Disusun Oleh
Nama: Amanda Mela Sabrina
NIM 2130130
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN CA PARU
Disusun Oleh
Nama: Amanda Mela Sabrina
NIM 2130130
2
LAPORAN PENDAHULUAN
CA PARU
A. Pengertian
Kanker paru-paru berasal dari jaringan tipis paru-paru, pada umumnya berupa
lapisan sel yang terletak pada saluran udara. Dua tipe utama kanker ini adalah
kanker paru-paru sel kecil (SCLC) dan kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC).
Tipe-tipe ini didiagnosa berdasarkan bentuk sel yang terlihat di bawah mikroskop.
Lebih dari 80% kanker paru-paru merupakan tipe kanker paru-paru non-sel kecil.
Tiga sub-tipe utama dari kanker paru-paru non-sel kecil adalah adenokarsinoma,
karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel besar.
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas
atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak
normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan
pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Kanker paru-paru adalah
pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm jaringan paru-paru dapat
disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok ( Suryo,
2010).
Kanker Paru-paru sel kecil (SCLC). SCLC merupakan kanker yang memiliki
tingkat pertumbuhan pesat dan menyebar cepat ke pembuluh darah menuju anggota
tubuh lainnya. Seringkali, kanker ini dikategorikan sebagai penyakit kompleks saat
terdiagnosa. Kanker ini biasanya diobati melalui kemoterapi dan bukan melalui
prosedur pembedahan.
3
Gambar Anatomi Paru
B. Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui,
tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan
faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan
lain-lain (Amin, 2006).
a. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu 85%
dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia,
diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada
perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari,
lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010).
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau mengisap
asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko terjadinya
kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak
merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua
kali (Wilson, 2005).
4
c. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil
bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali
lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga
menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat
sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih
tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi
yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat
udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan
dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren (Wilson, 2005).
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi
risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai
enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler,
2010).
5
6
D. WOC CA PARU
7
8
9
E. Manifestasi Klinis
Secara umum dapat dibagi menjadi :
a. Gangguan pada saluran nafas menimbulkan gejala batuk, dipsnea ringan, dan stredor
lokal.
b. Nyeri
c. Anoreksia, lelah dan berkurangnya berat badan
d. Gejala penyebaran intratoraks atau ekstratoraks
e. Penyebaran lokal tumor ke struktur mediastinim
f. Disfagia
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X : menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasinya.
b. Pemeriksaan sitologi (Sputum, bilasan bronkus, dan cairan pleura) : mengkaji ada
atau tidaknya.
c. Bronkoskopi memungkinkan visualisasi (Besarnya karsinoma sel skuamosa)
d. Biopsi
e. ST Scan tulang,ST Scan otak, ST Scan hati, Limpa : untuk mendeteksi metastasis.
G. Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a) Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b) Paliatif.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
keluarga.
d) Supotif.
10
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi,
tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit
Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
e) Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin
fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang
terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji
(potongan es).
k) Dekortikasi.
l) Radiasi
11
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga
sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi
efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
m) Kemoterafi.
H. Komplikasi
I. Gambar Ca Paru
12
Pengkajian Data Dasar
1. Anamnesis
Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk diagnosis
tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal penyakit kanker
paru. Batuk disertai dahak yang banyak dan kadang-kadang bercampur darah, sesak
nafas dengan suara pernafasan nyaring (wheezing), nyeri dada, lemah, berat badan
menurun, dan anoreksia merupakan keadaan yang mendukung. Beberapa faktor yang
perlu diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru adalah faktor usia, jenis
kelamin, keniasaan merokok, dan terpapar zat karsinogen yang dapat menyebabkan
nodul soliter paru.
- Dispnea disebabkan oleh penyempitan jalan nafas dan sekresi cairan yang
berlebihan
- Peningkatan volume sputum dengan bau tak sedap (disebabkan oleh akumulasi sel
yang nekrosis di belakang bagian yang obstruksi oleh tumor)
- Infeksi saluran pernafasan yang berulang (retensi sel yang berada di belakang
bagian yang obstruksi merupakan predisposisi pasien terhadap infeksi)
- Nyeri dada tumpul yang dapat menyebar ke bahu dan punggung (seperti
pembesaran tumor yang menyebabkan penekanan di bagian pleural)
13
- Edema daerah muka, leher, dan lengan (dapat terjadi bila tumor menyumbat aliran
darah di vena kava superior, kondisi yang disebut sebagai sindrom vena kava
superior)
3. Pemeriksaan diagnostic:
- Analisis sputum untuk sitologi menyatakan tipe sel kanker. Tiga specimen yang
diambil saat bangun pagi biasanya ditemukan untuk tes ini. Sel tumor yang
terlepas ke sekresi bronchial dapat dibatukkan bersamaan dengan sputum. Tes ini
biasanya dilaksanakan untuk lesi yang mengakibatkan dinding bronchial.
- Scan tomografi computer dan tomogram paru menunjukkan lokasi tumor dan
ukuran tumor.
- Aspirasi dengan jarum dan biopsy jaringan paru dapat dilakukan jika pemeriksaan
radiologi menunjukkan lesi di paru-paru perifer.
14
4. Diagnosa Keperawatan :
5. defisit nutrisi
15
5. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan - Manajemen jalan nafas (SIKI, Hal 186)
tidak efektif b/d keperawatan diharapkan
Observasi:
adanya eksudat di (SLKI, Hal 18) :
alveolus 1. monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
1. batuk efektif meningkat
usaha nafas)
2. suara nafas tambahan
2. monitor bunyi nafas tambahan (misal;
menghilang (Mengi,
wheezing, ronki, gurgling)
wheezing)
Terapeutik:
3. produksi sputum menurun
3. lakukan fisioterapi dada, jika perlu
4. frekuensi nafas membaik
4. lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
5. pola nafas membaik
detik
6. dipsnea menurun
5. berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
Kolaborasi
Observasi:
Terapeutik:
16
Edukasi:
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan - Manajemen jalan nafas (SIKI, Hal 186)
efektif b/d sindrom keperawatan diharapkan
Observasi:
hipoventilasi (SLKI, Hal 95) :
1. monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
1. produksi sputum menurun
2. penggunaan otot bantu Terapeutik:
nafas menurun
3. posisikan semi fowler/fowler
3. frekuensi nafas membaik
Edukasi:
4. kedalaman nafas membaik
4. anjurkan asupan cairan 200ml/hari, jika
5. pemanjangan fase tidak kontraindikasi
ekspirasi menurun
Kolaborasi
Observasi:
Terapeutik:
17
Edukasi:
3. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan - Perawatan sirkulasi (SIKI, Hal 345)
efektif keperawatan diharapkan Observasi:
(SLKI, Hal ) :
1. periksa sirkulasi perifer (misal; nadi, suhu,
1. warna kulit pucat menurun adanya edema atau tidak)
Edukasi:
4. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan - dukungan mobilisasi SIKI, Hal 30)
fisik keperawatan diharapkan Observasi:
(SLKI, Hal 65) :
1. fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
1. pergerakan ekstremitas bantu
5. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan - Manajemen nutrisi (SIKI, Hal 200)
keperawatan diharapkan Observasi:
(SLKI, Hal 121 ) :
1. identifikasi status nutrisi
1. porsi makan yang
18
dihabiskan meningkat 2. identifikasi makanan yang disukai
Terapeutik:
3. nafsu makan meningkat
4. berikan makanan tinggi serat untuk
4. perasaan cepat kenyang mencegah konstipasi
menurun
5. lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
5. frekuensi makan membaik
Edukasi:
6. membrane mukosa
6. anjurkan diet yang diprogramkan
membaik
Kolaborasi
DAFTAR PUSTAKA
19
Price, Sylvia, A. Wilson dan Lorraine M, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,
Edisi IV, Buku II, EGC, Jakarta, 1995.
Doenges, Marilynn E, dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC, Jakarta, 2000.
BAC, Syaifudin, H, Drs, Anatomi Fisiologi, Edisi II, EGC, Jakarta, 1997.
Netina, Sandra M, Pedoman Praktek Keperawatan, EGC, Jakarta, 2002.
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G., Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta, 2002.
DNSC, Nurachmah Elly, Dra, dkk, Buku Saku Prosedur KMB, EGC, Jakarta, 2000.
Engram, Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 1994.
20