Anda di halaman 1dari 9

D.

2 Dermatitis Atopik
I. Definisi
Dermatitis atopik (DA) merupakan peradangan kulit yang
bersifat kronis berulang, disertai rasa gatal, timbul pada tempat
predileksi tertentu dan berhubungan dengan penyakit atopi
lainnya, misalnya rinitis alergi dan asma bronkial. Kelainan dapat
terjadi pada semua usia, merupakan salah satu penyakit tersering
pada bayi dan anak, sebanyak 45% terjadi pada 6 bulan pertama
kehidupan. Terdapat 2 bentuk DA, yaitu ekstrinsik dan intrinsik.
Bentuk ekstrinsik didapatkan pada 70-80% pasien DA. Pada
bentuk ini terjadi sensitisasi terhadap alergen lingkungan disertai
serum IgE yang meningkat.1,2
II. Kriteria Diagnostik
Klinis
 Rasa gatal, dapat sangat berat sehingga mengganggu
tidur.2,3
 Efloresensi lesi sangat bergantung pada awitan dan berat
penyakit.4
 Riwayat perjalanan penyakit kronis berulang.1-4
Hill dan Sulzberger membagi dalam 3 fase1,3-5
1. Fase bayi (usia 0-2 tahun)
 Bentuk lesi: lesi akut, eritematosa, papul, vesikel, erosi,
eksudasi/oozing dan krusta.
 Lokasi lesi: kedua pipi, kulit kepala, dahi, telinga, leher
dan badan dengan bertambah usia, lesi dapat mengenai
bagian ekstensor ekstremitas.
2. Fase anak (usia 2 tahun-pubertas)
 Bentuk lesi: lesi subakut, lebih kering, plak eritematosa,
skuama, batas tidak tegas dapat disertai eksudat, krusta
dan ekskoriasi.
 Lokasi lesi: distribusi lesi simetris, di daerah fleksural
pergelangan tangan, pergelangan kaki, daerah antekubital,
popliteal, leher dan infragluteal.
3. Fase dewasa
 Bentuk lesi: lesi kronik, kering, papul/plak eritematosa,
skuama dan likenifikasi.
 Lokasi lesi: lipatan fleksural, wajah, leher, lengan atas,
punggung serta bagian dorsal tangan, kaki, jari tangan dan
jari kaki.
Kriteria yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis yaitu
kriteria William dan kriteria Hanifin-Rajka: 3 kriteria major dan 3
minor,1,6
Penilaian derajat keparahan DA dengan indeks SCORAD,8,9
sedangkan untuk penilaian DA pada penelitian epidemiologi
menggunakan TIS.8

Diagnosis Banding1,3-6
1. Dermatitis seboroik
2. Dermatitis kontak iritan
3. Dermatitis kontak alergik
4. Skabies

Pemeriksaan Penunjang2,4
Bila diperlukan:
1. Pemeriksaan prick test
2. Pemeriksaan atopy patch test
3. Pemeriksaan serologi: kadar IgE total dan IgE RAST
4. Eliminasi makanan
5. Open challenge test
6. Double blind placebo controlled food challenge test (DBPCFC)

III. Penatalaksanaan8-11
1. Prinsip:
 Edukasi dan empowerment pasien, orang tua, serta
caregiver(s).9,10-12
 Menghindari dan memodifikasi faktor pencetus
lingkungan yaitu menghindari bahan iritan dan
alergen.9,10,13
 Memperkuat dan mempertahankan fungsi sawar kulit yang
optimal dengan pemberian sabun pelembap segera setelah
mandi,14-16 dilakukan pada setiap fase perjalanan penyakit
mulai dari individu dengan kecenderungan genetik atopi
hingga yang telah bermanifestasi DA.14,17,18
 Anti-inflamasi diberikan pada yang telah bermanifestasi,
10,14,17,18
DA intrinsik maupun ekstrinsik (terapi reaktif)
dan pada DA subklinis sebagai terapi pemeliharaan (terapi
proaktif).9,19,20
Pada terapi pemeliharaan, anti-inflamasi dapat dioleskan
pada lesi yang merah (hot spot) 1-2 kali/minggu (weekend
therapy) sebagai terapi proaktif.9,14,19,20
 Mengendalikan dan mengeliminasi siklus gatal-garuk, 10,21
antihistamin sedatif (lebih dianjurkan pada bayi dan
anak),20,21 atau non sedatif sebagai terapi adjuvant bila
gatal sangat mengganggu.21, 22
 Konseling psikologi dapat membantu mengatasi rasa gatal
dan merupakan salah satu program edukasi.23,24

2. Topikal:
Sesuai dengan usia, kelainan klinis,dan lokasi kelainan.10,25
DA Lesi basah: kompres NaCl 0,9%.7,10,14
 Kortikosteroid topikal (KST) potensi lemah digunakan
untuk pasien DA bayi, lemah sampai sedang untuk DA
anak, potensi sedang sampai kuat untuk DA dewasa.14
 Gunakan KST mulai potensi rendah yg paling efektif
untuk anak.7,10,14
 Usia 0-2 tahun maksimum KST potensi rendah.7,10,14
 Usia >2 tahun maksimum KST potensi sedang.7,10,14
 Usia pubertas sampai dewasa poten tinggi atau
superpoten 2 kali sehari.14
 Pada wajah dan fleksura dapat dikontrol dengan
pemberian KST potensi sedang selama 5-7 hari,
kemudian diganti menjadi KST potensi lebih ringan
atau inhibitor kalsineurin inhibitor (IKT).10,26
 Gunakan KST 2 kali sehari sampai lesi terkontrol atau
selama 14 hari.10,14,18
 Lesi terkontrol KST 1 kali sehari pagi.10,14,19,20 dan IKT
sore hari atau IKT dapat diganti dengan pelembap.10,14,18
 Fase pemeliharaan: KST potensi lemah secara intermiten
(2 kali seminggu) dilanjutkan 1 kali seminggu pada daerah
sering timbul lesi atau hotspot.9,14,19
 IKT digunakan apabila DA sering kambuh, tidak dapat
memakai KST, atau untuk mengurangi pemakaian
KST.10,20,26

Infeksi lokalisata:
 Bakteri: kombinasi KST dengan asam fusidat,
mupirosin.7,10,17
 Jamur: kombinasi KST dengan derivat azol: mikonazol,
flukonazol, kotrimazol.7,17
 DA inflamasi berat dan rekalsitran: kombinasi KST
dengan asam fusidat atau mupirosin.7,17
 Jumlah kebutuhan aplikasi obat topikal KSTL
Diukur dengan finger-tip unit (FTU) ~0,5 gram: jumlah
salep yang dikeluarkan dari tube dengan lubang
berdiameter 5 mm, diukur sepanjang ruas jari distal jari
telunjuk, yang dihitung sesuai area tubuh.27

Tindak lanjut.
Pemantauan hasil uji tusuk alergen hirup (tungau debu rumah) dan
alergen makanan (misalnya susu sapi). Bila sangat dibutuhkan,
dilakukan uji DBPCFC, bekerja sama dengan subspesialis alergi
anak. Edukasi sesuai hasil uji tersebut.
IV. Edukasi
Sangat penting dilakukan.
1. Penjelasan kepada pasien, keluarga, dan/atau caregivers
mengenai penyakit, terapi, serta prognosis. Memberi edukasi cara
merawat kulit, menghindari penggunaan obat-obat tanpa
sepengetahuan dokter.9-12
2. Penjelasan mencakup semua masalah yang berkaitan dengan
DA; gejala, penyebab, faktor pencetus, prognosis dan
tatalaksana.10-12
3. Perawatan kulit pasien DA: mandi menggunakan air hangat
kuku, tidak lebih dari 10 menit, menggunakan sabun netral, pH
rendah, hipoalergenik, berpelembab,14,16 segera setelah mandi 3
menit mengoleskan pelembab 2-3kali sehari atau bila masih teraba
kering.10,15 Pelembab efektif dan aman digunakan untuk terapi DA
pada anak dan dewasa dengan gejala ringan sedang.34,35
4. Jenis pelembab: mengandung humektan, emolien dan oklusif
atau generasi baru yang mengandung antiinflamasi dan
antipruritus (glycerrhectinic acid, telmestein dan vitis
vinifera)14,34,35 atau yang mengandung bahan fisiologis (lipid,
seramid, Natural Moisturizing Factor.14,16
5. Menghindari faktor pencetus: berdasarkan riwayat (bahan iritan,
bahan alergen, suhu ekstrim, makanan, stres), manifestasi klinis
dan hasil tes alergi.9,12,14
6. Terkait dengan terapi DA, dosis, cara pakai, lama terapi, cara
menaikkan dan menurunkan potensi, serta penghentian
terapi.10,14,20

V. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam, karena merupakan kelainan
kulit inflamasi yang bersifat kronis berulang1, namun tergantung
dari penatalaksanaan untuk mencegah kekambuhan.3

VI. Kepustakaan
1. Paller AS, Mancini AJ. Hurwitz Clinical Pediatric Dermatology.
Edisi ke-4. Sidney. Elsevier;2011.h.38-53.
2. Leung DYM, Eichenfield LF, Boguniewicz. Atopic Dermatitis.
Dalam: Goldsmith LA, Katz SJ, Paller AS, Leffell DJ, Wolff.
Fitzpatrick‟s, Dermatology in General Medicine. Edisi ke-8. New
York: The McGraw-Hill Company.inc; 2012.;165-82.
3. Eichenfield LF, Tom WL, Chamlin SL, Feldman SR, Hanifin
JM, et al. Guidelines of care for the management of atopic
dermatitis: section 1. Diagnosis and assessment of atopic
dermatitis. J Am Acad Dermatol 2014;70(2):338-51.
4. Langan SM, Williams HCG. Clinical features and diagnostic
criteria of atopic dermatitis. Dalam: Irvine AD, Hoeger PH, Yan
AC, editor. Harper‟s Textbook of pediatric Dermatology Edisi ke-
3. Oxford: Blackwell Publishing Ltd; 2011; h. 28.1-28.19.
5. Krafchik BR, Jacob S, Bieber T, Dinoulos JGH. Eczematous
dermatitis. Dalam: Schachner LA,
Hansen RC, editor. Pediatric Dermatology edisi ke-4. China:
Mosby Elsevier; 2011.h. 851-87.
6. Hanifin JM, Rajka G. Diagnostic features of atopic dermatitis.
Acta Derm Venereol Suppl (Stockh). 1980: 92: 44-7.
7. Panduan Diagnosis dan Tatalaksana Dermatitis Atopik di
Indonesia. Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia,2014.
8. Oranje AP, Glazenburg EJ, Wolkerstofer A, De Waard-van der
Spek FB. Practical issues on interpretation of scoring atopic
dermatitis: the SCORAD index, objective SCORAD and the three-
item severity score. Br J Dermatol. 2007;157:645-8.
9. Eichenfield LF, Tom WL, Chamlin SL, Feldman SR, Hanifin
JM, et al. Guidelines of care for the management of atopic
dermatitis: section 4. Prevention of disease flares and use of
adjunctive therapies and approaches. J Am Acad Dermatol.
2014;71(6):218–33.
10. Rubel D, Thirumoorthy T, Soebaryo RW, Weng SCK, Gabriel
TM, Villafuerte LL, dkk. Consensus guidelines for the
management of atopic dermatitis: An Asia-Pacific Perspective.
Journal of Dermatology. 2013;40:160-71.
11. Grillo M,Gassner LRN,Marshman G, Dunn S, Hudson
P.Pediatric Atopic Eczema: The Impact of an Educational
Intervention. Ped Dermatol. 2006;23(5):428-36.
12. Ricci G, Bendandi B, Alazzi R, Patrizi A, Masi M. Three
Years of Italian Experience of an Educational Program for Parents
of Young Children Affected by Atopic Dermatitis: Improving
Knowledge produces Lower Anxiety Levels in Parents of Children
with Atopic Dematitis Ped Dematol 2009;26(1):1-5.
13. Oranje AP, Bruynzeed DP, StenveldHJ, Dieges PH.Immediate
–and delayed-type contact hupersesitivity in children olderthan 5
years with Atopic Dermatitis: A pilot Study Comparing different
test.Ped Dermatol 1994;11:9(3):209-15.
14. Eichenfield LF, Tom WL, Chamlin SL, Feldman SR, Hanifin
JM, et al. Guidelines of care for the management of atopic
dermatitis: section 2. Management and treatment of atopic
dermatitis with topical therapies. J Am Acad Dermatol
2014;71:116-32.
15. Chiang C, Eichenfield LF. Quantitative Assesment of
Combination Bathing and moisturizing regimens on skin hydration
in Atopic Dermatitis.Ped Dermatol 2009;26(3):273-78.
16. Simpson E, Trookman NS,Rizer RL,Preston N, Colon
LE,Johson LA, Gootschalk. Study and tolerability of a body wash
and moisturizer when applied to infants and toddlers with a history
of atopic dermatitis: results from an open-label study. Ped
Dermatol 2012;29(5):590-97.
17. Hoare C, Li Wan Po A, Williams H. Systematic review of
treatment for Atopic Eczema. Health Technol Asses 2000;4:1-191.
18. Yawalkar SJ, Schwerzmann. Double-blind, comparative
clinical trials with halobetasol proprionate cream in patients with
atopic dermatitis. J Am Acad Dermatol. 1991;25:1163-6.
19. Schmitt J, K, Svensson A, Apfelbacher C. Efficacy and
tolerability of proactive treatment with topical corticosteroids and
calcineurin inhibitors for atopic eczema: systematic review and
metaanalysis of randomized controlled trials. Br J Dermatol 2011;
164: 415-28.
20. Brenerman D, Fleischer AB, Arbamovits W, Zeichner MH,
Gold MH, Krisner RS et al. Intermiitent therapy for flare
prevention and long- term disease control in stabilized atopic
dermatitis a randomized comparison of 3-times-weekly application
of tacrolimus ointment versus vehicle. J Am Acad Dermatol 2008;
58:990-9.
21. Sidbury R, Davis DM, Cohen DE, Kelly M et al. Guidelines of
care for the management of atopic dermatitis: section 3.
Management and treatment of atopic dermatitis with phototherapy.
J Am Acad Dermatol 2014;71:1-22.
22. Diepgen TL. Early treatment of the atopic Child Study Group.
Long term treatment with cetirizine of infant with atopic dermatitis
a multi-country, double -blind, randomized, placebocontrolled trial
(the ETAC trial over 18 months. Pediatr Allergy Immunol. 2002;
13: 278-86.
23. Ring J, Alomar A, Bieber M, Deleuran M et al. Guidelines for
treatment of atopic eczema (atopic dermatitis) part II. J Eur Acad
Dermatol Venereol. 2012; 26:1-17.
24. Noren P, Melin L. The effect of combined topical steroid and
habit-reversal treatment in patients with atopic dermatitis. Br J
Dermatol. 1989; 121: 359- 66.
25. Saeki H, Furue M, Furukawa F et al. Guidelines for
management of atopic dermatitis. J Dermatol. 2009;36:563–577.
26. Paller A, Eichenfield LF, Leung DYM, Stewart D, Appel M et
all. A 12-week study of tacrolimus ointment for the treatment of
atopic dermatitis in pediatric patients. J Am Acad Dermatol.
2001;44:S47-57.
27. Long CC, Finlay A.Y. The finger-tip-unit- anew practical
measure. Clinl Exp Dermatol. 1991;16: 444-47.
28. Harper JL, Ahmed I, Barclay G et al. Cyclosporin for severe
childhood atopic dermatitis: short course versus continous therapy.
Br J Dermatol. 2000;42:653- 659.
29. Haeck IM, Knol MI, Ten berge O,de Bruin WellerMS et all.
Enteric-coated mycophenolate sodium versus cyclosporine A as
long-term treatment in adult patients within severe atopic
dermatitis a randomized controlled trial. J Am Acad Dermatol
2011; 64: 1074-84.
30. Schram ME, Roekevisch E, Leeflang MMG, Boss JD, Schmitt
J et al. A randomized trial of methotrexate versus azathiprine for
severe atopic eczema. J Allergy Clin Immunol . 2011;128:
353-359.
31. Berth-Jones J, Takwale A, Tan E et al. Azathioprine in severe
adult atopic dermatitis a double – blind , placebocontrolled,
crossover triel. Br J Dermatol. 2002;147:324-30.
32. Rombold S, Lobisch K, Katzer K, Grazziotin TC et al.
Efficacy of UVA phototherapy in 230 patients with various skin
diseases. Photodermatol photoimmunol photomed. 2008;24:19-23.
33. Clayton TH, Clark SM, Turner D, Goulden V. The treatment
of severe atopic dermatitis in childhood with narrowband
ultraviolet B phototherapy. Clin Exp Dematol. 2007;32: 28-33.
34. Abramovits W, Boguniewicz M. A multicenter, randomized,
vehicle-controlled clinical study to examine the efficacy and safety
of MAS063DP (AtopiclairTM) in the management of mild to
moderate atopic dermatitis in adults. J Drugs Dermatol.
2006;5(3):236-44.
35. Boguniewicz M, Zechner JA, Eichenfield LF dkk. MAS063DP
is effective monotherapy for mild to moderate atopic dermatitis in
infants and children : A Multicenter, Randomized, Vehicle-
Controlled Study. J Pediatr. 2008;152:854-9.

Anda mungkin juga menyukai