Anda di halaman 1dari 4

TUGAS FORENSIK

Teknik Otopsi Otak Dewasa Dan Anak, Teknik Otopsi Jantung Berdasarkan Aliran Darah
Dan Uji Apung

Disusun oleh :Nabilah Haptriani, S.Ked

Nim : G1A219116

Dosen pengampu : dr. M. Ainurrofiq, Sp.KF,MH

PROGRAM PROFESI DOKTER


ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL RSUD RADEN MATTAHER
JAMBI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI
2021
1. Teknik otopsi kepala dewasa dan neonatus

Jawab :

Kepala

Kulit kepala diiris dari prosesus mastoideus kanan sampai yang kiri dengan mata pisau
menghadap keluar supaya tidak memotong rambut terlalu banyak. Kulit kepala kemudian
dikelupas ke muka dan ke belakang dan tempurung tengkorak dilepaskan dengan
menggergajinya. Pahat dimasukkan dalam bekas mata gergaji dan dengan beberapa ketukan
tempurung lepas dan dapat dipisahkan. Durameter diinsisi paralel dengan bekas mata gergaji.
Falx serebri digunting dibagian muka. Otak dipisah dengan memotong pembuluh darah dan
saraf dari muka ke belakang dan kemudian medula oblongata. Tentorium serebri diinsisi di
belakang tulang karang dan sekarang otak dapat diangkat. Selaput tebal otak ditarik lepas
dengan cunam. Otak kecil dipisah dan diiris horisontal, terlihat nukleus dentatus. Medula
oblongata diiris transversal, demikiaan pula otak besar setebal 2,5 cm. Pada trauma kepala
perhatikan adanya edema, kontusio, laserasi serebri.

Tengkorak Neonatus :

Kulit kepala dibuka seperti biasa, tengkorak dibuka dengan menggunting sutura yang masih
terbuka dan tulang ditekan ke luar, sehingga otak dengan mudah dapat diangkat.

2. Uji apung paru

Jawab :

Uji Apung Paru Uji apung paru dilakukan dengan teknik tanpa sentuh (no touch
technique), paru- paru tidak disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak
pada sediaan histopatologik jaringan paru akibat manipulasi berlebihan.

Lidah dikeluarkan seperti biasa di bawah rahang bawah, ujung lidah dijepit dengan pinset
atau klem, kemudian ditarik ke arah ventrokaudal sehingga tampak palatum mole. Dengan
scalpel yang tajam, palatum mole disayat sepanjang perbatasannya dengan palatum durum.
Faring, laring, esophagus bersama dengan trakea dilepaskan dari tulang belakang. Esofagus
bersama dengan trakea diikat di bawah kartilago krikoid dengan benang. Pengikatan ini
dimaksudkan agar pada manipulasi berikutnya cairan ketuban, mekonium atau benda asing
lain tidak mengalir ke luar melalui trakea; bukan untuk mencegah masuknya udara ke dalam
paru.

Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep atau pinset bedah dan
scalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan. Kemudian esophagus diikat di atas diafragma
dan dipotong di atas ikatan. Pengikatan ini dimaksudkan agar udara tidak masuk ke dalam
lambung dan uji apung lambung-usus (uji Breslau) tidak memberikan hasil meragukan.

Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu dimasukkan ke dalam
air dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Kemudian paru-paru kiri dan kanan
dilepaskan dan dimasukkan kembali ke dalam air, dilihat apakah mengapung atau tenggelam.
Setelah itu tiap lobus dipisahkan dan dimasukkan ke dalam air, dan dilihat apakah
mengapung atau tenggelam. Lima potong kecil dari bagian perifer tiap lobus dimasukkan ke
dalam air, diperhatikan apakah mengapung atau tenggelam.

Hingga tahap ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh karena
kemungkinan adanya pembusukan. Bila potongan kecil itu mengapung, letakkan di antara
dua karton dan ditekan dengan arah penekanan tegak lurus jangan digeser untuk
mengeluarkan gas pembusukan yang terdapat pada jaringan interstisial paru, lalu masukkan
kembali ke dalam air dan diamati apakah masih mengapung atau tenggelam. Bila masih
mengapung berarti paru terisi udara residu yang tidak akan keluar. Namun, terkadang dengan
penekanan, dinding alveoli pada mayat bayi yang telah membusuk lanjut akan pecah dan
udara residu keluar dan memperlihatkan hasil uji apung paru negatif.

Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil paru mengingat
kemungkinan adanya pernapasan sebagian (parsial respiration) yang dapat bersifat buatan
atau alamiah (vagitus uternus atau vagitus vaginalis) yaitu bayi sudah bernapas walaupun
kepala masih dalam uterus atau dalam vagina).

Hasil negatif belum berarti pasti lahir mati karena adanya kemungkinan bayi dilahirkan
hidup tapi kemudian berhenti bernapas meskipun jantung masih berdenyut, sehingga udara
dalam alveoli diresorpsi. Pada hasil uji negatif ini, pemeriksaan histopatologik paru harus
dilakukan untuk memastikan bayi lahir mati atau lahir hidup. Bila sudah jelas terjadi
pembusukan, maka uji apung paru kurang dapat dipercaya, sehingga tidak dianjurkan untuk
dilakukan.

3. Teknik otopsi jantung berdasarkan aliran darah

Jawab :

Jantung dibuka menurut aliran darah : pisau dimasukkan ke vena kava inferior sampai
keluar di vena superior dan bagian ini dipotong. Ujung pisau dimasukkan melalui katup
trikuspidalis keluar di insisi bilik kanan dan bagian ini dipotong. Ujung pisau lalu
dimasukkan arteri pulmonalis dan otot jantung mulai dari apeks dipotong sejajar dengan
septum interventrikulorum. Ujung pisau dimasukkan ke vena pulmonalis kanan keluar ke
vena pulmonalis kiri dan bagian ini dipotong. Ujung pisau dimasukkan melalui katup mitral
keluar di insisi bilik kiri dan bagian ini dipotong. Ujung pisau kemudian dimasukkan melalui
katup aorta dan otot jantung dari apeks dipotong sejajar dengan septum inetrventrikulorum.
Jantung sekarang sudah terbuka, diperiksa katup, otot kapiler, chorda tendinea, foramen
ovale, septum interventrikulorum.

Arteri koronaria diiris dengan pisau yang tajam sepanjang 4-5 mm mulai dari lubang
dikatup aorta. Otot jantung bilik kiri diiris di pertengahan sejajar dengan epikardium dan
endokardium, demikian pula dengan septum interventrikulorum.

Anda mungkin juga menyukai