Musdhalifa Kilian
(NIRM : 1901107)
MUHAMMADIYAH
MANADO
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, semata-
makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien dengan stroke, penulis
menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan dalam hal bentuk dan
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca agar dapat bermanfaat dan diaplikasikan kedalam
pembuatan Makalah ini, baik dalam bentuk maupun dari isi Makalah ini. Oleh
Manado,
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
pencegahan itu telah menimbulkan penurunan pada insiden dalam beberapa tahun
1.2.Tujuan
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
stroke.
rumah.
1.3.Batasan Masalah
Dalam makalah ini masalah yang dibahas adalah :
Stroke adalah kerusakan sirkulasi dalam satu atau lebih pembuluh darah
yang menyediakan darah pada otak. Penyediaan oksigen dan darah ke otak
menjadi kurang atau berhenti, yang kemudian merusak atau memusnahkan area –
yang utama di indonesia, serangan otak ini merupakan kegawat daruratan media
cepat, berupa defisit neurologis fokal dan global yang berlangsung 24 jam atau
struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral
Stroke adalah gangguan aliran darah otak yang bersifat mendadak dan
fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik
fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan
sampai beberapa jam saja, gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan
Yaitu stroke yang mirip dengan transient iskemik attack hanya saja kelainan
Disebabkan oleh pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu biasanya
kejadiannya saat melakukan aktifitas atau saat aktif namun bisa juga terjadi saat
Dapat berupa ischemia atau emboli dan trombosis cerebral, biasanya terjadi
saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari tidak terjadi
2.4. Etiologi
b. Emboli
d. Hemorhagic
Sedangkan faktor resiko dari stroke adalah kondisi atau penyakit atau kelainan
a. Usia
Stroke dapat menyerang segala usia, tetapi semakin tua usia seseorang
b.Jenis Kelamin
Laki - laki dua kali lebih berisiko daripada perempuan, tetapi jumlah
c. Riwayat Keluarga
d. Ras
kematian dan kecatatan akibat stroke dibandingkan dengan ras kulit putih.
b. Merokok
pada dinding pembuluh darah yang dapat menghambat sirkulasi darah. Nikotin
c. Diabetes Melitus
d. Obesitas
Peningkatan berat badan dapat meningkatkan risiko stroke. Obesitas juga dapat
Pembuluh darah arteri carotid merupakan pembuluh darah utama yang membawa
darah ke otak dan leher. Rusaknya pembuluh darah carotid akibat lemak
arteri.
Latihan penting untuk mengontrol faktor risiko stroke, seperti berat badan,
Konsumsi alkohol meningkatkan risiko stroke. Minum alkohol lebih dari satu
gelas pada pria dan lebih dua gelas pada pria dapat mengakibatkan peningkatan
tekanan darah. Selain itu, minum tiga gelas kopi sehari dapat meningkatkan
tekanan darah dan risiko stroke. Penggunaan obat - obatan seperti kokain dan
h. Kurang Nutrisi
Diet tinggi lemak, gula, dan garam meningkatkan risiko stroke. Penelitian
i. Stress
2.6. Patofisiologi
Pada keadaan fisiologis normal, aliran darah pada otak selalu tetap yaitu
50 ml/ menit / 100 gr otak. Hal ini terjadi karena auto regulasi yang
Apabila tekanan darah tinggi terus menerus terjadi maka dapat menimbulkan
merembes ini dapat menekan, mengiritasi, dan menimbulkan fase spasme arteri
hemisfer otak.
timbul iskemik focal dan infark jaringan otak. Daerah ini akan mengalami defisit
kesadaran maupun gegar otak. Koma terjadi karena apabila daerah ekstravasal
terjadi hematoma yang menimbulkan penekanan pada seluruh isi kranial (Dr. H.
Soedomo)
adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang
berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda yang
lain.
b. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi.
Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi
yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk berbicara.
2) Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara) yang terutama
2.8.Komplikasi
b. Aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung dan
integritas pembuluh darah serebral, hipertensi atau hipotensi perlu dihindari untuk
mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluanya area cedera.
c. Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infrak miokard atau fibrilasi atrium
atau dapat berasal dari katub jantung protestik, embolisme akan menurunkan
individu dengan aneurisme biasanya terjadi dari 3-12 hari setelah hemorrhage
aubarakhnoid.
reabsorbsi dari cairan serebro spinal (CSS). Hidrosefalus terjadi pada 15-20 %
f. Disritmia, karena darah dalam CSS yang membasahi batang otak mengiritasi
perdarahan ulang aneurisme yang tidak diperbaiki. (Hudak and Gallo, 1996,
p.273)
a. Computerized tomografi Scan (CT Scan) dapat memperlihatkan adanya hematoma,
infark dan perdarahan. Scan ini baik untuk meneliti lesi yang letaknya
dipermukaan
b. Fungsi lumbal untuk menunjukkan kelainan cerebro spinalis fluid (CSF). Tekanan
spesifik
d. Angiografi (arteriografi) sangat esensial untuk memperlihatkan penyebab dan letak
2.10. Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan acut perlu diperhatikan faktor faktor kritis sebagai
berikut:
mungkin pasien harus dirubah posisi setiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan
gerak pasif
1) Fasodilator yang meningkatkan aliran darah cerebral (ADS) secara percobaan,
3) Anti agregasi trombosis seperti aspirin, digunakan untuk menghambat reaksi
d. Rehabilitasi
tubuh pada penderita stroke (Stroke and Heart Foundation, 2010). Lumbantobing
mungkin. Berbagai usaha dilakukan untuk mencapai tujuan ini, diantaranya terapi
memberi alat bantu, ortotik prostetik, dan olah raga. Bentuk tindakan di atas
tentunya disesuaikan dengan berat ringan cacat, bentuk cacat, kemampuan atau
tingkat mental penderita. Young & Forster (2007) dan Duncan et al (2005)
beberapa ahli di berbagai bidang bekerja sama, misalnya dokter keluarga, ahli
rehabilitasi medik, ahli saraf, perawat dan anggota keluarga. Koordinator tindakan
rehabilitasi ini sebaiknya dipegang oleh dokter keluarga, yang lebih banyak
dan petunjuk kepada penderita dan keluarganya (Bradford Institute for Health
Research, 2010).
antara lain, berobat secara teratur ke dokter, tidak menghentikan atau mengubah
dan menambah dosis obat tanpa petunjuk dokter, meminta bantuan petugas
kesehatan atau fisioterapi untuk memulihkan kondisi tubuh yang lemah atau
kebutuhan klien, memotivasi klien agar tetap bersemangat dalam latihan fisik,
memeriksakan tekanan darah secara teratur, dan segera bawa klien ke dokter atau
rumah sakit jika timbul tanda dan gejala stroke. Vallery (2006) dalam
keluarga perlu menyadari semua tantangan dan tanggung jawab yang akan
turun dari tempat tidur, mengenakan pakaian, makan, dan berjalan. Keluarga
petugas sosial, ahli terapi wicara, dan layanan relawan. Kebutuhan pasien pasca
rawat dapat meliputi kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial dan spiritual. Berikut
ini merupakan perawatan penderita stroke yang dapat dilakukan oleh keluarga di
rumah.
1. Jika pasien selalu membuka mata dalam jangka panjang, maka mata mereka dapat
mengering dan menyebabkan infeksi dan ulkus kornea. Untuk mencegah hal ini,
keluarga dianjurkan penggunaan pelumas, salep, atau air mata buatan yang dapat
dibeli bebas (Edmund, 2007). Penderita stroke yang tidak dapat minum tanpa
bantuan harus membersihkan mulutnya dengan sikat lembut yang lembab atau
kapas penyerap sekitar satu jam. Perawatan mulut yang teratur sangat penting,
terutama untuk penderita yang sulit atau tidak dapat menelan (Edmund, 2007).
dengan cukup serat, cairan (2 liter atau lebih sehari), dan miktonutrien. Jika nafsu
makan penderita berkurang maka penedrita stroke dapat diberi makanan ringan
tinggi - kalori yang lezat dalam jumlah terbatas setiap 2 -3 jam, bersama dengan
minuman suplemen nutrisional. Penderita stroke harus makan dalam posisi duduk,
bukan berbaring, untuk mencegah tersedak dan pneumonia aspirasi (John, 2004;
Lotta, 2006; David 2004). Keluarga dapat elakukan modifikasi dalam penggunaan
alat makan penderita stroke, seperti meletakkan antiselip pada alas piring atau
Keluarga dapat juga menyediakankan alat - alat bantu untuk penderita stroke yang
mangkuk telur yang dapat ditempelkan pada meja (John, 2004; Lotta, 2006; David
2004).
kerusakan di otak. Hampir 70% pasien stroke sedikit banyak mengalami masalah
emosional, misalnya reaksi sedih, mudah tersinggung, tidak bahagia, murung, atau
depresi. Terdapat bukti bahwa orang yang menderita depresi pasca stroke
dibandingkan dengan penderita stroke tanpa depresi. Namun, jika penderita stroke
dan orang yang merawatnya menyadari masalah ini, biasanya ada hal - hal yang
masalah bahasa dapat menimbulkan sikap mudah marah. Masalah emosional lain
timbul pada tahap lebih belakangan, misalnya sewaktu pasien akhirnya menyadari
dampak penuh stroke atas kemandirian mereka. Orang yang pernah mengalami
stroke sangat rentan terhadap perubahan dalam situasi mereka, terutama jika
mereka akan meninggalkan rumah sakit atau saat mereka pertama kali keluar
rumah untuk berjalan - jalan. Ini merupakan reaksi fisiologis normal, dan
karier serta anggota keluarga sehingga masalah tersebut dapat diatasi sebanyak
mungkin (Lotta, 2006). Pada sebagian besar kasus, masalah emosional mereda
seiring waktu, tetapi ketika terjadi, masalah itu dapat menyebabkan penderita
stroke menolak terapi atau kehilangan motivasi untuk menjalani proses
reaktif ini sering dapat dikurangi secara substansial dengan mendorong penderita
merasa bahwa mereka adalah anggota keluarga yang berharga. Penting bagi
mendorong timbulnya perhatian orang lain dan aktivitas waktu luang, misalnya
stroke yang keluarganya atau orang yang merawatnya tidak suportif dan yang
penderita stroke lain (Lotta, 2006). Masalah emosional penderita stroke dapat
diatasi dengan konseling individual atau terapi kelompok. Psikoterapi juga dapat
fluoksetin dan amitriptilin) atau berkonsultasi dengan psikiater atau ahli psikologi
mengalami depresi berat, terutama mereka yang mungkin ingin bunuh diri (Lotta,
membuat rencana, dan belajar. Hal - hal ini sering menjadi komplikasi stroke,
mengenai sekitar 64% dari penderita stroke yang selamat dan menyebabkan
demensia pada 1 dari 5 penderita stroke usia yang lebih lanjut. Namun, bagi
banyak penderita stroke, masalah kognitif yang ringan cenderung akan mereda
seiring dengan waktu, dan kemampuan mereka akan pulih sepenuhnya (John,
2004). Jika penderita stroke tidak dapat mengikuti instruksi di obat resep, orang
yang merawat perlu menjamin bahwa penderita stroke minum obat dalam jumlah
dan saat yang tepat. Ada baiknya dibuat bagan atau tabel tentang aktivitas harian,
obat, dan kemajuan penderita stroke pada selembar kertas (John, 2004). Penderita
stroke dengan gangguan kognitif yang parah, misalnya demensia, jarang pulih
sempurna dan dapat bertambah buruk seiring dengan waktu. Hal ini terutama
berlaku pada orang berusia lanjut yang pernah mengalami beberapa kali stroke
Thomas (2004) dan Leigh (2005) menyatakan faktor risiko yang mempermudah
pasien jatuh antara lain masalah ayunan langkah dan keseimbangan, obat - obat
mobilitas yang telah mereka capai. Demi alasan keamanan, sebaiknya ada satu
atau dua orang asisten berdiri di samping penderita stroke dan membantu
penderita, terutama pada tahap - tahap awal. Ketika berdiri atau berjalan,
dan dengan memindahkan beban badan dari satu sisi tubuh ke sisi lainnya. Pada
awalnya, penderita stroke harus mencoba hanya beberapa langkah kecil. Sesi
latihan yang sering dan singkat, dengan peningkatan gerakan secara perlahan,
merupakan cara yang paling aman dan efektif. Jika penderita stroke telah yakin
dapat berjalan di lantai yang datar, mereka dapat mulai naik tangga, tetapi tetap
memperhatikan bahwa susunan tangganya telah aman dan kuat. Selain itu,
sebaiknya rumah mereka memiliki tangga, dibangun jalan masuk landai dari kayu
atau beton. Keluarga juga mungkin perlu memperlebar pintu - pintu rumah agar
penderita stroke dapat bergerak bebas di dalam rumah. Pemasangan kabel listrik
yang aman, pegangan tangan di kamar mandi dan adaptasi rumah lainnya juga
atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan
yaitu suatu ikatan/ persekutuan hidup atas dasar perkawinan antar orang dewasa
yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau perempuan
yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi
yang tinggal dalam sebuah rumah tangga. Sementara itu Effendi (2005:30)
mendefinisikan keluarga sebagai perkumpulan dua atau lebih dari dua individu
dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di
kebudayaan.
2004:14) bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas dua
orang atau lebih yang tinggal disuatu tempat atau rumah dan berinteraksi satu
Maka untuk itu indonesia merupakan salah satu negara yang menjunjung
tinggi adat ketimuran yang menekankan bahwa keluarga harus dibentuk atas dasar
perkawinan, seperti yang tertulis dalam peraturan pemerintah (PP) No. 21 tahun
Adalah suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,
Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai atau
kehilangan pasangannya
d. Orang tua tunggal (single parent family) yaitu keluarga yang terdiri dari salah satu
e. Ibu dengan anak tanpa perkawinan yang sah (the unmarried teenage mother)
f. Orang dewasa laki-laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah
g. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital heterosecual
cohabiting family)
h. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and
lesbian family).
(2004:3)
psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan
orang tuanya.
sebagainya
Tugas perkembangan
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami,
2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family).
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua
berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua
dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat
Tugas perkembangan
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi
3. Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus
terpenuhi.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan
masyarakat.
4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with children).
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir
pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai
masing-masing anak memiliki minat sendiri. Dmikian pula orang tua mempunyai
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada
anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Tugas perkembangan
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua
dan remaja.
family).
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah
anak dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal
Tugas perkembangan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa
pasangan fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak
Tugas perkembangan
1. Mempertahankan kesehatan.
anak.
Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga
Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal dan
keduanya meninggal.
Tugas perkembangan
pendapatan.
sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal
dengan anak, anak dengan anak dan anggota keluarga lain dengan keluarga inti.
kesehatan.
a. Fungsi afektif
Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar
rumah
keluarga.
keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan
antara lain:
tanpa kesehatan segala sesuatu akan tidak berarti dan karena kesehatanlah kadang
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
tindakan keluarga.
Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi
keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga itu sendiri
semua tindakan keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja,
Friedman dalam Proses keperawatan keluarga juga membagi dalam lima tahap
(2004) dengan melalui membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga
tujuan, serta minat untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan
kebutuhan kesehatan yang dirasakan keluarga dan membina komunikasi dua arah
dengan keluarga.
1. Pengkajian
keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai
dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa
1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe
keluarga.
faktor yang penting dalam penggelolaan penyakit stroke fase rehabilitasi terutama
ahli fisiotherapi.
a. Pendidikan
dan benar.
melakukan pengobatan dan perawatan pada angota keluarga yang sakit salah
pada keluarga.
Menurut Friedmen (2005:125), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini.
unik atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang
mengakibatkan kecemasan.
5) Aktiftas
darah. Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan kegiatan
a. Karakteristik rumah
penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab terjadinya
pada hipertensi
diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan.
Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati
peran yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak
ada konflik dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak
hipertensi, maka akan menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini
keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi labil dan
mudah stress.
c. Fungsi kesehatan
juga dilakukan menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku untuk semua anggota
terfokuskan.
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga
tidak efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang berkepanjangan.
manusia atas perubahan pola interaksi potensial atau aktual individu. Perawat
kesehatan.
perasaan peka terhadap klien dan efek terpeutik terhadap tindakan dimasa
mendatang.
1. Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur langsung dan spesifik
3. tujuan akhir atau jangka panjang yang sifatnya umum dan mempunyai tujuan
Kriteria yang akan dicapai adalah respon verbal, afektif dan psikomotor keluarga
Dalam memilih tindakan keperawatan tergantung pada sifat masalah dan sumber-
1) Berikan informasi kepada keluarga mengenai: pengertian, tanda dan gejala,
kesehatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang menderita post stroke
Intervensi:
mengatasi stroke
Intervensi :
1) Sarankan atau anjurkan kepada keluarga untuk melakukan perawatan secara
Intervensi :
1) Memberikan semangat pada penderita terutama yang berasal dasri keluarga itu
Intervensi :
secara berkesinambungan.
5. Evaluasi
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
prograsif cepat, berupa defisit neurologist fokal dan atau global, yang berlangsung
darah.
3.2 Saran
- Klien sebaiknya mematuhi semua pengobatan terhadap penyakit stroke yang
- Keluarga yang merawat sebaiknya melakukan perawatan dengan sabar dan
Smeltzer, Suzanne; Suzanne; and Benda G Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. (2004) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa Monica
Ester. Jakarta: EGC
Friedman, M. M. (2005). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. Jakarta: EGC
Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and Documenting
Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All. 2004. Jakarta: EGC