Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK : HIRSCHPRUNG

Nama : Sindy Meilani


NIM : E.0105.18.035

DIPLOMA III KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
2021
A. Pengertian
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel
– sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak
adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak
adanya evakuasi usus spontan (Cecily Betz & Sowden : 2002).
Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan
penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan
terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir  3 Kg, lebih banyak laki – laki dari
pada perempuan.
(Arief Mansjoeer : 2000 ).

B. Klasifikasi
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, Hirschprung dapat dibagi menjadi
dua, yaitu :
1) Penyakit hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan
70% dari kasus penyakit hirschsprung dan lebih sering ditemukan pada
anak laki- laki dibanding anak perempuan.
2) Penyakit hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon
atau usus halus. Ditemukan sama banyak baik laki – laki maupun
perempuan.

C. Etiologi
Penyebab dari Hirschprung yang sebenarnya tidak diketahui, tetapi
Hirschsprung atau Mega Colon diduga terjadi karena :
o Faktor genetik dan lingkungan, sering terjadi pada anak dengan Down
syndrom.
o Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal
eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
D. Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa
kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian
proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya
evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga
mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya
akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal
sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon (Cecily Betz & Sowden,
2002:196).
Isi usus terdorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah
tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap
daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut
melebar ( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ).
Aganglionic mega colon atau hirschprung dikarenakan karena tidak
adanya ganglion parasimpatik disubmukosa (meissher) dan mienterik
(aurbach) tidak ditemukan pada satu atau lebih bagian dari kolon
menyebabkan peristaltik usus abnormal. Peristaltik usus abnormal
menyebabkan konstipasi dan akumulasi sisa pencernaan di kolon yang
berakibat timbulnya dilatasi usus sehingga terjadi megakolon dan pasien
mengalami distensi abdomen. Aganglionosis mempengaruhi dilatasi sfingter
ani interna menjadi tidak berfungsi lagi, mengakibatkan pengeluaran feses, gas
dan cairan terhambat. Penumpukan sisa pencernaan yang semakin banyak
merupakan media utama berkembangnya bakteri. Iskemia saluran cerna
berhubungan dengan peristaltik yang abnormal mempermudah infeksi kuman
ke lumen usus dan terjadilah enterocolitis. Apabila tidak segera ditangani anak
yang mengalami hal tersebut dapat mengalami kematian (kirscher dikutip oleh
Dona L.Wong,1999:2000)
E. Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam
pertama setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah
bercampur dengan cairan empedu dan distensi abdomen. (Nelson, 2000 : 317).
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi
dengan Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai
berikut. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan
ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi mekonium diikuti
obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi
selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut.
Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam.
Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang
khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen
hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson, 2002 : 317 ).
Gejala Penyakit Hirshprung menurut ( Betz Cecily & Sowden, 2002 :
197)
1. Masa neonatal
a. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir
b. Muntah berisi empedu
c. Enggan minum
d. Distensi abdomen
2. Masa bayi dan anak – anak
a Konstipasi
b Diare berulang
c Tinja seperti pita dan berbau busuk
d Distenssi abdomen
e Adanya masa difecal dapat dipalpasi
f Gagal tumbuh
g Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi
F. Komplikasi
Menurut Corwin (2001:534) komplikasi penyakit hirschsprung yaitu
gangguan elektrolit dan perforasi usus apabila distensi tidak diatasi.
Menurut Mansjoer (2000:381) menyebutkan komplikasi penyakit
hirschprung adalah:
a. Pneumatosis usus
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang
iskemik distensi berlebihan dindingnya.
b. Enterokolitis nekrotiokans
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang
iskemik distensi berlebihan dindingnya.
c. Abses peri kolon
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang
iskemik distensi berlebihan dindingnya.
d. Perforasi
Disebabkan aliran darah ke mukosa berkurang dalam waktu lama.
e. Septikemia
Disebabkan karena bakteri yang berkembang dan keluarnya endotoxin
karena iskemia kolon akibat distensi berlebihan pada dindinng usus.
Sedangkan komplikasi yang muncul pasca bedah antara lain:
a. Gawat pernafasan (akut)
Disebabkan karena distensi abdomen yang menekan paru – paru sehingga
mengganggu ekspansi paru.
b. Enterokolitis (akut)
Disebabkan karena perkembangbiakan bakteri dan pengeluaran endotoxin.
c. Stenosis striktura ani
Gerakan muskulus sfingter ani tak pernah mengadakan gerakan kontraksi
dan relaksasi karena ada colostomy sehingga terjadi kekakuan ataupun
penyempitan.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa
ditemukan:
a Daerah transisi
b Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang
menyempit
c Entrokolitis padasegmen yang melebar
d Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam
Pada bayi baru lahir, barium enema tidak selalu memperlihatkan
gambaran yang jelas dari penyakit apabila seluruh kolon tidak mempunyai
sel ganglion. Hal ini terjadi meskipun pengeluaran barium terlambat 24
jam setelah pemeriksaan diagnostik.
2. Biopsi isap rektum
Hendaknya tidak dilakukan kurang dari 2 cm dari linea dentata untuk
menghindari daerah normal hipogang lionosis dipinggir anus. Biopsi ini
dilakukan untuk memperlihatkan tidak adanya sel – sel ganglion di sub
mukosa atau pleksus saraf intermuskular.
3. Biopsi rektum
Biopsi rektum dilakukan dengan cara tusukan atau punch atau sedotan 2
cm diatas garis pektinatus memperlihatkan tidak adanya sel – sel ganglion
di sub mukosa atau pleksus saraf intermuskular.
4. Biopsi otot rektum
Pengambilan otot rektum, dilakukan bersifat traumatik, menunjukan
aganglionosis otot rektum.
5. Manometri anorektal
Dilakukan dengan distensi balon yang diletakan di dalam ampula rektum.
Balon akan mengalami penurunan tekanan di dalam sfingter ani interna
pada pasien yang normal. Sedangkan pada pasien yang megacolon akan
mengalami tekanan yang luar biasa.
6. Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja
yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja,
kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan
akan terjadi pembusukan.
7. Foto rontgen abdomen
Didasarkan pada adanya daerah peralihan antara kolon proksimal yang
melebar normal dan colon distal tersumbat dengan diameter yang lebih
kecil karena usus besar yang tanpa ganglion tidak berelaksasi. Pada
pemeriksaan foto polos abdomen akan ditemukan usus melebar /
gambaran obstruksi usus letak rendah.

H. Penatalaksanaan
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion
aganglionik di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan
mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi
spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik
untuk melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan
terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
b Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat
berat anak mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan
setelah operasi pertama
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti
Swenson, Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu
prosedur yang paling sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar
yang normal bagian akhir dimana mukosa aganglionik telah diubah.

2. Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe
pelaksanaanya bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal,
perhatikan utama antara lain :
a Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital
pada anak secara dini
b Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan
)
d Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana
pulang ( FKUI, 2000 : 1135 )
I. PATHWAYS

Kegagalan sel neural pada Sel ganglion pada kolon


masa embrio dalam dinding tidak ada/ sangat sedikit
usus, gagal eksistensi,
kranio kaudal pada
myenterik dan sub mukosa Control kontraksi dan
dinding plexus relaksasi peristaltic
abnormal

Peristaltic tidak sempurna Spingter rectum tidak


dapat relaksasi

Obstruksi parsial Akumulasi benda padat, Feses tidak mampu


gas, cair melewati spinkter ani

Refluk peristaltik
Obstruksi dikolon Pelebaran kolon (mega
kolon)

Mual dan muntah Perasaan penuh

Resiko kekurangan
volume cairan Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Gangguan rasa nyaman
nyeri

Intervensi pembedahan Gangguan defekasi

Risiko infeksi Konstipasi


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KASUS HIRSCHPRUNG / MEGA COLON

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama,


alamat, tanggal pengkajian, pemberi informasi Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama
Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir. Trias yang
sering ditemukan adalah mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24
jam setelah lahir), perut kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain
adalah muntah dan diare.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional. Obstruksi
total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi
mekonium. Bayi sering mengalami konstipasi, muntah dan dehidrasi.
Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang
diikuti dengan obstruksi usus akut. Namun ada juga yang konstipasi
ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen, dan demam. Diare
berbau busuk dapat terjadi
c. Riwayat kesehatan dahulu
Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya penyakit
Hirschsprung

d. Riwayat kesehatan keluarga

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan kepada


anaknya
2. Pemeriksaan fisik

Pada survey umum terlihat lemah atau gelisah. TTV biasa didapatkan
hipertermi dan takikardi dimana menandakan terjadinya iskemia usus dan
gejala terjadinya perforasi. Tanda dehidrasi dan demam bisa didapatkan
pada kondisi syok atau sepsis

Pada pemeriksaan fisik fokus pada area abdomen, lipatan paha, dan rectum
akan didapatkan

a. Inspeksi: Tanda khas didapatkan adanya distensi abnormal.


Pemeriksaan rectum dan fese akan didapatkan adanya
perubahan feses seperti pita dan berbau busuk.

b. Auskultasi: Pada fase awal didapatkan penurunan bising usus,


dan berlanjut dengan hilangnya bisng usus.

c. Perkusi: Timpani akibat abdominal mengalami kembung.

d. Palpasi: Teraba dilatasi kolon abdominal.

 Sistem kardiovaskuler: Takikardia.


 Sistem pernapasan: Sesak napas, distres pernapasan.
 Sistem pencernaan: Umumnya obstipasi. Perut
kembung/perut tegang, muntah berwarna hijau. Pada anak
yang lebih besar terdapat diare kronik. Pada colok anus jari
akan merasakan jepitan dan pada waktu ditarik akan diikuti
dengan keluarnya udara dan mekonium atau tinja yang
menyemprot.
 Sistem saraf : Tidak ada kelainan.
 Sistem lokomotor/musculoskeletal : Gangguan rasa
nyaman : nyeri
 Sistem endokrin: Tidak ada kelainan.
 Sistem integument: Akral hangat, hipertermi
 Sistem pendengaran: Tidak ada kelainan

B. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 Tanda mayor Sel ganglion pada nyeri akut


kolon tidak ada
ds :

1. mengeluh nyeri Control kontraksi dan
relaksasi peristaltic
do :
abnormal
1. tampak meringis

2. bersikap protektif Peristaltic tidak
sempurna
3. gelisah

4. frekuensi nadi meningkat Obstruksi parsial

5. sulit tidur ↓
Refluk peristaltik


Tanda Minor Perasaan penuh

ds : - ↓
Nyeri
do :

1. tekanan darah meningkat

2. pola napas berubah

3. nafsu makan berubah

4. proses berfikir terganggu

5. menarik diri
6. berfokus pada diri sendiri

7. diaforesis

2 Tanda Mayor Sel ganglion pada ketidakseimbangan


kolon tidak ada nutrisi kurang dari
ds: -
kebutuhan tubuh

do: Control kontraksi dan
relaksasi peristaltic
1. berat badan menurun
abnormal
minimal 10% dibawah retang
ideal ↓
Peristaltic tidak
sempurna
Tanda Minor

Obstruksi parsial
ds:

1. cepat kenyang setelah makan Refluk peristaltik

2. keram atau nyeri abdomen ↓


Perasaan penuh
3. nafsu makan menurun

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
do:
kebutuhan tubuh
1. bising usus hiperaktif

2. otot pengunyah lemah

3. otot menelan lemah

4. membran mukosa pucat

5 sariawan

6. serum albumin turun


7. rambut rontok berlebihan

8. diare

3 Tanda Mayor Sel ganglion pada konstipasi


kolon tidak ada
Ds :

1. defekasi kurang dari 2x Control kontraksi dan
seminggu relaksasi peristaltic
abnormal
2. pengeluaran feses lama dan
sulit ↓
Spingter rectum tidak
dapat relaksasi
Do :

Feses tidak mampu
1. feses keras
melewati spinkter ani
2. peristaltik usus menurun

Akumulasi benda
padat, gas, cair
Tanda Minor

Ds : Obstruksi dikolon

1. mengejan saat defekasi ↓


Pelebaran kolon


Do : Gangguan defekasi

1. distensi abdomen ↓
Konstipasi
2. kelemahan umum

3. teraba massa pada rektal


4 Faktor resiko : Sel ganglion pada Risiko
kolon tidak ada ketidakseimbangan
1. kehilangan volume cairan
volume cairan tubuh
aktif ↓
Control kontraksi dan
2. prosedur pembedahan mayor relaksasi peristaltic
abnormal
3. kehilangan berlebihan
melalui rute normal (mis;diare) ↓
Peristaltic tidak
4. peradangan pankreas
sempurna
5. penyakit ginjal dan kelenjar

Obstruksi parsial
6. disfungsi intestinal

Refluk peristaltik


Mual dan muntah


Resiko kekurangan
volume cairan

5 Faktor resiko : Pelebaran kolon (mega Risiko infeksi


kolon)
1. penyakit kronis

2. efek prosedur invasif Intervensi
pembedahan
3. malnutrisi


4. peningkatan paparan patoen
Resiko infeksi
lingkungan

5. ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer :

- gangguan peristaltik
- kerusakan integritas kulit
- perubahan sekresi pH
- penurunan kerja siliaris
- statis cairan tubuh
6. ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder

- penurunan hemoglobin
- imununosupresi
- leukopeni
- supresi respon inflamasi
- vaksinasi tidak adekuat

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d inkontinuitas jaringan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan
makanan tak adekuat dan rangsangan muntah.
3. Konstipasi b.d penyempitan kolon, sekunder, obstruksi mekanik
4. Risiko ketidakseimbangan volume cairan tubuh b.d keluar cairan
tubuh dari muntah, ketidakmampuan absorbs air oleh intestinal
5. Resiko infeksi b.d pasca prosedur pembedahan

D. INTERVENSI

No.Dx Tujuan Intervensi Rasional


1. Tujuan : setelah Observasi
dilakukan tindakan 1). identifikasi 1). untuk mengetahui
keperawatan lokasi,karakteristik, daerah
diharapkan nyeri durasi,frekuensi,kua nyeri,kualitas,kapan
dapat teratasi litas dan intensitas nyeri di rasakan,faktor
nyeri pencetus,berat
kriteria hasil :
ringannya nyeri yang
 Skala nyeri
dirasakan
berkurang
2). identifikasi respon
 Nyeri hilang
nyeri non verbal 2). megetahui keadaan
 TTV dalam batas
tidak menyenangkan
normal
klien yang tidak sempat
3). monitor efek dan tidak bisa
samping digambarkan oleh klien.
penggunaan 3). pemberian analgesik
analgesik untuk mengendalikan
nyeri
Terapeutik
4). berikan teknik non
farmakologis untuk 4). meringankan tau
mengurangi rasa mengurangi nyeri
nyeri sampai tingkat yang
misalnya,terapi dapat diterima pasien.
musik,teknik
pijat,kompres
hangat atau terapi
bermain.

Edukasi 5). untuk mengetahui


5). jelaskan bagaimana cara
penyebab,periode,d mengurangi nyeri
an pemicu nyeri 6). memposisikan pasien
6). jelaskan strategi dengan powler atau
meredakan nyeri semi fowler untuk
meredakan nyeri

Kolaborasi
7). kolaborasi berikan 7). pemberian analgesik
obat analgesik untuk mengendalikan
nyeri

2. tujuan : Observasi
1). identifkasi makanan 1). makanan kesukaan yang
setelah dilakukan
yang disukai tersaji dalam keadaan
tindakan
hangat akan
keperawatan
meningkatkan keinginan
diharapkan
untuk makan
ketidakseimbangan
2). identifikasi status
nutrisi dapat teratasi.
nutrisi 2). membantu mengkaji
3). monitor berat badan keadaan pasien
kriteria hasil : 3). untuk memantau

 Terjadi perubahan atau


peningkatan Terapeutik penurunan berat badan

berat badan 4). fasilitasi menentukan

sesuai batasan pedoman diet (mis:

waktu piramida makanan) 4). memberikan informasi

 Peningkatan 5). berikan makanan dan mengurangi

status nutrisi tinggi serat untuk komplikasi


mencegah kontipasi 5). nutrisi serat tinggi untuk
6). berikan makanan melancarkan eliminasi
tinggi kalori dan vekal
tinggi protein 6). membantu pasien dalam
7). diet yang proses penyembuhan
diprogramkan
7). kepatuhan terhadap diet
dapat mencegah
Kolaborasi komplikasi terjadinya
8). kolaborasi dengan hipoglikemia dan
ahli gizi untuk hiperglikemia
pemberian diet
8). untuk meningkatkan
status gizi pasien
3. Tujuan: Setelah Observasi
diberikan tindakan 1). Observasi bising usus 1). Untuk menyusun
keperawatan dan periksa adanya rencana penanganan
diharapkan BAB distensi abdomen yang efektif dalam
normal kembali pasien, Pantau dan mencegah konstipasi
catat frekuensi dan dan impaksi fekal
Kriteria hasil:
karakteristik feses
 pasien tidak
2). Catat asupan haluaran 2). Untuk meyakinkan
mengalami
secara akurat terapi penggantian
konstipasi
cairan dan hidrasi
 pasien dapat
3). Dorong pasien untuk 3). Untuk meningkatkan
mempertahankan
mengkonsumsi cairan terapi penggantian
defekasi setiap
2.5 L setiap hari, bila cairan dan hidrasi
hari
tidak ada
kontraindikasi
4). Untuk membantu
4). Lakukan program adaptasi terhadap fungsi
defekasi, Letakkan fisiologi normal
pasien di atas pispot
atau commode pada
saat tertentu setiap
hari, sedekat mungkin
kewaktu biasa defekasi
(bila diketahui) 5). Untuk meningkatkan
eliminasi feses padat
atau gas dari saluran
pencernaan, pantau
5). Berikan laksatif, keefektifannya
enema, atau supositoria
sesuai instruksi.
4. Tujuan: setelah Observasi
diberikan tindakan 1. Monitor status 1. Untuk mengetahui
keperawatan dehidrasi adanya tanda-tanda
diharapkan ( mis.frekuensi nadi, dehidrasi dan mencegah
kebutuhan cairan kekuatan nadi, akral, syok hipovelemik
tubuh dapat pengisiankapiler,
terpenuhi. kelebapan mukosa,
tugor kulit, tekanan
Kriteria hasil:
darah)
 turgor kulit 2. Monitor bberat badan
elastik dan harian
normal, CRT < 3 3. Monitor hasil
detik pemeriksaaan
laboratorium (mis.
hematrokit, Na, K, Cl,
berat jenis urin,)
Terapeutik
1. Catat intake-output 1. Untuk mengumpulkan
dan hitung balans dan menganalisis data
cairan 24 jam pasien untuk mengatur
keseimbngan cairan
2. Berikan asupan 2. Untuk mempertahankan
cairan, sesuai cairan
kebutuhan 3. Untuk memberikan
3. Berikan cairan hidrasi cairan tubuh
itravena, jika perlu secara parental

1. Menurunkan dehidrasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
dieuretik jika perlu

5. Tujuan: setelah Observasi


diberikan tindakan 1. Kaji adanya tanda 1. pengkajian yang tepat
– tanda penyebab
keperawatan tentang tanda – tanda
infeksi pada luka
diharapkan tidak ada penyebaran infeksi dapat
tanda-tanda infeksi membantu menentukan
pada klien tindakan selanjutnya
2. Anjurkan kepada 2. kebersihan diri yang
Kriteria hasil:
pasien dan keluarga baik merupakan salah satu
untuk selalu menjaga
 suhu dalam rentang cara mencegah infeksi
kebersihan diri
normal. selama perawatan kuman
tidak ada patogen yang
terlihat dalam kultur, 3. Lakukan 3. untuk mencegah
perawatan luka secara
luka dan insisi aseptik kontaminasi luka dan
terlihat bersih, merah penyebaran infeksi
muda, dan bebas dari
Edukasi
drainase purulen
- Jelaskan tujuan, -untuk meningkatkan
manfaat, reaksi pengetahuan terhadap
yang terjadi
pasien
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardhi. (2015). NANDA NIC-NOC edisi revisi jilid 2 2015. Jogjakarta:
MediAction Publishing.

PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi I Cetakan


III(Revisi).Jakarta
PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Cetakan
II.Jakarta

Betz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Edisi 3. Jakarta :
EGC.

Hidayat, Alimul Aziz. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, buku 2.


JakartaSalemba Medika

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC

Sacharin, Rosa M. 1993. Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2. Jakarta : EGC


Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 7. Jakarta : PT. Fajar
Interpratama

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta :


EGC

Anda mungkin juga menyukai