Anda di halaman 1dari 18

AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN

(PRESPEKTIF MENGUNJUNGI ORANG SAKIT MENURUT ISLAM)

Kelompok 4 :

Krusmantiani (NIRM : 1901098)


Jakia Himran (NIRM : 1901101)
Fahira Tinondighang (NIRM : 1901097)
Santi Dokuloha (NIRM : 1901115)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


MUHAMMADIYAH
MANADO
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
bekam dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca untuk perbaikan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga ini bermanfaat untuk pembaca.

Manado, November 2019

Kelompok 4
DAFTAR ISI

Kata pengantar ……………………………………………………………….


Daftar isi ……………………………………………………………………..
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang …………………………………………………………..
B. Tujuan ……………………………………………………………………
Bab II Pembahasan
A. Keutamaan Menjenguk Orang Sakit ……………………………………..
B. Adap Menjenguk Orang Sakit…………………………………………….
C. Doa yang diucapkan disisi Orang yang Sakit……………………………..
D.    Meruqyah Orang Sakit…………………………………………………..
E.     Hukum Menjenguk Orang Sakit……………………………...................
F.      Manfaat Menjenguk Orang Sakit……………………………………….
G.    Hikmah menjenguk Orang Sakit…………………………………………
Bab III Penutup
Kesimpulan ………………………………………………………………….
Daftar Pustaka ……………………………………………………………….

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam sangat memperhatikan tentang masalah kesehatan. Pada umumnya orang
sakit sangat memerlukan pendampingan baik dari perawat, dokter maupun karib
kerabatnya. Sebagai kerabat yang menjenguk hendaklah termotivasi untuk
memanfaatkan kunjungan mereka pada setiap orang yang sakit, demikian juga bagi
para keluarga yang menemani karib kerabat yang menjenguknya, diharapkan agar
mereka dapat memanfaatkan moment tersebut sebagai kunjungan yang akan membawa
kemajuan bagi yang sakit, baik yang berupa doa, nasehat, motivasi ataupun
sumbangan yang berbentuk materi.
Menurut yang diriwayatkan Abu Hurairah, ia mengatakan bahwa Rasulullah
bersabda: “Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat, Wahai anak Adam, Aku
telah sakit namun kamu tidak menjenguk-Ku. Anak Adampun bertanya: bagaimana
mungkin aku menjenguk-Mu, padahal Engkau adalah Rabb semesta alam., Allah
berfirman: Tidakkah kamu mngetahui bahwa hamba-Ku fulan sedang sakit, namun
engkau tidak menjenguknya? Seandainya engkau menjenguknya niscaya engkau akan
mendapatkan Aku di sisinya.”

B. tujuan
1. Mengetahui keutamaan menjenguk orang sakit
2. Mengetahui adap menjenguk orang sakit
3. Mengetahui doa-doa untuk orang sakit

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Keutamaan Ketika Menjenguk Orang Sakit


Atsar-atsar yang menyebutkan keutamaanya sangatlah banyak, kami akan sebutkan di
antaranya hadist yang diriwayatkan dari Tsauban r.a, Rasulullassh saw. Ia berkata, “Rasulullah
saw. Bersabda :
“Barangsiapa yang menjenguk orang sakit maka ia senantiasa berada di taman kurma surga
hingga ia kembali” (HR. Muslim no. 2568, Ahmad no. 21886, dan at-Tirmidzi no. 967)
Dan dari jabir bin ‘Abdillah r.auuu bahwa ia berkata, “Aku mendengar Nabi saw.
bersabda,’Barangsiapa yang mengunjungi orang sakit niscaya ia berada dalam naungan rahmat
hingga apabila ia tetap duduk di dalamnya (HR. Bukhari dalam al-adabul Mufrad (no. 522).
Selanjurnya Rasulullah Saw juga pernah bersabda :
Dan Ali r.a, Ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. Bersabda, ‘Barang siapa yang
mendatangi saudaranya yang muslim untuk menjenguknya, maka ia berjalan dikebun surga
hingga ia duduk, niscaya rahmat Allah akan meliputinya. Dan apabila ia menjenguk di waktu
pagi niscaya tujuh puluh malaikat akan mendoakannya hingga sore. Dan apabila ia menjenguk
diwaktu sore maka tujuh puluh malaikat akan mendoakantreeg telah disebutkan, diantaranya
membersihkan hati orang yang sedang sakit, memeriksa kebutuhan-kebutuhannya, mengambil
nasihat (pelajaran) dari musibah yang menimpanya. Demikian yang dikatakan oleh Ibnul Jauzi.
Beri kekuatan padanya untuk selalu sabar dalam menghadapi musibah yang menimpa, arahkan ia
jangan sampai berkiprah tentang mati tapi lebih kepada pertaubatan diri dan beri motivasi agar ia
tetap optimis dalam menghadapi sakitnya, dengan lontaran doa dan berusaha untuk sembuh.
B.     Adab-Adab Menjenguk Orang Sakit
a)      Kunjungan Wanita kepada Laki-laki yang Sakit
Mengunjungi laki-laki yang sakit dibolehkan bagi wanita diperbolehkan meski ia bukan
mahramnya, dengan syarat aman dan tidak terjadi fitnah adanya hijab dan tidak metmanfaatkan
waktu berdua-duaan. Jika syarat-syarat tersebut dapat dijaga maka diperbolehkan bagi wanita
menjenguk laki-laki yang sakit begitupun sebaliknya.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a dan dari ayahnya, ia berkata, “ketika Rasulullah saw., tiba
di Madinah, Abu Bakar dan Bilal r.a., menderita demam. ‘Aisyah berkata.’Maka akupun
menemui keduanya, dan aku berkata, ‘Wahai ayahku, bagaimana keadaanmu? Dan wahai Bilal
bagaimana keadaanmu?
Dalam suatu riwayat Nabi sepulang dari Madinah para sahabat mengadu sakit demikian
pula dengan Abu Bakar, ‘Amir bin Fuhairah maula Abu Bakar dan Bilal dan saat itu Aisyah
meminta izin pada Raulullah untuk menjenguk mereka dan beliaupun mengizinkan, saat itu
Aisyah berkata kepada Abu Bakar “Bagaimana keadaanmu?”
Pada suatu Riwayat dari Ibnu Syihab, dari Abu Ummah bin Sahl bin Hanif, ia
mengabarkannya kepadanya bahwa seorang wanita yang miskin sedang sakit maka ia
mengabarkannya kepada Rasulullah saw. Tentang sakit yang diderita oleh wanita tersebut. Dan
Rasulullah saw. Senantiasa mengunjungi orang-orang miskin dan menanyakan keadaan mereka.
Berdasarkan Hadits Riwayat yang tertera diatas maka menunjukkan bahwasanya seorang
laki-laki dan wanita boleh menjenguk ketika sakit namun alakadarnya dan berniat benar-benar
hanya akan menjenguk lilahita’ala., yang berarti begitu urgennya menjenguk saudara kita
sehingganya orang yang bukan semukhrim dengan kitapun diizinkan.
b)      Menjenguk Orang Musyrik yang Sakit
Menjenguk orang kafir diperbolehkan kepada muslim seperti yang tertera pada riwayat
Nabi Saw., dari Anas r.a berkata : Ada seorang pemuda Yahudi yang biasa melayani Nabi saw.,
kemuadian ia sakit, maka datanglah Nabi saw., untuk menjenguknya lantas beliau duduk didekat
kepalanya seraya bersabda :”Islamlah”. Ia melihat ayahnya yang berada disitu juga, kemudian
ayahnya berkata : “Patuhilah/ikutilah Abdul Qasim”. Maka iapun masuk Islam. Kemudian Nabi
saw., keluar sambil mengucapkan :”Alhamdulillahil ladzi anqadzu minannaar” (Segala Puji
bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api neraka)”. (HR. Bukhari).
c)      Waktu Menjenguk Orang Sakit
Tidak ada nash-nash yang menjelaskan waktu tertentu untuk menjenguk orang yang
tertentu untuk menjenguk orang yang sakit dan menziarahinya. Maka selama perkaranya seperti
ini, dibolehkan menziarahi orang sakit kapanpun, baik malam atau siang selama tidak ada hal
yang memberatkan mereka. Karena diantara hikmah dari menjenguk adalah meringankan
penderitaan orang yang sakit tersebut dan menyenangkan hatinya, bukan memberatkannya.
d)     Meringankan Orang Sakit Dan Posisi Duduk Ketika Menjenguk
Orang yang menjenguk jangan terlalu lama duduk dan diam disisi orang yang sakit,
karena ia tersibukkan oleh rasa lapar dan sakitnya. Dan penjenguk orang sakit yang diam dalam
waktu lama akan memberatkan orang sakit tersebut, bahkan terkadang menambah sakitnya. Oleh
karena itu di antara perkara yang baik ketika menjenguk orang sakit adalah meringankannya.
Duduknya penjenguk disamping kepala orang yang sakit mengandung beberapa faidah,
diantaranya :
Hadits tersebut menganjurkan bersikap ramah kepada orang yang sakit Orang yang
menjenguk memeungkinkan untuk meletakkan tangannya ke tubuh orang yang sakit, mendoakan
kesembuhan baginya dan meniupkan ruqyah syar’’iyyah kepadanya , dan semisalnya. Bertanya
kepada orang yang sakit tentang keadaannya dan memeberi semangat
Diantara perkara yang baik ketika menjenguk orang sakit adalah bertanya kepada orang
yang sakit tentang keadaanya dan apa yang menimpanya, sebagaimana yang tercantum dalam
hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah r.a ia berkata :” ketika Rasulullah saw. Tiba di Madinah,
Abu Bakar dan Bilal menderita sakit dema.” ‘Aisyah berkata, “Maka aku pun masuk untuk
melihat keadaan mereka, lalu aku bertanya “Wahai Ayahku, bagaimana keadaanmu ? Dan wahai
bilal, bagaiimana keadaanmu ?
Dan termasuk perkara yang baik yaitu saat meringankan derita berupa sakitnya, seperti
dengan mengucapkan,”Sakit ini tidak apa-apa, engkau akan sembuh dengan izin Allah,” atau
“Penyakit ini bukan penyakit yag berbahaya Allah akan memberi kesembuhan insyaallah dan
bukan ucapan-ucapan berupa dekatnya ajal dsb., karena menganggap ajal orang masih jauh itu
akan mempercepat kesembuhan. Kesehatan mental juga akan mempengaruhi kesehatan fisik
juga.
e)      Menangis Ketika Sakit
‘Abdulllah bin Umar r.a meriwayatkan, ia berkata,”Sa’ad bin ‘Ubadah menderita suatu
penyakit, kemudian Nabi Saw menjenguknya bersama bersama ‘Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad
bin ‘Ubadah beliau mendapatinya sedang dikerumuni keluarganya. Beliau bertanya, ‘Apakah ia
telah wafat?’ Merekapun menjawab,”Tidak wahai Rasulullah.’ Maka Nabi saw., pun menangis,
merekapun ikut menangis. Nabi saw., ‘Tidakkah kalian mendengar bahwa Allah tidak akan
mengazab karena tetesan air mata dan tidak pula dengan kesedihan hati, akan tetapi Allah akan
mengazab karena ini, beliau mengisyaratkan kepada lisannya atau Allah akan merahmati. Dan
sesungguhnya mayyit akan diazab karena tangisan (ratapan) keluarganya atas kematiannya.
(HR. AL-Bukhari(no. 5667) Muslim (no. 2571))
Hadit ini menunjukkan bolehnya menangis disisi orang sakit, terlebih lagi disisi mayit,
akan tetapi tangisan itu tidak disertai jeritan histeris, karena Nabi Saw.,telah melarang ratapan.
f)       Meletakkan Tangan diatas Tubuh Orang yang Sakit
Orang yang menjenguk disunnahkannya diatas jasad orang yang sakit dan mendoakannya
sebagai bentuk meneladani Nabi kita. Terkadang meletakkan tangan ini memiliki pengaruh
dalam meringankan rasa sakit atau (bahkan) menghilangkannya secara keseluruhan, akan tetapi
hal tersebut tidak diharuskan karena tidak ada nash-nash khusus dalam masalah ini.
Ibnu Baththal berkata,”Meletakkan tangan diatas tubuh orang yang sakit merupakan
hiburan baginya dan cara untuk mengetahui seberapa parah penyakit yang dideritanya agar
seseorang mendo’akan kesembuhan untuknya sesuai dengan sakitnya yang terlihat. Mungkin
saja seseorang meruqyahnya dengan tanagannya dan mengusapkannya ditempat yang sakit
dengan ruqyah yang memberi manfaat kepada orang yang sakit, jika yang menjenguknya
adalah orang shalih.
C.     Doa yang diucapkan disisi Orang yang Sakit
Saat menjenguk orang sakit ucapkanlah sesuatu perkataan yang baik-baik, karena malaikat
mengaminkan setiap apa yang kita ucapkan. Seperti yang dijelaskan dalam hadits Ummu
Salamah r.a, ia berkata,”Rasulullah saw. bersabda, ‘Apabila Abu Salamah telah meninggal.’Nabi
Saw bersabda ’Ucapkanlah :
‘Ya Allah, berikanlah ampunan untukku dan untuknya, dan berilah aku balasan dari
musibahku dengan balasan yang baik.’
Ummu Salamah berkata, “Aku berkata,’Maka Allah memberiku balasan dengan suami
yang lebih baik bagiku darinya, yaitu Muhammad Saw.
Orang yang menjenguk disunnahkan mendoakan orang yang sakit dengan rahmat,
ampunan, dibersihkan dari dosa-dosa, serta mendoakan keselamatan dan kesehatan. Nabi telah
mengajarkan beberapa doa hendaklah orang yang menjenguk berdoa dengan doa tersebu, karena
doa-doa tersebut bersumber dari al-ma’shum (orang yang terpelihara dari dosa dan kesalahan)
yang telah diberi jawami’ul kalim (kalimat yang ringkas lagi penuh hikmah), yang tidak berucap
dari hawa nafsu, melainkan hanyalah berupa wahyu yang diturunkan kepadanya.
Diantara do’a-do’a beliau adalah :
a.       Mengucapkan :

َ ‫اَل بَ ْؤ س طَه ُْو ٌر إِ ْن‬


...‫ش َءهللا‬
“(Sakitmu ini) tidak apa-apa, mudah-mudahan dapat mensucikan insyaAllah.”
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a , bahwa Nabi saw masuk ke rumah seorang Arab Badui
untuk menjenguknya. Ibnu ‘Abbas berkata, “Apabila Nabi Saw., mendatangi rumah orang yang
sakit untuk menjenguknya, beliau berkata, La ba’sa thahuur insya Allah, (sakitmu ini tidak apa-
apa, mudah-mudahan dapat mensucikanmu dari dosa, insya Allah. Maka Nabi Saw., berkata
kepadanya, La ba’sa thahuur insyaAllah.’ (Sakitmu ini tidak apa-apa, mudah-mudahan
mensucikanmu dari dosa, insyaAllah). Arab Badui itu berkata, ‘Engkau mengatakan dapat
mensucikan ? Sekali-kali tidak, bahkan dia adalah demam yang ditakuti atau yang bergejolak
atas orang yang tua renta, dan membuatnya diusung kekubur.’Maka Nabi Saw.,
berkata,’Alangkah baiknya jika demikian.1[18]
Ucapan beliau,”(Sakitmu ini) tidak apa-apa,” maknanya bahwa sakitnya itu akan
menggugurkan dosa dan kesalahan, maka apabila ia memperoleh kesehatan berarti ia telah
mendapat faidah. Dan jika tidak, maka ia dapat pahala pengguguran dosa.
Dan ucapan beliau,”Mudah-mudahan dapat mensucikanmu dari dosa,” berkedudukan
sebagai khabar dari mubtada’ mahdzuf, yaitu sakit yang mensucikanmu dari dosa-dosamu, yakni
sebagai penyuci. Demikian yang dikatakan oleh Ibnu hajar2[19]
Diantara faidah dari hadits ini, hendaklah orang yang sakit menerima doa kebaikan dari
orang lain untuknya. Jangan sampai ia menggerutu dengan doa mer
b.         Mengucapkan

ً ‫فُالَنَا‬.... ْ‫الَّلهُ َم اش‬


“Ya Allah sembuhkanlah ...Fulan.” Satu kali atau tiga kali.
Doa ini tercantum dalam hadits yang diriwayatkan dari Sa’ad bin Waqqash ketika ia sakit dan
Rasulullah Saw., menjenguknya. Dalam hadits tersebut disebutkan, “Kemudian Nabi meletakkan
tangannya diatas keningnya lalu mengusapkan tangannya diatas wajah dan perutku, kemudian
beliau berdo’a, ‘Ya Allah, sembuhkanlah Sa’ad...”
Ibnu Jauzi berkata,”Doa beliau, ‘Ya Allah sembuhkanlah Sa’ad’ merupakan dalil
disunnahkannya mendoakan kesehatan (kesembuhan) untuk orang yang sakit”3[20]
c.                   Mengucapkan

‫أَ ْسا َ ُل هللا ْال َع ِظي ِْم َربَّ الَ َع ِظ ِم َربِّ ْال َعرْ ش‬

3
“Aku memohon kepada Allah yang Mahaagung Penguasa ‘Arsy yang agung agar
berkenan menyembuhkanmu.” Diucapkan tujuh kali.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas r.a dari Nabi saw., beliau bersabda, “Barangsiapa
yang menjenguk orang sakit yang ajalnya belum tiba dan mengucapkan di sisinya sebanyak tujuh
kali,’As’alullahal ‘azhiim, Rabbal ‘Arsyil ‘azhim an yasyfiyaka,’ niscaya Allah akan
menyembuhkannya dari penyakit tersebut.”4[21]
d. Mengucapkan :

َ َ‫أَ ْويَ ْم ِشي ل‬


‫ك أِلَى َجنَا َز ٍة‬
“Atau berjalan karena-Mu menuju jenazah (yang akan dikubur)”.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar r.a, ia berkata, “Nabi Saw., bersabda ‘Apabila seseorang
menjenguk orang sakit, hendaklah ia mengucapkan, ‘Allahhumma isyfi ‘abdaka yanka’u laka
adduwwan wa yamsyi laka ilash shalaah.”

D.    Meruqyah Orang Sakit


Orang yang menjenguk disunnahkan meruqyah orang yang sakit sebagaimana Nabi
Saw., telah melakukannya. Terlebih lagi jika orang yang menjenguk termasuk orang yang
bertaqwa dan shalih, karena ruqyah orang yang seperti ini lebih bermanfaat daripada orang
selainnya, dikarenakan keshalihan dan ketaqwaannya.
Nabi Saw., pernah meruqyah sebagian orang yang sakit dari keluarganya dan
selain keluarganya, dan beliau membolehkan ruqyah sebagai shahabatnya. Ruqyah tersebut
diantaranya yaitu :
a.   Ruqyah dengan al-Mu’awwidzat

4
Diriwayatkan dari ‘Aisyah Ummul Mukminin r.a, ia berkata, “Apabila salah seorang dari
keluarga Rasulullah Saw., sakit, beliau meniupkan kepadanya dari al-Mu’awwidzat...5[22]
b.      Ruqyah dengan Fatihatul Kitab
Hal pernah terjadi kepada Abu Sa’id al-khudri bersama pemimpin suatu kaum yyang
terkena sengatan berbisa, lalu Abu Sa’id meruqyahnya dengan Fatihatul Kitab. Kemudian Abu
Sa’id diberi sepotong daging kambing (sebagai imbalan), namun beliau enggan menerimanya
dan berkata,”(tunggu) hingga aku sampaikan hal ini kepada Nabi Saw., “Maka ia mendatangi
Nabi Saw., dan menyampaikannya kepada beliau. Ia berkata,”Ya Rasulullah, demi Allah,
tidaklah aku meeruqyah dengan Fathul Kitab.” Beliau tersenyum dan bertanya,”Bagaimana
engkau tahu bahwa surat itu adalah ruqyah?” kemudian beliau bersabda,”Ambillah pemberian
itu dari mereka, dan bagikan satu bagian untukku bersama kalian.”

c.       Meruqyah dengan do’a “Adzhibil ba’sa Rabban naas, isyfi wa antasy syafii laa syifaa’a
ilaa syifaa’uk syifaa’an laa yughadiru saqamaa
Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a bahwa apabila Rausulullah saw., mendatangi orang
sakit didatangkan kepada beliau, beliau mengucapkan :

َ ‫ف َوأَ ْن‬
َ ‫ الَ ِشفَا َءأالً ِشفَا ُؤ‬.‫ت ال َّشا فِي‬
‫ ِشفَا ًء‬.‫ك‬ ِ ‫س ا ْش‬ َ َ‫ب ْالب‬
ِ ‫اس َربَّ النَّا‬ َ ‫أَ ْذ ِه‬
.‫الَيُ َغا ِد ُر َسقَل ًما‬
“Hilangkanlah penyakit ini wahai Rabb manusia, sembuhkanlah, Engkau-lah yang
menyembuhkan, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak
menyisakan sedikitpun penyakit.”
Dalam riwayat Muslim disebutkan,”Apabila beliau mendapati salah seorang dari kami mengeluh
sakit, beliau mengusapnya dengan tangan kanannya kemudian mengucapkan :

ِ ‫أَ ْذ ِهبْ ْالبَا‬


.....‫س‬
“Hilangkanlah penyakit ini wahai Rabb manusia....”

d.      Ruqyah dengan mengucapkan “Bismillahi arqiik, min kulli syai’in yu’dziik min syarri
kulli nafsin au ‘aini haasidin, Allaahu yasyfiik, bismillahi Arqiik.”
5
Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-khudri r.a bahwa jibril mendatangi Nabi Saw
berkata, “Wahai Muhammmad, apakah engkau mengeluh sakit?” Beliau menjawab,”Ya.” Jibril
mengucapkan :

‫ ِّل‬Š‫ ًّر ُك‬Š‫ ِم ْن َش‬,‫ك‬َ Šَ‫ ْي ٍءي ُْؤ ِذي‬Š‫ ًل َش‬Š‫ ِم ْن ُك‬،‫ك‬ َ Š‫ ِم هللا أَ ِرقِ ْي‬Š‫بِا ْس‬
َ ‫ هللاِ أَرْ قِ ْي‬,‫ك‬
.‫ك‬ َ ‫ هللاُ يَ ْشفِ ْي‬,‫س أَ ْو َعي ِْن َحا ِس ٍد‬ ٍ ‫نَ ْف‬
“Dengan nama Allah aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang mengganggumu, dari
kejahatan jiwa atau mata yang hasad, Allah yang akan menyembuhkan mu. Dengan nama Allah
aku meruqyahmu”
e.       Ruqyah dengan bacaan “Bismillahi turbatu ardhina birii ba’dhina liyusyfaa bihi
saqiimuna bi idzni Rabbinaa
Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a bahwa Nabi Saw.,mengucapkan ayat tersebut pada orang
sakit.
Dalam riwayat Muslim dengan lafadz, “Apabila seseorang mengeluhkan sesuatu dari
tubuhnya atau memiliki bisul atau luka , Nabi Saw., melakukan seperti ini dengan jarinya
“Sufyan meletakkan telunjuknya diatas tanah kemudian mengangkatnya (sambil mengucapkan),
“Bismillahi bi turbatu idzni Rabbina”6[23] . Imam An-Nawawi berkata ,”Makna hadits ini
bahwa beliau mengambil ludahnya sendiri dengan jari telunjuknya kemudian meletakkan diatas
tanah dan melekatkan sesuatu dengan jari tersebut dari tanah lalu mengusapkannya ditempat luka
atau penyakit dan mengucapkan doa sambil mengusapnya, wallahu a’lam”

f.    Mentalqin (menuntun) Orang untuk mengucapkan Syahadat Apabila Ajal Menjelang dan
Menutupkan kedua Matanya Serta Mendoakan kebaikan baginya Apabila Telah
Meninggal
Ketika ajal orang yang sakit semakin dekat dan tanda-tanda kematian telah nampak,
maka disunnahkan bagi orang yang menjenguknya untuk mengingatkannya akan luasnya rahmat
Allah dan jangan sampai ia berputus asa dari rahmat tersebut. Hal ini berdasarkan hadits Jabir
r.a, ia berkata, “Tiga hari sebelum Nabi saw., wafat aku mendengar beliau bersabda :

6
.‫اَل يَ ُم ْو تَ َّن أَ َح ُد ُك ْم أِالَّ وهُ َو يُ َح ِس ُن الَظَّ َّن بِاهللِ َع َّز َو َج ًّل‬
“Janganlah salah seorang dari kalian wafat hingga ia berbaik sangka kepada Allah
swt.”7[24]
Para Ulama berpendapat, “Makna berbaik sangka kepada Allah Swt., seorang
menyangka bahwa Allah akan merahmati dan memaafkanya” Demikian yang dikatakan oleh
Imam Nawawi.
Dan disunnahkan baginya untuk mentalqin (menuntun)nya mengucapkan syahadat
dengan lemah lembut. Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-khudri r.a, ia berkata, Rasulullah saw.,
bersabda :

‫لَقِّنُوا َم ْوتَا َك ْم الَأِلَهَ أِالَّ هللا‬


‘Talqinkanlah (tuntunlah) orang yang menjelang wafat diantara kalian kalimat Laa
Ilaaha Illallah”( HR Muslim (no. 916), Ahmad (no. 10610),))8[25]
Imam An-Nawawi berkata, “Perintah mentalqin ini bersifat sunnah, dan para
ulama telah sepakat akan disyari’atkannya talqin ini, dan mereka memakruhkan jika talqin ini
terlalu sering dan terus menerus dilakukan kepada orang yang sakit agar jangan sampai ia
berkeluh kesah dengan keadaannya yang tertekan dan beratnya penderitaan sehingga hatinya
merasa benci dan mengucapkan kata-kata yang tidak layak.
Pendapat para ulama, “Apabila orang sakit mengucapkannya satu kali, jangan ia dipaksa
mengulangnya kecuali jika ia mengucapkan perkataan lain setelahnya, maka ia diminta untuk
mengulanginya agar syahadat tersebut menjadi akhir dari ucapannya.9[26]
Dan apabila orang yang sakit itu wafat maka orang yang menghadiri kematiannya
disunnahkan memejamkan kedua matanya dan mendoakan kebaikan untuknya, berdasarkan
hadits Ummu Salamah r.a., ia berkata “Rasulullah saw., menemui Abu Salamah dan
pandangannya telah menatap keatas (telah wafat), maka beliau memejamkannya kemudian
bersabda :

9
“Sesungguhnya apabila ruh sudah digenggam maka pandangan mata akan
mengikutinya”
Maka anggota keluarganya gaduh, maka beliau Rasulullah saw., beliau bersabda :
“Janganlah kalian mendoakan kejelekan atas diri kalian kecuali dengan doa yang
mengandung kebaikan. Sesungguhnya malaikat mengaminkan apa yang katakan.”
Kemudian Rasulullah Saw., bersabda :
“Ya Allah, berikanlah ampunan kepada Abu Salamah, angkatlah derajatnya bersama
orang-orang yang mendapat petunjuk, dan gantikanlah untuk anak keturunannya dengan orang-
orang yang masih tersisa, berikanlah ampunan kepada kami dan kepadanya wahai Rabb
semesta alam, berilah kelapangan untuknya dalam kuburnya, dan berilah cahaya didalamnya.
(HR. Muslim (no. 920))

E.     Hukum Menjenguk Orang Sakit


Menjenguk orang sakit diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Al
Bara bin Azib radhiyallahu anhu meriwayatkan, “Nabi menyuruh kita tujuh hal dan melarang
kita tujuh hal. Beliau menyuruh kita untuk mengantarkan jenazah, menjenguk orang sakit,
memenuhi undangan, menolong orang yang teraniaya, melaksanakn sumpah, menjawab salam,
dan mendoakan orang yang bersin. Dan beliau melarang kita memakai wadah (bejana) dari
perak, cincin emas, kain sutera, dibaj (sutera halus), qasiy (sutera kasar), dan istibraq (sutera
tebal). (Bukhari no.1239; Muslim no.2066)
Hadits-hadits yang memerintahkan kita untuk menjenguk orang sakit, membuat Imam
Bukhari membuat “bab Wujubi ‘Iyadatil-Maridh” (Bab Kewajiban Menjenguk Orang Sakit) di
dalam kitab shahih nya.
Imam Ath Thabari menekankan bahwa menjenguk orang sakit merupakan kewajiban bagi
orang yang diharapkan berkah (dari Allah datang lewat diri) nya, disunnahkan bagi orang yang
memelihara kondisinya, dan mubah bagi mereka.
Imam Nawawi mengutip kesepakatan ulama bahwa menjenguk orang sakit hukumnya
bukan wajib, yakni fardu ‘ain, (melainkan fardu kifayah).
F.      Manfaat Menjenguk Orang Sakit
Selain mendapat keutamaan sebagaimana hadits-hadits yang disebutkan diatas,
menjenguk orang sakit memiliki beberapa manfaat, diantaranya:
Menjenguk orang sakit berpotensi memberi perasaan dan kesan kepadanya bahwa ia
diperhatikan orang-orang disekitarnya, dicintai, dan diharapkan segera sembuh dari sakitnya. Hal
ini dapat menentramkan hati si sakit.
Menjenguk orang sakit dapat menumbuhkan semangat, motivasi, dan sugesti dari pasien;
hal ini dapat menjadi kekuatan khusus dari dalam jiwanya untuk melawan sakit yang dialaminya.
Dalam dirinya ada energi hebat untuk sembuh.
1)         mencari tahu apa yang diperlukan si sakit.
2)         mengambil pelajaran dari penderitaan yang dialami si sakit.
3)         mendoakan si sakit
4)         melakukan ruqyah (membaca ayat-ayat tertentu dari Al Quran) yang syar’i.
5)         Menjenguk tanpa Mempertimbangkan Penyakit dan Usianya
Anjuran menjenguk orang sakit sangatlah diutamakan. Hingga dalam keadaan tertentu
menjadi wajib tanpa melihat seberapa sakit yang dirasakan, apakah tergolong parah atau ringan.
Hal ini sudah mulai pudar di antara kita, bahkan seringkali sebagian dari kita hanya merasa perlu
menjenguk teman, saudara, atau kenalan yang sakit; jika sudah masuk rumah sakit. Sekian lama
terbaring di rumah, hanya sedikit yang menjenguknya. Terlebih jika sakit itu tergolong penyakit
yang ringan. Padahal, Nabi saw., menjenguk salah seorang sahabatnya yang ‘hanya’ sakit
mata. Sakit mata biasa, bukan sejenis kebutaan atau penyakit mata berat lainnya!
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, ‘mengenai menjenguk orang yang sakit mata, bahkan
sudah ada hadits khusus yang membicarakannya, yaitu hadits Zaid bin Arqam, dia menceritakan,
‘Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjenguk saya karena saya sakit mata.10[28]
G.    Hikmah menjenguk Orang Sakit
Hikmah dalam hal menjenguk kerabat yang sedang sakit salah satunya
ialah menggapai doa 70.000 malaikat, Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang
muslim menjenguk muslim yang lainnya pada pagi hari, kecuali 70.000 malaikat
akan bershalawat untuknya hingga sore hari. Jika dia menjenguknya di sore
hari, maka 70.000 malaikat akan bershalawat untuknya hingga pagi. Dan dia
akan mendapatkan kebun yang penuh berisi buah-buahan di surga kelak.” (HR.
At-Tirmizi)
Adapun maksud shalawat disini ialah didoakan oleh para malaikat.

10
"Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu
tubuh. Apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan
merasakan panas dan demam." (HR. Muslim).
ketika kita dalam sakit sebenarnya menjadi salah satu jalan untuk
semakin merenenungi kekuasaan Allah SWT. Menambah keimanan dan ketawakalan
kepada-Nya.
Apabila sakit tersebut diterima dengan sabar dan tawakal akan menjadi
salah satu penyebab diampuni dosa-dosa. Sebagaimana dalam salah satu hadits
diceritakan bahwa pada suatu waktu Rasulullah SAW. menjenguk Salman Al-Farisi
RA. yang tengah berbaring sakit di rumahnya. Kemudian Rasulullah SAW.
bersabda,
"Sesungguhnya ada tiga pahala yang menjadi kepunyaanmu di kala sakit.
Engkau sedang mendapat peringatan dari Allah SWT., doamu dikabulkan-Nya, dan
penyakit yang menimpamu akan menghapuskan dosa-dosa-mu."
Rasulullah saw. bersabda, “Siapa saja menjenguk orang sakit atau
mengunjungi saudaranya karena Allah, maka malaikat berseru, ‘Engkau adalah
orang yang baik, langkahmu adalah langkah yang baik, dan engkau telah
mendapatkan suatu posisi di surga’ “(HR.Tirmidzi, dari Abu Hurairah r.a)

BAB III
KESIMPULAN

Menjenguk orang yang sakit adalah hal yang sangat urgen dalam kehidupan sosial
dimana sudah diterangkan Rasululullah dalam sabdanya bahwa selain hidup sosial juga memiliki
beberapa keutamaan yaitu rahmat akan meliputinya, bahkan digambarkan seperti ada pada
taman kurma surga. Dan apabila ia menjenguk di waktu pagi niscaya tujuh puluh malaikat akan
mendoakannya hingga sore. Dan apabila ia menjenguk diwaktu sore maka tujuh puluh malaikat
akan mendoakannya hingga pagi.
Adapun beberapa adab menjenguk orang sakit diantaranya saat menjenguk orang sakit
bukan hanya terhadap orang dewasa saja bahkan perlakukan seperti menjenguk orang dewasa.
Menjenguk orang sakit bukan hanya kepada orang yang sadar saja sehingga dapat menyaksikan
kehadiran kita, namun jenguklah pula orang yang pingsan. Adapun menjenguk orang musyrik
diperbolehkan bahkan Rasul melakukannya hingga orang tersebut masuk Islam. Ringankan
beban orang yang sakit saat kita berkunjung maka hadirlah diwaktu yang tepat dan jangan duduk
berlama-lama karena akan mengganggu waktu istirahatnya kecuali jika kita diminta orang yang
sakit untuk berlama-lama disisinya. Duduklah disamping kepala orang yang sakit karena akan
mengandung beberapa faidah yaitu menunjukkan sikap ramah terhadap orang yang sakit, dan
dengan kemungkinan orang yang menjenguk akan meletakkan tangannya ke tubuh orang yang
sakit dan mendoakannya. Bertanyalah tentang keadaannya dan berkata-katalah yang baik dan
beri semangat padanya sehingga akan memotivasi orang yang sakit tersebut untuk sembuh.
Hukum menjenguk orang yang sakit yaitu : Imam Ath Thabari menekankan bahwa
menjenguk orang sakit merupakan kewajiban bagi orang yang diharapkan berkah (dari Allah
datang lewat diri) nya, disunnahkan bagi orang yang memelihara kondisinya, dan mubah bagi
mereka.
Manfaat menjenguk orang sakit diantaranya yaitu dapat menumbuhkan semangat,
motivasi, dan sugesti dari pasien; hal ini dapat menjadi kekuatan khusus dari dalam jiwanya
untuk melawan sakit yang dialaminya. Dalam dirinya ada energi hebat untuk sembuh, mencari
tahu apa yang diperlukan si sakit, mengambil pelajaran dari penderitaan yang dialami si sakit.,
mendoakan, melakukan ruqyah (membaca ayat-ayat tertentu dari Al Quran) yang syar’i.,
Menjenguk tanpa Mempertimbangkan Penyakit dan Usianya.
DAFTAR PUSTAKA

 Al-Ustadz H. Abdullah Shonhaji dkk., Terjemah Sunan Ibnu Majah, (Semarang : CV

Asy-Syifa’, 1992), cet. 1

 Fuad bin Abdil Aziz asy-Syalhub, Fiqh Adab (Bogor : Griya Ilmu, 2007), cet.1
 J.E. Prawitasari, Psikologi Klinis, (Yogyakarta : Erlangga, 2011)

 Riyadus Shalihin II, (Semarang : CV. Toha Putra Semarang, 1981)

 http://permaiss1.feb.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2014/03/Adab_Menjenguk_yan_Sed

ang_Sakit.pdfata

Anda mungkin juga menyukai