Anda di halaman 1dari 14

1

WEB OF CAUSSATION
ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS

Prahesty Wulan (30902200180)

Puji Lestari (30902200181)

Puji Setya Kinasih (30902200182)

Urnila Afriliani (30902200224)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2024
2

A. PENGERTIAN

Dermatitis adalah suatu kondisi peradangan yang mempengaruhi epidermis dan dermis kulit yang disebabkan oleh
endogen. Dapat menimbulkan kemekaran polimorfik (eritema, edema, papula, vesikel, kerak, likenifikasi) dan keluhan
gatal. Kulit gatal dan ruam yang timbul adalah ciri khas dermatitis, suatu kondisi peradangan pada epidermis dan
dermis.

Jenis dermatitis yang menyerang tangan dan kaki yang disebut dermatitis dishidrotik ditandai dengan penumpukan
cairan berbentuk bula atau vesikel. Pada telapak tangan (palmar) dan telapak kaki (plantar), penyakit ini bisa bersifat
akut, kronis, atau berulang. Penyakit ini bermanifestasi sebagai vesikel "tapioca-like" yang gatal yang muncul dengan
cepat dan kemudian berkembang menjadi retakan dan likenifikasi.

B. PENYEBAB

Saat ini belum diketahui secara pasti apa penyebab dermatitis dishidrotik. Hal ini diduga bersifat multifaktorial,
dipengaruhi oleh variabel endogen dan eksternal. Sekitar setengah dari penderita dermatitis dishidrotik memiliki
riwayat atopi, yang sering dikaitkan dengan alergi bakteri, jamur, atau nikel. Orang dengan HIV juga menderita
kondisi ini. Kehadiran bahan iritan seperti pelarut dan deterjen, serta variasi suhu, kelembapan, dan musim, dapat
memperburuk gejala, begitu pula stres emosional.

C. KLASIFIKASI

Terdapat empat klasifikasi untuk eksim vesikuler palmoplantar: pompholyx, dermatitis tangan hiperkeratosis,
dermatitis tangan vesikulobulosa persisten, dan reaksi id. Penyakit ini termasuk dalam kategori dermatitis
palmoplantar endogen, berbeda dengan dermatitis eksogen yang disebabkan oleh iritan atau alergen kontak.
3

D. MANIFESTASI KLINIK
Vesikel yang gatal adalah salah satu gejala klinisnya. Erupsi vesikular mungkin diawali dengan rasa gatal. Serangan
didahului rasa panas atau tajam, namun tidak ada eritema. Vesikel dapat menyatu menjadi bula besar. Gejalanya bisa
hilang dengan sendirinya atau membaik dalam dua hingga tiga minggu. Biasanya, erupsinya simetris, mengenai
telapak tangan dan bagian lateral jari sebanyak 80% dan telapak kaki sebanyak 10%. Kekambuhan sering terjadi dan
mungkin terjadi setiap beberapa minggu, bulan, atau tahun..

E. PATOFISIOLOGI

Ada banyak teori tentang patofisiologi vesikel dermatitis dishidrotik. Teori pertama menyatakan bahwa kelenjar
keringat yang tidak berfungsi adalah sumber dari kondisi tersebut. Meski demikian, pemeriksaan histologis
menunjukkan bahwa saluran kelenjar keringat normal. Namun, lebih dari sepertiga pasien dermatitis dishidrosis
mengalami hiperhidrosis, atau keringat berlebih.
Pemicunya bisa berasal dari sumber eksternal termasuk infeksi bakteri atau jamur, kepekaan terhadap logam, atau
kontak dengan nikel, balsem, atau kobalt. Antigen ini memiliki afinitas khusus terhadap protein di stratum lucidum
daerah palmar dan plantar, yang memungkinkan mereka berfungsi sebagai hapten. Ini juga dapat merangsang sel T
dan menyebabkan hipersensitivitas tipe 1 dan 4. Vesikel di daerah palmar/plantar pertama kali akan berkembang
ketika hapten berikatan dengan reseptor jaringan.
4

F. PATHWAYS
5

G. PENATALAKSANAAN

Emolien dan kortikosteroid adalah pilihan utama untuk mengobati eksim dishidrotik. Untuk meningkatkan penetrasi,
dipilih kortikosteroid dengan potensi kuat. Tergantung pada kondisi klinis pasien, pengobatan tambahan termasuk
imunomodulator dan retinoid juga dapat dipertimbangkan. Karena sifat eksim dishidrotik yang kronis dan berulang,
pasien perlu melakukan tindakan pencegahan secara teratur dan mendapatkan edukasi untuk menghindari faktor
pemicunya..

1. Terapi topical

a). Kortikosteroid .Plester hidrokoloid Clobetasol propionat adalah sarana yang ideal untuk penerapan steroid topikal.
b). Penghambat kalsineurin. Salep mometasone furoate 0,1% tidak lebih efektif dibandingkan krim/salep tacrolimus.
Salah satu terapi ini menurunkan DASI lebih dari 50% hanya dalam dua minggu. Kemanjuran serupa juga ditunjukkan
dengan krim pimecrolimus 1%.
c.) Agonis reseptor asam retinoat bexarotene. Menerapkan gel bexarotene 1% setidaknya dua kali sehari menghasilkan
perbaikan sebesar 50% pada area yang terkena dengan sekali aplikasi, dan 85% bila dikombinasikan dengan
mometason furoate topikal. Dapat juga digunakan sendiri atau bersamaan dengan salep hidrokortison 1% atau
mometason 0,1%. Rasa terbakar dan ketidaknyamanan adalah contoh efek samping..

2. Terapi sistemik

a.) kortikosteroid. Tergantung pada tingkat keparahan penyakitnya, dosis awal adalah 40–100 mg/hari; kemudian
secara bertahap diturunkan menjadi 5–10 mg/hari setelah 7–14 hari setelah lepuh. Dosis 40-80 mg triamnicolone
6

acetonide disarankan secara intramuskular. Penggunaan steroid sistemik dalam jangka waktu lama tidak disarankan
karena efek negatifnya.
b.) obat imunosupresif yang lebih banyak. Kombinasi terapi steroid-imunosupresif atau imunosupresan lainnya dapat
digunakan sebagai monoterapi pada pasien pompholyx yang sulit disembuhkan. Terdapat sedikit bukti yang
mendukung kemanjuran dan tolerabilitas azathioprine 100–150 mg/hari, metotreksat 15–25 mg sekali/minggu,
mikofenolat mofetil 2 g/hari, atau siklosporin 2,5 mg/kg/hari, namun obat-obatan ini kadang-kadang digunakan itu.
Penghentian terapi dapat mengakibatkan kekambuhan (withdrawal).
c.) Retinoid. Reninoid sistemik yang disebut alitretinoin (asam 9-cis-retinoat) dapat digunakan untuk mengobati
pompholyx tangan kronis yang parah yang tidak responsif terhadap terapi konvensional. Sebuah studi selama 24
minggu yang mengevaluasi keamanan dan efektivitas dosis alitretinoin oral 10 mg/hari, 30 mg/hari, dan plasebo
dilakukan pada 1.032 pasien dengan pompholyx tangan berat kronis. Dibandingkan dengan kelompok plasebo (17%),
kelompok alitretinoin 30 mg (48%) dan 10 mg (28%) menunjukkan respons perbaikan klinis yang lebih besar. Efek
samping dari obat ini dapat ditoleransi dengan baik; gejalanya termasuk sakit kepala, perubahan trigliserida,
kolesterol, dan TSH, serta gejala mukokutan seperti kulit kering, bibir, dan cheilitis, tergantung dosisnya.
d.) Antihistamin. Digunakan untuk kontrol gatal, tetapi belum terbukti efektif.

Terapi nonfarmakologi pada dyshidrotic eczema meliputi kompres dingin, penggunaan emolien dan pengaturan diet.

1.) Kompres Dingin Anda bisa menggunakan kompres dingin selama 15 menit, dua hingga empat kali sehari. Kalium
permanganat, aluminium asetat, dan larutan garam biasa merupakan cairan yang cocok. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi iritasi dan mengeringkan vesikel yang terbentuk. Berikan obat topikal setelah kompres. Menerapkan
kompres dingin selama lebih dari 20 menit dapat memicu reaksi berburu, yaitu pelebaran sementara kulit terhadap titik
dingin yang hangat. Skenario terburuknya adalah radang dingin tingkat sedang.
2.) Salah satu pemicu atau penyebab yang memperparah eksim dishidrotik adalah pola makan, khususnya alergi logam
(nikel, kobalt, dan kromium), yang masuk ke aliran darah melalui makan, inhalasi, atau kontak kulit.
7

3.) Nikel terdapat dalam makanan seperti salmon, kerang, kacang mete, kaldu salmon, biji kakao, kedelai, dan
makarel. Baja tahan karat juga dibuat dengan nikel. Meskipun demikian, menurut beberapa sumber, risiko keracunan
nikel dari air, panci, wajan, dan peralatan dapur sangat kecil.
4.) Pelindung kulit dapat dipulihkan dengan penggunaan emolien. Krim perlu diberikan pada kulit yang masih utuh
sebelum terkena iritasi. Selain itu, emolien harus diterapkan segera setelah mencuci tangan. Hal ini dilakukan untuk
menjaga kulit tetap kenyal dan halus dengan mencegah air menguap darinya.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

Langkah pertama dalam proses diagnostik eksim palmoplantar vesikuler adalah dengan memeriksa kaki untuk
menyingkirkan dermatofita. Kedua, untuk menyingkirkan kemungkinan tinea manuum, perlu dilakukan pemeriksaan
tangan kalium hidroksida (KOH). Untuk menyingkirkan kemungkinan dermatitis kontak atau reaksi sistemik terhadap
alergen kontak, uji tempel harus dilakukan pada tahap akhir. Meskipun kadar IgE mungkin lebih tinggi pada individu
atopik, tidak ada hasil laboratorium tertentu yang menunjukkan eksim palmoplantar vesikuler.

I. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN


8

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan merupakan pemikiran klinis tentang respon pasien terhadap bidang kesehatan atau strategi
aktivitas yang dialami oleh staf operasi aktual dan potensial.
Berikut diagnosa :
a. Gangguan intergritas kulit
b. Gangguan rasa nyaman
c. Gangguan pola tidur

K. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa
N Tujuan dan Kriteria Hasil
Keperawatan Intervensi Keperawatan (SIKI)
o (SLKI)
(SDKI)
1 Gangguan Intergritas Kulit dan jaringan Perawatan Intergritas kulit
intergritas kulit
berhubungan Setelah dilakukan intervensi Observasi :
dengan keperawatan selama 1 x 24 Mengidentifikasi penyebab berkurangnya integritas kulit
kelembaban jam diharapkan integritas kulit (misalnya, perubahan aliran darah, perubahan status gizi, penurunan
dan jaringan klien kelembaban, suhu lingkungan yang ekstrim, penurunan mobilitas).
diharapkan
ekspetasi meningkat sesuai Terapeutik:
kriteria hasil : 1. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, sesuai kebutuhan
1. Kerusakan lapisan kulit 2. Gunakan produk petrolium atau minyak bumi pada kulit kering
menurun 3. Gunakan produk ringan/alami dan hipoalergi pada kulit yang
2. Nyeri menurun sensitif (Terapi Pemberian Topikal Kunyit)
3. Perdarahan menurun 4. Hindari produk dasar alkohol pada kulit kering
4. Kemerahan menurun 5. Dengan Terapi Herbal Pemberian Topikal Kunyit
5. Nekrosis menurun
9

Edukasi :
Keterangan : 1. Gunakan pelembab (mis. Lation, serum)
1. Meningkat 2. Minum air putih yang cukup dengan sesuai kebutuhan
2. Cukup meningkat 3. Memenuhi asupan nutrisi
3. Sedang 4. Mandi dan menggunakan sabun secukupnya
4. Cukup menurun
5. Menurun
10

2 Gangguan Rasa Status kenyamanan Perawatan kenyamanan


Nyaman
Berhubungan Setelah dilakukan intervensi Observasi :
Dengan Dengan keperawatan selama 1 x 24 1. Mengidentifikasi gejala yang tidak menyenangkan (mis, mual, nyeri,
Rasa Gatal jam diharapkan status gatal, sesak)
kenyaman klien meningkat 2. Mengidentifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi dan perasaanya
sesuai kriteria hasil :
1. Keluhan sulit tidur Terapeutik :
menurun 3. Berikan posisi yang nyaman
2. Gatal menurun 4. Ciptakan lingkungan yang aman
3. Lelah menurun 5. Dukungan keluarga serta orang terdekat terlibat dalam
4. Gelisah menurun terapi/pengobatan
6. Diskusikan kondisi dan pilihan terapi/penobatan yang diinginkan
keterangan :
1. Meningkat Edukasi :
2. Cukup meningkat 7. Jelaskan kondisi dengan pilihan terapi/pengobatan (Terapi
3. Sedang Pemberian Topikal Kunyit)
4. Cukup menurun 8. Mengajarkan terapi relaksasi
5. Menurun 9. Mengajarkan tehnik distraki dan imajinasi terbimbing
.
3 Gangguan pola Pola Tidur Dukungan Tidur
tidur b/d kurang
kontrol tidur Setelah dilakukan intervensi Observasi :
keperawatan 1 x 24 jam 1. Mengidentifikasi aktivitas dan tidur
diharapkan pola tidur klien 2. Mengidentifikasi faktor penggangu tidur (fisik dan/ psikologis )
membaik sesuai kriteria hasil : 3. Mengidentifikasi obat tidur yag dikonsumsi
11

1. Sulit tidur membaik Terapeutik :


2. Mengeluh sering 1. 1.Merubah lingkungan (mis. Pencahayaan, suhu,
terjaga membaik kebisingan, matras, dan tempat tidur)
3. tidak puas tidur 2. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
membaik 3. Tetapkan jadwal tidur rutin
4. Mengeluh istirahat
tidak cukup membaik Edukasi :
4. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
keterangan ; 5. Biasakan menepati waktu tidur
1. Menurun 6. Ajarkan faktor - faktor yang berhubungan dengan
2. Cukup menurun gangguan pola tidur (mis. Psikologis, gaya hidup)
3. Sedang 7. Ajarkan relaksasi otot autogenic / nonfarmakologi
4. Cukup meningkat laiinya.
5. Meningkat
12

L. EVALUASI

Evaluasi terhadap rencana tindakan keperawatan dilakukan secara berkala untuk menilai respons pasien terhadap intervensi
yang dilakukan, memantau kemajuan kondisi kulit, dan mengidentifikasi perubahan atau komplikasi yang mungkin timbul.
Dermatitis dishidroksi merupakan kondisi kulit yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan yang signifikan bagi penderitanya.
Dengan pemahaman yang baik tentang penyebab, manifestasi klinis, patofisiologi, dan strategi penatalaksanaannya, perawat
dapat memberikan perawatan yang efektif dan memfasilitasi pemulihan pasien dengan dermatitis dishidroksi. Melalui
pendekatan yang holistik dan kolaboratif, kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan secara signifikan.
13

DAFTAR PUSTAKA

C.Noor, A. R. (2019). DISHIDROSIS DERMATITIS. 4-9.

Lia Indri Yunita Sari, R. S. (n.d.). Faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak iritan. repository.unimus.

Mohamad Mimbar Topik, D. G. (2023). Dermatitis Dishidrotik. USADA NUSANTARA : Jurnal Kesehatan Tradisional, 174-182.

Trisna Yuliharti Tersinanda, L. M. (n.d.). dermatitis kontak alergi.


14

Anda mungkin juga menyukai