Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VI No.

1 Edisi Juni 2013, ISSN: 19779-469X

FAKTOR RESIKO KEJADIAN STROKE

Giri Udani ¹)
¹) Program Studi Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Abstrak. Berdasarkan hasil pra survey yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Abdoel Moeloek, ada
peningkatan jumlah penderita stroke : pada tahun 2010 jumlah pasien stroke yang dirawat jalan maupun inap
sebanyak 1420 orang, dan pada tahun 2011 jumlah pasien stroke yang dirawat jalan maupun inap sebanyak 1623
orang. Jumlah pasien stroke yang dirawat diruang Bougenville pada tahun 2010 sebanyak 664 orang dan pada
tahun 2011 sebanyak 701 orang. Berdasarkan data tersebut, terjadi peningkatan jumlah penderita stroke baik
hemoragik dan non hemoragik sebesar 5,30% dari tahun sebelumnya. Penelitian ini menggunakan desain
korelasi dengan metode pendekatan Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini adalah pasien stroke yang
dirawat diruang rawat inap berjumlah 100 orang. Analysis bivariat dalam penelitian ini menggunakan Uji Chi
Square. Hasil penelitian uji statistik hubungan faktor resiko umur diperoleh p value 0,040 disimpulkan ada
hubungan yang signifikan. Jenis kelamin diperoleh p value 0,532 disimpulkan tidak ada hubungan. Riwayat
stroke keluarga diperoleh p value 0,468 disimpulkan tidak ada hubungan. Hipertensi diperoleh p value 0,001
disimpulkan ada hubungan Merokok diperoleh p value 0,028 disimpulkan ada hubungan. Sakit jantung diperoleh
p value 0,211 disimpulkan tidak ada hubungan. Alkohol diperoleh p value 0,986 disimpulkan tidak ada
hubungan. Hiperkolesterolemia diperoleh p value 0,014 disimpulkan ada hubungan. Diabetes mellitus diperoleh
p value 0,012 disimpulkan ada hubungan. Stress diperoleh p value 0,008 disimpulkan ada hubungan. Obat KB
diperoleh p value 0,422 disimpulkan tidak ada hubungan dengan kejadian stroke. Saran bagi Institusi Rumah
Sakit diharapkan dengan adanya angka kejadian stroke yang terus meningkat setiap saat sehingga untuk dapat
meningkatkan upaya mencegah terjadinya Stroke dan melakukan tindakan-tindakan preventif terhadap faktor-
faktor resiko kejadian penyakit stoke.

Kata kunci : Faktor resiko, Stroke

PENDAHULUAN

Angka kejadian stroke di Indonesia Penyebab-penyebab ini disebut “faktor


meningkat dengan tajam. Bahkan saat ini risiko”. Sebagian faktor risiko dapat
Indonesia merupakan negara dengan jumlah dikendalikan atau dihilangkan sama sekali
penderita stroke terbesar di Asia dengan cara medis, misalnya minum obat
(Wordpress.com, 2007). tertentu, atau dengan cara nonmedis, misalnya
Jumlah penderita stroke cenderung terus perubahan gaya hidup. Ini disebut faktor risiko
meningkat setiap tahun, bukan hanya yang dapat dimodifikasi. Diperkirakan bahwa
menyerang penduduk usia tua, tetapi juga hampir 85% dari semua stroke dapat dicegah
dialami oleh mereka yang berusia muda dan dengan mengendalikan faktor-faktor risiko
produktif. Hal ini akibat gaya dan pola hidup yang dapat dimodifikasi tersebut. Namun,
masyarakat yang tidak sehat, seperti malas terdapat sejumlah faktor risiko yang tidak dapat
bergerak, makanan berlemak dan kolesterol diubah. Faktor risiko yang tidak dapat
tinggi, sehingga banyak diantara mereka dimodifikasi ini mencakup penuaan,
mengidap penyakit yang menjadi pemicu kecenderungan genetis, dan suku bangsa
terjadinya serangan stroke. Saat ini serangan (Feigin, Valery (2004).
stroke lebih banyak dipicu oleh adanya Berdasarkan hasil pra survey yang
hipertensi yang disebut sebagai silent killer, dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Abdoel
diabetes melittus, obesitas dan berbagai Moeloek, ada peningkatan jumlah penderita
gangguan kesehatan yang terkait dengan stroke : pada tahun 2010 jumlah pasien stroke
penyakit degeneratif. Secara ekonomi, dampak yang dirawat jalan maupun inap sebanyak 1420
dari insiden ini prevalensi dan akibat kecacatan orang, dan pada tahun 2011 jumlah pasien
karena stroke akan memberikan pengaruh stroke yang dirawat jalan maupun inap
terhadap menurunnya produktivitas dan sebanyak 1623 orang. Sedangkan dari
kemampuan ekonomi masyarakat dan bangsa jumlah tersebut, pasien stroke yang
(Yastroki, 2009). dirawat diruang Bougenville pada tahun
Sebagian besar stroke terjadi akibat 2010 sebanyak 664 orang dan pada
kombinasi faktor penyebab medis (misalnya, tahun 2011 sebanyak 701 orang.
peningkatan tekanan darah) dan faktor Berdasarkan data tersebut, terjadi peningkatan
penyebab perilaku (misalnya merokok). jumlah penderita stroke baik hemoragik dan
49
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VI No.1 Edisi Juni 2013, ISSN: 19779-469X

non hemoragik sebesar 5,30% dari tahun Tabel 2 didapatkan bahwa ada 50 klien
sebelumnya. (62,5%) berjenis kelamin laki-laki yang
menderita stroke. Hasil uji statistic diperoleh p
METODE value 0,532 lebih besar dari nilai α = 0,05 (p
Rancangan penelitian ini adalah cross value < α), artinya tidak ada hubungan antara
sectional. Teknik pengambilan sampel dengan faktor resiko jenis kelamin dengan kejadian
menggunakan teknik Non Probability menderita stroke. Dari hasil analisis juga
Sampling. Pengambilan sampel menggunakan diperoleh nilai OR 1,400, artinya klien yang
teknik accidental sampling, Sampel adalah berjenis kelamin laki-laki memiliki resiko 1,400
pasien dengan kriteria sampel yaitu pasien kali untuk menderita stroke dari pada klien
yang memiliki hasil laboratorium, berjumlah yang berjenis kelamin wanita.
100 orang. Data yang dikumpulkan adalah data
sekunder dan primer yan dilakukan Hubungan faktor resiko genetik
menggunakan lembar check list. Pengolahan
data dilakukan dengan Uji Chi Square. Tabel 3.Hubungan faktor resiko genetik
(riwayat stroke keluarga) terhadap
HASIL Kejadian stroke
Hubungan faktor resiko umur terhadap Riwayat stroke
kejadian stroke Riwayat
Tidak Total
stroke Stroke
Tabel 1. Hubungan faktor resiko umur Stroke
keluarga
terhadap kejadian stroke n % n % n %
Ada 42 66,7 21 33,3 63 100
Riwayat stroke Tidak
Tidak 22 59,5 15 40,5 37 100
Pernah Total ada
Umur pernah Total 64 64 36 36 100 100
stroke
stroke P Value = 0,468 dan OR = 1,364
n % n % n %
> 45 th 54 69,2 24 30,8 78 100
Tabel 3 didapatkan bahwa (66,7%)
< 45 th 10 45,5 12 54,5 22 100
memiliki riwayat stroke keluarga yang
Total 64 64 36 36 100 100
menderita stroke Hasil uji statistik diperoleh p
P Value = 0,040 dan OR = 2,700
value 0,468 lebih besar dari nilai α = 0,05 (p
Tabel 1 didapatkan bahwa ada 54 klien value < α), artinya tidak ada hubungan antara
(69,2%) yang berumur > 45 tahun pernah faktor resiko memiliki riwayat stroke keluarga
menderita stroke. Hasil uji statistic diperoleh p dengan dengan kejadian menderita stroke. Dari
value 0,040 lebih kecil dari nilai α = 0,05 (p hasil analisis juga diperoleh nilai OR 1,364,
value < α), artinya ada hubungan yang artinya klien yang memiliki riwayat stroke
signifikan antara faktor resiko umur dengan keluarga memiliki resiko 1,364 kali untuk
kejadian stroke. Dari hasil analisis juga menderita stroke dari pada klien yang tidak
diperoleh nilai OR 2,700, artinya klien yang memiliki riwayat stroke keluarga.
berumur > 45 tahun memiliki resiko 2,700 kali
untuk menderita stroke dari pada klien yang Hubungan faktor resiko hipertensi
berumur < 45 tahun.
Tabel 4.Hubungan faktor resiko hipertensi
Hubungan faktor resiko Jenis Kelamin terhadap kejadian stroke

Tabel 2. Hubungan faktor resiko Jenis Kelamin Riwayat stroke


terhadap kejadian stroke Tidak Total
Hipertensi Stroke
Stroke
Riwayat stroke
n % n % n %
Jenis Tidak Total
Stroke Punya 57 72,2 22 27,8 79 100
Kelamin Stroke
Tidak punya 7 33,3 14 66,7 21 100
n % n % n %
Total 64 64 36 36 100 100
Perempuan 14 70 6 30 20 100
P Value = 0,001 dan OR = 5,182
Laki-laki 50 62,5 30 37,5 80 100
Total 64 64 36 36 100 100
P Value = 0,532dan OR = 1,400

50
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VI No.1 Edisi Juni 2013, ISSN: 19779-469X

Tabel 4. didapatkan bahwa ada 57 klien sakit jantung dengan kejadian menderita stroke.
(72,2%) memiliki hipertensi yang menderita hasil analisis juga diperoleh nilai OR 1,690,
stroke. Hasil uji statistik diperoleh p value artinya klien yang memiliki sakit jantung
0,001 lebih kecil dari nilai α = 0,05 (p value < memiliki resiko 1,690 kali untuk menderita
α), artinya ada hubungan antara faktor resiko stroke dari pada klien yang tidak memiliki sakit
hipertensi dengan kejadian menderita stroke. jantung.
Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR
5,182, artinya klien yang hipertensi memiliki Hubungan faktor resiko alkohol
resiko 5,182 kali untuk menderita stroke dari
pada klien yang tidak hipertensi. Tabel 7. Hubungan faktor resiko alkohol
terhadap kejadian stroke
Hubungan faktor resiko rokok
Riwayat stroke
Tabel 5. Hubungan faktor resiko rokok Tidak Total
Alkohol Stroke
terhadap kejadian stroke Stroke
n % n % n %
Riwayat stroke Konsumsi 23 63,9 13 36,1 36 100
Tidak Total Tidak
Rokok Stroke 41 64,1 23 35,9 64 100
Stroke konsumsi
n % n % n % Total 64 64 36 36 100 100
Merokok 52 70,3 22 29,7 74 100 P Value = 0,986 dan OR = 0,992
Tidak
12 46,2 14 53,8 26 100
merokok Tabel 7 didapatkan bahwa ada 41 klien
Total 64 64 36 36 100 100 (64,1%) tidak mengkonsumsi alkohol yang
P Value = 0,028 dan OR = 2,758 menderita stroke. Hasil uji statistik diperoleh p
value 0,986 lebih besar dari nilai α = 0,05 (p
Tabel 5 dijelaskan bahwa (70,3%) value < α), artinya tidak ada hubungan antara
merokok yang menderita stroke. Hasil uji faktor resiko mengkonsumsi alkohol dengan
statistik diperoleh p value 0,028 lebih kecil dari kejadian menderita stroke. Dari hasil analisis
nilai α = 0,05 (p value < α), artinya ada juga diperoleh nilai OR 0,992, artinya klien
hubungan antara faktor resiko merokok dengan yang mengkonsumsi alkohol memiliki resiko
kejadian menderita stroke. hasil analisis juga 0,992 kali untuk menderita stroke dari pada
diperoleh nilai OR 2,758, artinya klien yang klien yang tidak mengkonsumsi alkohol.
merokok memiliki resiko 2,758 kali untuk
menderita stroke dari pada klien yang tidak Hubungan faktor resiko Hiperkolesterolemia
merokok.
Tabel 8. Hubungan faktor resiko hiperkoles-
Hubungan faktor resiko sakit jantung terolemia terhadap kejadian stroke
Riwayat stroke
Tabel 6. Hubungan faktor resiko sakit jantung
Hiper- Tidak Total
terhadap kejadian stroke Stroke
kolesterolemia Stroke
Riwayat stroke n % n % n %
Sakit Tidak Total Ada 46 73 17 27 63 100
Stroke Tidak ada 18 48,6 19 51,4 37 100
Jantung Stroke
n % n % n % Total 64 64 36 36 100 100
Punya 35 70 15 30 50 100 P Value =0,014 dan OR = 2,856
Tidak
29 58 21 42 50 100 Tabel 8 didapatkan bahwa ada 46 klien
punya
Total 64 64 36 36 100 100 (73%) memiliki hiperkolesterolemia yang
P Value = 0,211 dan OR = 1,690 menderita stroke. Hasil uji statistik diperoleh p
value 0,014 lebih kecil dari nilai α = 0,05 (p
Tabel 6 didapatkan bahwa ada 35 klien value < α), artinya ada hubungan antara faktor
(70%) memiliki sakit jantung yang menderita resiko hiperkolesterolemia dengan kejadian
stroke.Hasil uji statistik diperoleh p value 0,211 menderita stroke. Dari hasil analisis juga
lebih besar dari nilai α = 0,05 (p value < α), diperoleh nilai OR 2,856, artinya klien yang
artinya tidak ada hubungan antara faktor resiko hiperkolesterolemia memiliki resiko 2,856 kali
51
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VI No.1 Edisi Juni 2013, ISSN: 19779-469X

untuk menderita stroke dari pada klien yang Hubungan faktor resiko obat KB
tidak hiperkolesterolemia.
Tabel 11. Hubungan faktor resiko obat KB terhadap
Hubungan faktor resiko diabetes mellitus kejadian stroke

Tabel 9. Hubungan faktor resiko diabetes Riwayat stroke


Tidak Total
melitus terhadap kejadian stroke Obat KB Stroke
Stroke
Riwayat stroke n % n % n %
Diabetes Tidak Total Menggunakan 13 72,2 5 27,8 18 100
Stroke Tidak
melitus Stroke 51 62,2 31 37,8 82 100
n % n % n % menggunakan
Ada 38 76 12 24 50 100 Total 64 64 36 36 100 100
Tidak 26 52 24 48 50 100 P Value = 0,422 dan OR = 1,580
ada
Total 64 64 36 36 100 100 Tabel 11 didapatkan bahwa ada 51 klien (
P Value = 0,012 dan OR = 2,923 62,2%) tidak menggunakan obat KB yang
menderita stroke. Hasil uji statistik diperoleh p
Tabel 9 didapatkan bahwa ada 38 klien value 0,422 lebih besar dari nilai α = 0,05 (p
(76%) mengalami diabetes melitus yang value < α), artinya tidak ada hubungan antara
menderita stroke. Hasil uji statistik diperoleh p faktor resiko obat KB dengan kejadian
value 0,012 lebih kecil dari nilai α = 0,05 (p menderita stroke. Dari hasil analisis juga
value < α), artinya ada hubungan antara faktor diperoleh nilai OR 1,580, artinya klien yang
resiko diabetes melitus dengan kejadian menggunakan obat KB memiliki resiko 1,580
menderita stroke. Dari hasil analisis juga kali untuk menderita stroke dari pada klien
diperoleh nilai OR 2,923, artinya klien yang yang tidak menggunakan obat KB.
diabetes melitus memiliki resiko 2,923 kali
untuk menderita stroke dari pada klien yang PEMBAHASAN
tidak diabetes melitus.
Hubungan faktor resiko umur terhadap
Hubungan faktor resiko stress kejadian stroke
Hasil penelitian didapatkan bahwa ada 54
Tabel 10. Hubungan faktor resiko stress klien (69,2%) yang berumur > 45 tahun pernah
terhadap kejadian stroke menderita stroke dan ada hubungan yang
signifikan antara faktor resiko umur > 45 tahun
Riwayat stroke dengan kejadian menderita stroke, hal ini
Tidak Total menunjukkan umur lebih dari 45 tahun dapat
Stress Stroke
Stroke memberikan resiko terjadinya stroke karena
n % n % n % dengan semakin bertambah tua usia sesorang,
Ada 44 74,6 15 25,4 59 100 semakin tinggi terjadi risiko stroke ini
Tidak dikarenakan pada usia lebih dari 45 tahun
20 48,8 21 51,2 41 100
ada terjadi adanya perubahan struktural dan
Total 64 64 36 36 100 100
fungsional pada sistem pembuluh perifer.
P Value = 0,008 dan OR = 3,080
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis dan
hilangnya elastisitas pembuluh darah. Hal ini
Tabel 10 didapatkan bahwa ada 44 klien didukung oleh pendapat Feigin Valery (2004)
(74,6%) mengalami stress yang menderita yang menyatakan bahwa orang yang berusia di
stroke. Hasil uji statistik diperoleh p value atas 50 tahun, tekanan darah sistoliknya tinggi
0,008 lebih kecil dari nilai α = 0,05 (p value < (140 mmHg atau lebih) dianggap sebagai faktor
α), artinya ada hubungan antara faktor resiko risiko untuk stroke atau penyakit kardiovaskuler
stress dengan kejadian menderita stroke. Dari lain yang lebih besar dibandingkan dengan
hasil analisis juga diperoleh nilai OR 3,080, tekanan darah diastoliknya tinggi. Tekanan
artinya klien yang stress memiliki resiko 3,080 darah yang meningkat secara perlahan merusak
kali untuk menderita stroke dari pada klien dinding pembuluh darah dengan memperkeras
yang tidak stress. arteri dan mendorong terbentuknya bekuan
darah dan aneurisma, yang semuanya mengarah

52
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VI No.1 Edisi Juni 2013, ISSN: 19779-469X

pada stroke, terutama pada orang yang berusia pada suatu keluarga juga dapat mendukung
di atas 45 tahun. risiko stroke. Selanjutnya Mahannad juga
Sesuai pendapat dari Mahannad Shadine, mengatakan bahwa Cacat pada bentuk
(2010) bahwa setelah berusia 55 tahun, risiko pembuluh darah (cadasil) mungkin merupakan
stroke berlipat ganda setiap kurun waktu faktor genetik yang paling berpengaruh
sepuluh tahun dan dua pertiga dari semua dibandingkan faktor risiko stroke yang lain.
serangan stroke yang terjadi pada orang yang Selain itu Feigin Valery (2004) Juga
berusia di atas 65 tahun. Orang berusia lebih mengatakan bahwa terdapat beberapa penyakit
dari 65 tahun memiliki risiko stroke paling genetis yang meningkatkan risiko stroke,
tinggi, tetapi hampir 25% dari semua stroke termasuk diantaranya penyakit ginjal polisistik,
terjadi pada orang berusia kurang dari ini, dan sindrom Ehlers-Danlos tipe IV,
hampir 4% terjadi pada orang berusia antara 15 neurofibromatosis, sindrom Marfan tipe 1,
dan 40 tahun. mutasi genetis di faktor V Leiden, dan
defisiensi turunan pada faktor-faktor yang
Hubungan faktor resiko jenis kelamin disebut protein C dan S. Faktor genetis
terhadap kejadian stroke berperan besar dalam perdarahan subaraknoid,
Hasil penelitian didapatkan bahwa ada 50 mungkin menjadi penyebab pada 7% total
klien (62,5%) berjenis kelamin laki-laki yang kasus dan sampai 20% pada orang berusia
menderita stroke dan tidak ada hubungan antara muda. Anggota keluarga dekat (anak) dari
faktor resiko jenis kelamin dengan kejadian orang yang pernah mengalami perdarahan
menderita stroke, hal ini menunjukkan bahwa subaraknoid memiliki peningkatan risiko 2-5%
jenis kelamin laki-laki tidak selalu memiliki terkena perdarahan subaraknoid).
resiko terjadinya stroke, dibandingkan dengan
jenis kelamin perempuan. Didukung dari hasil Hubungan faktor resiko hipertensi terhadap
penelitian Shadine, (2010) yang menunjukkan
kejadian stroke
bahwa banyak wanita yang meninggal karena
stroke. Hal ini bertolak belakang bahwa Pria Hasil penelitian didapatkan bahwa ada 57
lebih berisiko terkena stroke daripada wanita. klien ( 72,2%) memiliki hipertensi yang
Risiko stroke pria 1,25 lebih tinggi daripada menderita stroke dan ada hubungan antara
wanita, serangan stroke pada pria terjadi di usia faktor resiko hipertensi dengan kejadian
lebih muda sehingga tingkat kelangsungan menderita stroke, hal ini sesuai dengan teori-
hidup juga lebih tinggi. Dengan perkataan lain, teori yang menyatakan bahwa hipertensi
walau lebih jarang terkena stroke, pada merupakan faktor risiko tunggal yang paling
umumnya wanita terserang pada usia lebih tua, penting untuk terjadinya stroke iskemik
sehingga kemungkinan meninggal lebih besar. maupun stroke haemoragik / perdarahan, karena
pada keadaan hipertensi, pembuluh darah
mendapat tekanan yang cukup besar. Jika
Hubungan factor resiko riwayat stroke
proses tekanan berlangsung lama, dapat
keluarga terhadap kejadian stroke menyebabkan kelemahan pada dinding
Hasil penelitian didapatkan bahwa ada 42 pembuluh darah sehingga menjadi rapuh dan
klien ( 66,7%) memiliki riwayat stroke keluarga mudah pecah. Hipertensi juga dapat
yang menderita stroke dan tidak ada tidak menyebabkan aterosklerosis dan penyempitan
hubungan antara faktor resiko memiliki riwayat diameter pembuluh darah sehingga
stroke keluarga dengan kejadian menderita mengganggu aliran darah ke jaringan otak.
stroke. hal ini tidak sesuai dengan teori yang Selaras dengan teori dari Indrawati
menyatakan bahwa terjadinya stroke dapat (2008) bahwa hipertensi merupakan faktor
terjadi karena adanya riwayat stroke dalam risiko tunggal yang paling penting untuk stroke
keluarga. Menurut Mahannad Shadine, (2010), iskemik maupun stroke perdarahan. Hipertensi
terutama jika dua atau lebih anggota keluarga adalah penyebab utama stroke, apa pun
pernah mengalami stroke pada usia kurang dari jenisnya. Semakin tinggi tekanan darah
65 tahun akan meningkatkan risiko terkena semakin besar risiko terkena serangan stroke.
stroke. Hipertensi menyebabkan gangguan kemampuan
Faktor genetik yang sangat berperan pada autoregulasi pembuluh darah otak. Pada
kasus stroke antara lain adalah tekanan darah tekanan darah tinggi akut, tekanan darah naik
tinggi, penyakit jantung, diabetes dan cacat yang mendadak dan sangat tinggi menyebabkan
pada bentuk pembuluh darah. Disamping itu fenomena sosis atau tasbih (sausage or bead
Mahannad juga menyatakan bahwa gaya hidup string phenomenon) akibat dilatasi paksa.
53
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VI No.1 Edisi Juni 2013, ISSN: 19779-469X

Tekanan darah yang mendadak tinggi ini antara faktor resiko mengkonsumsi alkohol
menerobos respons vasokonstriksi dan dengan kejadian menderita stroke, hal ini
menyebabkan rusaknya sawar darah otak berarti bahwa mengkonsumsi alkohol secara
dengan kebocoran fokal dari cairan melalui langsung tidak berpengaruh terhadap terjadinya
dinding arteri yang telah terentang berlebihan stroke. Meskipun secara umum mengkonsumsi
serta pembentukan edema otak. alkohol dapat meningkatkan tekanan darah
sehingga kemungkinan dapat memperbesar
Hubungan faktor resiko rokok terhadap terjadinya risiko stroke, baik iskemik maupun
kejadian stroke hemoragik. Akan tetapi, konsumsi alkohol yang
tidak berlebihan dapat mengurangi daya
Hasil penelitian didapatkan bahwa ada 52
penggumpalan platelet dalam darah, seperti
klien ( 70,3%) merokok yang menderita stroke
halnya aspirin. Makin banyak konsumsi alkohol
dan ada hubungan antara faktor resiko merokok
maka kemungkinan stroke terutama jenis
dengan kejadian menderita stroke. hal ini
hemoragik makin tinggi karena alkohol dapat
menunjukkan bahwa sesuai dengan teori-teori
menaikan tekanan darah, memperlemah
yang menyatakan bahwa merokok dapat
jantung, mengentalkan darah dan menyebabkan
menjadi penyebab nyata terjadinya stroke.
kejang arteri.
Umumnya merokok lebih banyak terjadi pada
Pada edisi 18 November, 2000 dari The
usia dewasa muda ketimbang usia tengah baya
New England Journal of Medicene, dilaporkan
atau lebih tua.
bahwa Physicians Health Study memantau
Merokok merupakan faktor risiko stroke
22.000 pria yang selama rata-rata 12 tahun
yang sebenarnya paling mudah diubah. Perokok
mengkonsumsi alkohol satu kali sehari.
berat menghadapi risiko lebih besar
Ternyata, hasilnya menunjukkan adanya
dibandingkan perokok ringan. Merokok hampir
penurunan risiko stroke secara menyeluruh.
melipatgandakan risiko stroke iskemik, terlepas
Begitu pula hasil penelitian oleh Shadine,
dari faktor risiko lain, dan dapat juga
(2010) menyimpulkan bahwa konsumsi alkohol
meningkatkan risiko subaraknoid hemoragik
secara berlebihan dapat mempengaruhi jumlah
hingga 3,5%. Sesungguhnya, risiko stroke
platelet sehingga mempengaruhi kekentalan dan
menurun dengan seketika setelah berhenti
penggumpalan darah, yang menjurus ke
merokok dan terlihat jelas dalam periode 2-4
perdarahan di otak serta memperbesar risiko
tahun setelah berhenti merokok. Perlu diketahui
stroke iskemik.
bahwa merokok memicu produksi fibrinogen
(faktor penggumpal darah) lebih banyak
sehingga merangsang timbulnya aterosklerosis. Hubungan faktor resiko sakit jantung
Berbagai penelitian modern terhadap kejadian stroke
memperlihatkan bahwa risiko terkena stroke Hasil penelitian didapatkan bahwa ada 35
adalah sekitar 20% lebih tinggi bagi wanita klien (70%) memiliki sakit jantung yang
perokok daripada bagi pria perokok, dan bahwa menderita stroke dan tidak ada hubungan antara
wanita umumnya lebih sensitif terhadap faktor resiko memiliki sakit jantung dengan
berbagai efek buruk perokok. Bahkan merokok kejadian menderita stroke, hal ini menunjukkan
pasif (menghirup asap rokok secara tidak bahwa meskipun stroke tidak selalu disebabkan
langsung) meningkatkan kemungkinan terkena oleh penyakit jantung, akan tetapi sakit jantung
stroke hampir sebesar 80%. Risiko terkena murni dan riwayat hipertensi merupakan faktor
stroke setara dengan jumlah dan durasi risiko stroke . Penyakit jantung yang dapat
merokok. Mereka yang mengisap 20 atau lebih menjadi resiko stroke, terutama penyakit yang
batang rokok sehari memiliki risiko hampir dua disebut atrial fibrillation, yakni penyakit
kali lipat dibandingkan dengan yang jantung dengan denyut jantung yang tidak
merokoknya lebih sedikit. Semakin lama teratur di bilik kiri atas. Denyut jantung di
seseorang merokok, semakin besar risiko atrium kiri ini mencapai empat kali lebih cepat
mengalami stroke (Feigin, Valery (2004). dibandingkan di bagian-bagian lain jantung. Ini
menyebabkan aliran darah menjadi tidak teratur
Hubungan faktor resiko alkohol terhadap dan secara insidentil menjadi pembentukan
kejadian stroke gumpalan darah. Gumpalan-gumpalan inilah
yang kemudian dapat mencapai otak dan
Hasil penelitian didapatkan bahwa ada 41
menyebabkan stroke. Pada orang-orang berusia
klien (64,1%) tidak mengkonsumsi alkohol
di atas 80 tahun, atrial fibrillation merupakan
yang menderita stroke dan tidak ada hubungan
54
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VI No.1 Edisi Juni 2013, ISSN: 19779-469X

penyebab utama kematian pada satu di antara Hubungan faktor resiko diabetes melitus
emapat kasus stroke. terhadap kejadian stroke
Penyakit jantung lainnya adalah cacat Hasil penelitian didapatkan bahwa ada 38
pada bentuk katup jantung (mitral valve klien (76%) mengalami diabetes melitus yang
stenosis atau mitral valve calcifivcation). Juga menderita stroke dan ada hubungan antara
cacat pada bentuk otot jantung, misalnya PFO faktor resiko diabetes melitus dengan kejadian
(Patent Foramen Ovale) atau lubang pada menderita stroke, hal ini menunjukkan bahwa
dinding jantung yang memisahkan kedua bilik diabetes mellitus kecenderungan dua kali lipat
atas. Cacat katup jantung lainnya adalah ASA mengakibatkan berbagai penyakit pembuluh
(Atrial Septal Aneurysm) atau cacat bentuk darah, akan tetapi hanya sebagian kecil efek
congenital (sejak lahir) pada jaringan jantung, diabetes mellitus dikarenakan oleh lemak darah,
yakni penggelembungan dinding jantung ke tekanan darah dan obesitas. Temuan ini
arah salah satu bilik jantung, PFO dan ASA menunjukkan bahwa diabetes mellitus dapat
seringkali terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan efek yang cukup berbahaya.
memperbesar risiko stroke (Mahannad Shadine, Selain penderita diabetes lebih tinggi resikonya
2010). kena serangan jantung atau stroke dibandingkan
dengan mereka yang memiliki kadar gula darah
Hubungan faktor resiko riwayat stabil. Hal ini sesuai dengan pendapat Indrawati
hiperkolesterol terhadap kejadian stroke (2008 ) yang menyatakan bahwa seseorang
Hasil penelitian didapatkan bahwa ada 46 yang mengidap Diabetes Melitus mempunyai
klien (73%) memiliki hiperkolesterolemia yang risiko serangan stroke iskemik 2 kali lipat
menderita stroke dan ada hubungan antara dibandingkan mereka yang tidak menderita
faktor resiko hiperkolesterolemia dengan diabetes mellitus.
kejadian menderita stroke, hal ini berarti sesuai Bustan (2007) menyatakan bahwa
dengan teori-teori yang menyatakan bahwa diabetes melitus adalah gangguan kesehatan
kecenderungan hiperkolesterolemia dapat yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan
mengalami gangguan pembuluh darah. oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah
Kolesterol yang tinggi memicu akibat kekurangan atau resistensi insulin.
aterosklerosis, penyempitan, atau pengerasan Meskipun ada komponen genetis untuk
arteri yang dapat menyebabkan penyakit mengidap diabetes melitus, bentuk yang paling
jantung, stroke, dan masalah kesehatan mayor umum dari penyakit ini yakni diabetes tipe 2.
lainnya. Bila kolesterol itu terus menumpuk dan Walaupun diabetes melitus dikenal sebagai
membentuk plak-plak di dalam saluran darah, faktor risiko stroke independen, belum ada
maka transportasi darah di tubuh pun terhambat bukti yang meyakinkan bahwa pengendalian
dan dapat mengganggu kerja tubuh secara kadar glukosa darah secara ketat merupakan
keseluruhan. upaya yang efektif untuk mencegah terjadinya
Menurut Perkeni (2004) stroke.
Hiperkolesterolemia terjadi akibat adanya
akumulasi kolesterol dan lipid pada dinding Hubungan faktor resiko stress terhadap
pembuluh darah. Penelitian menunjukkan kejadian stroke
bahwa makanan kaya lemak jenuh dan Hasil penelitian didapatkan bahwa
kolesterol seperti daging, telur, dan produk susu didapatkan bahwa ada 44 klien (74,6%)
dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam mengalami stress yang menderita stroke dan
tubuh dan berpengaruh pada risiko ada hubungan antara faktor resiko stress dengan
aterosklerosis dan penebalan pembuluh darah. kejadian menderita stroke, hal ini menunjukkan
Meskipun zat lemak (lipid) merupakan bahwa stress secara langsung mempengaruhi
komponen integral dari tubuh kita, kadar lemak terjadinya stroke. Meskipun sebagian besar
darah (terutama kolesterol dan trigliserida) yang pakar stroke menganggap bahwa serangan
tinggi meningkatkan risiko aterosklerosis dan stress yang timbul sekali-kali bukan merupakan
penyakit jantung koroner. Keadaan ini juga faktor risiko stroke, namun stress jangka
dikaitkan dengan peningkatan sekitar 20% panjang dapat menyebabkan peningkatan
risiko stroke iskemik atau TIA. tekanan darah dan kadar kolesterol. Stres
emosional yang mendadak atau shock, baik
positif atau negatif, jika berkombinasi dengan
faktor risiko lain (misalnya, aterosklerosis

55
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VI No.1 Edisi Juni 2013, ISSN: 19779-469X

berat, penyakit jantung, atau hipertensi) juga adanya hubungan antara penggunaan pil KB
dapat memicu stroke. dengan resiko stroke (Lidegard, dkk , Bushnell,
Depresi dapat terjadi akibat stres dkk 1999 dalam health.detik.com).
psikososial (yaitu, kedudukan yang mendalam)
atau disfungsi biologis. Insomnia persisten yang SIMPULAN
tidak diobati (kualitas tidur yang kurang atau
tidak memadai disertai perasaan terus menerus 1. Ada hubungan faktor resiko umur dengan
lelah) merupakan faktor risiko yang kuat untuk kejadian stroke pada pasien stroke.
depresi berat. Gejala tersering depresi antara 2. Tidak ada hubungan faktor resiko jenis
lain: tertekannya suasana hati sepanjang hari, kelamin dengan kejadian stroke pada pasien
berkurangnya minat atau kesenangan pada stroke
semua atau hampir semua aktivitas, hilangnya 3. Tidak ada hubungan faktor resiko riwayat
nafsu makan, mengantuk secara berlebihan atau stroke keluarga dengan kejadian stroke
insomnia, rasa lelah kronis, merasa tidak pada pasien stroke
berguna atau perasaan bersalah yang berlebihan 4. Ada hubungan faktor resiko hipertensi
atau tidak pada tempatnya hampir setiap hari, dengan kejadian stroke pada pasien stroke
berkurangnya kemampuan berpikir atau 5. Ada hubungan faktor resiko merokok
memusatkan perhatian yang berlangsung lama, dengan kejadian stroke pada pasien stroke
atau sering berpikir tentang kematian. Depresi 6. Tidak ada hubungan faktor resiko
meningkatkan risiko stroke hampir dua kali mengkonsumsi alkohol dengan kejadian
lipat. Mekanisme pasti yang menimbulkannya stroke pada pasien stroke
belum sepenuhnya dipahami, tetapi terdapat 7. Tidak ada hubungan faktor resiko sakit
bukti bahwa depresi dapat menyebabkan jantung dengan kejadian stroke pada pasien
hipertensi, penyakit jantung iskemik, dan stroke
peningkatan pembekuan darah, yang semuanya 8. Ada hubungan faktor resiko diabetes
diketahui adalah faktor risiko stroke (Feigin, mellitus dengan kejadian stroke pada pasien
Valery (2004). stroke
9. Ada hubungan faktor resiko
hiperkolesterolemia dengan kejadian stroke
Hubungan faktor resiko menggunakan obat pada pasien stroke
KB terhadap kejadian stroke 10. Ada hubungan faktor resiko stress dengan
Hasil penelitian didapatkan bahwa ada ( kejadian stroke pada pasien stroke
62,2%) tidak menggunakan obat KB yang 11. Tidak ada hubungan faktor resiko
menderita stroke dan tidak ada hubungan mengkonsumsi obat KB dengan kejadian
antara faktor resiko obat KB dengan kejadian stroke pada pasien stroke
menderita stroke, hal ini menunjukkan bahwa
faktor risiko stroke dapat terjadinya karena SARAN
fluktuasi dan perubahan hormonal yang
mempengaruhi seseorang menderita stroke. Penelitian ini diharapkan dapat
Penelitian lain menyatakan bahwa kontrasepsi memberikan masukan bagi rumah sakit untuk
oral jenis lama, dengan kandungan estrogen dapat melakukan tindakan-tindakan preventif
yang tinggi dapat memperbesar risiko stroke akibat adanya factor-faktor resiko terhadap
pada wanita. Sedangkan kontrasepsi oral jenis kejadian penyakit stoke. Hasil peneliti ini
baru dengan kandungan estrogen lebih rendah, diharapkan dapat melakukan penelitian-
secara nyata tidak meningkatkan risiko stroke penelitian lain yang berkaitan dengan factor-
pada wanita. Peningkatan risiko stroke akibat faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
penggunaan kontrasepsi oral terutama teramati stroke.
pada preparat yang mengandung estradiol tinggi
(= 50 µg). Hasil berbagai penelitian terdahulu DAFTAR PUSTAKA
tentang hubungan antara pemakaian kontrasepsi
oral dan stroke masih sangat kontroversial. Bustan,M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit
Analisis stratifikasi menunjukkan bahwa Tidak Menular. Jakarta : PT Rineka
peningkatan risiko stroke pada pemakai Cipta.
kontrasepsi oral terutama teramati pada wanita Feigin,Valery. 2009. Stroke. Jakarta : PT huana
> 35 tahun ( Gillum, dkk 2000 dalam Ilmu Populer.Goldstein LB : Guidelines
health.detik.com), selanjutnya beberapa for the Primary Prevention of Stroke. A
penelitian terdahulu juga menunjukkan bahwa Guideline for
56
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VI No.1 Edisi Juni 2013, ISSN: 19779-469X

http://embun777.wordpress.com/lirik-dan- Shadine, Mahannad (2010). Mengenal Penyakit


chord/zzzzzzzzzz/stres-hipertensi-dan- Hipertensi, Diabetes, Stroke dan
terapi-musik/.[diakses,tanggal 14/03/2012] Serangan Jantung. Jakarta: Keenbooks
http://ipmgonline.com/index.php?modul=berita Siswanto, Yuliaji. 2004. Beberapa Faktor
&cat=BMedia&textid=315296805414 Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian
http://moshitata.blogspot.com/2010/11/hiperkol Stroke Berulang Studi Kasus Di RS DR.
esterolemia.html Kariadi Semarang. Skripsi
Himpunan Peduli Stroke. 2007. Angka (unpublished).
Kejadian Stroke di Indonesia. Williams, Lippincott & Wilkins. 2011. Nursing
http://wordpress.com. Diakses tanggal : Memahami Berbagai Macam Penyakit.
20-01-2012. Jakarta : PT Indeks.
Indrawati, Lili dkk. 2008. Care Yourself Stroke. Wollf, Hanns. 2008. Hipertensi. Jakarta : PT
Jakarta : Penebar Plus. Bhuana Ilmu Populer

57

Anda mungkin juga menyukai