Anda di halaman 1dari 11

Journal Reading

Acceptability and Efficacy of an Emollient Containing Ceramide-


Precursor Lipids and Moisturizing Factors for Atopic Dermatitis in
Pediatric Patients

DISUSUN OLEH:
Adec iriani cheristine hasibuan
1102014002

PEMBIMBING:

dr. Hapsari Triandriyani, Sp.KK


dr. Christilla Citra Aryani, Sp.KK
dr.Gayanti Germania, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


PERIODE 24 JUNI– 27 JULI 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN YARSI – RSUD PASAR REBO
JAKARTA
Acceptability and Efficacy of an Emollient Containing Ceramide-Precursor Lipids and
Moisturizing Factors for Atopic Dermatitis in Pediatric Patients

akseptibilitas dan Khasiat dari Lipid Prekursor Seramide yang Mengandung Emolien
dan Faktor Pelembab untuk Dermatitis Atopik pada Pasien Anak

Abstrak

Latar belakang : Eksim atau dermatitis atopik dikaitkan dengan atopi dan ditandai dengan
berkurangnya hidrasi kulit dan gangguan kulit pada epidermis. Jurnal ini meneliti
akseptabilitas dan khasiat dari emolien yang mengandung lipid prekursor seramide dan factor
pelembab (LMF) pada dermatitis atopik.

Metode : Pasien AD berturut-turut direkrut. Usap dan kultur diperoleh dari fossa antecubital
kanan dan daerah eksim yang paling parah, keparahan penyakit di nilai berdasarkan SCORAD
Indeks atau SCORing Atopic Dermatitis indeks, hidrasi kulit, dan transepidermal water loss
(TEWL) lalu diukur sebelum dan sesudah Penggunaan pelembab LMF selama 2 minggu.
Penilaian lalu di buat berdasarkan 'sangat baik', 'baik', 'cukup', atau 'buruk'.

Hasil : Dua puluh empat pasien AD rata-rata usia 13,8 tahun direkrut. Dua pertiga dari pasien
melaporkan akseptibilitas pelembab LMF adalah sangat baik atau baik, sedangkan
sepertiganya melaporkan akseptibilitas yang cukup atau buruk. Tidak ada perbedaan antar
kelompok dalam parameter klinis perbedaan usia, skor SCORAD , skor pruritus, skor
gangguan tidur, hidrasi kulit, TEWL, penggunaan kortikosteroid topikal, penggunaan
antihistamin oral, atau penggunaan emollient sebelumnya . Namun, pasien dalam kelompok
akseptibilitas cukup / buruk lebih mungkin untuk memiliki kolonisasi Staphylococcus aureus
terutama pada perempuan (odds rasio 13, confidence interval 95% 1,7-99,4; p = 0,021). Setelah
menggunakan pelembab LMF, skor SCORAD , skor pruritus, dan skor gangguan tidur lebih
rendah pada kelompok akseptibilitas sangat baik / baik dibandingkan pada kelompok
akseptibilitas cukup/ buruk. Skor SCORAD rata-rata meningkat (dari 31,5 menjadi 25,7; p =
0,039) dan hidrasi kulit meningkat [dari 30,7 arbitrary unit (a.u.) menjadi 36,0 a.u.; p = 0,021]
pada kelompok akseptibilitas sangat baik / baik.

Kesimpulan : Pelembab LMF dianggap dapat diterima oleh dua pertiga dari pasien dermatitis
atopic . pasien yang menggunakan pelembab cenderung lebih sedikit terkena S. aureus, dan
mereka memiliki eksim yang lebih ringan, pruritus lebih sedikit, dan lebih sedikit gangguan
tidur dibandingkan pasien yang tidak memakai pelembab.. jenis kelamin dan S. aureus dapat
berpengaruh terhadap akseptibilitas dan khasiat pelembab LMF.
Pengantar

Eksim atau dermatitis atopik (DA) adalah dermatosis kronis yang berhubungan dengan
atopi dan ditandai dengan berkurangnya hidrasi kulit, gangguan integritas kulit trans-
epidermal water loss (TEWL), dan kualitas hidup yang buruk sebagai akibat dari kekurangan
ceramides di epidermis . penggunaan pelembab secara teratur adalah kunci untuk manajemen
dermatitis atopik. Terapi pelembab untuk dermatitis atopik secara signifikan dipersulit oleh
keragaman manifestasi penyakit dan oleh berbagai abnormalitas kompleks imun. Filaggrin
(filament-aggregating protein ) memiliki fungsi penting dalam diferensiasi epidermal dan
fungsi sawar kulit, dan mutasi gen filaggrin (FLG) adalah faktor risiko utama pada dermatitis
atopic. Kemajuan terbaru tentang proses patofisiologis DA telah mendorong produksi
pelembab baru dan produk kulit topikal yang mengandung ceramide, pseudoceramides, atau
faktor pelembab alami yang ditargetkan untuk memperbaiki jumlah ceramide yang berkurang
dan faktor pelembab alami dalam stratum corneum . Namun, banyak produk proporsional yang
mengklaim mengandung bahan-bahan ini sebenarnya tidak memiliki atau hanya memiliki studi
terbatas mengenai khasiat klinis pruduknya . Selain itu, terlepas dari bahan, preferensi pasien
dan akseptibilitas dapat mempengaruhi hasil pengobatan topikal . Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menyelidiki penerimaan pasien terhadap produk yang mengandung ceramide-
precursor lipid dan faktor pelembab (LMF), dan untuk mengevaluasi khasiat dalam
meningkatkan sifat klinis dan biofisiologis kulit pasien DA.

Metode

Pasien dengan DA direkrut dari klinik spesialis anak di rumah sakit pendidikan.
Dermatitis atopik didiagnosis berdasarkan kriteria UK Working Party . Hidrasi kulit, TEWL
pada lengan kanan (2 cm di bawah fleksi antecubital), dan tingkat keparahan penyakit sesuai
dengan Indeks Dermatitis Atopik Scoring diukur. Sebelumnya telah di jelaskan metode untuk
menstandarkan pengukuran hidrasi kulit dan TEWL . Setelah aklimatisasi di ruang konsultasi,
pasien duduk dengan nyaman di kursi selama 20 hingga 30 menit, hidrasi kulit [dalam arbitrary
unit (au)] dan TEWL (g / m2 / h) diukur dengan Mobile Skin Center dilengkapi MSC 100
dengan Corneometer CM 825 dan probe Tewmeter TM 210 (Courage & Khazaka Electronic
GmbH, Cologne, Jerman), sesuai dengan instruksi pabrikan. Kami mendokumentasikan bahwa
daerah 2 cm distal ke fleksa antekubital kanan optimal untuk standarisasi. Daerah yang
mengalir dan terinfeksi dihindari dengan menggerakkan probe sedikit ke samping. Tingkat
keparahan klinis DA dinilai dengan Indeks SCORAD.
Pasien diberi pelembab LMF (Lotion Cetaphil RESTORADERM; Galderma Canada
Inc., Thornhill, ON, Canada) dan moisturaizing wash (Cetaphil RESTORADERM Wash;
Galderma Canada Inc.). Pelembab mengandung air murni, gliserin, kaprilat / trigliserida kapri,
minyak biji Helianthus annuus, pentylene glycol, Butyro-spermum parkii (shea butter),
sorbitol, cyclopentasiloxane, cetearyl alcohol, glyceryl stearate, toc- opheryl acetate,
hydroxypalmitoyl sphinganine (0,01% b / b), cetyl alcohol, arginine (0,50% b / b), disodium
etilena dicocamide polietilen glikol (PEG) -15 disul-fate, glyceryl stearate citrate, niacinamide,
sodium pyrrolate carbox (PCA) [0,50% b / b], ceteareth-20, natrium polyacrylate, caprylyl
glikol, allantoin, asam sitrat, panthenol, dimethiconol, disodium ethylenediaminete-asam
trasetat (EDTA), dan natrium hyaluronate. Hydroxy- palmitoyl sphinganine adalah prekursor
ceramide. Arginine dan sodium PCA adalah faktor pelembab alami. Arginin bertindak sebagai
substrat tidak hanya untuk arginase tetapi juga untuk nitrat oksida sintase. Moisturizing wash
mengandung air murni, B. parkii, natrium trideceth sulfate, gliserin, minyak biji H. annuus,
natrium klorida, natrium lauramphoacetate, cocamide monoethanol-amine (MEA), asam sitrat,
niasinamida, natrium PCA (0,50% b / b ), tocopheryl acetate, 1,2-hexanediol dan caprylyl
glycol, disodium EDTA, guar hydroxypropyltrimonium chloride, allantoin, potassium sorbate,
arginine (0,10% b / b), dan methylisothiazolinone.
Pasien di instruksikan untuk tidak menggunakan pengobatan topikal lain kecuali
untuk kortikosteroid biasa atas dasar yang diperlukan. Mereka didorong untuk menggunakan
pelembab LMF setidaknya dua kali sehari pada fleksura dan daerah dengan eksim. Jika efek
emolien tidak memuaskan, mereka dapat menggunakan emolien dan obat-obatan yang biasa
mereka gunakan, tetapi frekuensi penggunaan tersebut harus dilaporkan, dan mereka harus
terus menggunakan pelembab LMF. Para pasien ditinjau pada akhir 2 minggu. Pengukuran
skor SCORAD, Indeks Kualitas Kehidupan Dermatologi Anak-anak (CDLQI), hidrasi kulit,
dan TEWL diulang. GAT yang diterima secara global atau umum dari pasien dicatat sebagai
'sangat baik', 'baik', 'cukup', atau 'buruk' . Persetujuan etis untuk penelitian ini diperoleh dari
Komite Etika Penelitian Klinis Universitas Cina Hong Kong, dan persetujuan tertulis diperoleh
dari setiap pasien dan wali.
Data kontinu dinyatakan sebagai mean dan standar deviasi (SD). Uji Mann-Whitney U
untuk perbandingan antar kelompok dan uji McNemar untuk perbandingan dalam kelompok
dengan menggunakan sejumlah kecil subjek. Data kategorikal disajikan sebagai jumlah. Tes
v2 atau uji eksak Fisher, jika perlu, digunakan untuk membandingkan data kategorikal. Nilai j
ditentukan untuk produk eksklusif yang sebelumnya digunakan dan untuk pelembab dan
moisturizing wash LMF. Semua perbandingan dua sisi, dan nilai p values ≤ 0.05 dianggap
signifikan secara statistik.

Hasil
Antara Desember 2011 dan Juni 2012, 24 pasien [63% pria; usia rata-rata 13,8 (SD
5,7) tahun] dengan DA direkrut dan diobati dengan aplikasi pelembab LMF dan moisturizer
wash . Kepatuhannya baik, dan pasien umumnya berhasil menggunakan pelembab setiap hari.
Dua pertiga melaporkan akseptibilitas pelembab LMF yang sangat baik atau baik, sedangkan
sepertiga melaporkan akseptibilitas yang cukup atau buruk (Tabel 1, 2; persentase pria masing-
masing adalah 81% dan 25%; p = 0,021).

Tidak ada perbedaan antar kelompok dalam parameter klinis berdasarkan usia, skor
SCORAD , skor pruritus, skor gangguan tidur, hidrasi kulit, TEWL, penggunaan kortikosteroid
topikal, penggunaan antihistamin oral, atau penggunaan emolien eksklusif yang sebelumnya
digunakan. Namun, pasien dalam kelompok akseptibilitas yang cukup/ buruk lebih mungkin
untuk memiliki kolonisasi Staphylococcus aureus dan juga perempuan (rasio odds 13, interval
confidence 95% 1,7-99,4; p = 0,021). Setelah menggunakan pelembab LMF, skor SCORAD ,
skor pruritus, dan skor gangguan tidur lebih rendah pada kelompok akseptibilitas yang sangat
baik / baik dibandingkan pada kelompok akseptibilitas yang cukup/ buruk. Skor SCORAD
rata-rata meningkat (dari 31,5 g / m2 / jam menjadi 25,7 g / m2 / jam; p = 0,039) dan hidrasi
kulit meningkat (dari 30,7 au menjadi 36,0 au; p = 0,021) pada kelompok akseptibilitas yang
sangat baik / baik .
Saat data dianalisis untuk kredibilitasnya, nilai j adalah 0,338 (cukup) untuk
penggunaan body wash dan 0,118 (buruk) untuk penggunaan emolien sebelum dan sesudah uji
coba. Hasilnya tidak signifikansi . Pasien yang lebih menyukai pelembab LMF mungkin atau
tidak mungkin berasal dari kelompok akseptibilitas yang cukup/ buruk dari emolien atau body
wash sebelumnya . Produk yang sebelumnya digunakan termasuk pengemulsi salep, QVTM,
Johnson dan Johnson, Sebamed, dan berbagai produk eksklusif lainnya.
Diskusi
Dermatitis atopic adalah dermatosis kronis yang kambuh yang ditandai dengan
pruritus, eritema, vesikulasi, papulasi, eksudasi, eksoriasi, pengerasan kulit, scaling, dan
kadang-kadang lichenifikasi . komplikasi yang paling sering adalah Infeksi bakteri sekunder,
paling umum dengan S. aureus, Dalam hipotesis brick- and-mortar, stratum korneum (lapisan
terluar epidermis) biasanya terdiri dari corneocytes yang sepenuhnya berbeda dikelilingi oleh
matriks kaya lipid yang mengandung kolesterol, asam lemak bebas, dan ceramide. Pada DA,
metabolisme lipid tidak normal, menyebabkan defisiensi ceramide dan faktor pelembab alami,
dan gangguan fungsi sawar epidermis, yang mengarah pada peningkatan TEWL Telah
ditunjukkan bahwa mutasi pada gen FLG yang menjadi predisposisi untuk DA . Protein ada
pada lapisan granular epidermis. Butiran keratohyalin pada lapisan granular sebagian besar
terdiri dari profilaggrin . Filaggrin mengumpulkan sistem sitoskeleton keratin untuk
membentuk matriks protein-lipid yang padat, yang dihubungkan silang oleh transglutminase
untuk membentuk amplop sel cornified. Yang dapat mencegah hilangnya air dari epidermis
dan menghambat masuknya alergen, agen infeksi, dan bahan kimia.
Kunci penatalaksanaan DA dan kondisi kulit kering, terutama di antara episode flare
up, adalah seringnya menggunakan pelembab yang tepat .Hidrasi kulit membantu mengurangi
kekeringan, mengurangi pruritus, dan mengembalikan fungsi sawar kulit yang terganggu.
Mandi tanpa menggunakan pelembab dapat mengganggu hidrasi kulit . Oleh karena itu,
penggunaan emolien sangat penting dalam pencegahan dan pengelolaan DA.
Banyak produk emolien mengklaim untuk mengganti bahan-bahan ceramide, tetapi
sedikit yang telah diuji. Studi percontohan ini mengeksplorasi akseptibilitas pelembab yang
mengandung lipid dan faktor pelembab alami, dan mengevaluasi efektifitasnya pada DA. Kami
menunjukkan bahwa pelembab LMF dianggap dapat diterima oleh dua pertiga pasien dengan
DA. pasien yang menggunakan pelembab cenderung lebih sedikit terkena S. aureus, dan
mereka memiliki eksim yang lebih ringan, pruritus lebih sedikit, dan lebih sedikit gangguan
tidur dibandingkan pasien yang tidak memakai pelembab. jenis kelamin dan S. aureus dapat
berpengaruh terhadap akseptibilitas dan khasiat pelembab LMF. DA adalah penyakit atopik
multifaktorial yang kompleks, dan monoterapi yang hanya ditujukan pada penggantian
ceramide, pseudoceramides, atau produk degradasi filaggrin pada epidermis seringkali
suboptimal. Secara khusus, kolonisasi dengan S. aureus harus dirawat secara memadai sebelum
pengobatan emolien dapat dioptimalkan.
Terlepas dari klaim tentang khasiatnya, sedikit bukti yang telah menunjukkan
manfaat jangka pendek atau jangka panjang dari banyak produk. Beberapa ceramide dan
pseudoceramides telah dipelajari dan ditambahkan ke pelembab komersial untuk meniru faktor
pelembab kulit alami, dan untuk mempengaruhi TEWL dan ekspresi peptida antimikroba pada
pasien dengan DA. Chamlin et al. menilai efektifitas emolien lipid berbasis fisiologis yang
dominan ceramide, ketika digantikan dengan pelembab yang saat ini digunakan, pada 24 anak-
anak yang juga menerima terapi standar untuk ‘DA yang berat hingga kekambuhan’. Semua
subjek melanjutkan terapi mereka sebelumnya (mis., Tacrolimus topikal atau kortikosteroid),
hanya mengganti emolien pelembab sebelumnya. Skor SCORAD tindak lanjut meningkat
secara signifikan pada 22 dari 24 pasien pada 3 minggu, dengan peningkatan progresif lebih
lanjut pada semua pasien antara 6 dan 20 atau 21 minggu. TEWL, yang meningkat pada area
yang terlibat dan tidak terlibat pada awal studi, menurun seiring dengan skor SCORAD dan
terus menurun bahkan setelah skor SCORAD meningkat. Integritas dan hidrasi stratum
korneum juga meningkat secara signifikan selama terapi. Ultrastruktur stratum korneum
setelah perawatan dengan emolien dominan-ceramide mengungkapkan membran lamelar
ekstraseluler, yang sebagian besar tidak ada dalam sampel stratum korneum dasar. Para penulis
menyimpulkan bahwa emolien dominan ceramide tambahan aman dan berguna untuk
pengobatan DA masa kanak-kanak.
EpiCeram terdiri dari kombinasi spesifik ceramide, kolesterol, dan asam lemak
(dalam perbandingan 3: 1: 1), yang meniru yang ditemukan secara alami di kulit. Studi terbaru
menunjukkan bahwa EpiCeram memiliki kemanjuran yang serupa dengan kortikosteroid
topikal potensi menengah tetapi memiliki profil keamanan yang lebih baik. Namun, studi
tersebut tidak melaporkan pengukuran objektif untuk menunjukkan khasiat pengobatan.
Hon et al. mempelajari hidrasi kulit dan TEWL pada lengan bawah dan menentukan
skor SCORAD, Nottingham Eczema Severity Score (NESS), CDLQI, dan jumlah emolien dan
pembersih yang digunakan selama periode 2 minggu pada pasien baru yang terkoneksi yang
terlihat di pediatrik. klinik kulit. Pasien dengan DA memiliki TEWL yang lebih besar secara
signifikan dan lebih sedikit hidrasi kulit di lokasi penelitian. Meskipun kekeringan kulit dan
hidrasi kulit membaik, tidak ada peningkatan yang signifikan dalam skor SCORAD atau
TEWL setelah 2 minggu. Dalam hal GAT, tiga perempat pasien dengan DA dan kontrol
menilai kombinasi krim dan pembersih baik atau sangat baik. Para penulis menyimpulkan
bahwa penggunaan bebas emolien dan pembersih mandi saja tampaknya tidak mengubah
keparahan penyakit atau TEWL dalam waktu 2 minggu, menyiratkan bahwa perawatan
tambahan diperlukan untuk mengelola DA.
Dalam penelitian lain, Hon et al. merekrut 33 pasien DA untuk mempelajari efek
klinis dan biofisiologis dari penggunaan krim pseudoceramide dua kali sehari. Empat minggu
setelah pasien mulai menggunakan krim pseudoceramide, hidrasi kulit mereka telah meningkat
secara signifikan. Tidak ada penurunan TEWL, keparahan eksim, atau kualitas hidup pada
pasien ini. Krim pseudo-ceramide meningkatkan hidrasi kulit tetapi tidak keparahan atau
kualitas hidup eksim selama 4 minggu penggunaan .
Sejumlah persiapan topikal tersedia di pasar. Bahan-bahan aktual dari sebagian besar produk
ini adalah rahasia komersial dari masing-masing perusahaan farmasi. Namun, bahan aktif
diidentifikasi pada kemasan. Jenis pelembab atau emolien harus disesuaikan dengan kondisi
kulit individu serta kebutuhan dan preferensi anak.
Dalam hal GAT, penelitian ini menunjukkan bahwa hanya dua pertiga dari pasien
DA menganggap akseptibilitas produk sangat baik atau baik, dan sepertiga menganggap
penerimaannya cukup atau buruk. Tampaknya pasien yang menggunakan pelembab LMF lebih
kecil kemungkinannya perempuan, terkena S. aureus, dan telah menggunakan antihistamin
sebelum beralih ke pelembab, dan mereka memiliki eksim yang lebih parah dan lebih sedikit
gangguan tidur. Kolonisasi jenis kelamin dan S. aureus telah mempengaruhi penerimaan pasien
dan khasiat klinis pelembab.Rendahnya akseptibilitas produk ini mencerminkan fakta bahwa
tidak ada konsistensi pengguna dalam hal preferensi, akseptibilitas, dan pilihan emolien.
Hambatan utama terhadap khasiat pelembab adalah persepsi pasien tentang seperti apa
pelembab yang ideal seharusnya. Persepsi ini bervariasi setiap orang. Karena itu, dokter yang
merawat pasien dengan DA harus mendidik dan membimbing orang tua dan pasien untuk
memilih formulasi yang paling dapat diterima untuk memastikan kepatuhan yang optimal. Pada
akhirnya, emolien 'ideal' adalah pilihan individual yang akan diterima dan digunakan pasien.
Studi percontohan ini memberikan wawasan untuk penelitian lebih lanjut tentang
emolien yang mengandung ceramide. Pertama, penerimaan pasien terhadap kekuatan, jenis,
dan formulasi ceramide dan produk terkait perlu dipelajari dalam uji coba terkontrol secara
acak dari setiap produk baru. Kedua, studi efikasi secara holistik berfokus pada semua
parameter klinis (yaitu skor keparahan, indeks kualitas hidup, hidrasi kulit, kolonisasi TEWL,
S. aureus, dan penerimaan pasien) harus dilakukan. Ketiga, karena DA bukan penyakit kulit
epidermal yang sederhana, tetapi lebih merupakan penyakit atopik yang kompleks,
penggunaan emolien saja pasti akan kurang efektif. Dalam penelitian saat ini, terbukti bahwa
kolonisasi S. aureus lazim terutama pada pasien dengan penyakit sedang hingga berat, sehingga
uji coba terkontrol acak di masa depan harus mencakup periode berjalan untuk memberantas
kolonisasi tersebut untuk mengevaluasi jaringan. efek karena emolien.

Kesimpulan
Penggabungan bahan yang mengandung ceramides, pseudoceramides, dan faktor
pelembab alami ke dalam pelembab terapeutik menargetkan patofisiologi DA. Uji coba yang
dirancang dengan baik, skala besar, acak, dan terkontrol plasebo diperlukan untuk
mendokumentasikan efek terapeutik pada tingkat keparahan penyakit, parameter biofisik
dermatologis, kualitas hidup, dan penerimaan pasien. Penerimaan pasien terhadap produk
tertentu sangat penting untuk kepatuhan dan hasil klinis.
Daftar pustaka

1. Leung AK, Hon KL, Robson WL. Atopic dermatitis. Adv Pediatr. 2007;54:241–73.
2. Sandilands A, Terron-Kwiatkowski A, Hull PR, O’Regan GM, Clayton TH, Watson
RM, et al. Comprehensive analysis of the gene encoding filaggrin uncovers prevalent
and rare mutations in ich- thyosis vulgaris and atopic eczema. Nat Genet.
2007;39(5):650–4.
3. Sandilands A, Smith FJ, Irvine AD, McLean WH. Filaggrin’s fuller figure: a glimpse
into the genetic architecture of atopic dermatitis. J Invest Dermatol. 2007;127:1282–4.
4. Enomoto H, Hirata K, Otsuka K, Kawai T, Takahashi T, Hirota T, et al. Filaggrin null
mutations are associated with atopic derma- titis and elevated levels of IgE in the
Japanese population: a family and case-control study. J Hum Genet. 2008;53(7):615–
21.
5. Chamlin SL, Kao J, Frieden IJ, Sheu MY, Fowler AJ, Fluhr JW, et al. Ceramide-
dominant barrier repair lipids alleviate childhood atopic dermatitis: changes in barrier
function provide a sensitive indicator of disease activity. J Am Acad Dermatol.
2002;47(2): 198–208.
6. Maintz L, Novak N. Getting more and more complex: the patho- physiology of atopic
eczema. Eur J Dermatol. 2007;17(4):267–83.
7. Hon KL, Leung AKC. Use of ceramides and related products for childhood-onset
eczema. Recent Pat Inflamm Allergy Drug Dis- cov. 2013;7(1):12–9.
8. Hon KL, Wang SS, Pong NH, Leung TF. The ideal moisturizer: a survey of parental
expectations and practice in childhood-onset eczema. J Dermatol Treat. 2013;24(1):7–
12.
9. WilliamsHC,BurneyPG,PembrokeAC,HayRJ.TheUKWorking Party’s diagnostic
criteria for atopic dermatitis: III. independent hospital validation. Br J Dermatol.
1994;131(3):406–16.
10. Hon KL, Wong KY, Leung TF, Chow CM, Ng PC. Comparison of skin hydration
evaluation sites and correlations among skin hydration, transepidermal water loss,
SCORAD Index, Notting- ham Eczema Severity Score, and quality of life in patients
with atopic dermatitis. Am J Clin Dermatol. 2008;9(1):45–50.
11. [No authors listed.] Severity scoring of atopic dermatitis: the SCORAD Index.
Consensus report of the European Task Force on Atopic Dermatitis. Dermatology
1993;186(1):23–31.
12. Kunz B, Oranje AP, Labreze L, Stalder JF, Ring J, Taieb A. Clinical validation and
guidelines for the SCORAD Index: con- sensus report of the European Task Force on
Atopic Dermatitis. Dermatology. 1997;195(1):10–9.
13. Hon KL, Wang SS, Lau Z, Lee HC, Lee KK, Leung TF, et al. Pseudoceramide for
childhood eczema: does it work? Hong Kong Med J. 2011;17(2):132–6.
14. Leung DY, Boguniewicz M, Howell MD, Nomura I, Hamid QA. New insights into
atopic dermatitis. J Clin Invest. 2004;113(5): 651–7.
15. Hon KL, Lam MC, Leung TF, Kam WY, Li MC, Ip M, et al. Clinical features
associated with nasal Staphylococcus aureus colonisation in Chinese children with
moderate-to-severe atopic dermatitis. Ann Acad Med Singap. 2005;34(10):602–5.
16. Hon KL, Wang SS, Lee KK, Lee VW, Fan LT, Ip M. Combined
antibiotic/corticosteroid cream in the empirical treatment of moderate to severe
eczema: friend or foe? J Drugs Dermatol. 2012;11(7):861–4.
17. Hanifin JM, Rajka G. Diagnostic features of atopic dermatitis. Acta Derm Venereol
(Stockh). 1980;2:44–7.
Hanifin JM. Atopic dermatitis. J Am Acad Dermatol. 1982;6(1):1–13.
18. Palmer CN, Irvine AD, Terron-Kwiatkowski A, Zhao Y, Liao H, Lee SP, et al.
Common loss-of-function variants of the epidermal barrier protein filaggrin are a
major predisposing factor for atopic dermatitis. Nat Genet. 2006;38(4):441–6.
19. Krakowski AC, Eichenfield LF, Dohil MA. Management of atopic dermatitis in the
pediatric population. Pediatrics. 2008;122(4):812–24.
CandiE,SchmidtR,MelinoG.Thecornifiedenvelope:amodelof cell death in the skin.
Nat Rev Mol Cell Biol. 2005;6(4):328–40. Leung DY, Nicklas RA, Li JT, Bernstein
IL, Blessing-Moore J, Boguniewicz M, et al. Disease management of atopic
dermatitis: an updated practice parameter. Joint Task Force on Practice Param- eters.
Ann Allergy Asthma Immunol. 2004;93(3 Suppl 2):S1–21. Lancaster W. Atopic
eczema in infants and children. Community Pract. 2009;82(7):36–7.
20. Tarr A, Iheanacho I. Should we use bath emollients for atopic eczema? BMJ.
2009;339:b4273.
Hon KL, Leung TF, Wong Y, Li A, Fok TF, et al. A survey of bathing and showering
practices in children with atopic eczema. Clin Exp Dermatol. 2005;30(4):351–4.
21. Park KY, Kim DH, Jeong MS, Li K, Seo SJ. Changes of anti- microbial peptides and
transepidermal water loss after topical application of tacrolimus and ceramide-
dominant emollient in patients with atopic dermatitis. J Korean Med Sci. 2010;25(5):
766–71.
22. Draelos ZD. The effect of ceramide-containing skin care products on eczema
resolution duration. Cutis. 2008;81(1):87–91. Madaan A. EpiCeram for the treatment
of atopic dermatitis. Drugs Today. 2008;44(10):751–5.
23. Hon KL, Ching GK, Leung TF, Choi CY, Lee KK, Ng PC. Estimating emollient
usage in patients with eczema. Clin Exp Dermatol. 2010;35(1):22–6.
Kim HJ, Park HJ, Yun JN, Jeong SK, Ahn SK, Lee SH. Pseu- doceramide-containing
physiological lipid mixture reduces adverse effects of topical steroids. Allergy
Asthma Immunol Res. 2011;3(2):96–102.
24. Roos TC, Geuer S, Roos S, Brost H. Recent advances in treatment strategies for
atopic dermatitis. Drugs. 2004;64(23):2639–66. Baumer JH. Atopic eczema in
children, NICE. Arch Dis Child Educ Pract Ed. 2008;93(3):93–7.

Anda mungkin juga menyukai