Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR ANAK

2.1.1 Pengertian anak

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang

perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja.

Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan

yang dimulai daribayi(0-1tahun),usia bermain/toddler (1-2.5

tahun), pra sekolah (2.5-5 tahun), usia sekolah (5-11

tahun)hingga remaja (11-18 tahun)

2.1.2 Pengertian anak pra sekolah

Anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-

6 tahun. Mereka dapat mengikuti program prasekolah dan

kinderganten sedangkan di Indonesia pada umumnya mereka

mengikuti program tempat penitipan anak (3 bulan- 5 tahun)

dan kelompok bermain atau play group (usia 3

tahun),sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mengikuti

program taman kanak-kanak patmonodewo ,(2003).

2.1.3 Tumbuh kembang anak

Anak merupakan individu yang unik, karena factor bawaan

dan lingkungan yang berbeda maka pertumbuhan dan


pencapaian kemampuan perkembangan juga berbeda

(soetjiningsih 1995).

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam

besar jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun

individu, yang bias di ukur dengan ukuran berat,(gram,

kilogram), ukuran panjang (centimetre,meter) dan umur tulang

(soetjiningsih 1995).

Tumbuh kembang merupakan proses kontinu sejak dari

konsepsisampai maturasi atau dewasa yang di pengaruhi oleh

faktor bawaan dan lingkungan berbeda (soetjiningsih 1995).

2.1.4 Ciri-ciri anak pra sekolah

Snowman 1993 mengemukakan bahwa ciri-ciri anak pra

sekolah yang meliputi aspek fisik,sosial,emosi dan kognitif

anak.

2.1.4.1 Ciri fisik

Penampilan gerak gerik pra sekolah mudah dibedakan

dengan anakyang berada dalam tahapan sebelumnya.

a. Anak sekolah umumnya sangat aktif mereka telah

memilikipenguasaan control terhadap tubuhnya dan

sangat menyukai kegiatan-kegiatan yang di lakukan

sendiri.

b. Walawpun anak laki-laki lebih besar, namun anak

perempuan lebih tampil dalam bertugas yang bersifat


praktis, khususnya dalam bertugas dalam motorik

halus tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak laki-

laki apabila ia tidak terampil.

2.1.4.2 Ciri sosial

Anak usia sekolah biasanya mudah bersosialisasi

denganorangdisekitarnya, umumnya anak pada tahapan

ini memiliki satu atau duasahabat yang cepat berganti.

2.1.4.3 Ciri emosional

Anak pra sekolah cendrung mengespresikan emosinya

dengan bebas dan terbuka sikap marah, iri hati pada anak

pra sekolah sering terjadi, mereka sering sekali mencari

perhatian guru.

2.1.4.4 Ciri kognitif

Anak pra sekolah pada umumnya sudah tampil

berbahasa sebagian besar dari mereka, senang berbicara

khussnya pada kelompoknya sebaiknya anak di beri

kesempatan untukpendengar yang baik.

2.1.5 Tugas tumbuh kembang anak.

Tugas perkembangan anak usia 4-6 tahun di susun

berdasarkan perkembangan dan di atur dalam empat kelompok

besar yang di sebut sector perkembangan yang meliputi:

2.1.5.1 Perilaku sosial


Aspek yang berhubungan dengan kemampuan

kemandirian bersosialisasi dan berinteraksi dengan

lingkungan misalnya membantu di rumah mengambil

makan, berpakaian tanpa bantuan, menyuapi boneka,

menggosok gigi tanpa bantuan.

2.1.5.2 Gerakan motorik halus

Aspek yang berhubungan dengan anak untuk mengamati

sesuatu melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh

yang tertentu yang di lakukan otot-otot kecil tetapi

melakuan koordinasi yang cermat misalnya menggambar

garis, lingkaran dan menggabarkan manusia.

2.1.5.3 Bahasa

Kemampuan yang memberikan respon terhadap suara

mengikuti perintah misalnya bicara semua di mengerti

mengenal dan menyebutkan warna menggunakan kata

sifat (besar –kecil).

2.1.5.4 Gerakan motorik kasar

Aspek yang berhubungan pergerakan dan sikap tubuh

misalnya berdiri dengan satu kaki berjalan naik tangga

dan menendang bola kedepan.

2.1.6 Pengertian anak usia sekolah

Usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya

sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak


dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri

dalam hubungan 24 dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan

orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh

dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri

pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu(

Menurut Wong ,2008).

2.1.7 Ciri-ciri anak usia sekolah

Menurut Hurlock (2002), orang tua, pendidik, dan ahli

psikologis memberikan berbagai label kepada periode ini dan

label-label itu mencerminkan ciri-ciri penting dari periode anak

usia sekolah, yaitu sebagai berikut :

2.1.7.1 Label yang digunakan oleh orang tua

a) Usia yang menyulitkan

Suatu masa dimana anak tidak mau lagi menuruti

perintah dan dimana ia lebih banyak dipengaruhi oleh

teman-teman sebaya daripada oleh orang tua dan

anggota keluarga lainnya.

b) Usia tidak rapi

Suatu masa dimana anak cenderung tidak

memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan, dan

kamarnya sangat berantakan. Sekalipun ada peraturan

keluarga yang ketat mengenai kerapihan dan

perawatan barang-barangnya, hanya beberapa saja


yang taat, kecuali kalau orang tua mengharuskan

melakukannya dan mengancam dengan hukuman.

2.1.7.2 Label yang digunakan oleh para pendidik

a) Usia sekolah dasar

Pada usia tersebut anak diharapkan memperoleh

dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk

keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan

dewasa, dan mempelajari berbagai keterampilan

penting tertentu, baik keterampilan kurikuler maupun

ekstra kurikuler.

b) Periode kritis

Suatu masa di mana anak membentuk kebiasaan untuk

mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses.

Sekali terbentuk, kebiasaan untuk bekerja dibawah,

diatas atau sesuai dengan kemampuan cenderung

menetap sampai dewasa.telah dilaporkan bahwa

tingkat perilaku berprestasi pada masa kanak-kanak

mempunyai korelasi yang tinggi dengan perilaku

berprestasi pada masa dewasa.

2.1.7.3 Label yang digunakan ahli psikologi

a) Usia berkelompok

Suatu masa di mana perhatian utama anak tertuju pada

keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai


angota kelompok, terutama kelompok yang bergengsi

dalam pandangan teman-temannya. Oleh karena itu,

anak ingin menyesuaikan dengan standar yang

disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara, dan

perilaku.

b) Usia penyesuaian diri

Suatu masa dimana perhatian pokok anak adalah

dukungan dari teman-teman sebaya dan keanggotaan

dalam kelompok.

c) Usia kreatif

Suatu masa dalam rentang kehidupan dimana akan

ditentukan apakah anak-anak menjadi konformis atau

pencipta karya yang baru yang orisinil. Meskipun

dasar-dasar untuk ungkapan kreatif diletakkan pada

awal masa kanak-kanak, namun kemampuan untuk

menggunakan dasar-dasar ini dalam kegiatan-kegiatan

orisinal pada umumnya belum berkembang sempurna

sebelum anak-anak belum mencapai tahun-tahun

akhir masa kanak-kanak.

d) Usia bermain
Bukan karena terdapat lebih banyak waktu untuk

bermain daripada dalam periode-periode lain hal mana

tidak dimungkinkan lagi apabila anak-anak sudah

sekolah melainkan karena terdapat tumpang tindih

antara ciri-ciri kegiatan bermain anak-anak yang lebih

muda dengan ciri-ciri bermain anak-anak remaja. Jadi

alasan periode ini disebut sebagai usia bermain adalah

karena luasnya minat dan kegiatan bermain dan bukan

karena banyaknya waktu.

2.1.8 Tugas perkembangan usia sekolah

Tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah menurut Hurlock

(2002) adalah sebagai berikut:

2.1.8.1 Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk

permainanpermainan yang umum.

2.1.8.2 Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri

sebagai mahluk yang sedang tumbuh.

2.1.8.3 Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman

seusianya.

2.1.8.4 Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang

tepat.

2.1.8.5 Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk

membaca, menulis dan berhitung.


2.1.8.6 Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan

untuk kehidupan sehari-hari.

2.1.8.7 Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan

tingkatan nilai.

2.1.8.8 Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok

social dan lembaga-lembaga.

2.2 KONSEP KARIES GIGI

2.2.1 Pengertian karies gigi

Karies gigi adalah merupakan infeksi jaringan gigi yang

terjadi akibat berbagai factor penyebab yaitu waktu interaksi

antara substansi gigi dan mikroorganisme serta konsumsi

karbohidrat secara berlebihan yang mengandung asam sehingga

bakteri kariogenik berkoloni pada permukaan gigi (Arora, 2011).

Karies gigi juga merupakan rusaknya jaringan karies gigi

yang di sebabkan oleh asam dalam karbohidrat melalui prantara

mikroorganisme yang ada dalam salvia (muryani,2010).

2.2.2 Faktor pembentukan karies gigi

Mulut merupakan tempat berkembangnya bakteri-bakteeri

akan mengubah gula dan karbohidrat yang di makan menjadi

asam.bakteri ini ada yang membentuk suatu lapisan lunak dan

lengket yang di sebut plak yang menempel pada gigi.plak ini

biasanya sangat mudah menempel pada permukaan gigi, dari


batasan antara gigi dan gusi proses hilangnya mineral dari

struktur gigi di namakan demineralisasi, sedangkan

bertambahnya mineral dari struktur gigi remineralisas, kerusakan

gigi terjadi apabila demineralisasi lebih besar dari pada proses

remineralisasi.

Asam yang merusak dalam bentuk plak menyerang mineral

pada permukaan luar email gigi. Erosi yang di timbulkan plak

akan menciptakan lubang kecil pada permukaan email yang

awalnya tidak terlihat, bila email berhasil di tembus, maka dentin

yang lunak di bawahnya dapat terkena, bila bakteri sampai ke

pulpa yang sensitif maka terjadi peradangan pulpa pembuluh

darah dalam pulpa akan membengkak, sehingga timbul rasa nyeri

(Ramadhan,2010).

2.2.3 Faktor-`faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi

Berikut adalah faktor lain yang dapat menyebabklan

timbulnya karies gigi (sihate, 2005):

a. Kebiasaan Menyikat Gigi

Kebiasaan menyikat gigi secara teratur akan

memberikan kontribusi terhadap kesehatan gigi dan mulut,

sedangkan perilaku kesehatan gigi negatif, misalnya tidak

menyikat gigi secara teratur maka kondisi gigi mudah

berlubang (Budiharto, 2000). Frekuensi menyikat gigi yang

dilakukan dua kali sehari dapat membebaskan gigi dan gusi


dari plak untuk mencegah gingivitis. Kebiasaan menyikat

gigi yang baik dilakukan dua kali sehari yaitu pagi setelah

sarapan dan malam sebelum tidur. Kegiatan menyikat gigi

sebelum tidur malam penting dilakukan karena produksi

saliva kurang efektif selama waktu tidur (Hollins, 2013).

Perilaku menyikat gigi secara rutin yang terjadi setiap hari

dapat mempengaruhi periode karies dan kesehatan jaringan

periodontal (Aunger, 2007).

b. Kebiasaan makanan kariogenik

Makanan kariogenik adalah makanan manis yang

dapat menyebabkan terjadinya karies gigi, sifat makanan

kariogenik banyak mengandung karbohidrat lengket dan

mudah hancur di dalam mulut sehingga mudah menempel

pada permukaan gigi dan sela-sela gigi (swelo,1992).

c. Peran orang tua

Menurut exelson dkk (2003) responden dengan

tingkat pendidikan perguruan tinggi lebih cendrung menilai

kesehatan gigi di bandingkan dengan pendidikan yang lebih

rendah.

Tingkat pendidikan yang rendah dapat menyebabkan

pengetahuan orang tua mengeanai pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut anak menjadi kurang sehingga resiko anak

terkena penyakit karies gigi lebih tinggi (suwelo,1992).


d. Tingkat ekonomi

Mc. Donal (2004) melaporkan bahwa satu di antara

empat anak di amerika lahir dengan kemiskinan tercatat

anak-anak dan remaja yang hidup dalam kemiskinan

menderita karies gigi dua kali lebih banyak di bandingkan

dengan teman sebaya yang berstatus ekonomi tinggi

2.2.4 Tanda dan gejala karies gigi.

Tanda awal dari lesi karies adalah bercak putih pada

permukaan gigi, ini menunjukkan area demineralisasi enamel,

dan dapat berubah menjadi coklat tapi akhirnya akan menjadi

sebuah kavitasi (rongga). Sebuah lesi yang muncul cokelat dan

mengkilat menunjukkan karies gigi pernah hadir tapi proses

demineralisasi telah berhenti meninggalkan noda. Sebuah bercak

coklat yang kusam dalam penampilan mungkin tanda karies aktif,

setelah pembusukan melewati email, dentin, yang memiliki

bagian-bagian ke saraf gigi, dapat menyebabkan sakit gigi serta

linu gigi yang berlubang apabila gigi tersebut terkena rangsangan

dingin panas,makanan asin dan manis, rasa sakit dan linu akan

menghilang sekitar 1 sampai 2 detik setelah rangsangan di

hilangkan, karies gigi juga dapat menyebabkan bau mulut.

(hongini,Aditiawarma,2012).

2.2.4.1 Klarifikasi karies gigi

a. Berdasarkan Kedalamannya.
1. Karies superfisialis

Karies baru mengenai email saja

2. Karies media

Karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi

setengah.

3. Karies profunda

Karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin

dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa. Karies

profunda ini dapat kita bagi lagi menjadi:

a) Karies profunda stadium I. Karies telah

melewati setengah dentin, biasanya belum

dijumpai radang pulpa

b) Karies profunda stadium II. Masih dijumpai

lapisan tipis yang membatasi karies dengan

pulpa. Biasanya disini telah terjadi radang pulpa

c) Karies profunda stadium III. Pulpa telah terbuka

dan dijumpai bermacam-macam radang pulpa .

b. Berdasarkan Lokasi Karies

G.V Black mengklasifikasikan kavitas atas 5

bagian dan diberi tanda dengan nomor romawi,

dimana kavitas diklasifikasikan berdasarkan


permukaan gigi yang terkena karies. pembagian

tersebut adalah:

Gambar: 2.1 klasifikasi karies gigi menurut G.V. black

Keterangan gambar :

c. Berdasarkan letak lokasi pada gigi

(fejerskov dan kidd,2003)

1) Kelas I

Karies yang terdapat pada bagian oklusal (pit dan

fissure) dari gigi premolar dan molar (gigi

posterior).

2) Kelas II

Karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari

gigi-gigi molar atau premolar yang umumnya

meluas sampai bagian ke oklusal


3) Kelas III

Karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari

gigi posterior, tetapi belum mencapai 1/3 incisal

dari gigi

4) Kelas IV

Karies yang terdapat pada bagian aproksimal

dari gigi-gigi posterior dan sudah mencapai 1/3

incisal dari gigi.

5) Kelas V

Karies yang terdapat pada bagian 1/3 leher dari

gigi posterior dan anterior pada permukaan

labial, lingual, palatal maupun bukal dari gigi

6) Kelas VI

Karies yang terdapat pada ujung gigi posterior

dan ujung edge insisal incisive. Biasanya

pembentukkan yang tidak sempurna pada ujung

tonjol/edge incisal rentan terhadap karies.

d. Berdasarkan banyaknya permukaan gigi yang

terkena karies

1) Karies simpel
Karies yang dijumpai pada satu permukaan saja,

misalnya labial, bukal, lingual, mesial, distal,

oklusal

2) Karies kompleks

Karies yang sudah luas dan mengeani lebih dari

satu bidang permukaan gigi. Misalnya, mesio-,

distoinsisal, mesio-oklusal

2.2.4.2 Klasifikasi berdasarkan keparahan

a. Karies insipen: Mengenai kurang dari setengah

ketebalan email

b. Karies Moderat: Mengenai lebih dari setengah

ketebalan email,tetapi tidak mencapai pertemuan

dentin-email

c. Karies lanjutan: Mengenai pertemuan dentin-email

dan kurang dari setengah jarak pulpa

d. Karies parah: Mengenai lebih dari setengah jarak ke

pulpa

2.2.4.3 Indeks karies gigi

Indeks yang dipakai untuk menilai kecenderungan

timbulnya gigi berlubang secara massal adalah dengan

menggunakan standar s000p.pp;.0.khusus, yakni

DMFT/DMFS.

2.2.4.3.1 Indeks DMFT


D = Decay : Jumlah gigi karies yang masih

dapat ditambal M = Missing : Jumlah gigi tetap

yang telah/harus dicabut karena karies

F = Filling : Jumlah gigi yang telah ditambal

Angka DMF-T menggambarkan banyaknya

karies yang diderita seseorang dari dulu

sampai sekarang. Contoh: DMF = 2 artinya

setiap anak mempunyai dua gigi yang

terserang karies. Untuk mengetahui angka

DMF-T, didapat dari penjumlahan angka D +

M + F.

2.2.4.3.2 Indeks def-t (def-teeth)

D = Decay : Jumlah gigi karies yang masih

dapat ditambal E = Extoliasi : Jumlah gigi susu

yang telah/harus dicabut karena karies

F = Filling : Jumlah gigi yang telah ditambal

2.2.5 Jenis karies gigi Menurut Widya (2008), jenis karies gigi

berdasarkan tempat terjadinya :

a. Karies Insipiens
Merupakan karies yang terjadi pada permukaan email gigi

(lapisan terluar dan terkaras dari gigi), dan belum terasa sakit

hanya ada pewarnaan hitam atau cokelat pada email.

b. Karies Superfisialis

Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dalam dari

email dan kadang-kadang terasa sakit.

c. Karies Media

Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin (

tulang gigi ) atau bagian pertengahan antara permukaan gigi

dan kamar pulpa. Gigi biasanya terasa sakit bila terkena

rangsangan dingin, makanan asam dan manis.

d. Karies Profunda

Merupakan karies yang telah mendekati atau bahkan telah

mencapai pulpa sehingga terjadi peradangan pada pulpa.

Biasanya terasa sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan

apapun. Apabila tidak segera diobati dan ditambal maka gigi

akan mati, dan untuk perawatan selanjutnya akan lebih lama

dibandingkan pada karies-karies lainnya.

2.2.6 Berdasarkan keparahan atau kecepatan berkembangnya.

(Menurut kids dan smitrh 2010)

a. Karies ringan
Kasusnya di sebut ringan jika serangan karies hanya pada

gigi yang paling rentan seperti pit (depresi yang kecil,

besarnya seujung jarum yang terdapat pada permukaan

oklusal dari gigi molar) dan fissure (suatu celah yang dalam

memanjang pada permukaan gigi) sedangkan kedalaman

karies hanya mengenai email (iritasi pulpa).

b. Karies sedang

Kasusnyadikatakan sedang jika serangan karies meliputi

permukaan oklusal dan aproksimal gigi posterior.

Kedalaman karies sudah mengenai lapisan dentin (hiperemi

pulpa).

c. Karies berat/parah

Kasusnya di katakan berat jika serangan anterior yang

biasanya bebas karies. Kedalaman karies sudah mengenai

pulpa, baik pulpa tertutup maupun pulpa terbuka (pulpitis

dan gangren pulpa). Karies pada gigi anterior dan posterior

sudah meluas kebagian pulpa.

2.2.7 Pencegahan trjadinya karies gigi

2.2.7.1 Kurangi konsumsi makanan manis dan mudah melekat pada

gigi seperti permen atau coklat.

2.2.7.2 Ajak mereka menggosok gigi secara teratur dan benar pada

pagi, sore dan menjelang tidur. Lebih baik lagi bila dilakukan
setiap usai makan. Biasakan mereka berkumur-kumur setelah

makan-makanan manis.

2.2.7.3 Siapkan makanan kaya kalsium (ikan dan susu), flour (teh,

daging sapi dan sayuran hijau), fosfor, serta vitamin A

(wortel), vitamin C (buahbuahan), vitamin D (susu), vitamin

E (kecambah), mineral dan vitamin tersebut diperlukan untuk

pertumbuhan gigi mereka.

2.2.7.4 Jaga kesehatan mulut mereka dengan baik. Bila ada karang

gigi segera bawa ke dokter gigi untuk dibersihkan.

2.2.7.5 Ajak mereka memeriksakan gigi enam bulan sekali. f. Bila

tiba-tiba mengeluh sakit gigi, suruh mereka berkumur dengan

air garam hangat dan lubang ditutup kapas berminyak cengkeh

lalu bawa ke dokter atau klinik gigi. (Surendro D, 2002).

2.3 KONSEP KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI

2.3.1 Pengertian Kebiasaan

Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung

secara otomatis dan tidak direncanakan. Kebiasaan memberikan pola

perilaku yang dapat diramalkan karena sering dikaitkan dengan adat

istiadat yang turun temurun. Karena kebiasaan pada umumnya sudah

melekat pada diri seseorang, termasuk kebiasaan yang kurang

menguntungkan bagi kesehatan, maka sulit untuk diubah

(Notoatmodjo S, 2010).
2.3.2 Pengertian Menggosok Gigi

Menyikat gigi adalah membersihkan gigi dari partikel makanan, plak,

bakteri, dan mengurangi ketidaknyamanan dari bau dan rasa yang tidak

nyaman.

Jadi kebiasaan menggosok gigi adalah suatu kegiatan atau rutinitas

dalam hal membersihkan gigi dari sisa–sisa makanan untuk menjaga

kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut (Tamrin, Afrida, Jamaluddin,

2014).

2.3.3 Tujuan menggosok gigi

2.3.3.1 Menghilangkan dan mengganggu pembentukan plak

2.3.3.2 Membersihkan gigi dari makanan, debris dan pewarnaan

2.3.3.3 Menstimulasi jaringan gingiva

2.3.3.4 Mengaplikasikan pasta gigi yang berisi suatu bahan khusus

yang ditujukan terhadap karies, penyakit periodental atau

sensitivitas (Sriyono, WN, 2009)

2.3.4 Cara menggosok gigi

2.3.4.1 Menggosok gigi rahang bawah Cara meletakkan sikat

gigi:Tangkai sikat gigi diletakkan sejajar dengan dataran

pengunyah. Perhatikan ujung-ujungnya bulu sikat terletak

pada perbatasan gigi dan gusi. Sikat gigi kemudian

dimiringkan sedikit sehingga bulu sikat terarah pada

perbatasan gigi dan gusi.


2.3.4.2 Menggosok permukaan gusi yang menghadap ke pipi/bibir

Sikat gigi digerakkan dengan gerakan maju mundurnya yang

pendek, artinya sikat gigi digerak-gerakkan di tempat.

Gosoklah terlebih dahulu gigi yang terletak di belakang.

Sesudah itu, barulah sikat gigi dipindahkan ke tempat

berikutnya.

2.3.4.3 Menggosok permukaan gigi yang menghadap ke lidah

Gosoklah dulu gigi-gigi yang terletak di belakang.

2.3.4.4 Menggosok dataran pengunyah Dimulai dari gigi-gigi rahang

atas maupun bawah digosok dengan maju mundur. (Santoso S,

Ranti Al, 2004).

2.3.5 Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menggosok gigi

2.3.5.1 Memilih sikat gigi

a. Bulu harus lembut dan kepala sikat gigi harus kecil

sehingga mempermudah anak dalam menyikat sampai

gigi belakang.

b. Permukaan sikat gigi harus rata, cari yang ujung bulunya

bulat agar tidak menggores gusi.

c. Sikat gigi orang dewasa tidak cocok untuk anak kecil

karena kepala sikatnya terlalu besar untuk bisa masuk ke

dalam mulutnya dengan nyaman.

d. Jenis sikat gigi dengan pegangan yang “mantap” bisa

membantu memaksimalkan ketrampilan motorik.


e. Simpanlah sikat gigi dalam posisi tegak di tempat bulunya

bisa mengering dan pastikan sikat tidak saling

bersentuhan karena bisa membuat kuman berpindah dari

satu sikat ke sikat lain.

f. Gantilah sikat gigi anak bila ada tanda-tanda kerusakan,

misalnya bulunya sudah megar.

g. Belilah sikat baru setiap 4 bulan dan langsung setelah

anak sembuh dari penyakit, karena sikat yang lama

mungkin menyimpan kumankuman. (Rudijanto F, 2004)

h. Memilih pasta gigi

Pasta gigi yang baik melakukan beberapa fungsi

sekaligus.

1) Pasta gigi adalah alat pembersih yang membantu

menghilangkan sisa makanan dari sekitar gigi dan

gusi.

2) Pasta gigi biasanya mengandung flourida, yang

membantu memperkuat dan melindungi gigi dari

pembusukan dan sikat gigi membuat flourida

menyentuh permukaan email gigi.

3) Menggunakan pasta gigi membuat mulut anak terasa

segar dan bersih (Rudijanto F, 2004)

2.3.5.2 Efektivitas menyikat gigi Selain tergantung kepada bentuk dan

cara menyikat gigi juga tergantung dari frekuensi dan lamanya


menyikat gigi. Lama menyikat gigi antara 2-3 menit sudah

efektif untuk membersihkan plak. Selain menggunakan lama

waktu menyikat gigi, maka untuk efektivitas menyikat gigi,

ada ajuran untuk menggosok gigi pada tiap-tiap bagian

sebanyak 5 sampai 10 gosokan (Sriyono WN, 2009)

2.3.5.3 Waktu yang tepat untuk menggosok gigi

a. Setiap selesai makan.

b. Sebelum tidur.

(Susanto A, 2007)

2.3.5.4 Kesalahan dalam menggosok gigi

a. Menggunakan sikat gigi yang salah Pertimbangkan besar

mulut ketika memilih sikat gigi, pilih juga sikat gigi

dengan gagang yang nyaman. Semakin nyaman sikat gigi

yang digunakan, semakin sering pula akan

menggunakannya dan dengan cara yang tepat.

b. Pemilihan bulu sikat yang tidak tepat Pilih sikat gigi

dengan bulu sikat yang lembut dan cukup kokoh agar dapat

mengikis plak yang menempel pada permukaan gigi, tanpa

harus menyakiti gusi.

c. Jarang menggosok gigi atau terlalu lama menggosok gigi

Gosoklah gigi dengan lembut 2 kali sehari (pagi dan

malam) setidaknya 2-3 menit atau bisa membagi 30 detik

untuk setiap sisi gigi.


d. Menggosok gigi terlalu sering dan keras Tiga kali sehari

adalah jumlah paling ideal bagi kita untuk menggosok gigi

lebih dari tiga kali artinya telah bertindak terlalu

berlebihan, menggosok gigi terlalu kasar atau keras dapat

mengikis email gigi.

e. Tidak menggosok gigi dengan benar Menggerakkan sikat

gigi memanjang horizontal searah garis gusi akan memicu

terjadinya abrasi.
2.3.6 kerangka konseptual

Self care ( perawatan diri


mandiri)
Teori Dorothea E.
Orem,1980

1. Self care (perawatan diri 3. Nursing system (


sendiri) 2. Self care deficit (berkurangnya sistem keperawatan)
a. Universal self care kemampuan merawat diri a. Total compensatory
(Kebutuhan sendiri)Teori berkurangnya (kompensasi secara
perawatan mandiri kemampuan merawat diri keseluruhan)
sehari-hari) sendiri ini diterapkan antara b. Partial
b. Developmental self lain pada : compensatory
care (perawatan diri a. Bayi atau anak yang (kompensasi
yang dikembangkan) belum dewasa sebagian)
c. Health deviation self b. Kebutuhan melebihi dari c. Educative /
care ( perawatan kemampuan untuk merawat supportive
berhubungan dengan diri compensatory
penyimpangan c. Antara kemampuan (kompensasi berupa
kesehatan merawat diri sendiri pendidikan /
seimbang dengan kebutuhan
dukungan)
perawatan diri,tetapi
potensial terjadi desifit
kemampuan/peningktan
kebutuhan dikemudian hari

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies

gigi (sihate, 2005):

1. Kebiasaan menggosok gigi

2. Kebiasaan makanan kariorganik

3. Peran orang tua

4. Tingkat ekonomi

Karies Gigi
2.3.7 HIPOTESIS

a. Hipotesis Nol (HO)

Jika p > α, maka tidak ada hubungan antara kebiasaan menggosok

gigi dengan kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di wilayah

X tahun 2018.

b. Hipotesis Alternatif (Hα)

Jika p ≤ α, maka ada hubungan antara kebiasaan menggosok gigi

dengan kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di wilayah X

tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai