., & Walid, S. (2012). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sari, S. H., Agianto, & Wahid, A. (2015). Batasan Karakteristik dan Faktor yang
Berhubungan (Etiologi) Diagnosa Keperawatan: Hambatan Mobilitas Fisik
pada Pasien Stroke. Universitas Lambung Mangkurat, 12-21.