Anda di halaman 1dari 8

KONTROL PENGGUNAAN GADGET PADA ANAK DENGAN

APLIKASI “TIMEAWAY”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Ilmu Sosial Budaya Dasar

Oleh :

NURHASANAH TAMBUNAN
1152111042
C REGULER 2015

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan rekayasa ide mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar. Adapun
permasalahan yang kami bahas yaitu rendahnya mutu pendidik.
Dalam penyusunan makalah ini penulis tidak dapat menyelesaikan rekayasa ide ini
tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Sungguh merupakan suatu
kebanggaan bagi penulis apabila rekayasa ide ini dapat terpakai sesuai fungsinya, dan
pembacanya dapat mengerti dengan jelas apa yang dibahas di dalamnya.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi materi
maupun tata cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya untuk
menyelesaikannya agar menjadi makalah yang bermanfaat bagi mahasiswa PGSD mata kuliah
Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Untuk itu, kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini sangat
saya harapkan dan akan saya terima dengan senang hati. Terima kasih.

Medan, Mei 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
Ringkasan ........................................................................................................................ iii
Pendahuluan ................................................................................................................... 1
Gagasan ........................................................................................................................... 2
Kesimpulan ..................................................................................................................... 4
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 4

ii
Ringkasan
Perkembangan teknologi informasi, khususnya tekonologi internet atau cyberspace,
telah menciptakan ekstasi teknologi yaitu rasa mengali yang diciptakan oleh dunia digital ini.
‘Kegilaan’ cyberspace terletak pada obsesisanya dalam memindahkan dunia realitas ke dalam
bit-bit computer atau gadget yang dimusnahkan batasan ruang waktunya (space/time), yang
kemudian menggring manusia menuju sebuah dunia baru yang didalamnya tidak ada lagi
batas kecepatan, moral, pribadi dan publik. Kenyataan pada saat ini sungguh memprihatinkan,
yang mana anak-anak justru menggunakan gadget empat hingga lima kali melebihi durasi
yang direkomendasikan ahli. Hal ini menimbulkan kecanduan gadget pada anak. Untuk
mengatasi itu seorang wanita asal Amerika, Tamara Sanderson membuat sebuah aplikasi yaitu
“TimeAway”.

iii
PENDAHULUAN

Hadirnya beragam jenis gawai alias gadget di era digital seperti saat ini menyedot
banyak perhatian dan waktu. Orang-orang disibukkan dengan aktivitas yang melibatkan gawai
seperti membuka situs, membalas percakapan lewat aplikasi pesan, atau tenggelam dalam
keasyikan media sosial.
Tidak bisa dipungkiri, bermain di media sosial merupakan salah satu bentuk pergaulan
zaman sekarang. Namun, sehatkah jika kita terus menerus menatap layar gawai?
Sosiolog bidang jejaring sosial Roby Muhamad menuturkan, saat ini banyak orang
yang kecanduan bermain gawai. Penelitian menunjukkan, seseorang mengecek gawainya 300
sampai 500 kali dalam sehari.
Perkembangan teknologi informasi, khususnya tekonologi internet atau cyberspace,
telah menciptakan ekstasi teknologi yaitu rasa mengali yang diciptakan oleh dunia digital ini.
‘Kegilaan’ cyberspace terletak pada obsesisanya dalam memindahkan dunia realitas ke dalam
bit-bit computer atau gadget yang dimusnahkan batasan ruang waktunya (space/time), yang
kemudian menggring manusia menuju sebuah dunia baru yang didalamnya tidak ada lagi
batas kecepatan, moral, pribadi dan public.
Menurut Yasraf Amir Piliang, hari ini dunia cyberspace telah mencapai puncak
kegilaan dan menjadikan diri mereka dan ciptaan mereka sendiri sebagai ‘tuhan-tuhan
digital’.
Selain itu, tekonologi mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.
Mendekatkan yang jauh karena dapat berhubungan dengan seketika tanpa ada aral batas.
Namun mereka juga bisa jauh dari dari kelurga, teman, dan guru karena telalu asyik bercumbu
dengan gadget masing-masing. Mungkin ada benarnya smartphone separating people artinya
bahwa gadget tidak menghubungkan manusia melainkan memisahkan manusia.
Tanpa disadari, kebiasaan bersentuhan dengan teknologi setiap saat melahirkan
karakter-karakter baru generasi anti pati atau individualistik. Meminjam istilah J. Sumardianta
bahwa zaman di digital ini membuat generasi jadi alay seperti multitasking, selfish, narsis,
egois dan asri (generasi asyik sibuk sendiri).

1
GAGASAN

Bak pisau yang memiliki dua sisi, keberadaan gadget membawa kebaikan sekaligus
dampak negatif. Terutama pada anak. Dokter anak asal Amerika Serikat Cris Rowan
menegaskan, harus ada pelarangan penggunaan gadget pada anak berusia di bawah 12 tahun.
Sebab, tak sedikit penelitian yang membuktikan, gadget lebih banyak membawa dampak
negatif ketimbang manfaat bagi anak.
Asosiasi dokter anak Amerika Serikat dan Kanada menekankan, orangtua harus tegas
tidak memberikan gadget pada anak usia 0-2 tahun. Anak 3-5 tahun dibatasi satu jam per hari,
dan dua jam untuk anak 6-18 tahun.
Sayangnya, kenyataan yang terjadi berbeda. Anak-anak justru menggunakan gadget
empat hingga lima kali melebihi durasi yang direkomendasikan ahli.
Survei yang dilaporkan Rheinald Kasali dalam Cracking Zone (2011) menunjukkan 65
persen orang menggunakan ponsel cerdas agar bisa terhubung dan mengubungi orang lain di
mana pun berada (Stay in contact), 49% untuk penguatan bisnis (business enabler), 36% guna
menembus pelbagai sekat social dengan memperluas jaringan dan pergaulan, 49% sebagai
simbol status sosial dan 36% buat mengatasi kejenuhan, kegudahan/kegaulauan, dan stress.
Menyoal kondisi kekinian, dengan semakin menggilanya tekonologi yang di sediakan
di smartphone maka dipastikan persentase diatas telah mengalami perubahan. Menurut
pandangan penulis, aktivitas pengguna smartphone di dominasi dengan symbol status social
dan permainan aplikasi yang ditawarkan seperti games online dalam hal ini COC dan Get
Rich yang digandrungi saat ini para pecandu game. Game ini telah menyasar di berbagai
golongan. Hal yang tampak aneh ketika melihat para pengguna games ini mengalami gejala
autis dan sibuk sendiri meskipun berada pada lingkungan yang ramai. Gejala ini hampir
terlihat disudut-sudut warung kopi, kantor, sekolah dan kampus.
Para Pengguna game seperti itu beralibi guna mengisi waktu kosong ,menghilangkan
penat dan serta hobby. Namun ketika memandang dari perspektif sosial akan menimbulkan
antisosial di dunia nyata. Selain itu, tak jarang mereka terjebak dalam kubangan waktu yang
lama sehingga waktu dalam sehari banyak dihabiskan dengan main game seperti COC dan get
rich.
Sebagaimana diketahui, baru-baru ini ada dua anak di bawah umur di Bondowoso,
Jawa Timur yang mengalami kecanduan gawai. Mereka bisa marah besar sampai
membanting-banting benda atau menyakiti diri sendiri jika diminta melepaskan smartphone
dari tangannya. Saat ini keduanya dirawat oleh Poli Jiwa RSUD dr Koesnadi Bondowoso,
Jawa Timur Melihat fenomena tersebut,

2
Komisioner Bidang Pornografi dan Cybercrime KPAI Margaret Aliyatul Maimunah
meminta para orang tua di Indonesia lebih mewaspadai adanya perilaku adiksi dalam
penggunaan gadget. Ia juga mengajak masyarakat untuk sama-sama membangun budaya
melapor. Sehingga jika ada kasus anak yang mengalami kecanduan gadget, maka masyarakat
bisa segera melaporkannya kepada KPAI.
“Jika diketahui kasus anak yang kecanduan gadget, silakan melapor kepada KPAI," kata
Margaret melalui keterangan tertulis kepada Kompas.com, Jumat (19/1/2018).
Selain dari pihak KPAI orang tua juga harus berpartisipasi aktif untuk mengurangi
kecanduan gadget pada anak. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk
mengurangi kecanduan gadget pada anak salah satunya dengan membatasi waktu anak dalam
menggunakan gadget. Tamara Sanderson, wanita asal Amerika yang kini tinggal di Singapura
dan bekerja untuk Google membuat sebuah aplikasi yaitu “TimeAway”
TimeAway, adalah aplikasi Android untuk smartphone dan tablet memungkinkan
orang tua mengatur skala prioritas dalam penggunaan gadget anak dan mengatasi kendala di
atas dengan lebih mudah. Ketika terinstal di perangkat anak dan orang tua, aplikasi ini
memberi kewenangan pada Ayah dan Ibu untuk melakukan banyak hal seperti mengontrol
penggunaan perangkat dan pilihan aplikasi yang boleh di-download, menghentikan semua
gadget saat waktu keluarga (makan malam), mengatur batas waktu penggunaan beberapa
aplikasi, mengatur jadwal anak untuk mengerjakan PR atau tidur, dan bahkan memblokir
beberapa aplikasi yang menimbulkan kekhawatiran, seperti Snapchat.
TimeAway terinstal di kedua perangkat anak dan orang tua dan tidak dapat dihapus
tanpa password yang hanya diketahui orang tua. Aplikasi ini juga mengunci pengaturan
perangkat, sehingga anak tidak dapat mengubah pengaturannya begitu saja. Hanya orang tua
yang dapat mengakses pengaturan perangkat dengan password yang mereka miliki.
Hal yang harus dilakukan orangtua sebelum menginstal perangkat ini ialah terlebih
dahulu membicarakan perjanjian tentang peraturan penggunaan smartphone atau tablet pada
anak, setelah itu gunakan TimeAway untuk memperketat aturan perjanjian tersebut.

3
KESIMPULAN
Seringnya anak berinteraksi dengan gadget dan juga dunia maya mempengaruhi daya
pikir anak terhadap sesuatu di luar hal tersebut. Gadget juga ternyata secara efektif dapat
mempengaruhi pergaulan sosial anak terhadap lingkungan terdekatnya. Selain itu, ia juga
akan merasa asing dengan lingkungan sekitar karena kurangnya interaksi sosial selain itu anak
juga kurang peka dan bahkan cenderung tidak perduli terhadap lingkungannya
Sebaiknya orang tua perlu memikirkan apa yang boleh diberikan kepada anak-
anaknya, Apabila ingin memberikannya juga haruslah selalu tetap mengontrol penggunaan
gadget nya jangan terlalu berikan kebebasan yang berlebihan. Dan juga melarangnya untuk
membawa gadget ke sekolah, karena bisa menghambat proses pembelajarannya di sekolah

DAFTAR PUSTAKA
Crystianingsih. 2017. Ini Definisi Kecanduan Gadget Menurut Sosiolog.
http://gayahidup.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-
sehat/17/11/03/oyua11370-ini-definisi-kecanduan-gadget-menurut-sosiolog.
Diakses pada tanggal 1 Mei 2018.

Millward, Steven. 2014. Kontrol penggunaan gadget anak Anda dengan aplikasi TimeAway.
https://id.techinasia.com/kontrol-penggunaan-gadget-anak-anda-dengan-aplikasi-
timeaway. Diakses pada tanggal 1 Mei 2018.
Sanjaya, Arwin. 2015. Kegilaan Dunia Gadget.
http://makassar.tribunnews.com/2015/05/14/kegilaan-dunia-gadget. Diakses pada
tanggal 1 Mei 2018.
Seobisono, Reina. 2018. Perilaku 'Gila' dan Mengerikan Anak Bondowoso yang Kecanduan
Gadget Parah.
https://today.line.me/id/pc/article/Perilaku+Gila+dan+Mengerikan+Anak+Bondo
woso+yang+Kecanduan+Gadget+Parah-zK760K. Diakses pada tanggal 1 Mei
2018.
Suryowati, Restu. 2018. KPAI Buka Layanan untuk Anak Kecanduan "Gadget".
https://nasional.kompas.com/read/2018/01/19/11360361/kpai-buka-layanan-
untuk-anak-kecanduan-gadget. Diakses pada tanggal 1 Mei 2018.
http://digital.metrotvnews.com/anakdigital/
https://www.halodoc.com/blog/bahaya-kecanduan-gadget-pada-anak-milenial

Anda mungkin juga menyukai