Anda di halaman 1dari 4

Keterampilan Mengelola Kelas

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara


kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses
belajar mengajar. Dalam melaksanakan keterampilan mengelola kelas maka perlu
diperhatikan komponen keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan
pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat prefentip) berkaitan dengan kemampuan
guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran, dan bersifat represif
keterampilan yang berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang
berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk
mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas
untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik.
Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat
belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta
membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Pengelolaan kelas tidak hanya berwujud pengaturan ruangan dan tempat duduk,akan
tetapi juga dalam bentuk interaksi yang baik dengan siswa, dan penciptaan hubungan guru
dan siswa, dan hubungan antara siswa yang baik. Perwujudan pengelolaan kelas yang baik
adalah terciptanya kondisi yang optimal untuk proses belajar-mengajar yang efektif.
Dalam mengelola kelas, kita telah dihadapkan pada siswa yang bersifat individual atau
kelompok, sehingga kita perlu berhati-hati dalam menanganinya. Biasanya teknik yang
digunakan antara lain: nasihat, teguran, larangan, ancaman, teladan, hukuman dan
sebagainya.
Menurut James Cooper dkk. mengemukakan tiga pendekatan dalam pengelolaan kelas
yang didalamnya terdapat teknik-teknik yaitu:
a. Pendekatan Modifikasi Perilaku
Pendekatan ini bertolak dari psikalogi behavioral dengan anggapan dasar bahwa
tingkah manusia yang baik maupun yang buruk dalam batas-batas tertentu merupakan
hasil belajar. Pendekatan ini memanfaatkan hasil penelitian tentang bagaimana
tingkah laku manusia terbentuk melalui hubungan manusia dengan lingkungan guna
merumuskan teknik-teknik yang dapat digunakan dalam membina siswa, yaitu:
1) Penguatan negatif yaitu: pengurangan hingga penghilangan suatu stimulus yang
tidak menyenangkan untuk mendorong terulang kembali suatu tingkah laku yang
timbul sebagai akibat dari pengurangan dan penghilangan tersebut.
Contoh: misalnya guru ingin agar siswa berani mengeluarkan pendapat, guru
selalu menunjuk langsung siswa yang tidak berani mengeluarkan pendapat agar
mengeluarkan pendapat (stimulus yang tidak menyenangkan). Bila suatu saat
siswa berani mengeluarkan pendapat tanpa menunggu ditunjuk guru maka guru
mulai mengurangi secara berangsur-angsur cara menunjuk langsung (penguatan
negatif). Pengurangan itu semakin meningkat sejalan dengan semakin
seringnya,siswa mengeluarkan pendapat tanpa ditunjuk guru hingga akhirnya
ditiadakan bila siswa telah terbiasa mengeluarkan pendapat.
2) Penghapusan yaitu: usaha mengubah tingkah laku siswa dengan cara
menghentikan pemberian respons terhadap suatu tingkah laku siswa yang semula
dikuatkan dengan respons tersebut.
Sebagai contoh, seorang siswa yang selalu mengomentari penjelasan guru saat
guru sedang menerangkan, misalnya, mungkin karena setiap kali siswa
mengomentari penjelasan guru, guru selalu memberikan respons yang
memberikan kesan pada siswa bahwa guru tidak berkeberatan dengan komentar
komentar seperti itu (padahal guru sebenarnya tidak mengharapkan komentar
seperti itu). Untuk mengurangi atau menghilangkan kebiasaan seperti tersebut,
salah satu teknik yang dapat digunakan adalah penghapusan, yaitu dengan
menghentikan pemberian respons yang memberikan kesan pada siswa bahwa guru
tidak berkebertaan terhadap kebiasan siswa tersebut. Contoh lain yaitu pada siswa
yang sering menjawab maka guru berkata “Yang sudah menjawab tolong berikan
kesempatan pada yang lain ya…!”
3) Hukuman
Penyajian stimulus yang tidak menyenangkan untuk menghilangkan dengan
segera tingkah laku siswa yang tidak dikehendaki.

b. Pendekatan Sosial Emosional


Pendekatan ini bertolak dari psikologi klinis dan konseling, dengan anggapan
dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien mempersyaratkan
hubungan sosial emosional yang baik antara guru dengan siswa dan antarsiswa.
Selanjutnya guru dipandang memegang peranan penting dalam menciptakan
hubungan baik tersebut. Pengalaman dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan pada
kita bahwa bila hubungan kita dengan partner kerja baik, berbagai kegiatan kejasama
dapat berlangsung dengan lancar. Dan bila terjadi kesalahpahaman mudah dicari jalan
keluarnya. Demikian halnya dengan proses pembelajaran di sekolah, bila hubungan
antara guru dengan siswa baik, maka proses pembelajaran dapat berlangsung dengan
lancar, kesalahpahaman yang timbul dapat diatasi dengan mudah.
Berikut ini adalah sikap-sikap yang diperlukan oleh guru dalam mengatasi
kenakalan siswa:
1) Sikap umum,
Yaitu terbuka, menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, empati,
membicarakan situasi pelanggaran dan bukan pelakunya, demokratis (melibatkan
siswa dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingannya).
2) Sikap khusus.
Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel mengelompokkan tingkah laku siswa yang
biasanya mengganggu proses pembelajaran menjadi empat macam yaitu:
a) Siswa yang memiliki tingkah laku menarik perhatian akan selalu berusaha
memakai berbagai cara untuk menarik perhatian guru. la mungkin tertawa
lebih keras dibanding dengan teman-temannya, sering menggoda teman
disebelahnya, pura-pura sakit, pura-pura tidak mengerti sehingga bertanya
terus dan sebagainya. Hal yang demikian sebaiknya dibiarkan saja.
b) Siswa yang memiliki tingkah laku menguasai akan selalu berusaha
mengalahkan orang lain. Bila tidak dapat secara wajar, ia akan marah dan
melakukan tindakan agresif, atau sebaliknya menarik diri sama sekali dan
tidak mau melaksanakan kewajibannya. Hal ini dapat diatasi dengan
memberikan tugas untuk memimpin yang membutuhkan keberanian atau
kekuatan fisik.
c) Siswa yang memiliki tingkah laku membalas dendam akan selalu melakukan
tindakan yang menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis. Hal ini
sebaiknya diserahkan pada psikolog dan guru hanya membantu
pelaksanaanya di kelas.
d) Siswa yang memiliki tingkah laku merasa tidak mampu akan selalu
mengatakan bahwa ia tidak mampu mengerjakan tugas. Karena biasanya ia
yakin akan gagal atau merasa gagal sebelum mulai. Hal ini jangan disalahkan
langsung melainkan berikan dorongan dan bimbingan.

c. Pendekatan Proses kelompok


Pendekatan ini bertolak dari psikologi dan dinamika kelompok, dengan anggapan
dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien berlangsung dalam konteks
kelompok, yaitu kelompok kelas. Oleh karena itu, peranan guru dalam rangka
pengelolaan kelas adalah menciptakan kelompok kelas yang mempunyai ikatan yang
kuat serta dapat bekerja secara efektif dan efisien. Pada awal pelajaran, para siswa
biasanya masih merupakan kerumunan orang dengan tujuan, pikiran, perasaan yang
sangat berbeda. Tugas guru adalah memadu kepentingan-kepentingan perseorangan
tersebut menjadi kepentingan kelompok, kemudian membentuk kerumunan tersebut
menjadi satu kelompok dengan ikatan yang kuat dan mampu bekerja sama secara
produktif. Untuk mengikat kerumunan siswa menjadi satu kelompok yang
mempunyai ikatan yang kuat, ada sejumlah unsur yang diperlukan. Unsur-
unsur penting yang amat diperlukan adalah tujuan, aturan, dan pemimpin.
Ada beberapa prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas yaitu
sebagai berikut:
1. Keluwesan
Guru harus luwes dalam mengubah strategi dapat mencegah kemungkinan munculnya
gangguan-gangguan siswa serta mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang
efektif.
2. Kehangatan dan keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan seorang guru dalam mengajar dapat mempermudah
terciptanya iklim kelas yang menyenangkan.
3. Bervariasi
Menggunakan variasi dalam proses belajar mengajar.
4. Tantangan
Menggunakan kata-kata, tindakan atau bahan yang menantang.
5. Penanaman disiplin
Mendorong peserta didik agar memiliki kedisiplinan diri.
6. Penekanan hal-hal yang positif
Yaitu pemikiran hal-hal positif dan menghindarkan konsentrasi pada hal-hal negatif.

Anda mungkin juga menyukai