Anda di halaman 1dari 6

Ekskohleasi sebum

yaitu dengan pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor (sendok Unna).
Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa
lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam
Adapalene is a synthetic retinoid widely marketed
for its greater tolerability. It specifically targets the
RARreceptor. It is both photostable and can be used
in conjunction with benzoyl peroxide without degradation.
Adapalene 0.1% gel has been shown in clinical
trials to have greater or equal efficacy to tretinoin
0.025% gel with greater tolerability.

Benzoyl peroxide can produce significant


dryness and irritation. Allergic contact dermatitis
has been uncommonly reported. Of significance,
bacteria are unable to develop resistance to benzoyl
peroxide, making it the ideal agent for combination
therapy
BAB IV

ANALISA KASUS

Acne pada pada dasarnya merupakan penyakit pada remaja, dengan 85% terjadi pada
remaja dengan beberapa derajat acne. Hal tersebut terjadi dengan frekuensi yang lebih besar pada
usia antara 15-19 tahun pada kedua jenis kelamin.7 99% predileksi akne vulgaris adalah di wajah
dan leher, 60% di punggung dan 15% di dada. Pada kasus ini, diketahui bahwa pasien
merupakan seorang remaja berusia 19 tahun, dan lesi yang dikeluhkan terdapat di wajah sesuai
dengan predileksi akne vulgaris.

Acne vulgaris dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Penyebab pasti acne vulgaris belum
diketahui secara pasti, namun terdapat faktor yang dapat menyebabkan acne vulgaris, antara
lain : genetik, endokrin, faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea, faktor psikis, musim,
infeksi bakteri atau kosmetika.3

1. Genetik
Faktor genetik sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar sebasea. Apabila orang
tua mempunyai parut bekas acne, kemungkinan besar anaknya akan menderita acne.3
2. Hormon Androgen
Hormon androgen berasal dari testis, ovarium dan kelenjar adrenal. Hormon ini menyebabkan
kelenjar sebasea bertambah besar dan produksi sebum meningkat pada remaja laki-laki dan
perempuan. Hormon androgen merupakan stimulus utama pada sekresi sebum oleh kelenjar
sebasea.1 Hormon estrogen tidak mempengaruhi terhadap terjadinya acne vulgaris.
Sedangkan, hormon progesteron dapat menyebabkan acne premenstrual.
3. Faktor makanan
Faktor makanan terhadap terjadinya acne vulgaris masih kontroversial. Pada beberapa pasien,
acne dapat diperburuk oleh beberapa jenis makanan seperti coklat, kacang, kopi dan minuman
ringan.1
4. Keaktifan kelenjar sebasea
Sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya acne. Pada acne terjadi peningkatan
sebum.
5. Faktor Psikis
Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi acne.
Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi acnenya secara mekanis, sehingga terjadi
kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi yang meradang.
6. Iklim
Di daerah yang memiliki empat musim, biasanya acne bertambah hebat pada musim dingin
dan dapat pula meningkat oleh paparan cahaya matahari langsung
7. Bakteri
Mikroba yang terlibat pada terbentuknya acne adalah Propionibacterium acnes, Stafilococcus
epidermidis, dan Pityrosporum ovale. Dari ketiga mikroba ini yang terpenting yaitu
Propionibacterium acnes. Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit. Pada keadaan
patologik, bakteri ini membentuk koloni pada duktus pilosebasea.
8. Faktor Iatrogenik
Kortikosteroid oral maupun topikal dapat meningkatkan keratinisasi duktus pilosebasea.
Kontrasespsi oral dapat pula menginduksi terjadinya acne.3

Pada kasus, acne timbul ketika pasien stress dan berkeringat. Sesuai dengan teori yang
telah dipaparkan, pasien memang memiliki resiko untuk terjadinya acne vulgaris yaitu resiko
faktor psikis dan faktor keaktifan kelenjar sebasea.
Diagnosis Acne vulgaris dapat ditegakkan dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan penunjang juga dapat dilakukan berupa ekokhleasi sebum dan pemeriksaan
mikrobiologi. Dari anamnesa dapat diketahui faktor resiko terjadinya acne vulgaris hingga
riwayat pengobatan dari acne vulgaris. Sedangkan, dari pemeriksaan fisik terutama pemeriksaan
dermatologis merupakan dasar dari diagnosis acne vulgaris. Acne vulgaris merupakan
peradangan pada kelenjar pilosebasea yang ditandai dengan lesi komedo, papul, pustul, nodul
atau kista.1 Diagnosis acne vulgaris dapat diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi lehmann dkk
dimana acne dibedakan menjadi acne ringan, acne sedang, dan acne sangat berat.2.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien acne vulgaris adalah
ekokhleasi sebum, pemeriksaan histopatologi, dan pemeriksaan mikrobiologi. Akan tetapi,
pemeriksaan penunjang pada pasien acne vulgaris jarang dilakukan.
Pada pasien, dari anamnesis didapatkan keluhan berupa bintik kecil bernanah pada wajah
sejak 2 minggu yang lalu. Dari hal itu, pasien tersebut didiagnosis banding acne vulgaris, erupsi
akneiformis, rosasea, dermatitis perioral, dan folikulitis.
1. Acne vulgaris
Merupakan peradangan kronis folikel pilosebasea dengan manifestasi klinis berupa
komedo, papul, pustul, nodus serta kista. Predileksinya adalah pada wajah dan leher
(99%), dada, dan punggung. Terkadang disertai rasa nyeri. Hal ini sesuai dengan
hasil anamnesis pada pasien dimana pasien mengeluhkan adanya bintil kecil bernanah
pada dahi dan pipinya (sesuai predileksi acne vulgaris), dan dari pemeriksaan fisik
didapatkan lesi berupa komedo, papul, dan pustul (sesuai dengan efloresensi acne
vulgaris).
2. Erupsi akneiformis
Merukan peradangan folikular akibat adanya iritasi epitel duktus pilosebasea yang
terjadi karena ekskresi obat pada kelenjar kulit. Biasanya disebabkan karena induksi
obat yang diberikan secara sistemik. Lesi biasanya berupa papul, pustul, dan biasanya
tanpa komedo. Dari anamnesis, tidak ditemukan riwayat konsumsi obat jangka
panjang pada pasien, dan dari pemeriksaan fisik, ditemukan adanya lesi komedo pada
pasien, maka diagnosis ini dapat disingkirkan.
3. Rosasea
Merupakan oenyakut kulit kronis pada wajah yang khas dengan kemerahan pada
wajah dan telangiektasis disertai dengan episode peradangan yang menimbulkan
papul, pustul dan edema. Biasamya tidk nyeri. Dari anamnesis, pasien mengeluhkan
lesi yang terkadang juga terasa nyeri. Dan dari pemeriksaan didapatkan adanya
komedo serta tak tampak adanya telangiektasis. Maka diagnosis ini dapat
disingkirkan,
4. Dermatitis perioral
Merupakan papul dan vesikel eritema yang muncul secara lokal didaerah kulit
perioral dan periorbital. Berdasarkan pemeriksaan fisik, lesi ditemukan berupa
komdo, papul dan pustul yang terdapat pada dahi, pipi kanan dan pipi kiri. Maka
diagnosis ini dapat disingkirkan.
5. Folikulitis
Merupakan radang pada folikel rambut yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus
aureus. Lesi biasanya berupa pustul eritematosa multipel. Tempat predileksi biasanya
pada area berambut seperti kulit kepala, area jenggot dan tungkai bawah. Dari
pemeriksaan fisik pada pasien ditemukan lesi berupa papu pustu, dan komedo pada
dahi dan pipi. Maka diagnosis ini dapat disingkirkan.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, didapatkan diagnosa klinis berupa acne
vulgaris. Dikarenakan dari pemeriksaan fisik didapatkan lesi inflamasi berupa papul dan pustul
serta lesi noninflamasi berupa komedo dengan total semua lesi sebanyak ±64 lesi, berdasarkan
klasifikasi akne menurut Lehman dkk lesi total sebanyak 30-135 lesi tergolong akne derajat
sedang.
Pada pasien ini dapat dianjurkan pemeriksaan penunjang berupa :
- Ekokhkeasi sebum
yaitu dengan pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor (sendok Unna).
Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa
lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam
- Pemeriksaan mikrobiologi
Ditemukan bakteri P. Acnes
- Pemeriksaan histopatologi
Ditemukan sebukan sel radang kronis di sekitar folikel pilosebasea dengan masa
sebum didalam folikel.

Penatalaksanaan acne vulgaris terdiri dari terapi non farmakologis dan terapi
farmakologis. Penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari penghindaran terhadap faktor resiko
acne vulgaris seperti pemilihan penggunaan bedak tabur, dan faktor makanan. Terapi
farmakologis acne vulgaris derajat sedang terdiri dari terapi antibiotic oral, retinoid topical dan
BPO.2,5,6
Pada pasien, dilakukan penatalakasanaan non farmakologi dan farmakologi. Terapi non
farmakologi berupa penggantian bedak padat menjadi bedak tabur karena bedak padat dapat
menimbulkan sumbatan pada duktus kelenjar sebasea sehingga jerawat lebih sering muncul.
Penatalaksanaan farmakologi pada pasien tersebut terdiri dari kombinasi adapalene 0,1% cream
dan Benzoyl peroxide 2,5% yang digunakan pada malam hari serta pemberian sunscreen spf 30
tiap kali beraktivitas diluar rumah. Serta pemberian antibiotik sistemik tetrasiklin oral.
Adapalene merupakan obat topikal retinoid yang berfungsi mengeluarkan komedo yang telah
matur, menghambat pembentukan dan jumlah mikrokomedo, menghambat reaksi inflamasi, dan
menekan perkembangan mikrokomedo baru yang penting untuk maintenance. Sedangkan
Benzoyl peroxide merupakan asam salisilat yang berfungsi sebagai keratolitik yang bisa
mengurangi jumlah keratin yang menumpuk sehingga menghindarkan terjadinya sumbatan pada
muara kelenjar sebacea. Pemberian antibiotic Tetrasiklin oral dimaksudkan untuk menekan
jumlah bakteri.

Anda mungkin juga menyukai