AKNE VULGARIS
Ika Handayani, S.Ked
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Raden Mattaher Jambi
Fakultas Kedokteran Universitas Jambi
BAB I
PENDAHULUAN
Akne Vulgaris (AV) merupakan penyalit yang dapat sembuh sendiri. Berupa
peradangan kronis folikel pilosebasea dengan penyebab multifaktor dan manifestasi
klinis berupa komedo, papul, pustul, nodus serta kista.1,2
Pada umumnya AV dimulai pada usia 12-15 tahun dengan puncak tingkat
keparahan pada 17-21 tahun. AV adalah penyakit terbanyak remaja usia 15-18
tahun.1,2 Prevalensi penderita AV 80 85% pada remaja dengan puncak insidens usia
15 18 tahun, 12% pada wanita usia > 25 tahun dan 3% pada usia 35 44
tahun.Acne vulgaris yang berat terlihat pada laki-laki dan perokok. 1 Catatan
kelompokstudi dermatologi kosmetika Indonesia menunjukkan terdapat 60%
penderita Akne vulgaris pada tahun 2006 dan 80% pada tahun 2007. Insiden jerawat
80-100% pada usia dewasa muda, yaitu 14-17 tahun pada wanita, dan 16-19 tahun
pada pria. Pada umumnya banyak remaja yang bermasalah dengan jerawat, bagi
mereka jerawat merupakan siksaan psikis.3,4,5
Perempuan ras Afrika Amerika dan Hispanik memiliki prevalensi acne
tinggi, yaitu 37%dan 32%, sedangkan perempuan ras Asia 30%, Kaukasia 24%, dan
India 23%. Pada rasAsia, lesi inflamasi lebih sering dibandingkan lesi komedonal,
yaitu 20% lesi inflamasi dan10% lesi komedonal. Tetapi pada ras Kaukasia, acne
komedonal lebih sering dibandingkan acne inflamasi, yaitu 14% acne komedonal,
10% acne inflamasi.3,4,5
1.1
Etiologi
1
intrinsik
yaitu
genetik
dan
faktor
ekstrinsik
berupa
stres,
Patogenesis
Terdapat 4 patogenesis paling berpengaruh pada timbulnya AV, yaitu :
a. Produksi sebum yang meningkat1,2,6
Pada individu akne, secara umum ukuran folikel sebasea serta jumlah
lobul tiap kelenjar bertambah. Ekskresi sebum di bawah kontrol hormon
androgen. Produksi sebum dikaitkan dengan respons yang berbeda dari
unit folikel pilosebasea masing-masing organ target, atau adanya
peningkatan androgen sirkulasi atau keduanya. Misalnya, didapatkan
produksi sebum berlebih pada lokasi wajah, dada dan punggung,
meskipun
didapatkan
kadar
androgen
sirkulasi
tetap.
Sebagai
imunohistokimiawi
menunjukkan
adanya
peningkatan
sebum.
PA akan
meningkat
jumlahnya
seiring
dengan
1.3
Gejala Klinis
AV mempunyai tempat predileksi di wajah dan leher (99%), punggung
(60%), dada (15%) serta bahu dan lengan atas. Kadang pasien mengeluh
gatal dan nyeri. Sebagian pasien merasa terganggu secara estetis. Kulit AV
cenderung lebih berminyak atau sebore, tetapi tidak semua orang dengan
sebore disertai AV.1,2
3
1.4
Diagnosis
AV ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Saat ini
klasifikasi yang digunakan di Indonesia untuk menentukan derajat AV, yaitu ringan,
sedang, berat adalah klasifikasi Lehmann dkk (2002). Klasifikasi tersebut diadopsi
dari 2nd Acne Round Table Meeting (South East Asia), Regional Consensus on Acne
Management, 13 Januari 2003, Ho Chi Minh City Vietnam.1,2
Tabel 1. Gradasi Akne
Derajat
Akne Ringan
Lesi
Komedo < 20, atau
Lesi inflamasi < 15, atau
Akne Sedang
Akne Berat
1.5
Diagnosis banding
Adapun diagnosis banding dari akne vulgaris antara lain :1,2
1. Erupsi akneiformis adalah reaksi kulit yang timbul secara akut atau subakut,
berupa peradangan folikular akibat adanya iritasi epitel duktus pilosebasea
yang terjadi karena eskresi substansi penyebab (obat) pada kelenjar kulit,
misalnya kortikosteroid, INH, barbiturat, bromida, yodida, difenil hidantoin,
trimetadion, ACTH, dan lainnya. Klinis berupa erupsi papulo pustule,
monomorfik atau oligomorfik, pada mulanya tanpa komedo. Komedo dapat
terjadi sekunder kemudian setelah sistem sebum ikut terganggu. Dapat
disertai demam, malaise dan umumnya tidak terasa gatal dan dapat terjadi
disemua usia.7
2. Rosasea (dulu : akne rosasea), merupakan penyakit peradangan kronik
didaerah muka dengan gejala eritema, pustul, telengiektasis dan kadangkadang disertai hipertrofi kelenjar sebasea. Tidak terdapat komedo kecuali
bila kombinasi dengan akne 8
3. Dermatitis perioral yang terjadi terutama pada wanita dengan gejala klinis
polimorfi eritema, papul, pustul, disekitar mulut yang terasa gatal.8
4
1.6
Tatalaksana
Penatalaksanaan AV bervariasi. Beberapa penelitian secara klinis telah
dilakukan untuk mencari penatalaksanaan yang sesuai. Penatalasanaan AV
terbagi menjadi 2 yaitu penatalaksanaan secara umum dan secara
medikamentosa. Secara umum yaitu dengan menhindari pemencetan lesi
dengan non higienis, memilih kosmetik yang non komedogenik, dan lakukan
perawatan kulit wajah. Sedangkan secara medikamentosa dibagi menurut
derajat keparahan dari AV itu sendiri.3,9 Secara teori manajemen AV yang
efektif adalah menurunkan atau mengeliminasi lesi primer secara klinik yaitu
mikrokomedo yang merupakan prekursor untuk semua lesi AV.3,10
Tujuan1,2 :
a. Mempercepat penyembuhan
b. Mencegah pembentukan akne baru
c. Mencegah jaringan parut yang permanen
Tatalaksana AV secara garis besar dibagi atas1,2 :
a. Prinsip umum
Diperlukan kerja sama antara dokter dan pasien
Harus berdasarkan penyebab, patogenesis, keadaan klinis,
gradasi akne, aspek psikologis
b. Diagnosis klinis dan gradasi
c. Tatalaksana umum : mencuci wajah minimal 2 kali sehari
d. Tatalaksana medikamentosa
Berdasarkan gradasi akne
Diikuti dengan terapi pemeliharaan/pencegahan
e. Tindakan
Kortikosteroid
intralesi,
ekstraksi
komedo,
laser,
electrosurgery,
krioterapi, terapi ultraviolet, blue light, red light, chemical peeling, dll
Tingkat Keparahan
Jerawat: Gejala Klinis
Ringan:
Pilihan Terapi
Lini Pertama
Retinoid topikal
Komedo
Papul/pustul
Papul/pustul
Retinoid topikal
Asam salisilat
Retinoid topikal
Antimikroba topikal:
antimikroba
Sedang:
Lini Kedua
Benzoil peroksida
Clindamycin
Erythromicin
Antibiotik Oral
Tetracyclin
Erythromicin
Trimethroprimsulfamethoxazole
Retinoid Topikal
Benzoil peroxide
- Asam salisilat
Antibiotik Oral
Retinoid Topikal
Benzoil peroxida
Nodular
Isotretinoin Oral
Antibiotik oral
Retinoid topikal
Berat
Isotretinoin oral
Benzoil peroxide
Antibiotika Dosis tinggi
Retinoid topikal sebagai
terapi maintenance
Benzoil peroxide
1.7
Pencegahan
Pencegahan akne dapat dilakukan dengan menghindari faktor-faktor
10
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1
2.2
Identitas Pasien
Tanggal
: 15 Oktober 2016
Nama
: Elva Ramadani
Umur
: 20 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Mahasiswa
Alamat
: Jerambah Bolong
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Belum menikah
Suku Bangsa
: Indonesia
Hobi
: Travelling
11
Pemeriksaan Fisik
: Baik
Kesadaran
: Kompos Mentis
Tanda Vital
: 80x/i
Pernafasan
: 16x/i
Suhu
: Afebris
Kepala
Bentuk
Mata
:
: Normochepali
: Konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-).
Pupil isokor kiri kanan
Hidung
12
Mulut
Telinga
Leher
Thoraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Ekstremitas Superior
Ekstermitas Inferior
Genitalia
13
a.Pustul eritem, lentikular, multiple, ukuran 0,1 - 0,3 cm, bentuk bulat,
sirkumskripta, diskret
b. Papul eritem, milier, multiple, ukuran 0,1 - 0,2 cm, bentuk bulat,
sirkumkripta, diskret
c. Komedo tertutup, milier, multiple, bulat, ukuran 0,1 cm ,bulat, b
sirkumkripta, diskret
a a
c
14
b
c b
0,1 cm ,bulat,
sirkumkripta, diskret
c. Pustul eritem, soliter, ukuran 0,3 cm, bentuk bulat, sirkumkripta,
diskret
2.4
Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan ekskohliasi sebum, yaitu yaitu pengeluaran sumbatan sebum
dengan ekstraktor komedo. Sebum yang menyumbat folikel tampak
sebagai masa padat seperti lilin atau masa yang lebih lunak bagai nasi
yang ujungnya kadang berwarna hitam.
b. Pemeriksaan histopatologis ditemukan adanya serbukan sel radang
disekitar folikel pilosebasea dengan masa sebum dalam folikel. Pada kista
radang sudah diganti dengan jaringan ikat pembatas masa cair sebum yang
bercampur dengan darah, jaringan mati, dan keratin yang lepas.
15
Diagnosis Banding
1. Akne Vulgaris
2. Erupsi akneiformis adalah reaksi kulit yang timbul secara akut atau subakut,
berupa peradangan folikular akibat adanya iritasi epitel duktus pilosebasea
yang terjadi karena eskresi substansi penyebab (obat) pada kelenjar kulit,
misalnya kortikosteroid, INH, barbiturat, bromida, yodida, difenil hidantoin,
trimetadion, ACTH, dan lainnya. Klinis berupa erupsi papulo pustule,
monomorfik atau oligomorfik, pada mulanya tanpa komedo. Komedo dapat
terjadi sekunder kemudian setelah sistem sebum ikut terganggu. Dapat
disertai demam, malaise dan umumnya tidak terasa gatal dan dapat terjadi
disemua usia.
3. Rosasea (dulu : akne rosasea), merupakan penyakit peradangan kronik
didaerah muka dengan gejala eritema, pustul, telengiektasis dan kadangkadang disertai hipertrofi kelenjar sebasea. Tidak terdapat komedo kecuali
bila kombinasi dengan akne.
4. Dermatitis perioral yang terjadi terutama pada wanita dengan gejala klinis
polimorfi eritema, papul, pustul, disekitar mulut yang terasa gatal.
2.6
Diagnosis Kerja
Akne Vulgaris
16
2.7 Penatalaksanaan
Preventif
-
Kuratif
2.8
Prognosis
-
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam
: Bonam
: Bonam
: Bonam
BAB III
PEMBAHASAN
17
Akne Vulgaris (AV) merupakan penyalit yang dapat sembuh sendiri. Berupa
peradangan kronis folikel pilosebasea dengan penyebab multifaktor dan manifestasi
klinis berupa komedo, papul, pustul, nodus serta kista.
Fakta
Sejak 1 bulan yang lalu pasien
Anamnesis
Teori
Akne vulgaris yang merupakan
folikel
pilosebasea
yang
umumnya
terjadi
masa
seluruh wajah.
pada
lebih.
Predileksi akne yaitu pada muka,
punggung
kadang-kadang
goreng gorengan.
bagian
atas,
glutea
dan
juga
terkena.
Lesi yang muncul dapat berupa
lesi noninflamasi berupa komedo
tertutup
maupun
komedo
Fakta
Status Dermatologis
Teori
18
Pustul
eritem,
lentikular,
bulat,
diskret
di
dekstraa
dan
sisnistra,
regio
regio oralis.
Papul eritem, milier, multiple,
ukuran 0,1 - 0,2 cm, bentuk
bulat, sirkumkripta, diskret di
regio zigomatica dekstraa dan
sisnistra, regio buccalis dekstra
zigomatica
sirkumskripta,
regio
terkena.
Lesi yang muncul dapat berupa
lesi noninflamasi berupa komedo
tertutup
maupun
komedo
Pengobatan :
-
DAFTAR PUSTAKA
1. Menaldi, Sri Linuwih SW, Bramono K, Indriatmi W. Editor. Ilmu Penyakit Kulit
Dan Kelamin. Ed. 7. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2016
2. Sitohang, Irma Bernadette S, Wasitatmadja S. Akne Vulgaris. Dalam : Buku Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi ke-7. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2016. Hal. 288-291
21
22