Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akne vulgaris


2.1.1 Definisi
Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang
umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran klinis akne
vulgaris sering polimorfi; terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul,
pustul, nodus, dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut, baik
jaringan parut yang hipotrofik maupun yang hipertrofik. (15)

2.1.2 Epidemiologi
Pada survey di kawasan Asia Tenggara terdapat 40-80% kasus Akne vulgaris,
sedangkan menurut catatan studi dermatologi kosmetika Indonesia menunjukan yaitu
60% penderita Akne vulgaris pada tahun 2006, 80% terjadi pada tahun 2007 dan 90%
pada tahun 2009. Prevalensi tertinggi yaitu pada umur 14-17 tahun, dimana pada
wanita berkisar 83-85% dan pada pria yaitu pada umur 16-19 tahun berkisar 95-
100%. (5)
Di Australia, akne ditemukan pada 27,7% dari siswa berusia 10-12 tahun dan
93,3% dari 16-18 tahun. Sebuah penelitian di Peru menunjukkan bahwa prevalensi
akne pada usia 12 tahun dan 17 tahun adalah 16,33% dan 71,23%. (16)

2.1.3 Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab pasti timbulnya AV sampai saat ini belum diketahui secara jelas.
Tetapi sudah pasti disebabkan oleh multifaktorial, baik yang berasal dari luar
(eksogen) maupun dari dalam (endogen). (17)

Hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian akne vulgaris pada remaja usia 16-18 tahun
Belda Amelia
1. Genetik
Akne kemungkinan besar merupakan penyakit genetic dimana pada
penderita terdapat peningkatan respon unit pilosebaseus terhadap kadar
normal androgen dalam darah. Menurut sebuah penelitian, adanya gen tertentu
(CYP17-34C/C homozigot Chinese men) dalam sel tubuh manusia,
meningkatkan terjadinya akne. (18)

Pola penurunannya tidak mengikuti hukum Mendel, tetapi bila kedua


orangtua pernah menderita akne berat pada masa remajanya, anak-anak akan
memiliki kecenderungan serupa pada masa pubertas. (14)

2. Faktor Hormonal
Pada 60-70% wanita lesi akne menjadi lebih aktif kurang lebih satu
minggu sebelum haid oleh karena hormon progesteron. Estrogen dalam kadar
tertentu dapat menekan pertumbuhan akne karena menurunkan kadar
gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis. Hormon gonadotropin
mempunyai efek terhadap efektifitas kelenjar lemak. Produksi sebum tetap
selama siklus menstruasi, akan tetapi kadang progesterone menyebabkan akne
premenstrual. (19)

3. Makanan (diet)
Terdapat makanan tertentu yang memperberat AV. makanan tersebut
antara lain adalah makanan tinggi lemak (gorengan, kacang, susu, keju, dan
sejenisnya), makanan tinggi karbohidrat (makanan manis, coklat, dll),
alkohol, makanan pedas, dan makanan tinggi yodium (garam). Lemak dalam
makanan dapat mempertinggi kadar komposisi sebum. (20)

Hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian akne vulgaris pada remaja usia 16-18 tahun
Belda Amelia
4. Kosmetik
Pemakaian bahan kosmetika secara terus – menerus dalam waktu yang
lama dapat menyebabkan akne apabila mengandung bahan – bahan
komedogenik, seperti bedak dasar (foundation), pelembab (moisturizer), krem
penahan sinar matahari (sunscreen) dan krem malam.(25,26) Bahan – bahan
komedogenik seperti lanolin, petroleum, minyak atsiri dan bahan kimia murni
seperti asam oleic, butyl stearate, lauril alcohol, bahan pewarna (D&C)
biasanya terdapat pada krim-krim wajah. Untuk jenis bedak yang seing
menyebabkan akne adalah bedak padat (compact powder). (21,22)

5. Trauma
Trauma fisik berupa gesekan maupun tekanan dapat merangsang
timbulnya akne vulgaris. Keadaan tersebut dikenal sebagai akne mekanika,
dimana faktor mekanika tersebut dapat berupa gesekan, tekanan, peregangan,
garukan, dan cubitan pada kulit. (23)

6. Kondisi Kulit
Kondisi kulit juga berpengaruh terhadap akne vulgaris. Ada empat
jenis kulit wajah, yaitu :
a. Kulit normal, ciri – cirinya : kulit tampak segar, sehat, bercahaya, berpori
halus, tidak berjerawat, tidak berpigmen, tidak berkomedo, tidak bernoda,
elastisitas baik.
b. Kulit berminyak, ciri – cirinya : mengkilat, tebal, kasar, berpigmen,
berpori besar.
c. Kulit kering, ciri – cirinya: pori – pori tidak terlihat, kencang, keriput,
berpigmen.
d. Kulit kombinasi, ciri – cirinya: dahi, hidung, dagu berminyak, sedangkan
pipi normal/kering atau sebaliknya.

Hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian akne vulgaris pada remaja usia 16-18 tahun
Belda Amelia
e. Jenis kulit berhubungan dengan akne adalah kulit berminyak. Kulit
berminyak dan kotor oleh debu, polusi udara, maupun sel – sel kulit yang
mati yang tidak dilepaskan dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran
kelenjar sebasea dan dapat menimbulkan akne. (20)

7. Faktor psikis
Stres psikis dapat memicu kelenjar sebasea sehingga terjadi
peningkatan produksi sebum, baik secara langsung atau melalui rangsangan
terhadap kelenjar hipofisis.

8. Merokok
Merokok dapat memicu perubahan penting pada mikrosirkulasi kulit,
keratinosit, fibroblas dan pembuluh darah. Merokok dapat menyebabkan
defisiensi antioksidan yang dapat mempengaruhi kandungan dari sebum.
Rokok juga dapat menurunkan kadar vitamin E sehingga menyebabkan
proteksi pada kulit menurun dan memicu timbulnya akne.(5)

9. Pola tidur
Produksi melatonin sangat sensitif terhadap pengaruh cahaya. Paparan
cahaya pada saat malam hari, dalam waktu yang singkat dengan intensitas
cahaya rendah, dapat menyebabkan produksi melatonin berkurang bahkan
sepenuhnya tertekan. Melatonin dapat menghambat produksi androgen
dengan cara menurunkan ekspresi Steroidogenic Acute Regulatory (StAR),
P450 side chain cleavage (P450 scc), 3β-Hydroxysteroid Dehydrogenase (3β-
HSD), dan 17β-Hydroxisteroid Dehydrogenase (17β-HSD) yang merupakan
protein dan enzim steroidogenik yang penting dalam produksi cAMP dan
androgen. Tidur larut malam dapat mengakibatkan timbulnya akne vulgaris
oleh karena meningkatnya aktivitas hormon androgen. (5)
2.1.4 Patogenesis

Hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian akne vulgaris pada remaja usia 16-18 tahun
Belda Amelia
Patogenesis acne adalah multifaktorial, namun telah diidentifikasi empat teori
sebagai etiopatogenesis akne.(17)

1. Meningkatnya produksi sebum


Peningkatan sebum yang meningkat menyebabkan peningkatan unsur
komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadinya lesi akne. Kelenjar
sebasea dibawah kontrol endokrin. Pituitari akan menstimuli adrenal dan
gonad untuk memproduksi estrogen dan androgen yang mempunyai efek
langsung terhadap unit pilosebaseus. Stimulasi hormon androgen
mengakibatkan pembesaran kelenjar sebasea dan peningkatan produksi
sebum pada penderita AV. Hal ini disebabkan oleh peningkatan hormon
androgen atau oleh hiperesponsif kelenjar sebasea terhadap androgen
dalam keadaan normal.(1)
Sebum mengandung beberapa jenis lemak seperti trigliserida.
Propionibacterium acnes mengubah Trigliserida menjadi asam lemak
bebas. Asam lemak bebas ini mendukung kolonisasi dari bakteri
Propionibacterium acnes, mendorong terjadi nya inflamasi dan
komedogenik.(1)

2. Hiperkeratinasi dari duktus pilosebaseus


Terdapat perubahan pola keratinisasi folikel sebasea, sehingga
menyebabkan stratum korneum bagian dalam dari duktus pilosebseus
menjadi lebih tebal dan lebih melekat dan akhirnya akan menimbulkan
sumbatan pada saluran folikuler. Bila aliran sebum ke permukaan kulit
terhalang oleh masa keratin tersebut, maka akan terbentuk mikrokomedo
dimana mikrokomedo ini merupakan suatu proses awal dari pembentukan
lesi akne yang dapat berkembang menjadi lesi non- inflamasi maupun lesi
inflamasi. Proses keratinisasi ini dirangsang oleh androgen, sebum, asam
lemak bebas dan skualen.

Hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian akne vulgaris pada remaja usia 16-18 tahun
Belda Amelia
3. Kolonisasi mikroorganisme di dalam folikel sebaseus
Mikroorganisme sangat berperan penting dalam perkembangan akne.
Dalam hal ini Mikroorganisme yang mungkin berperan adalah
Propionilbacterium acnes, Staphylococcus epidermidis dan Pityrosporum
ovale. Mikroorganisme tersebut berperan pada proses kemotaktik
inflamasi serta pada pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi lipid
sebum.(15) Propionibacterium acnes menghasilkan komponen aktif seperti
lipase, protease, hialuronidase, fosfatase dan smooth muscle contracting
substances yang menyebabkan inflamasi. Lipase berperan dalam
menghidrolisis trigliserida sebum menjadi asam lemak bebas yang
berperan dalam menimbulkan hyperkeratosis, retensi dan pembentukan
mikrokomedo.(1)

4. Adanya proses inflamasi


Faktor kemotaktik dari Propionibacterium acnes menarik leukosit
polimorfonuklear ke dalam lumen komedo. Apabila leukosit
polimorfonuklear memfagosit Propionibacterium acnes dan
mengeluarkan enzim hidrolisis, maka akan terjadi kerusakan dinding
folikuler dan menyebabkan ruptur sehingga isi folikel yaitu lipid dan
komponen keratin masuk ke dalam dermis sehingga mengakibatkan
terjadinya inflamasi. Inflamasi yang terjadi ini bukan disebabkan oleh
bakterinya melainkan mediator biologik aktif dalam folikel yang
dihasilkan Propionibacterium acnes.(1)

2.1.5 Gejala klinis dan diagnosis

10

Hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian akne vulgaris pada remaja usia 16-18 tahun
Belda Amelia
Tempat predileksi akne vulgaris adalah yang banyak mengandung kelenjar
pilosebasea, diantaranya wajah, bahu, dada bagian atas, dan punggung bagian atas.
Lokasi kulit lain, misalnya leher, lengan atas, dan glutea kadang – kadang terkena.
Tempat predileksi akne vulgaris yang paling sering terkena adalah wajah. (5)
Akne dapat berkembang menjadi bentuk yang bervariasi, diantaranya:
1. Papul : lesi inflamasi kecil berupa tonjolan berwarna merah muda.
2. Pustul : papula yang diujungnya terdapat nanah berwarna putih atau
kuping dan dasarnya merah.
3. Nodul : lesi luas, nyeri, lesi solid, tertancap pada kulit
4. Kista :lesi dalam, terasa nyeri, di dalam lesi terisi nanah yang dapat
menimbulkan skar.
Menurut penelitian sebelumnya, diagnosis akne vulgaris dapat ditegakkan
dengan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Keluhan penderita dapat berupa gatal atau
sakit, tetapi pada umumnya keluhan penderita lebih bersifat kosmetik. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan komedo, baik komedo terbuka maupun komedo
(33)
tertutup. Adanya komedo diperlukan untuk menegakkan diagnosis akne vulgaris.
Selain itu, Pada penderita seringkali ditemukan berbagai macam lesi, dengan gejala
predominan salah satunya, mulai dari komedo, papul, pustul, nodul, dan kista pada
(15)
daerah – daerah predileksi yang mempunyai banyak kelenjar lemak. Pemeriksaan
laboratorium bukan merupakan indikasi untuk penderita akne vulgaris, kecuali jika
dicurigai adanya hiperandrogenis. (33)

2.1.6 Klasifikasi dan penilaian klinis akne vulgaris


Klasifikasi ASEAN grading Lehmann yang mengelompokkan akne
menjadi tiga kategori, yaitu sebagai berikut :

11

Hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian akne vulgaris pada remaja usia 16-18 tahun
Belda Amelia
Tabel 2.1 Klasifikasi ASEAN grading Lehmann. (15)

Derajat Komedo Papul / pustul Nodul


Ringan <20 <15 Tidak ada
Sedang 20-100 15-50 <5
Berat >100 >50 >5

Klasifikasi lainnya oleh Plewig dan Kligman, yang mengelompokkan


acne vulgaris 3 kategori(1) :
a. Acne komedonal
a. Grade 1: Kurang dari 10 komedo pada tiap sisi wajah
b. Grade 2 : 10-25 komedo pada tiap sisi wajah
c. Grade 3 : 25-50 komedo pada tiap sisi wajah
d. Grade 4 : Lebih dari 50 komedo pada tiap sisi wajah
b. Acne papulopustul
a. Grade 1 : Kurang dari 10 lesi pada tiap sisi wajah
b. Grade 2 : 10-20 lesi pada tiap sisi wajah
c. Grade 3 : 20-30lesipadatiapsisi wajah
d. Grade 4 : Lebih dari 30 lesi pada tiap sisi wajah
c. Aknekonglobata
Merupakan bentuk akne yang berat, yang biasanya lebih banyak
diderita pada laki – laki. Akne ini tidak ada pembagian tingkat beratnya
penyakit karena merupakan bentuk akne berat. Lesi yang khas terdiri dari
nodulus yang bersambung, yaitu suatu massa besar berbentuk kubah berwarna
merah dan nyeri. Nodul ini mula-mula padat, tetapi kemudian dapat melunak
mengalami fluktuasi dan regresi, dan sering meninggalkan jaringan parut . (1)

12

Hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian akne vulgaris pada remaja usia 16-18 tahun
Belda Amelia
2.1.7 Diagnosis banding
a. Erupsi akneiformis
Disebabkan oleh obat – obat seperti kortikosteroid, INH, barbiturate,
yodida, bromida, difenil, dll. Erupsi akneiformis berupa erosi papulo pustule
mendadak tanpa adanya komedo dihampir seluruh tubuh, dan dapat disertai
demam. (5,14)
b. Akne rosacea
Peradangan kronis kulit di daerah wajah dengan predileksi hidung dan
pipi dengan gambaran klinis eritema, papul, pustul, talengiektasi, nodul, kista,
tanpa komedo. Kadang – kadang disertai hipertrofi kelenjar sebasea.
c. Dermatitis perioral
Dermatitis yang terjadi pada daerah sekitar mulut sekitar mulut yang
lebih sering terjadi pada wanita dengan gambaran klinis polimorfi eritema,
papul, putula, dan di sekitar mulut terasa gatal. (18,27)
d. Akne venenata
Umumnya lesi monomorfik, tidak gatal, bias berupa komedo atau papul,
dengan tempat predileksi di tempat kontak zat kimia atau rangsangan fisiknya.
e. Moluskum kontangiosum
Merupakan penyakit virus, lesi pada daerah seborea menyerupai komedo
tertutup. (28,29)
f. Folikulitis
Peradangan folikel rambut yang disebabkan oleh Staphylococcus sp.
Gejala klinisnya rasa gatal di daerah rambut berupa makula eritem disertai
papul atau pustul yang ditembus oleh rambut. (30)

13

Hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian akne vulgaris pada remaja usia 16-18 tahun
Belda Amelia
2.2 Indeks Massa Tubuh (IMT)
2.2.1 Definisi indeks massa tubuh
Indeks massa tubuh dihitung sebagai berat badan dalam kilogram (kg) dibagi
tinggi badan dalam meter dikuadratkan (m2) dan tidak terikat jenis kelamin. IMT
secara signifikan berhubungan dengan kadar lemak tubuh total sehingga dapat dengan
mudah mewakili kadar lemak tubuh. (32)

2.2.2 Cara pengukuran indeks massa tubuh


Untuk mengetahui nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index
(BMI) dapat dihitung dengan rumus berikut: (7)

IMT = Berat badan (kg)


Tinggi badan (m2)

2.2.3 Klasifikasi indeks massa tubuh


IMT telah digunakan oleh World Health Organization (WHO) sebagai standar
untuk mencatat statistik obesitas sejak awal 1980-an. (7)

Tabel 2.2 Klasifikasi IMT berdasarkan WHO (7)

IMT (kg/m2) Klasifikasi


<18,5 Berat badan kurang
18,5-24,9 Normal
>25 Berat badan lebih
25,0-29,9 Pra obes
30.0-34.9 Obesitas I
35.0-39.9 Obesitas II
>40.0 Obesitas III

14

Hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian akne vulgaris pada remaja usia 16-18 tahun
Belda Amelia
Wilayah Asia Pasifik mengusulkan kriteria dan klasifikasi obesitas sendiri
dikarenakan meta-analisis kelompok etnik yang berbeda. Berhubungan dengan
konstentrai lemak tubuh, usia dan gender yang sama, menunjukkan etnik Amerika
berkulit hitam memiliki indeks massa tubuh lebih tinggi 1,3 kg/m2 dan etnik
Polinesia memiliki indeks massa tubuh lebih tinggi 4,5 kg/m2 dibandingkan etnik
Kaukasia. Pada bangsa Indonesia nilai indeks massa tubuh adalah 2,9 kg/m2 lebih
rendah dibandingkan denga etnik Kaukasia. Hal tersebut memperlihatkan adanya
nilai cutoff indeks massa tubuh untuk obesitas yang spesifik untuk populasi
tertentu.(31)Tabel 2.3 Klasifikasi indeks massa tubuh menurut wilayah Asia Pasifik (31)

Klasifikasi IMT
Berat badan kurang <18,5
Kisaran normal 18,5-22,9
Berat badan lebih ≥ 23
Berisiko 23,0-24,9
Obes I 25,0-29,9
Obes II ≥ 30

2.2.4 Definisi kelebihan berat badan/ Obesitas


Obesitas merupakan kondisi patologis yang didefinisikan sebagai
peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan skeletal dan fisik sebagai
akibat akumulasi lemak berlebihan di jaringan adipose sehingga dapat
mengganggu kesehatan. Selain itu, Obesitas didefinisikan sebagai suatu
refleksi ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran energi. (6)
Definisi obesitas bervariasi, namun definisi yang diterima luas adalah
kriteria Body mass Index (BMI)/Indeks massa tubuh (IMT) oleh WHO. Orang
dikatakan obese bila IMT ≥ 30 kg/m2. Obesitas dibagi menjadi tiga kelas

15

Hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian akne vulgaris pada remaja usia 16-18 tahun
Belda Amelia
2
yaitu kelas dengan kriteria kelas 1 (30.0 – 34.9 kg/m ), kelas 2 (35.0 – 39.9
kg/m2), dan kelas 3 (≥ 40 kg/m2).(7)

2.3 Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Akne vulgaris
Obesitas berhubungan dengan hiperandrogenisme perifer yang memicu
peningkatan produksi sebum. Pada sebuah penelitian, nilai IMT yang tinggi pada
overweight dan obesitas ditemukan berhubungan dengan sindrom polikistik
ovarium dan hiperandrogenisme yang bermanifestasi klinik sebagai akne,
hirsutisme dan menstruasi yang tidak teratur. (12) Remaja perempuan dengan
siklus menstruasi yang tidak teratur biasanya terdapat hiperandrogenisme.
Hiperadrogenisme dapat menimbulkan berbagai kecemasan, pertumbuhan
rambut yang berlebihan dan juga pertumbuhan jerawat. Remaja perempuan
dengan hiperandrogenisme memiliki kadar serum trigliserida, LDL-C dan HDL-
C yang tinggi dan signifikan dengan obesitas. (12)
Pada wanita yang mengalami obesitas terjadi peningkatan yang bermakna
dari aktivitas 11b-hidroksisteroid dehydrogenase. Enzim ini memetabolisme
kortisol menjadi kortison dan mengakibatkan peningkatan clearance kortisol,
menurunkan feedback negative dari sekresi adrenocorticotropic hormone
(12)
(ACTH) dan secara sekunder meningkatkan sekresi androgen adrenal.
Androgen berperan sebagai stimulan utama dari kelenjar sebasea untuk
memproduksi sebum. Hormon androgen yang berlebihan akan berikatan dengan
reseptor androgen yaitu testosteron dan dihidrotestosteron. Adanya peningkatan
kadar androgen menyebabkan stimulasi produksi sebum yang berakibat
proliferasi yang berlebihan dari Propionibacterium acne yang mengkonversi
beberapa trigliserida menjadi asam lemak bebas di permukaan kulit dan dapat
berakhir menjadi suatu inflamasi. (12)
Pada penelitian sebelumnya, diketahui overweight maupun obesitas
memiliki korelasi positif terhadap kadar insulin. Hiperinsulinemia akan

16

Hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian akne vulgaris pada remaja usia 16-18 tahun
Belda Amelia
meningkatkan kadar IGF-1 yang merangsang terjadinya akne lewat peningkatan
proses keratinisasi pada folikel polisebaseus dan stimulasi produksi hormone
androgen yang mengakibatkan peningkatan produksi sebum. Selain itu,
peningkatan insulin dan IGF-1 juga diketahui akan menghambat hati untuk
mensintesis sex hormone binding protein (SHBG) sehingga bioavaibilitas
(10)(13)
androgen terhadap jaringan akan meningkat drastis.
Beberapa penelitian tentang akne vulgaris berkaitan dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT) telah dilakukan. Menurut penelitian di Taiwan, rata – rata
IMT pada anak – anak yang tidak akne (18,2 ± 3,4) secara signifikan lebih
rendah daripada subjek akne (19,5 ± 3,7), tanpa perbedaan jenis kelamin.
Prevalensi penderita akne pada anak-anak berumur 6 - 11 tahun dengan IMT <
18,5 cenderung rendah, terutama lesi inflamatori. Sedangkan prevalensi
penderita akne pada anak-anak berumur 6 - 11 tahun dengan IMT menurut umur
≥ 95 % secara signifikan cenderung tinggi. IMT dengan kategori obesitas
merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian akne pada anak
sekolah. (9)
Penelitian di Australia menunjukkan bahwa IMT pada laki-laki berumur
18-25 menunjukkan korelasi yang signifikan dengan terjadinya AV, tetapi tidak
(10)
berlaku untuk subjek berumur <18 tahun. Akan tetapi berdasarkan penelitian
di Italia, AV tidak berkorelasi positif dengan IMT.(11) Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Abulnaja pada tahun 2009 di Saudi Arabia, IMT dari
perempuan obesitas dengan atau tanpa AV secara signifikan lebih tinggi
(12)
daripada non-obesitas dengan atau tanpa AV. Jumlah lesi jerawat pada laki-
(10)
laki usia 18-25 tahun menunjukkan hubungan yang cukup erat dengan IMT.

17

Hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian akne vulgaris pada remaja usia 16-18 tahun
Belda Amelia
2.4 Ringkasan pustaka

Tabel 2.4 Ringkasan pustaka

Peneliti Lokasi Studi Subjek studi Variabel Waktu Ha


penelitian desain studi
yang diteliti
Albunaja. K.O King Case 60 remaja perempuan Hubungan 4 bulan Ter
(12)
Abdulaziz contro berusia 16 – 22 tahun dan antara profil sig
University l dibagi menjadi 4 lemak dan (BM
(Jeddah, kelompok, yaitu : tingkat vul
Saudi testosteron, pen
-mengalami obesitas
Arabia, insulin, leptin tes
dengan jerawat
February- dan interleukin lev
May 2007) (1-β, IL-β) dan pad
- mengalami obesitas
kejadian akne ata
tanpa jerawat
vulgaris pada dib
- non-obese dengan remaja obe
jerawat perempuan yang akn
mengalami
- non-obese tanpa jerawat
obesitas.

Hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian akne vulgaris pada remaja usia 16-18 tahun
Belda Amelia
Peneliti Lokasi Studi Subjek studi Variabel yang Waktu Ha
Penelitian desain diteliti studi
Min-Chien Chang Gung Cross 3,274 anak usia 6-11 Hubungan 1 bulan Pre
Tsai, University Sectio tahun laki – laki dan antara obesitas pad
WenChieh (Taoyuon, nal perempuan yang dengan - 1
Chen, Yu- Taiwan, bertempat tinggal di prevalensi dan 18,
Wen Cheng, Magong Township. bentuk akne teru
Mei – Juni
Cheng-Yu pada usia anak Sed
2006)
Wang, Guan- sekolah. pen
Yu Chen, ana
Tzung-Jen den
Hsu. (9) ≥ 9
cen
den
me
yan
kej
sek

Hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian akne vulgaris pada remaja usia 16-18 tahun
Belda Amelia
Peneliti Lokasi Studi Subjek studi Variabel yang Waktu Ha
penelitian desain diteliti studi

Robyn N MRIT Paralel 43 orang laki – laki A low-glycemic- 1 tahun IM


Smith, Neil J University pasien akne yang load diet ber
Mann, Anna (Melbourne, berumur 15-25 tahun. improves enu
Braue, Henna Australia symptoms in sig
Mäkeläinen, 2003-2004) acne vulgaris terj
and George A. patients: a ber
Varigos. (10) randomized ber
controlled trial.

Hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian akne vulgaris pada remaja usia 16-18 tahun
Belda Amelia
2.5 Kerangka teori

Indeks Masa Indeks

Underweight

Normal

Overweight

Kenaikan produksi
sebum di wajah
Obesitas

Peningkatan unsur
komedogenik dan
inflamatogenik di wajah

Akne vulgaris

Gambar 2.1 Kerangka teori

21

Hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian akne vulgaris pada remaja usia 16-18 tahun
Belda Amelia

Anda mungkin juga menyukai