Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN TUGAS CBL

BLOK DERMATOMUSKULOSKELETAL
”KASUS ACNE VULGARIS DI PANTI ASUHAN UMMI MAY
BANDARLAMPUNG”

Kelompok Tutorial 10:

Ahmad Haydar R. 1618011144


Kadek Erwin W 1658011041
Isnamurti Ciptaningrum 1618011112
Diaru Fauzan Farizy 1618011123
Inocentia Gita Krisanti 1618011023
Aulia Rika Fahrumnisa 1618011084
Diwanti Aulia Hasanah 1618011083
Ni'ma Nabila Putri 1618011111
Farhana Fitri Amalia 1618011054

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITS LAMPUNG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Kulit merupakan organ tubuh pada manusia yang sangat penting karena
terletak pada bagian luar tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangan
seperti sentuhan, rasa sakit dan pengaruh lainnya dari luar. Penyakit kulit salah
satu penyakit yang sering dijumpai pada Negara beriklim tropis seperti Indonesia.
Kurangnya pengetahuan tentang jenis penyakit kulit serta tidak mengetahui cara
pencegahannya mengakibatkan sesorang dapat terkena penyakit kulit tingkat akut.
Sehingga dengan adanya bantuan teknologi computer diharapkan penyakit yang
menyerang kulit tubuh manusia dapat diketahui secara dini dan hal tersebut dapat
memperkecil terjadinya penyakit yang lebih berbahaya.

Penyakit kulit adalah penyakit yang menyerang kulit permukaan tubuh yang
disebabkan oleh berbagai macam penyebab. Penyakit kulit juga mempunyai
karakteristik gatal-gatal pada saat pagi, siang, sore atau sepanjang hari, timbul
pula bintik-bintik, bentol-bentol, ataupun timbul bula-bula yang berisi cairan
bening atau nanah pada kulit permukaan tubuh.

Secaraumumdisebabkanoleh kebersihan yang kurang dijaga, bakteri, virus,


reaksi alergi dan daya tahan tubuh rendah. Sumber penularan penyakit kulit
adalah berupa sentuhan langsung dengan penderita melalui perantara seperti
melalui pakaian, selimut, sabun mandi yang dipakai oleh penderita sebagian besar
pengobatan infeksi kulit membutuhkan waktu lama untuk menunjukkan efek.

Hasil diskusi dengan mencari beberapa literatur yang berbeda. Kelompok kami
menyimpulkan tentang perbedaan antara hubungan faktor presdisposisi dengan
perilaku higiene perorangan yang dapat menyebabkan manifestasi klinis berbeda-
beda pada individu terdapat hubungan signifikan antara faktor pengetahuan, faktor
sikap, faktor usia, serta faktor nilai dan tradisi dengan perilaku higiene
perorangan.
Dari hasil survey yang telah dilakukanoleh Tutorial 10 FK UNILA untuk
memenuhi Tugas Community Based Learning (CBL) di PantiAsuhanUmmi May
Bandar Lampung belum banyak penerapan higiene perorangan di panti asuhan.
Dikarenakan banyaknya anak dalam panti tersebut. Seharusnya anak perlu
mendapatkan perhatian khusus karena hygiene perorangan yang sangat
mempengaruhi kesehatan pada individu.

Dari hasil observasi pada tanggal 2 september 2018 terhadap 34 anak yang ada
di PantiAsuhan, didapatkan bahwa 5 orang anak mempunyai hygiene perorangan
kurang baik, ditandai dengan tanda dan gejala yang ditemukan berupa jerawat
atau acne vulgaris. Akne vulgaris (AV) merupakan kelainan kulit kronik pada
folikel pilosebasea dengan karakteristik terdapat komedo, papul, pustul, nodul,
dan terkadang bisatimbul jaringan parut. Komedo merupakan lesi primer dari AV

Perbincangan menarik pada salah satu anak panti tersebut ialah


Muttaqien (16tahun) menyatakan pernah mendapatkan rasa gatal pada badan serta
lengan dan paha namun hanya diobati dengan obat warung, penyakit tersebut
kadang hilang timbul namun tidak pernah diobati lebih lanjut pada ahli. Ia
mengatakan rasa gatal itu hanya gatal biasa yang seharusnya tidak terlalu penting
untuk difikirkan.

Berdasarkan fenomena diatas, maka kami tertarik untuk melakukan penelitian


tentang faktor–faktor yang berhubungan dengan perilaku higiene perorangan
penghuni Panti Asuhan Ummi May Bandar Lampung. Terutama terkait masalah
penyakit yang sering dialami pantitersebutyaitu Acne Vulgaris.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Akne vulgaris (AV) merupakan kelainan kulit kronik pada folikel
pilosebasea dengan karakteristik terdapat komedo, papul, pustul, nodul,
dan terkadang bisa timbul jaringan parut. Komedo merupakan lesi primer
dari AV.5
B. Etiologi
Berbagai macam faktor dapat mempengaruhi kejadian AV, baik
faktor genetik, psikologi, maupun lingkungan.6
1. Genetik
Akne kemungkinan besar merupakan penyakit genetik dalam
peningkatan respon unit pilosebasea terhadap kadar normal androgen
dalam darah. Adanya gen tertentu (CYP17-34C) dalam sel tubuh
manusia, juga dapat meningkatkan terjadinya akne.7
2. Diet
Faktor makanan, terutama makanan manis, coklat, dan yang
mengandung lemak, diangggap menjadi pemicu kejadian akne.
Terutama makanan dengan glikemik indeks yang tinggi menyebabkan
hiperinsulinemia termasuk meningkatkan insulin-like growth factor 1
yang juga meningkatkan kadar androgen sebagai patogenesis utama
kejadian AV. Akne juga memungkinkan sebagai efek dari tubuh yang
kelaparan dan terlihat pada pasien anoreksia nervosa. 6
3. Iklim dan lingkungan
Di daerah yang memiliki empat musim, biasanya akne bertambah
hebat pada musim dingin, sebaliknya kebanyakan membaik di musim
panas. Sinar ultraviolet mempunyai efek membunuh bakteri pada
permukaan kulit dan dapat mengadakan pengupasan kulit yang
dapat membantu menghilangkan sumbatan saluran pilosebasea.7
4. Pekerjaan
Berhubungan dengan hidrasi duktus stratum korneum yang
mempengaruhi kejadian akne, terutama pada pekerjaan yang
berhubungan dengan uap dan banyak berkeringat.
5. Merokok
Asap rokok mengandung kadar asam arakidonat dan hidrokarbon
aromatik polisiklik yang tinggi sehingga memicu phospolipipasic A2-
dependent inflammatory pathway. Pada perokok juga ditemukan
memiliki asupan lemak saturasi tinggi dan lemak polyunsaturated yang
rendah pada makanannya.6
6. Psikis
Pada beberapa penderita, stress dan gangguan emosi dapat
menyebabkan eksaserbasi akne. Hal ini dapat meningkatkan produksi
sebum, baik secara langsung atau melalui rangsangan terhadap kelenjar
hipofisis.7

C. Epidemiologi
Akne secara primer merupakan penyakit yang diderita pada usia
dewasa muda, dengan 85% remaja dipengaruhi oleh beberapa derajat
keparahan. Akne dimulai saat masa pubertas dengan peningkatan
produksi hormon seks. Ketika akne dimulai pada usia 8-12 tahun,
komedo sebagai karakteristik utamanya mengenai bagian dahi dan pipi.
Akne timbul dengan frekuensi paling sering antara usia 15-18 tahun
pada pria maupun wanita.7 Angka kejadian AV di Indonesia
diperkirakan kurang lebih 15 juta penduduk dengan usia antara 13-40
tahun.

D. Patogenesis
Akne memiliki patogenesis yang multifaktorial, tetapi secara umum
dapat diidentifikasikan ke dalam empat faktor, yaitu (1)
hiperproliferasi epidermis folikular, (2) produksi sebum yang berlebihan,
(3) inflamasi, dan (4) aktivitas Propionibacterium acnes.8
Hiperproliferasi epidermis folikular menyebabkan pembentukan
lesi primer akne, yaitu mikrokomedo yang membuat penyumbatan
folikel.Terjadinya hiperproliferasi epidermis folikular dipengaruhi oleh
penurunan asam linoleat kulit dan adanya peningkatan aktivitas IL-1,
sehingga menyebabkan infundibulum atau folikel rambut bagian atas
menjadi hiperkeratotik dan bertambahnya kohesi keratinosit sehingga
menyumbat muara folikel rambut.Kemudian, folikel rambut berdilatasi
akibat adanya akumulasi keratin, sebum, dan bakteri sehingga membentuk
mikrokomedo yang makin membesar dan ruptur dinding folikel.Respon
tubuh terhadap ini adalah inflamasi. Tipe sel predominan yang berperan
dalam 24 jam pertama rupturnya komedo ini adalah limfosit. Limfosit
CD4+ ditemukan di unit pilosebaseus, sedangkan limfosit CD8+
ditemukan di perivaskuler. Satu hingga dua hari setelah komedo ruptur,
netrofil menjadi sel predominan yang mengelilingi mikrokomedo.8,9

Hormon androgen juga berperan pada folikel keratinosit untuk


menstimulasi hiperproliferasi melalui dihidrotestosteron (DHT) sebagai
poten androgen serta bekerja pada aktivitas sebosit yang berlebih.

Patogenesis yang kedua ialah kelebihan produksi sebum yang berasal


dari kelenjar sebacea.Salah satu komponen sebum, yaitu trigliserida
berperan dalam patogenesis akne.Trigliserida dipecah menjadi asam
lemak bebas oleh P. acnessebagai flora normal unit pilosebacea. Asam
lemak bebas ini mempengaruhi kolonisasi P. acnes, mendorong terjadinya
inflamasi, dan proses komedogenik.

Aktivitas P. acnes juga dapat menyebabkan proses inflamasi. P. acnes


merupakan bakteri gram positif dan anaerob yang ditemukan di folikel
sebasea.Dinding sel P. acnes terdiri dari antigen karbohidrat yang
menstimulasi perkembangan antibodi. Antibodi anti-propionibakterium
menambah respon inflamasi dengan mengaktivasi komplemen yang
menginisiasi pro-inflamasi. Propionibacterium acnes juga menyebabkan
respon inflamasi dengan mengeluarkan respon hipersensitivitas yang
lambat dan dengan memproduksi lipase, protease, hialuronidase, dan
faktor kemotaktis.8

E. Gambaran Klinis dan Derajat Keparahan


Lesi AV biasanya polimorf, berlokasi terutama di wajah (99% kasus),
dan dengan jumlah yang lebih jarang pada bagian dada (15%), punggung
(60%), leher, dan bahu, dengan jumlah dan bentuk lesi bervariasi tetapi
ada bentuk lesi yang dominan yang dipakai untuk menentukan derajat
keparahan. 6

Lesi AV dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu lesi non-


inflamasi dan lesi inflamasi.Lesi non-inflamasi merupakan lesi awal
dan dapat berkembang menjadi komedo tertutup dan terbuka.Lesi
inflamasi berbentuk komedo, baik itu komedo tertutup (whitehead)
yang tampak sebagai papul kecil, meninggi, bewarna pucat, dan
tidak mempunyai lubang; maupun komedo terbuka (blackhead)
yang berupa lesi datar dengan keratin folikular dan lemak kehitaman
di tengahnya. Warna kehitaman pada komedo terbuka
dikarenakan deposit melanin. Selain itu, lesi inflamasi dapat
berkembang dari mikrokomedo atau non- lesi dan berkembang
menjadi lesi superfisial atau lesi dalam. Lesi superfisial dapat
berupa papul atau pustul dengan diameter kurang dari 5 mm,
sedangkan lesi dalam berupa pustul yang dalam dan nodul.6

Untuk menentukan derajat keparahan AV, dapat digunakan metode spot


counting yang didasarkan pada jumlah, bentuk, dan berat ringannya lesi
yang meradang, yaitu dengan klasifikasi Plewig dan Kligman.10

1. Akne komedonal
Grade 1: kurang dari 10 komedo di satu sisi muka
Grade 2: 10-25 komedo di satu sisi muka
Grade 3: 25-50 komedo di satu sisi muka
Grade 4: lebih dari 50 komedo di satu sisi muka
2. Akne papulopustul
Grade 1: kurang dari 10 lesi meradang di satu sisi muka
Grade 2: 10-20 lesi yang meradang di satu sisi muka
Grade 3: 20-30 lesi yang merarang di satu sisi muka
Grade 4: lebih dari 30 lesi yang meradang di satu sisi muka

F. Tatalaksana
Tatalaksana medikamentosa pada Acne vulgaris dapat diberikan spesimen
obat sesuai dengan tingkat keparahannya sebagai berikut
BAB III

METODE

A. Identitas pasien
Menanyakan identitas pasien yang meliputi: nama lengkap, umur atau
tanggal lahid, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, sukubangsa.

B. Anamnesis

1. Keluhan Utama
2. RiwayatPenyakitSekarang
Mendeskripsikan keluhan utama dan gejala yang menyertainya
3. Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat penyakit yang pernah dialami yang berhubungan dengan
penyakit sekarang
 Riwayat imunisasi, tes skrining alergi terhadap obat dan alergen lain,
gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit sekarang
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga untuk mencari kemungkinan adanya
penyakit herediter, familial, atau penyakit infeksi.
5. Riwayat Pribadi
Riwayat pribadi mengenai data data sosial, ekonomi, pendidikan, dan
kebiasaan, termasuk lingkungan tempat tinggal.

C. Pemeriksaan fisik

1. Status Present
Keadaan umum, Kesadaran, Nadi, Respirasi, Suhu, Tekanan darah,
Berat badan , Tinggi badan.

2. Status Generalis
a. Kelainan mukosa kulit / subkutan yang menyeluruh apakah tampak
Pucat, Sianosis, Ikterus, Perdarahan, atau serta Oedem umum.
b. Inspeksi kepala meliputi: bentuk, rambut, kulit, mata (Cekung,
palpebra, pupil isokor, konjungtiva anemis, sklera ikterik), telinga,
hidung, kulit wajah, mulut
c. Inspeksi leher apakah terdapat kelainan seperti pembesaran kelenjar
getah bening, tampak simetris atau tidak, dan apakah ada pembesaran
kelenjar, inspeksi juga thoraks, pulmo, abdomen, dan genitalia eksterna
apakah terdapat kelainan.

D. Diagnosis kerja
Mendiagnosis keluhan yang dialami pasien

E. Penatalaksanaan
Memberikan penanganan terhadap keluhan pasien berupa tatalaksana
medika mentosa maupun non medikamentosa.
BAB IV

HASIL

A. Identitas pasien

Nama : An. M
Jenis Kelamin : laki-laki
Tanggal Lahir : 1/05/2002
Usia : 16 tahun
Agama : Islam
Alamat :Jl. SegalaMider, Tj. Karang Bar., Kota Bandar
Lampung, Lampung

B. Anamnesis

Dilakukansecaraautoanamnesispadatanggal2 September 2018

1. Keluhan Utama
Gatal di dada, lengandanpaha
2. RiwayatPenyakitSekarang
Pasiendatangdengankeluhangatal-gatalpada region thorax anterior dan
posterior, bracialisdan femur. Penderita mengeluh gatal hebat setelah
bangun tidur.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Tidakadariwayatpenyakitdahulu

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak adariwayatpenyakitkeluarga.

5. Riwayat Sosial
Pasienmengatakan 2 orang teman di PantiAsuhanmengalamikeluhan
yang sama.

6. Riwayat Pribadi
Pasienmengakumemakaihandukbersama-samadengantemannya.
Pasien juga jarangmenganti seprai tempat tidur.
Pasienmengatakanbahwadiaseringberkeringattetapitidaksegera di
keringkan.

7. RiwayatImunisasi
imunisasilengkap.

C. Pemeriksaanfisik (2 september 2018 jam 11:00)


1. Status Present
Keadaan umum : tampak sehat

Kesadaran : compos mentis

Nadi :Dalambatas normal

Respirasi : Dalambatas normal

Suhu : Dalambatas normal

Tekanan darah : 100/70

Berat badan :-

Tinggi badan : 162 cm

2. Status Generalis
Kelainanmukosakulit / subkutan yang menyeluruh

 Pucat : tidak
 Sianosis : tidak
 Ikterus : tidak
 Perdarahan : tidak
 Oedem umum : tidak
a. Kepala

 Bentuk :Normal
 Rambut : Normal
 Kulit : Normal
 Mata : Cekung (-/-), palpebra edema (-/-), pupil
isokor, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-)
 Telinga : Daun telinga normal
 Hidung : Deviasi septum (-), sekret minimal,
hiperemis (-/-)
 KulitWajah : Terdapatpapulaukuranmiliardan reticular
dengan
bentukdansusunanbulatteratur yang terdistribusi bilateral
denganbatastidakjelas

 Mulut : Normal

b. Leher : normal
c. Thoraks
Terdapatpapulaukuranmiliardan reticular denga bentuk dan
susunan bulat teratur yang terdistribusi bilateral dengan batas
tidak jelas. Terdapat makula hiperpigmentasi.
d. Pulmo : normal
e. Abdomen : normal
f. Genitalia eksterna : normal
D. Diagnosis kerja
Acne Vulgaris

E. Penatalaksanaan
Edukasi untuk segera di bawa ke klinik terdekat. Tidak menggaruk lesi.
Mengeringkan badan bila berkeringat. Mandi teratur 2 x sehari. Tidak
menggunakan handuk secara bersamaan.
BAB V
PEMBAHASAN

Pasien laki-laki an. Muttaqien umur 16 tahun di Panti Asuhan Ummi May
Bandar Lampung pada tanggal 4 September 2018 ikut serta sebagai peserta dalam
observasi kesehatan kulit yang dilakukan oleh Tutorial 10 Angkatan 2016. Pada
anamnesis didapatkan keluhan utama berupa rasa gatal pada region thoraks
anterior posterior, brachialis, dan femur. Pasien mengeluhkan gatal yang hilang
timbul dan biasanya sering terjadi setelah bangun tidur. Dengan keluhan penyerta
berupa korengan pada tangan, bentol-bentol, dan bercak putih di muka. Pasien
belum pernah berobat sebelumnya dan selama ini hanya diberi obat salep warung.
Pasien menyatakan bahwa setelah diolesi oleh obat warung tersebut keluhan gatal
berkurang, akan tetapi lesi tersebut menimbulkan bekas berwarna kehitaman.
Teman - teman yang tinggal bersamanya juga ada yang mengalami keluhan yang
sama sepertinya. Setelah dianamnesis teman-temannya mengakui memiliki gejala
yang sama dibagian wajah dan kaki. Riwayat pribadi, pasien mengaku memakai
handuk bersama-sama dengan teman-teman sekamarnya. Pasien juga sering kali
tidak mengeringkan tubuh dan wajahnya setelah berkeringat sehabis berolahraga.
Ketika keluhan gatal memberat, pasien menyatakan sering menggaruk papula
tersebut sehingga menimbulkan luka yang disertai dengan keluarnya darah.

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum tampak sehat. Kesadaran


compos mentis. Untuk pemeriksaan tekanan darah didapatkan hasil 100/70 mmHg
dan tinggi badan 162 cm. Pada kulit region facei didapatkan papula ukuran miliar
dan reticular dengan bentuk dan susunan bulat teratur yang terdistribusi bilateral
dengan batas tidak jelas. Mata, mulut, telinga, hidung, dan leher dalam batas
normal. Hasil inspeksi thorax anterior dan posterior menunjukkan adanya
gambaran klinis yang sama dengan di wajah. Hanya saja, keluhan diperberat
dengan ditemukannya banyak macula hiperpigmentasi. Sehingga, menuruthasil
inspeksi dan anamnesis yang kami lakukan, diagnosis kerja kami adalah acne
vulgaris.
Penatalaksanaan yang kami lakukan adalah non-farmakologi, yaitu memberikan
edukasi untuk segera di bawa ke klinik terdekat. Pasien juga dihimbau untuk tidak
menggaruklesi, mengeringkan badan bila berkeringat, mandi teratur 2 x sehari
serta tidak menggunakan handuk secara bersamaan.
BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan anamnesis padakasusini, An. Muttaqien merasakan keluhan gatal


di dada, lengan dan paha. Gatal yang dirasakan makin hebat setelah bangun tidur.
Temuan pada kulitnya yakni berupa papula ukuran miliar dan reticular dengan
bentuk dan susunan bulat teratur yang terdistribusi bilateral dengan batas tidak
jelas. Temuan lesi di kulit tersebut sesuai dengan gejala yang timbul pada
penyakit Acne Vulgaris.

Penyakit Acne Vulgaris merupakan kelainan kulit kronik pada folikel


pilosebasea dengan karakteristik terdapat komedo, papul, pustul, nodul, dan
terkadang bisatimbul jaringan parut. Komedo merupakan lesi primer dari Acne
Vulgaris.

Acne Vulgaris secara primer merupakan penyakit yang diderita pada usia
dewasa muda, dengan 85% remaja dipengaruhi oleh beberapa derajat keparahan.
Acne Vulgaris dimulai saat masa pubertas dengan peningkatan produksi hormone
seks. Ketika akne dimulai pada usia 8-12 tahun, komedo sebagai karakteristik
utamanya mengenai bagian dahidan pipi. Akne timbul dengan frekuensi paling
sering antara usia 15-18 tahun pada pria maupun wanita

Dilihat dari kesehariannya, An. Muttaqien memilki higiene yang kurang baik.
An.Muttaqien mengaku memakai handuk bersama-sama dengan temannya
sertadia sering berkeringat tetapi tidak segera di keringkan.

Pada kasus Acne Vulgaris Terapi topika lmerupakan standar penanganan akne
derajat ringan sampai sedang. Pemilihan bentuk sediaan topikal yang tepat akan
menurunkan efek samping dan meningkatkan kepatuhan pasien serta
memberihasil yang lebih baik.
LAMPIRAN

Melakukan Anamnesis
Melakukan pemeriksaan keadaan umum

Pemeriksaan fisik keluhan masalah kulit


Dokumentasi bersama keluarga Panti Asuhan
DAFTAR PUSTAKA

1. Menaldi, Sri Linuih SW. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi ke-
7. Jakarta: FKUI
2. Siregar, R. S. 2016. Atlas Bewarna Saripati Kulit edisi ke-3. Jakarta: EGC
3. Staf Pengajar Departemen Parasotologi FKUI. Parasitologi Kedokteran
edisi ke-4. Jakarta FKUI
4. Syailindra,Firza dan Hanna Mutiara.april 2016. "Skabies". lampung :
majorty. volume 5, no 2
5. William D. James, etc. Andrew’s Disease of the Skin: Clinical
Dermatology. Elsevier. 2011.
6. Tony Burns and Stephen Breathnach. Rook’s textbook of
Dermatology 8 th edition volume 2. UK: Wiley-Blackwell; 2010.
7. Otto Braun-Falco, etc. Dermatology. Springer Science and Bussiness
Media. 2012
8. Klaus Wolff, etc. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Eight
Edition Volume 2. Mc Graw Hill. 2012.
9. Nikken Rima Oktavia. Efektivitas Beberapa Sabun Pembersih Wajah
Antiakne terhadap Pertumbuhan Bakteri Propionibacterium acnes. UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014.
10. 10. Hari Sukanto dan Sri Poedjiarti. Medicinal Jurnal Kedokteran
Indonesia. Edisi IX Volume 2: Pengobatan Topikal Akne Vulgaris. 2010.

Anda mungkin juga menyukai