Anda di halaman 1dari 32

PERKEMBANGAN TERAPI

MOLLUSCUM CONTAGIOSUM
PADA ANAK

Devy Pratiwi Ibrahim


Pembimbing : dr. Agnes Kartini, Sp.KK,
FINSDV
LATAR BELAKANG
• Molluscum contagiosum (MC)  infeksi virus paling umum yang
dijumpai pada kulit anak, bersifat jinak yang dapat sembuh sendiri.
MC • Penyebab : virus Molluscipoxvirus poxviridae  terdiri atas 4 genotip

• Angka kejadian per tahunnya : 2% - 10% dan prevalensinya 5,1% - 11,5%


.
Prevalensi

• Genotipe 1  98% dari kasus di Amerika Serikat,


• Genotipe 2 dan 3  banyak terjadi di Eropa, Australia dan pada pasien
Virus HIV,
• Genotipe 4  jarang ditemukan.
PENDAHULUAN
PENGANTAR

Penularan : kontak langsung, fomite (melalui benda), dan inokulasi langsung.1


Tinjauan literatur Australia  MC banyak terjadi pada anak usia sekolah yang sering
mengunjungi kolam renang.6 (Bukti masih lemah)

Penelitian lain : penggunaan spons mandi atau handuk bergantian dengan


pasien3x lipat risiko terinfeksi.8

Tindakan pencegahan penularan :


- Memandikan anak bergantian,
- Menghindari penggunaan spons mandi dan handuk bergantian, dan
- Menutup lesi MC.
MOLLUSCUM CONTAGIOSUM

Lesi kulit: papul seperti warna kulit dan/atau nodul dengan umbilikasi sentral.

Pada beberapa pasien, lesi dapat dikelilingi oleh halo eksim, yang dikenal sebagai
dermatitis moluskum.

Hal tersebut merupakan hasil dari reaksi hipersensitivitas terhadap antigen virus dan
dapat berkembang menjadi abses atau lesi yang kurang khas secara morfologis
Perbedaan Manifestasi Klinis Molluscum Contagiosum

A. Papul berwarna pink pada kelopak mata dengan gambaran umbilikasi sentral;
B. Lesi sesil dengan morfologi yang kurang khas di sebelah lesi lain m erupakan
karakteristik MC;
C. Reaksi eksematiform (dermatitis molluscum) disekitar lesi MC;
D. Lesi inflamasi dan abses
MOLLUSCUM CONTAGIOSUM
Anak sering mengalami dermatitis atopik (DA) terkait MC.
Dalam suatu review retrospektif dari 696 kasus MC anak, 259 (37,2%) memiliki
riwayat DA dan 38,8% memiliki dermatitis moluskum.9

Pada pasien dengan riwayat DA atau imunodefisiensi, lesi cenderung lebih banyak
jumlahnya dan bertahan lama.

Pada pasien imunokompeten, infeksi kulit dapat sembuh sendiri.


TERAPI
MOLLUSCUM
CONTAGIOSUM
PEMILIHAN TERAPI
Ada beberapa pilihan pengobatan namun tidak ada yang secara signifikan lebih
efektif.10

Prioritas pengobatan ditujukan untuk :


- Menghindari rasa sakit
- Meminimalkan risiko jaringan parut.

Hasil survei orang tua anak dengan MC menemukan bahwa mereka khawatir
tentang adanya jaringan parut, pruritus, kemungkinan penularan, rasa sakit, dan
efek pengobatan.6
Pilihan Pengobatan untuk Moluskum Kontagiosum
dan Tingkat Bukti yang Sesuai.
Pengobatan Pengobatan Pengobatan
topikal, Pengobatan topikal,
Imunoterapi Destruktif, Rumahan/ lain
Rawat jalan Rumah
Rawat jalan Alami

-Silver nitrate -Krim imiquimod 5% a, b -Cimetidinea Cryotherapy: - Australian -Adhessive


-Asam -Benzoyl peroksidaa, b -Cidofovir, IVb -Kuretaseb essential oil tape
Trichloroacetic -Ekstrusi -Tea tree oil -Hipertermia
-Hidrogen peroxidab -Interferon-αb
-Podofilin manual
-Tunggu dan
-Kalium hidroksidaa, b -Candidin -Laser
-Cantharidina,b
karbon lihat
-Asam Salisilata,b
dioksida
-Laser pulsed
dyea, b

aDidasarkan pada bukti yang berorientasi pada kualitas pasien yang tidak konsisten atau terbatas, menurut SORT.
b Berdasarkan pada konsensus, praktik biasa, pendapat, bukti yang berorientasi penyakit, atau seri kasus untuk studi
diagnosis, perawatan, pencegahan, atau penyaringan , menurut SORT.
METODE DESTRUKTIF
Metode destruktif adalah metode yang paling umum digunakan dan mengakibatkan
kerusakan keratinosit yang terinfeksi oleh virus MC.

Prosedurnya sederhana dan murah, sangat efektif apabila dilakukan oleh


seorang profesional.
KURETASE
Kuretase adalah prosedur sederhana dan relatif murah, jaringan yang diambil
dapat disimpan untuk analisis histopatologis apabila hasil diagnostik meragukan.11JJJ

Krim EMLA, campuran obat anestesi lokal (2,5% lidokain dan 2,5% prilokain), sering
digunakan pada anak-anak untuk mengurangi rasa sakit karena prosedur, meskipun
pemberiannya pada lesi MC dapat menyebabkan reaksi purpura lokal yang dapat
sembuh sendiri.12,13

Reaksi purpura akibat pemberian krim EMLA


(Eutectic Mixture of Local Anesthetics) topikal dan
berhenti dalam waktu 1 jam

Studi Retrospektif
70% anak sembuh setelah pengobatan tunggal,
26% memerlukan 2 pengobatan,
4% yang memerlukan 3 pengobatan.15
KURETASE
Percobaan acak terkontrol yang membandingkan efektivitas kuretase, cantharidin,
asam salisilat dengan asam glikolat, dan imiquimod  Hasilnya kuretase adalah
yang paling efektif,

Kelebihan : dapat menghasilkan resolusi lengkap pada 80,6% pasien tanpa


kekambuhan setelah 6 bulan.16

Kekurangan : membutuhkan anestesi lokal, rasa sakit, perdarahan, dan risiko


jaringan parut.17

Dosis Anjuran Maksimal dan Area Penerapan EMLA

Usia dan/atau Berat Total Dosis Maksimal Area Pemberian Waktu Pemberian
Badan (gr) Maksimal (cm2) Maksimal (jam)
0-3 bln atau < 5 kg 1 10 1
12 bln dan > 5 kg 2 20 4
6 thn dan > 10 kg 10 100 4
12 thn dan > 20 kg 20 200 5
EKSTRUSI MANUAL
Nukleus yang terumbilisasi dari lesi dapat diambil secara manual menggunakan
tangan atau salah satu dari instrument berikut (pisau bedah, jarum insulin, slide,
atau forsep)

Kelebihan : sederhana, cepat dan dapat dipelajari oleh pasien, anggota keluarga,
dan perawat sehingga dapat dilakukan di rumah.

Ekstrusi manual badan molluscum dengan jari;


A. Lesi ditekan diantara dua jari;
B,C. Badan molluscum diekstrusi;
D. Kerusakan jaringan minimal
ASAM TRIKLOROASETAT
Digunakan pada konsentrasi 20% dan 35% dan diberikan berulang di tengah
lesi sampai putih.

Asam trikloroasetat menyebabkan kerusakan jaringan dengan koagulasi kimia segera


dan nekrosis superfisial.

Tidak pernah dilaporkan adanya iritasi atau perubahan pigmentasi, hanya


dilaporkan rasa menyengat ringan selama penggunaan, namun menghasilkan hasil
yang baik.19

Efek samping : pruritus di daerah yang diobati, iritasi pada kulit di sekitarnya,
ulserasi, dan jaringan parut.
ASAM SALISILAT
Asam salisilat adalah agen keratolitik yang dijual dengan konsentrasi 10%-30%.

Efek samping yang dapat terjadi termasuk iritasi, pruritus, sensasi terbakar, dan
pengelupasan kulit.

Uji Coba Terkontrol


Penggunaan kalium hidroksida (KOH) 10% atau kombinasi asam salisilat dan asam
laktat 16,7% pada 26 pasien MC berusia 2-12 tahun  tidak ditemukan perbedaan
yang signifikan antar kelompok setelah 6 minggu.20
HIDROGEN PEROKSIDA
Hidrogen peroksida (HP) adalah zat pengoksidasi dan antiseptik yang kuat yang
dapat menonaktifkan virus pox in vitro.21

Sediaan krim 1% menghasilkan penyembuhan lesi yang lengkap pada pasien berusia
8 bulan dengan MC genital ketika diberikan setiap mengganti popok selama 1
minggu.22

Studi lain menyatakan dari 12 pasien MC yang diobati dengan krim HP 1% 2x1
selama 21 hari berturut-turut  67% pasien sembuh penuh tanpa kekambuhan
setelah 6 bulan masa tindak lanjut.
CATHARIDIN
Ketika diberikan pada kulit, inhibitor phosphodiesterase ini dapat menghasilkan bula
intraepidermal yang jarang meninggalkan bekas luka karena lokasinya yang
superfisial.17

Tersedia pada konsentrasi 0,7%-0,9%, dan setelah aplikasi harus dibiarkan selama
2-4 jam tanpa penutup dan kemudian dihilangkan dengan sabun dan air.17
Dalam 24-48 jam terbentuk bula yang menyakitkan, menambah risiko superinfeksi
sekunder.
Pengobatan dapat diulang pada interval 1-4 minggu.

Dalam studi retrospektif dari 300 anak dengan MC yang dirawat dengan cantharidin,
angka kesembuhan mencapai 90%.
Cantharidin tidak dianjurkan untuk MC pada wajah atau daerah anogenital.16
POTASIUM HIDROKSIDA
Potassium hydroxide (KOH) adalah alkali yang mampu menembus dan merusak kulit
dengan melarutkan keratin. Tersedia padakonsentrasi 5%-20%, digunakan sekali atau
dua kali per hari.

Dalam percobaan prospektif, 35 anak dengan lesi MC yang menerima pengobatan


dua kali sehari dengan larutan KOH 10%, hasilnya 32 pasien mengalami resolusi
lengkap.27

Tidak ada perbedaan yang signifikan pada percobaan yang membandingkan


efektifitas KOH 10% dengan obat lain.

Karena KOH 10% merupakan pengobatan noninvasif, berkhasiat, dan dapat


diterapkan di rumah, banyak penulis menjadikannya sebagai terapi lini pertama.29
CRYOTHERAPY
Penggunaan nitrogen cair pada 196◦C menginduksi pebentukan kristal es
intraseluler dan ekstraseluler, yang menyebabkan kerusakan jaringan, perubahan
membran sel dan sirkulasi kulit.18

Nitrogen cair diaplikasikan menggunakan kapas atau disemprot selama 10 hingga 20


detik dalam 1 atau 2 siklus pengobatan, dengan interval 1-3 minggu.

Uji Retrospektif
Resolusi lengkap terjadi pada 100% pasien yang diobati dengan cryotherapy dan
91,8% dari mereka diobati dengan imiquimod, tetapi perbedaannya tidak signifikan
secara statistik.

Kelebihan : dapat diberikan dengan mudah dan cepat


Kekurangan : kurang dapat ditoleransi oleh anak, pembentukan lepuh, jaringan
parut, residu hiper atau hipopigmentasi.
TERAPI LASER
Penelitian tentang pengobatan laser CO2  70% pasien meninggalkan bekas luka
hipertrofik dan keloid, dan oleh karena itu penggunaannya pada anak-anak
tidak direkomendasikan.31

Terapi pulse dye laser sangat berguna untuk lesi yang resisten. Karena hanya
diperlukan satu siklus pengobatan tunggal dan dapat mengurangi pengobatan
berulang.32

Kerugian terapi laser ini termasuk diantaranya nyeri lokal, ketidaknyamanan, edema,
dan perubahan pigmen.

IMUNOTERAPI
Metode imunoterapi didasarkan pada stimulasi respon imun seluler dan/atau
humoral yang dapat mengeliminasi infeksi virus.
IMIQUIMOD
Imiquimod bersifat agonis terhadap reseptor 7  berikatan pada reseptor tersebut
 mengaktifkan respon imun serta menginduksi pembentukan interferon dan
interleukin

Imiquimod tersedia dalam bentuk krim 5% yang digunakan malam hari, dibiarkan
selama 8 jam, dan dibilas di pagi hari. Beberapa penulis merekomendasikan
penggunaan harian sementara yang lain menyarankan 3 kali per minggu.34

Penelitian
69% anak dengani MC mengalami resolusi lengkap dengan krim imiquimod 5% 3 kali
per minggu selama 16 minggu.35

Efek samping lokal yang paling sering adalah eritema, pruritus, menyengat, dan
nyeri
IMIQUIMOD
Imiquimod bersifat agonis terhadap reseptor 7  berikatan pada reseptor tersebut
 mengaktifkan respon imun serta menginduksi pembentukan interferon dan
interleukin

Imiquimod tersedia dalam bentuk krim 5% yang digunakan malam hari, dibiarkan
selama 8 jam, dan dibilas di pagi hari.

Penelitian
69% anak dengani MC mengalami resolusi lengkap dengan krim imiquimod 5% 3 kali
per minggu selama 16 minggu.35
Efek samping lokal yang paling sering adalah eritema, pruritus, menyengat, dan
nyeri.j

Iritasi karena pemberian imiquimod topical pada


tangan kanan
CIMETIDIN
Antagonis reseptor histamin H2 yang memberikan efek imunomodulator dengan
merangsang hipersensitivitas tipe lambat.

Cimetidin dapat menjadi alternatif yang mudah diaplikasikan, efektif, dan tanpa rasa
sakit untuk lesi wajah, tersebar luas, atau berulang pada anak.

Efek samping cimetidin oral termasuk mual, diare, ruam, dan pusing, namun jarang
terjadi.36
CANDIDIN
Candidin merupakan zat yang berasal dari ekstrak murni Candida albicans , biasanya
digunakan untuk mengobati kutil 38 tetapi telah diusulkan sebagai pilihan terapi
MC.39

Diberikan secara intralesi baik murni atau dikonsentrasi 50% dalam lidokain.

Ulasan Retrospektif
Dari 25 kasus MC yang diobati dengan candidin intralesi, sebanyak 14 (56%) kasus
mengalami resolusi lengkap, 7 (28%) mengalami respons parsial, dan yang tidak ada
perbaikan klinis sebanyak 4 pasien (16%).39

Keuntungan : induksi respon imun memori untuk MC, berpotensi untuk


menginduksi respon resolusi pada lesi yang jauh secara anatomis, dan tidak ada efek
samping.40
PERAK NITRAT
Perak nitrat dibuat dengan campuran 0,2 mL larutan 40% larutan perak nitrat
dan 0,05 g tepung.

Diberikan di tengah lesi. Setelah 24 jam akan muncul krusta gelap, dan setelah
14 hari lesi MC akan terlepas.

Kelebihan : prosedur sederhana dan murah ini tidak menimbulkan rasa sakit dan
Kekurangan : rasa sakit, menyengat, eritema, luka bakar kimia, atau
residu hiperpigmentasi.42
CIDOVOVIR
Cidofovir adalah analog nukleotida dari deoxycytidine monophosphate. Meskipun
mekanisme kerjanya tidak jelas, diketahui dengan menghambat polimerase DNA
virus

Cidofovir dapat diberikan secara intravena (5 mg/kg/minggu selama 2 minggu diikuti


dengan 5 mg/kg sekali setiap 2 minggu) atau secara topikal (1%-3% krim atau gel,
diberi setiap hari).43

Beberapa penelitian telah menggambarkan keberhasilan cidofovir intravena atau


topikal untuk terapi MC yang resisten terhadap pengobatan lain.44
TUNGGU DAN LIHAT
Waktu rata-rata untuk resolusi lesi MC pada 306 pasien MC di Inggris yang
berusia 4-15 tahun adalah 13,3 bulan.50 30% belum sembuh pada 18 bulan, dan
13% tetap tidak sembuh pada 24 bulan.

Banyak orangtua tidak bisa menerima estimasi waktu minimum untuk


penyembuhannya dikarenakan :
- takut akan risiko penyebaran atau penularan ke anak-anak lain.23 T
- stigmatisasi.
- kekhawatiran orang tua terkait dengan manifestasi klinis MC (jaringan parut,
penyebaran, gatal, dan nyeri)
PENDEKATAN TERHADAP TERAPI
Secara umum, kami menghindari prosedur yang menimbulkan rasa sakit atau yang
menimbulkan risiko jaringan parut (misalnya, cryotherapy terapi atau laser).

Ekstrusi manual moluskum menggunakan jari  sederhana dan murah, dan sangat
ideal ketika anak memiliki beberapa lesi dan takut instrumen seperti kuret, pisau
bedah, atau klem.

Kuretase mungkin merupakan teknik yang paling efektif, tetapi membutuhkan


keterampilan dan kolaborasi yang baik dengan pasien, yang seringkali kurang
(khususnya dalam kasus yang membutuhkan perawatan berulang atau melibatkan
lesi di wajah).

Secara umum, kami menghindari prosedur yang menimbulkan rasa sakit atau yang
menimbulkan risiko jaringan parut (misalnya, cryotherapy terapi atau laser).
PENDEKATAN TERHADAP TERAPI
EMLA topikal dapat mengurangi rasa sakit, tetapi tidak dapat mengurangi rasa takut
pada anak. Selain itu, anestesi topikal sulit dilakukan pada lokasi tertentu seperti
kelopak mata.

KOH 5% DAN 10%  pasien dengan lesi yang banyak atau lesi pada badan dan
ekstremitas. KOH juga berguna ketika anak tidak koperatif atau ketika orang tua
menolak untuk dilakukan kuretase.
KESIMPULAN
Meskipun MC adalah salah satu penyakit kulit virus yang paling umum pada anak-
anak, tidak ada konsensus tentang pilihan pengobatan dan apakah pasien harus
dirawat atau tidak.

Sesuai dengan rekomendasi taksonomi yang baru dikembangkan, untuk menilai


kualitas, kuantitas, dan konsistensi bukti terapi, dukungan untuk pilihan manajemen
MC jatuh pada level B  kurangnya konsisten dan bukti yang berkualitas tinggi.

Pada prinsipnya, MC diterapi menggunakan modalitas dengan rasa sakit dan


jaringan parut yang minimal.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai