Anda di halaman 1dari 126

SISTEM MANAJEMEN KEBIJAKAN DAN PROTOKOL RUMAH SAKIT

UNTUK MAHASISWA RADIOLOGI PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI INSTALASI RADIOLOGI

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Kelulusan Diploma III Radiodiagnostik dan Radioterapi

DISUSUN OLEH :

HAYATUN NUPUS
NIM. 713001S18004

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

CITRA INTAN PERSADA

BANJARMASIN

2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Karya Tulis Ilmiah : Sistem Manajemen Kebijakan Dan Protokol

Rumah Sakit Untuk Mahasiswa Radiologi

Praktek Kerja Lapangan Pada Masa Pandemi

Covid-19 Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Islam Banjarmasin

Nama : Hayatun Nupus

NIM : 713001S18004

Dinyatakan layak untuk mengikuti ujian Karya Tulis Ilmiah di AKTEK

Radiodiagnostik dan Radioterapi Citra Intan Persada Banjarmasin.

Banjarmasin, Juni 2021

Pembimbing,

(.......................................)

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Tulis Ilmiah : Sistem Manajemen Kebijakan Dan Protokol

Rumah Sakit Untuk Mahasiswa Radiologi

Praktek Kerja Lapangan Pada Masa Pandemi

Covid-19 Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Islam Banjarmasin

Nama : Hayatun Nupus

NIM : 713001S18004

Telah diujikan pada ujian Tugas Akhir atau Karya Tulis Ilmiah oleh dewan

penguji dan dinyatakan .....pada tanggal ............

DEWAN PENGUJI

1. Penguji I :..............................................................................( )

2. Penguji II : ..............................................................................( )

3. Penguji III :...............................................................................( )

Mengetahui,
Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
Citra Intan Persada Banjarmasin
Direktur,

DR. H. M. Saleh Mursyid, M.Si, M.Kes, Ph.D

ii
ABSTRAK

Hayatun Nupus (713001S18004) “Sistem Manajemen Kebijakan Dan


Protokol Rumah Sakit Untuk Mahasiswa Radiologi Praktek Kerja Lapangan Pada
Masa Pandemi Covid-19 Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam Rumah Sakit
Islam Banjarmasin ” Karya Tulis Ilmiah Akademi Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi Banjarmasin.

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui sistem manajemen kebijakan


dan protokol rumah sakit untuk mahasiswa radiologi praktek kerja lapangan pada
masa pandemi covid-19. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sistem
manajemen kebijakan dan protokol rumah sakit untuk mahasiswa radiologi
praktek kerja lapangan pada masa pandemi covid-19.

Jenis penelitian ini adalah studi deskritif kualitatif. Penelitian ini merupakan
jenis peneilitian studi deskriftif dengan melakukan wawancara kepada bagian
manajemen rumah sakit islam Banjarmasin. Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan di instalasi radiologi rumah sakit islam Banjarmasin tentang sistem
manajemen kebijakan dan protokol rumah sakit untuk mahasiswa radiologi
praktek kerja lapangan pada masa pandemicovid-19.Dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa radiologi sudah memenuhi protokol dan kebijakan rumah sakit yang
telah ditetapkan untuk melaksanakan praktek kerja lapangan diinstalasi radiologi
rumah sakit islamBanjarmasin.

Kata Kunci: Alat Pelindung Diri, Protokol Kesehatan, Covid-19

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat dan

nikmatnya berupa kesehatan, kesempatan, kekuatan, keinginan, serta kesabaran,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul

“Sistem Manajemen Kebijakan Dan Protokol Rumah Sakit Untuk

Mahasiswa Radiologi Praktek Kerja Lapangan Pada Masa Pandemi Covid-

19 Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam Banjarmasin” dengan baik

sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi persyaratan

kelulusan Diploma III Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Citra

Intan Persada Banjarmasin. Tidak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada semua pihak yang secara langsung telah membantu dalam penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini. Dengan segala ketulusan hati penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. DR. H. M. Saleh Mursyid, M.Si, M.kes, Ph.D sebagai Direktur dan

Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Akademi Teknik Radiodiagnostik dan

Radioterapi Citra Intan Persada Banjarmasin.

2. SeluruhDosen dan Staf Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi

Citra Intan Persada Banjarmasin.

3. drg. Hj. Eva Ariyani sebagai Direktur Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

4. dr. Mansyur Arochman, Sp. Rad sebagai Kepala Instalasi Radiologi serta

dokter spesialis Radiologi Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

iv
5. Dwi Oktavia, Amd.Rad sebagai Kepala Ruangan Instalasi Radiologi Rumah

Sakit Islam Banjarmasin

6. Kakak – Kakak Radiographer yang selama ini telah memberikan ilmu yang

bermanfaat kepada penulis.

7. Orang tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan semangat, doa serta

dorongan spiritual dan meterial kepada penulis.

8. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulisan sehingga Karya

Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

Penulis memohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, hal ini karena keterbatasan dan kemampuan

yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk perbaikan Karya Tulis Ilmiah tersebut.

Semoga segala yang tertuang dalamKarya Tulis Ilmiah ini memberikan

manfaat bagi kita semua baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.

Mudah-mudahan usaha penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini memperoleh ridho dari

Allah SWT.Aamiin Ya Rabbal A’lamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Banjarmasin, Juni 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan .............................................................................. i

Halaman Pengesahan ............................................................................... ii

Abstrak ..................................................................................................... iii

Kata Pengantar ........................................................................................ iv

Daftar Isi .................................................................................................. vi

Daftar Gambar ........................................................................................ x

Daftar Tabel ............................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 3

1.3 Batasan Masalah .................................................................... 3

1.4 Tujuan Penulisan ................................................................... 3

1.4.1 Tujuan Umum ................................................................. 3

1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................ 4

1.5 Manfaat Penulisan ................................................................. 4

1.5.1 Bagi Penulis ................................................................... 4

1.5.2 Bagi Pembaca ................................................................ 4

1.5.3 Bagi Institusi Pendidikan................................................ 5

1.5.4 Bagi Instalasi Radiologi ................................................. 5

1.5.5 Bagi Rumah Sakit Islam Banjarmasin ............................ 5

1.6 Sistematika Penulisan ............................................................ 6

vi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kebijakan ................................................................. 7

2.2 Definisi Protokol Kesehatan .................................................. 8

2.3 Definisi Mahasiswa Praktek Kerja Lapangan ...................... 9

2.3.1 Mahasiswa Secara Umum .............................................. 9

2.3.2 Mahasiswa Radiologi ..................................................... 9

2.3.3 Praktek Kerja Lapangan ................................................. 10

2.4 Definisi Rumah Sakit ............................................................. 10

2.4.1 Jenis-Jenis Rumah Sakit ................................................. .11

2.4.2 Tipe-tipe Rumah Sakit ................................................... .13

2.5 Definisi Pemeriksaan Radiologi ............................................ 14

2.6 Epidemiologi .......................................................................... 12

2.7 Manifestasi Klinis Covid-19 .................................................. 14

2.8 Manajemen Klinis Covid-19.................................................. 15

2.9 Pencegahan Dan Pengendalian Di Masyarakat .................... 17

2.9.1 Pencegahan Penularan Pada Individu ............................. 17

2.9.2 Perlindungan Kesehatan Pada Masyarakat ...................... 18

2.10Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasyankes .......... 22

2.11Protokol Kesehatan ............................................................... 24

2.9.1 Protokol Bagi Pasien ....................................................... 24

2.9.2 Protokol Bagi Petugas Kesehatan ..................................... 25

2.12Alat Pelindung Diri...................................................................26

vii
BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep ................................................................ 34

3.2 Definisi Operasional ............................................................ 35

3.3.1 Input ............................................................................. 35

3.3.2 Proses ........................................................................... 35

3.3.3 Output .......................................................................... 36

3.3 Desain Penelitian ................................................................. 36

3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................. 36

3.4.1 Observasi ...................................................................... 36

3.4.2 Wawancara ................................................................... 36

3.4.3 Studi Kepustakaan ........................................................ 36

3.5 Analisa Data......................................................................... 37

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian .................................................................... 40

4.1.1 Tata Laksana protokol Kesehatan Mahasiswa PKL di

Rumah Sakit Islam Banjarmasin ................................... 40

4.1.2 Alat Pelindung Diri Mahasiswa..................................... 47

4.1.3 Hasil Wawancara .......................................................... 52

4.2 Pembahasan .......................................................................... 55

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ........................................................................... 56

5.2 Saran ..................................................................................... 57

viii
5.2.1 Saran Bagi Instalasi Radiologi ...................................... 59

5.2.2 Saran Bagi Pembaca ..................................................... 59

5.2.3 Saran Bagi Aktek Radiodiagnostik dan Radioterapi Citra

Intan Persada Banjarmasin ........................................... 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Masker Bedah ......................................................................... 31

Gambar 2.2 Respirator N95........................................................................ 31

Gambar 2.3 Pelindung Mata ...................................................................... 32

Gambar 2.4 Pelindung Wajah..................................................................... 32

Gambar 2.5 Sarung Tangan ........................................................................ 33

Gambar 2.6 Gaun Sekali Pakai ................................................................... 34

Gambar 2.7 Coverall Medis ....................................................................... 34

Gambar 2.8 Apron Medis ........................................................................... 35

Gambar 2.9 Sepat Boot Anti Air ............................................................... 35

Gambar 4.1 Masker Medis ......................................................................... 47

Gambar 4.2 Respirator N95........................................................................ 48

Gambar 4.3 Face Shield ............................................................................. 48

Gambar 4.4 Google .................................................................................... 49

Gambar 4.5 Handscoon .............................................................................. 49

Gambar 4.6 Gaun Sekali Pakai ................................................................... 50

Gambar 4.7 Coverall Medis ....................................................................... 50

Gambar 4.8 Apron Medis ........................................................................... 51

Gambar 4.9 Nurse Cup.............................................................................. 51

Gambar 4.9 Sepatu Pelindung ................................................................... 52

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kerangka Konsep ...................................................................... 34

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan Radiologi merupakan salah satu pemeriksaan di bidang

medis yang sangat penting untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit dan

sebagai terapi suatu penyakit.Hasil kualitas citra radiografi yang bagus

mempunyai peranan yang sangat penting dalam penegakan diagnosa suatu

penyakit yang diderita oleh pasien (firzandinata.wordpress.com).

Tugas pokok radiologi adalah untuk menghasilkan gambar dan laporan

temuan pemeriksaan untuk keperluan diagnosis, yang bersama-sama dengan

teknik dan temuan diagnostik lainnya akan menjadi dasar tindakan perawatan

pasien. Meskipun radiologi merupakan komponen utama dari diagnosis,

namun radiologi tidak terbatas hanya untuk keperluan pencitraan diagnostik.

Radiologi juga berperan dalam terapi intervensi seperti biopsi, dan

pengobatan lainnya, seperti aplikasi pembuluh darah termasuk recanalization

(menghilangkan penyumbatan) atau lysis (pengurangan simptom suatu

penyakit akut secara bertahap (gradually) (Kartawiguna & Georgiana,

2011:3).

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik

di Sarana Pelayanan Kesehatan menyatakan bahwa, pelayanan radiologi

sebagai bagian yang terintegrasi dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh

1
2

merupakan bagian dari amanat Undang–Undang Nomor 23 Tahun 1992

tentang Kesehatan. Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya

kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka pelayanan

radiologi sudah selayaknya memberikan pelayanan yang berkualitas.

Penyelenggaraan pelayanan radiologi umumnya dan radiologi diagnostik

khususnya telah dilaksanakan di berbagai sarana pelayanan kesehatan, mulai

dari sarana pelayanan kesehatan sederhana, seperti puskesmas dan klinik–

klinik swasta, maupun sarana pelayanan kesehatan yang berskala besar

seperti rumah sakit kelas A.

Covid-19 merupakan pandemi global yang hingga saat ini belum

berakhir. Covid-19 yang terus menyebar dan penyebarannya sulit dideteksi

menuntut inovasi dan kreatifitas seluruh masyarakat dalam persiapan dan

pelaksanaan kegiatan dalam segala bidang. Perguruan tinggi yang memiliki

tugas tridharma juga dituntut untuk melakukan inovasi, kreatifitas, bahkan

adaptasi dengan situasi pandemi. Salah satu progam yang harus diadaptasi

adalah Praktek Kerja Lapangan. Maka dari itu agar mahasiswa PKL harus

mengikuti kebijakan dan protocol rumah sakit untuk mencegah mahasiswa

terpapar dari covid-19, karena pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan

penunjang yang berperan sangat penting untuk melihat keadaan paru-paru

pasien covid-19 serta deteksi awal bagi pasien IGD untuk menentukan

ruangan atau bangsal yang sesuai untuk pasien. Berdasarkan keadaan diatas

maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam bagaimana “Sistem

Kebijakan Dan Protocol Rumah Sakit Islam Untuk Mahasiswa Radiologi


3

Praktek Kerja Lapangan Pada Masa Pandemi COVID-19 Di Instalasi

Radiologi Rumah Sakit Islam Banjarmasin”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulisan memuat

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kebijakan Rumah Sakit Islam Banjarmasin terhadap

mahasiswa Radiologi yang PKL pada masa pandemi covid-19 ?

2. Apa saja protokol yang harus dijalankan mahasiswa Radiologi yang PKL

pada saat menangani pasien covid-19 Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Islam Banjarmasin?

3. Bagaiamana sistem skrining kesehatan mahasiswa Radiologi pada saat

melaksanakan PKL di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam Banjarmasin

1.3 Batasan Masalah

Pada Karya Tulis Ilmiah ini, penulis membatasi permasalahannya hanya

pada Sistem Manajemen Kebijakan Dan Protokol Rumah Sakit Untuk

Mahasiswa Radiologi Praktek Kerja Lapangan Pada Masa Pandemi Covid-19

Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui kebijakan dan protokol serta bagaimana sistem

skrinning kesehatan mahasiswa radiologi pada saat melaksanakan

praktek kerja lapangan di Rumah Sakit Islam Banjarmasin.


4

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana kebijakan rumah


sakit islam terhadap mahasiswa praktek kerja lapangan pada masa
pandemicovid-19.
2. Untuk mengetahuiapa saja protokol yang harus dijalankan
mahasiswa praktek kerja lapangan pada saat menangani pasien
covid-19.
3. Untuk mengetahuibagaiamana system skrining kesehatan
mahasiswa pada saat melaksanakan praktek kerja lapangan di
Rumah Sakit Islam Banjarmasin.
1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil pada penulisan Karya Tulis Ilmiah

ini adalah sebagai berikut :

1.5.1 Bagi Penulis

Diharapkan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat

menambah pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai Sistem

Manajemen Kebijakan Dan Protokol Rumah Sakit Untuk Mahasiswa

Radiologi Praktek Kerja Lapangan Pada Masa Pandemi Covid-19 Di

Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

1.5.2 Bagi Pembaca

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada pembaca tentang Sistem Manajemen Kebijakan Dan Protokol

Rumah Sakit Untuk Mahasiswa Radiologi Praktek Kerja Lapangan

Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Islam Banjarmasin
5

1.5.3 Bagi Aktek Radiodiagnostik dan Radioterapi Citra Intan Persada

Banjarmasin

Untuk menambah wawasan pengetahuan dan koleksi pustaka bagi

Mahasiswa/mahasiswi materi mengenai Sistem Manajemen Kebijakan

Dan Protokol Rumah Sakit Untuk Mahasiswa Radiologi Praktek Kerja

Lapangan Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Instalasi Radiologi Rumah

Sakit Islam Banjarmasin.

1.5.4 Bagi Instalasi Radiologi

Alangkah baiknya Karya Tulis Ilmiah ini bisa menambah

referensi dan dijadikan sebagai acuan untuk kedepannya dan sebagai

informasi mengenai Sistem Manajemen Kebijakan Dan Protokol

Rumah Sakit Untuk Mahasiswa Radiologi Praktek Kerja Lapangan

Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Islam Banjarmasin.

1.5.5 Bagi Rumah Sakit Islam Banjarmasin

Alangkah baiknya dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan pengetahuan dalam

masalah Sistem Manajemen Kebijakan Dan Protokol Rumah Sakit

Untuk Mahasiswa Radiologi Praktek Kerja Lapangan Pada Masa

Pandemi Covid-19 Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam

Banjarmasin.
6

1.6 Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan pada karya tulis ilmiah ini dibagi dalam lima bab,

sehingga memberikan gambaran sekilas tentang Karya Tulis Ilmiah ini bab

demi bab, sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang , rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penelitian.

BAB : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang definisi kebijakan, definisi mahasiswa

radiologi praktek kerja lapangan, definisi rumah sakit, definisi

protokol kesehatan, definisi pemeriksaan radiologi, epidemiologi

covid-19, manifestasi covid-19, manajemen klinis covid-19,

pencegahan dan pengendalian di masyarakat dan fasilitas

pelayanan kesehatan, protokol kesehatan dimasa pandemi covid-

19, serta alat pelindung diri yang digunakan oleh petugas

radiologi secara umum.

BAB III : METODELOGI PENELITIAN

Bab ini membahas tentang metode penelitian, kerangka konsep,

definisi operasional, tempat dan waktu penelitian, metode

pengumpulan data, dan analisa data.


7

BAB IV : HASIL PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan hasil

sistem manajemen kebijakan dan protokol rumah sakit untuk

mahasiswa radiologi praktek kerja lapangan pada masa pandemi

covid-19.

BAB V : PENUTUP

Bab ini penulis membahas tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kebijakan

Secara umum kebijakan atau policy dipergunakan untuk menunjukan

perilaku seseorang aktor misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun

lembaga tertentu untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Pada

dasarnya terdapat banyak penjelasan dengan batasan-batasan atau pengertian

mengenai kebijakan. Menurut Noeng Muhadjir kebijakan merupakan upaya

memecahkan problem sosial bagi kepentingan masyarakat atas asas keadilan

dan kesejaheraan masyarakat. Dan dalam kebijakan setidaknya harus

memenuhi empat hal penting yakni :

1. Tingkat Hidup Masyarakat Meningkat

2. Terjadi Keadilan : By The Law, Social Justice, Dan Peluang Prestasi Dan

Kreasi Individual

3. Diberikan Peluang Aktif Partisipasi Masyarakat (Dalam Membahas

Masalah, Perencanaan, Keputusan Dan Implementasi)

4. Terjaminnya Pengembangan Berkelanjutan.

Kemudian Monahan dan Hengst seperti yang dikutip oleh Syafaruddin

bahawa kebijakan (policy) secara etimologi diturunkan dalam bahasa Yunani,

yaitu “Polis” yang artinya kota (city). Pendapat ini menjelaskan kebijakan

mengacu kepada cara-cara dari semua bagian pemerintahan mengarahkan

untuk mengelola kegiatan mereka. Dalam hal ini, kebijakan berkenaan

8
9

dengan gagasan pengaturan organisasi dan merupakan pola formal yang

sama-sarma diterima pemerintah atau lembaga sehingga dengan hal itu

mereka berusaha mengejar tujuannya. Berdasarkan penjelasan di atas

diketahui bahwa kebijakan merupakan petunjuk dan batasan secara umum

yang menjadi arah dari tindakan yang dilakukan dan aturan yang harus diikuti

oleh para pelaku dan pelaksana kebijakan karena sangat penting bagi

pengolahan dalam sebuah organisasi serta mengambil keputusan atas

perencanaan yang telah dibuat dan disepakati bersama. Dengan demikian

kebijakan menjadi sarana pemecahan masalah atas tindakan yang terjadi.

2.2 Definisi Protokol Kesehatan

Protokol kesehatan didefinisikan sebagai suatu cara atau tindakan yang

berpengaruh terhadap perangkat institusi, organisasi, pelayanan kesehatan dan

pengaturan keuangan dari sistem kesehatan (Walt, 1994). Kebijakan

kesehatan merupakan bagian dari sistem kesehatan (Bornemisza & Sondorp,

2002). Komponen sistem kesehatan meliputi sumber daya, struktur

organisasi, manajemen, penunjang lain dan pelayanan kesehatan (Cassels,

1995).

Kebijakan kesehatan bertujuan untuk mendisain program-program di

tingkat pusat dan lokal, agar dapat dilakukan perubahan terhadap

determinandeterminan kesehatan (Davies 2001; Milio 2001), termasuk

kebijakan kesehatan internasional (Hunter 2005; Labonte, 1998; Mohindra

2007).Kebijakan kesehatan adalah suatu hal yang peduli terhadap pengguna

pelayanan kesehatan termasuk manajer dan pekerja kesehatan.Kebijakan


10

kesehatan dapat dilihat sebagai suatu jaringan keputusan yang saling

berhubungan, yang pada prakteknya peduli kepada pelayanan kesehatan

masyarakat (Green & Thorogood, 1998).

Kebijakan-kebijakan kesehatan dibuat oleh pemerintah dan swasta.

Kebijakan merupakan produk pemerintah, walaupun pelayanan kesehatan

cenderung dilakukan secara swasta, dikontrakkan atau melalui suatu

kemitraan, kebijakannya disiapkan oleh pemerintah di mana keputusannya

mempertimbangkan juga aspek politik (Buse, May & Walt, 2005).Jelasnya

kebijakan kesehatan adalah kebijakan publik yang merupakan tanggung

jawab pemerintah dan swasta.Sedangkan tugas untuk menformulasi dan

implementasi kebijakan kesehatan dalam satu negara merupakan tanggung

jawab Departemen Kesehatan (WHO, 2000).

2.3 Definisi Mahasiswa Radiologi Praktek Kerja Lapangan

2.3.1 Mahasiswa Secara Umum

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Mahasiswa adalah

seseorang yang belajar di perguruan tinggi, di dalam struktur

pendidikan di Indonesia mahasiswa memegang status pendidikan

tertinggi diantara yang lain.

2.3.2 Mahasiswa Radiologi

Mahasiswa radiologi merupakan mahasiswa yang mempelajari

ilmu kedokteran untuk memindai dan mendiagnosis bagian dalam

tubuh manusia dengan menggunakan sinar x, baik berupa gelombang

elektromagnetik atau gelombang mekanik.Dengan kemajuan teknologi


11

kedokteran yang lebih modern, radiologi tak hanya menggunakan

sinar-x, tapi ultasonik seperti ultranonography (USG) dan magentic

resonance imaging (MRI).

2.3.3 Praktek Kerja Lapangan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah salah satu bentuk kegiatan

yang bertempat di lingkungan kerja langsung dan sesuai dengan

kurikulum di Perguruan Tinggi serta upaya untuk menselaraskan

materi pendidikan di kampus dengan kebutuhan pasar kerja

(industri/jasa), maka kepada mahasiswa/i diwajibkan melaksanakan

Magang atau Praktek Kerja Lapangan (PKL).

2.4 Definisi Rumah Sakit

Menurut World Health Organization (WHO) rumah sakit adalah suatu

badan usaha yang menyediakan dan memberikan jasa pelayanan medis jangka

pendek dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik,

terapeutik dan rehabilitative untuk orang-orang yang menderitasakit,

terlukadanuntuk yang melahirkan.

Rumah sakit merupakan sarana upaya kesehatan serta dapat

dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehetan dan penelitian (permenkes

NO.159B/1988). UU NO.44 tahun2009 tentang rumah sakit , rumah sakit

adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

inap, rawat jalan dan gawat darurat.


12

2.4.1 Jenis-Jenis Rumah Sakit

1. Rumah Sakit Umum

Melayani hampir seluruh penyakit umum, dan biasanya memiliki

institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam (ruang gawat darurat)

untuk mengatasi bahaya dalam waktu secepatnya dan memberikan

pertolongan pertama. Rumah sakit umum biasanya merupakan

fasilitas yang mudah ditemui di suatu negara, dengan kapasitas

rawat inap sangat besar untuk perawatan intensif ataupun jangka

panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi dengan

fasilitas bedah, bedah plastik, ruang bersalin, laboratorium, dan

sebagainya. Tetapi kelengkapan fasilitas ini bisa saja bervariasi

sesuai kemampuan penyelenggaranya. Rumah sakit yang sangat

besar sering disebut Medical Center (pusat kesehatan), biasanya

melayani seluruh pengobatan modern. Sebagian besar rumah sakit

di Indonesia juga membuka pelayanan kesehatan tanpa menginap

(rawat jalan) bagi masyarakat umum (klinik). Biasanya terdapat

beberapa klinik/poliklinik di dalam suatu rumah sakit.

2. Rumah Sakit Terspesialisasi

Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit

manula, atau rumah sakit yang melayani kepentingan khusus

sepertipsychiatric (psychiatric hospital), penyakit pernapasan, dan

lain-lain.
13

3. Rumah Sakit Penelitian/Pendidikan

Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit umum yang

terkait dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas

kedokteran pada suatu universitas/lembaga pendidikan tinggi.

Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk pelatihan dokter-dokter

muda, uji coba berbagai macam obat baru atau teknik pengobatan

baru. Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak

universitas/perguruan tinggi sebagai salah satu wujud pengabdian

masyararakat / Tri Dharma perguruan tinggi.

4. Rumah Sakit Lembaga/Perusahaan

Rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk

melayani pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga

tersebut/karyawan perusahaan tersebut. Alasan pendirian bisa

karena penyakit yang berkaitan dengan kegiatan lembaga tersebut

(misalnya rumah sakit militer, lapangan udara), bentuk jaminan

sosial/pengobatan gratis bagi karyawan, atau karena letak/lokasi

perusahaan yang terpencil/jauh dari rumah sakit umum. Biasanya

rumah sakit lembaga/perusahaan di Indonesia juga menerima

pasien umum dan menyediakan ruang gawat darurat untuk

masyarakat umum.
14

2.4.2 Tipe-Tipe Rumah Sakit

1. Rumah Sakit Tipe A

Merupakan Rumah Sakit yang telah mampu memberikan

pelayanan Kedokteran Spesialis dan Subspesialis luas sehingga

oleh pemerintah ditetapkan sebagai tempat rujukan tertinggi (Top

Referral Hospital) atau biasa juga disebut sebagai Rumah Sakit

Pusat.

2. Rumah Sakit Tipe B

Merupakan Rumah Sakit yang telah mampu memberikan

pelayanan Kedokteran Spesialis dan Subspesialis terbatas. Rumah

Sakit ini didirikan di setiap Ibukota Propinsi yang mampu

menampung pelayanan rujukan dari Rumah Sakit tingkat

Kabupaten.

3. Rumah Sakit Tipe C

Rumah sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan

pelayanan kedokteran spesialis terbatas, yaitu pelayanan penyakit

dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan

kebidanan dan kandungan. Rumah sakit kelas C akan didirikan di

setiap ibukota kabupaten (regency hospital) yang menampung

pelayanan rujukan dari puskesmas.

4. Rumah Sakit Tipe D

Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit ynag bersifat transisi

karena pada satu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas
15

C. Kemampuan rumah sakit kelas D hanya memberikan pelayanan

kedokteran umum dan kedokteran gigi. Rumah sakit kelas D juga

menampung pelayanan rujukan yang berasal dari puskemas.

5. Rumah Sakit Tipe E

Rumah sakit kelas E adalah rumah sakit khusus (spesial hospital)

yang menyelenggarakan satu macam pelayanan kedokteran saja,

misalnya rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit kanker,

rumah sakit jantung, rumah sakit ibu dan anak, rumah sakit gigi

dan mulut dan lain sebagainya.

2.5 Definisi Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi adalah cara-cara pemeriksaan yang menghasilkan

gambar bagian dalam tubuh manusia untuk tujuan diagnostik yang dinamakan

pencitraan diagnostik. Menurut Patel (2005:2), radiologi merupakan ilmu

kedokteran yang digunakan untuk melihat bagian tubuh manusia yang

menggunakan pancaran atau radiasi gelombang elektromagnetik maupun

gelombang mekanik. Modalitas pencitraan (modality) merupakan istilah dari

alat-alat yang digunakan dalam bidang radiologi untuk melakukan diagnosa

terhadap penyakit. Pemeriksaan radiologi memungkinan suatu penyakit

terdeteksi pada tahap awal sehingga akan meningkatkan keberhasilan

pengobatan yang dilakukan. Jenis pemeriksaan ini dilakukan dengan

menggunakan peralatan pencitraan diagnostik yang perkembangannya sangat

dipengaruhi oleh kemajuan ilmu fisika, kimia, dan biologi serta teknologi

elektronika, dan komputer. Dalam pembangunan suatu fasilitas kesehatan,


16

peralatan pencitraan diagnostik merupakan investasi terbesar dari seluruh

anggaran yang diperlukan (Kartawiguna & Georgiana, 2011:1). Tugas pokok

radiologi adalah untuk menghasilkan gambar dan laporan temuan

pemeriksaan untuk keperluan diagnosis, yang bersama-sama dengan teknik

dan temuan diagnostik lainnya akan menjadi dasar tindakan perawatan

pasien. Meskipun radiologi merupakan komponen utama dari diagnosis,

namun radiologi tidak terbatas hanya untuk keperluan pencitraan diagnostik.

Radiologi juga berperan dalam terapi intervensi seperti biopsi, dan

pengobatan lainnya, seperti aplikasi pembuluh darah termasuk recanalization

(menghilangkan penyumbatan) atau lysis (pengurangan simptom suatu

penyakit akut secara bertahap (gradually) (Kartawiguna & Georgiana,

2011:3). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik

di Sarana Pelayanan Kesehatan menyatakan bahwa, pelayanan radiologi

sebagai bagian yang terintegrasi dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh

merupakan bagian dari amanat Undang–Undang Nomor 23 Tahun 1992

tentang Kesehatan.

Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya kebutuhan

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka pelayanan radiologi sudah

selayaknya memberikan pelayanan yang berkualitas. Penyelenggaraan

pelayanan radiologi umumnya dan radiologi diagnostik khususnya telah

dilaksanakan di berbagai sarana pelayanan kesehatan, mulai dari sarana

pelayanan kesehatan sederhana, seperti puskesmas dan klinik–klinik swasta,


17

maupun sarana pelayanan kesehatan yang berskala besar seperti rumah

sakit kelas A. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang terjadi dewasa ini telah memungkinkan berbagai penyakit dapat

dideteksi dengan menggunakan fasilitas radiologi diagnostik yaitu pelayanan

yang menggunakan radiasi pengion dan non pengion (gelombang mekanik.

Dengan berkembangnya waktu, radiologi diagnostik juga telah

mengalami kemajuan yang cukup pesat, baik dari peralatan maupun

metodenya. Macam-Macam Pemeriksaan Radiologi Berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang

Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan

menyatakan, dalam pelayanan radiologi diagnostik memiliki tiga jenis. Tiga

pelayanan radiologi diagnostik meliputi:

1. Pelayanan Radiodiagnostik.

2. Pelayanan Pencitraan Diagnostik.

3. Pelayanan Radiologi Intervensional.

Pelayanan radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis

dengan menggunakan radiasi pengion (sinar-X), meliputi antara lain

pelayanan sinar-X konvensional, Computed Tomography Scan (CT Scan) dan

mammografi. Pelayanan pencitraan diagnostik adalah pelayanan untuk

melakukan diagnosis dengan menggunakan radiasi non pengion, antara lain

pemeriksaan dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan ultrasonografi

(USG). Pelayanan radiologi intervensional adalah pelayanan untuk

melakukan diagnosis dan terapi intervensi dengan menggunakan peralatan


18

radiologi sinar-X (angiografi, CT Scan). Pelayanan ini memakai radiasi

pengion dan radiasi non pengion. Ilmu Radiologi intervensi adalah area

spesialisasi dalam bidang radiologi yang menggunakan teknik radiologi

seperti radiografi sinar-X, pemindai CT, pemindai MRI, dan ultrasonografi

untuk menempatkan kabel, tabung, atau instrumen lain di dalam pasien untuk

mendiagnosa atau mengobati berbagai kondisi. Berikut ini dijelaskan macam-

macam pemeriksaan radiologi yang umum dilakukan.Jenis-jenis pemeriksaan

ini dijelaskan secara garis besar berdasarkan modalitas radiodiagnostik

maupuan pencitraan diagnostik lainnya yang digunakan.

2.6 Epidemiologi

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular

yang disebabkan oleh Coronavirus jenis baru. Penyakit ini diawali dengan

munculnya kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Wuhan,

China pada akhir. Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, kasus

tersebut diduga berhubungan dengan Pasar Seafood di Wuhan. Pada tanggal 7

Januari 2020, Pemerintah China kemudian mengumumkan bahwa penyebab

kasus tersebut adalah Coronavirus jenis baru yang kemudian diberi nama

SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2). Virus ini

berasal dari famili yang sama dengan virus penyebab SARS dan MERS.

Meskipun berasal dari famili yang sama, namun SARS-CoV-2 lebih menular

dibandingkan dengan SARS-CoV dan MERS-CoV (CDC China, 2020).

Proses penularan yang cepat membuat WHO menetapkan COVID-19 sebagai

KKMMD/PHEIC pada tanggal 30 Januari 2020. Angka kematian kasar


19

bervariasi tergantung negara dan tergantung pada populasi yang terpengaruh,

perkembangan wabahnya di suatu negara, dan ketersediaan pemeriksaan

laboratorium. Thailand merupakan negara pertama di luar China yang

melaporkan adanya kasus COVID-19. Setelah Thailand, negara berikutnya

yang melaporkan kasus pertama COVID-19 adalah Jepang dan Korea Selatan

yang kemudian berkembang ke negara-negara lain. Sampai dengan tanggal 30

Juni 2020, WHO melaporkan 10.185.374 kasus konfirmasi dengan 503.862

kematian di seluruh dunia (CFR 4,9%). Negara yang paling banyak

melaporkan kasus konfirmasi adalah Amerika Serikat, Brazil, Rusia, India,

dan United Kingdom. Sementara, negara dengan angka kematian paling

tinggi adalah Amerika Serikat, United Kingdom, Italia, Perancis, dan

Spanyol.

Indonesia melaporkan kasus pertama COVID-19 pada tanggal 2 Maret

2020 dan jumlahnya terus bertambah hingga sekarang. Sampai dengan

tanggal 30 Juni 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan 56.385 kasus

konfirmasi COVID-19 dengan 2.875 kasus meninggal (CFR 5,1%) yang

tersebar di 34 provinsi. Sebanyak 51,5% kasus terjadi pada laki-laki. Kasus

paling banyak terjadi pada rentang usia 45-54 tahun dan paling sedikit terjadi

pada usia 0-5 tahun. Angka kematian tertinggi ditemukan pada pasien dengan

usia 55-64 tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh CDC China,

diketahui bahwa kasus paling banyak terjadi pada pria (51,4%) dan terjadi

pada usia 30-79 tahun dan paling sedikit terjadi pada usia.
20

Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan

14 hari namun dapat mencapai 14 hari. Risiko penularan tertinggi diperoleh

di hari-hari pertama penyakit disebabkan oleh konsentrasi virus pada sekret

yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat langsung dapat menularkan sampai

dengan 48 jam sebelum onset gejala (presimptomatik) dan sampai dengan 14

hari setelah onset gejala. Sebuah studi melaporkan bahwa 12,6%

menunjukkan penularan presimptomatik. Penting untuk mengetahui periode

presimptomatik karena memungkinkan virus menyebar melalui droplet atau

kontak dengan benda yang terkontaminasi. Sebagai tambahan, bahwa terdapat

kasus konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik), meskipun risiko

penularan sangat rendah akan tetapi masih ada kemungkinan kecil untuk

terjadi penularan.

2.7 Manifestasi Klinis Covid-19

Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara

bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun

dan tetap merasa sehat. Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam,

rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri

dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit

tenggorokan, diare, hilang penciuman dan pembauan atau ruam kulit.

Menurut data dari negara-negara yang terkena dampak awal pandemi, 40%

kasus akan mengalami penyakit ringan, 40% akan mengalami penyakit

sedang termasuk pneumonia, 15% kasus akan mengalami penyakit parah, dan

5% kasus akan mengalami kondisi kritis. Pasien dengan gejala ringan


21

dilaporkan sembuh setelah 1 minggu. Pada kasus berat akan mengalami

Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik, gagal

multiorgan, termasuk gagal ginjal atau gagal jantung akut hingga berakibat

kematian. Orang lanjut usia (lansia) dan orang dengan kondisi medis yang

sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan

paru, diabetes dan kanker berisiko lebih besar mengalami keparahan.Dalam

hal diagnosis WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh

pasien yang terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan seperti

pemeriksaan RT-PCR

2.8 Manajemen Klinis Covid-19

Langkah awal dalam identifikasi individu yang diduga atau dikonfirmasi

COVID-19 adalah dengan skrining semua pengunjung fasyankes pada titik

kontak pertama. Pelaksanaan skrining dilakukan di semua fasyankes seperti

rumah sakit, puskesmas, klinik, dan praktik perorangan, serta dapat juga

melalui call center pelayanan gawat darurat 119/Public Safety Center (PSC

119). Panduan petugas pelayanan call center pelayanan gawat darurat

119/Public Safety Center (PSC 119) dapat merujuk pada panduan terlampir.

Skrining dapat menggunakan serangkaian kegiatan seperti pemeriksaan suhu

tubuh dengan thermal gun, pertanyaan sederhana seperti ada demam atau

riwayat demam, batuk, nyeri tenggorokan, hidung tersumbat, sesak nafas,

malaise, sakit kepala, nyeri otot, riwayat kontak erat dengan pasien

konfirmasi dan atau riwayat perjalanan dalam 14 hari dari negara atau

wilayah transmisi lokal untuk mendapatkan status awal pasien ada tidaknya
22

gejala COVID-19. Sebaiknya membuat protokol skrining di semua titik akses

masuk ke fasyankes dan selama kegiatan pelacakan kontak/contact tracing.

Pertimbangkan COVID-19 sebagai etiologi yang paling memungkinkan untuk

pasien yang mengalami ISPA berat dan memenuhi kriteria definisi

operasional surveilans. Infeksi COVID-19 dapat menyebabkan gejala ISPA

ringan sampai berat bahkan sampai terjadi Acute Respiratory Distress

Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik. Deteksi dini manifestasi klinis

akan memberikan kesempatan yang cukup untuk penerapan tatalaksana yang

tepat. Setelah skrining pasien pada triase dengan dugaan COVID-19

dilakukan evaluasi pasien untuk menentukan tingkat keparahan penyakit

Setelah penilaian awal, manajemen dan stabilisasi, pasien diarahkan ke tujuan

perawatan COVID-19 yang sesuai, yaitu di dalam fasyankes (unit perawatan

kritis atau bangsal), atau dirujuk ke fasyankes yang berbeda, fasilitas

komunitas atau rumah, sesuai dengan kebutuhan medis pasien. Mayoritas

pasien dengan gejala ringan tidak memerlukan rawat inap kecuali ada

kekhawatiran tentang kemungkinan terjadinya perburukan yang cepat dan

sesuai dengan pertimbangan medis. Pasien yang berusia lanjut dan memiliki

penyakit komorbid (contohnya: penyakit kardiovaskuler dan diabetes)

memiliki resiko lebih besar untuk mengalami gejala yang lebih berat dan

mengalami kematian, sehingga dapat dipertimbangkan untuk mendapat

perawatan. Deteksi cepat COVID-19 diselenggarakan sesuai manifestasi

klinis dan sesuai definisi operasional surveilans COVID-19. Sebagian pasien

yang dirawat (15%) akan mengalami sakit berat yang memerlukan terapi
23

oksigen dan sekitar 5% akan dirawat di ICU dan sebagian diantaranya

memerlukan ventilator mekanik. Pneumonia berat merupakan diagnosis yang

paling umum untuk pasien COVID-19 yang sakit berat. Pasien dengan gejala

ringan, sedang atau berat/kritis dapat dirawat di rumah sakit rujukan COVID-

19 atau rumah sakit lain yang memiliki fasilitas sesuai standar pelayanan

yang telah ditentukan, sementara itu pasien dengan gejala ringan hingga

sedang dapat juga dirawat di Rumah Sakit Lapangan/Rumah Sakit Darurat

terutama bagi pasien yang dapat mandiri/self handling selama dirawat.

2.9 Pencegahan dan Pengendalian di Masyarakat

Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai

penularan COVID-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan baru.

Mengingat cara penularannya berdasarkan droplet infection dari individu ke

individu, maka penularan dapat terjadi baik di rumah, perjalanan, tempat

kerja, tempat ibadah, tempat wisata maupun tempat lain dimana terdapat

orang berinteaksi sosial. Prinsipnya pencegahan dan pengendalian COVID-19

di masyarakat dilakukan dengan:

2.9.1 Pencegahan Penularan Pada Individu

Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang mengandung

virus SARSCoV-2 yang masuk ke dalam tubuh melalui hidung, mulut

dan mata, untuk itu pencegahan penularan COVID-19 pada individu

dilakukan dengan beberapa tindakan, seperti:


24

1. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun

dan air mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan cairan

antiseptik berbasis alkohol (handsanitizer) minimal 20 – 30 detik.

2. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang

tidak bersih.

3. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi

hidung dan mulut jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan

orang lain yang tidak diketahui status kesehatannya (yang mungkin

dapat menularkan COVID-19).

4. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk

menghindari terkena droplet dari orang yang yang batuk atau bersin.

Jika tidak memungkin melakukan jaga jarak maka dapat dilakukan

dengan berbagai rekayasa administrasi dan teknis lainnya.

5. Membatasi diri terhadap interaksi / kontak dengan orang lain yang

tidak diketahui status kesehatannya.

6. Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti

pakaian sebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah.

7. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup

bersih dan sehat (PHBS) seperti konsumsi gizi seimbang, aktivitas

fisik minimal 30 menit sehari, dan istirahat yang cukup.

8. Mengelola penyakit penyerta/komorbid agar tetap terkontrol

9. Mengelola kesehatan jiwa dan psikososial


25

10. Menerapkan adaptasi kebiasaan baru dengan melaksanakan

protokol kesehatan dalam setiap aktivitas

2.9.2 Perlindungan Kesehatan Pada Masyarakat

COVID-19 merupakan penyakit yang tingkat penularannya cukup

tinggi, sehingga perlu dilakukan upaya perlindungan kesehatan

masyarakat yang dilakukan secara komprehensif. Perlindungan

kesehatan masyarakat bertujuan mencegah terjadinya penularan dalam

skala luas yang dapat menimbulkan beban besar terhadap fasyankes.

Tingkat penularan COVID-19 di masyarakat dipengaruhi oleh adanya

pergerakan orang, interaksi antar manusia dan berkumpulnya banyak

orang, untuk itu perlindungan kesehatan masyarakat harus dilakukan

oleh semua unsur yang ada di masyarakat baik pemerintah, dunia usaha,

aparat penegak hukum serta komponen masyarakat lainnya. Adapun

perlindungan kesehatan masyarakat dilakukan melalui

1. Upaya Pencegahan (Prevent)

a. Kegiatan promosi kesehatan (promote) dilakukan melalui

sosialisasi, edukasi, dan penggunaan berbagai media informasi

untuk memberikan pengertian dan pemahaman bagi semua

orang, serta keteladanan dari pimpinan, tokoh masyarakat, dan

melalui media mainstream.

b. Kegiatan perlindungan (protect) antara lain dilakukan melalui

penyediaan sarana cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses

dan memenuhi standar atau penyediaan handsanitizer, upaya


26

penapisan kesehatan orang yang akan masuk ke tempat dan

fasilitas umum, pengaturan jaga jarak, disinfeksi terhadap

permukaan, ruangan, dan peralatan secara berkala, serta

penegakkan kedisplinan pada perilaku masyarakat yang berisiko

dalam penularan dan tertularnya COVID-19 seperti berkerumun,

tidak menggunakan masker, merokok di tempat dan fasilitas

umum dan lain sebagainya.

2. Upaya Penemuan Kasus

a. Deteksi dini untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 dapat

dilakukan semua unsur dan kelompok masyarakat melalui

koordinasi dengan dinas kesehatan setempat atau fasyankes

b. Melakukan pemantauan kondisi kesehatan (gejala demam,

batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas) terhadap

semua orang yang berada di lokasi kegiatan tertentu seperti

tempat kerja, tempat dan fasilitas umum atau kegiatan lainnya.

3. Unsur Penanganan Secara Cepat Dan Efekif (Respond)

a. Melakukan penanganan untuk mencegah terjadinya penyebaran

yang lebih luas, antara lain berkoordinasi dengan dinas

kesehatan setempat atau fasyankes untuk melakukan pelacakan

kontak erat, pemeriksaan laboratorium serta penanganan lain

sesuai kebutuhan. Penanganan kesehatan masyarakat terkait

respond adanya kasus COVID-19 meliputi:


27

a) Pembatasan fisik dan pembatasansocial harus diterapkan

oleh setiap individu. Pembatasan fisik merupakan kegiatan

jaga jarak fisik (physical distancing) antar individu.

b) Penerapan Etika Batuk dan Bersin

Jika memiliki gejala batuk bersin, pakailah masker medis.

Gunakan masker dengan tepat, tidak membuka tutup

masker dan tidak menyentuh permukaan masker. Bila tanpa

sengaja menyentuh segera cuci tangan dengan sabun dan air

mengalir.

c) Isolasi Mandiri/Perawatan di rumah

Isolasi mandiri atau perawatan di rumah dilakukan terhadap

orang yang bergejala ringan dan tanpa kondisi penyerta

seperti (penyakit paru, jantung, ginjal dan kondisi

immunocompromise). Tindakan ini dapat dilakukan pada

pasien dalam pengawasan, orang dalam pemantauan dan

kontak erat yang bergejala dengan tetap memperhatikan

kemungkinan terjadinya perburukan. Beberapa alasan

pasien dirawat di rumah yaitu perawatan rawat inap tidak

tersedia atau tidak aman. Pertimbangan tersebut harus

memperhatikan kondisi klinis dan keamanan lingkungan

pasien. Pertimbangan lokasi dapat dilakukan di rumah,

fasilitas umum, atau alat angkut dengan mempertimbangkan

kondisi dan situasi setempat. Perlu dilakukan informed


28

consent sebagaimana formulir terlampir terhadap pasien

yang melakukan perawatan rumah.

d) Pelaksanaan tindakan karantina terhadap populasi beresiko

Tindakan karantina dilakukan untuk mengurangi risiko

penularan dan identifikasi dini COVID-19 melalui upaya

memisahkan individu yang sehat atau belum memiliki

gejala COVID-19, tetapi memiliki riwayat kontak dengan

pasien konfirmasi COVID-19 atau memiliki riwayat

bepergian ke wilayah yang sudah terjadi transmisi lokal.

Tindakan karantina dilakukan terhadap populasi berisiko

seperti kontak erat dan pelaku perjalanan dari luar negeri.

Karantina dilakukan terhadap kontak erat untuk

mewaspadai munculnya gejala sesuai definisi operasional.

Lokasi karantina dapat dilakukan di rumah, fasilitas umum,

atau alat angkut dengan mempertimbangkan kondisi dan

situasi setempat. Penting untuk memastikan bahwa

lingkungan tempat pemantauan kondusif untuk memenuhi

kebutuhan fisik, mental, dan medis yang diperlukan orang

tersebut. Idealnya, satu atau lebih fasilitas umum yang dapat

digunakan untuk observasi harus diidentifikasi dan

dievaluasi sebagai salah satu elemen kesiapsiagaan

menghadapi COVID-19. Evaluasi harus dilakukan oleh

pejabat atau petugas kesehatan masyarakat.


29

2.10 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasyankes

Strategi PPI untuk mencegah atau memutuskan rantai penularan infeksi

COVID-19 di fasilitas pelayanan kesehatan dapat dicapai dengan penerapan

prinsip pencegahan dan pengendalian risiko penularan COVID-19.

1. Penerapan Kewaspadaan Isolasi

Kewaspadaan isolasi terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan

transmisi.

2. Kewaspadaan Transmisi

Kewaspadaan transmisi dapat dibagi menjadi tiga yaitu: dropletkontak,

dan airborne. Penerapan kewaspadaan berdasarkan transmisi antara lain:

a. Melakukan triase dengan melakukan penyaringan dipintu masuk

ruang penerimaan pasien baru.

b. Pemisahan antara pasien dengan gangguan sistem pernapasan dan

tidak dengan gangguan sistem pernapasan

c. Memberi penanda khusus untuk mengatur jarak minimal 1 meter di

lokasi-lokasi antrian pasien/pengunjung.

d. Membuat penghalang fisik (barrier) antara petugas dan pengunjung.

Pembatas terbuat dari kaca atau mika dan dapat dipasang pada: loket

pendaftaran, apotek, penerimaan spesimen, kasir, dan lain-lain.

e. Mengatur penempatan posisi meja konsultasi, tempat tidur periksa dan

kursi pasien dengan tenaga kesehatan, dan lain - lain yang mencegah

aliran udara dari pasien ke pemeriksa/petugas.

f. Menempatkan kasus suspek atau terkonfirmasi positif di ruang Isolasi.


30

3. Pengendalian Administratif

a. Memastikan penerapan jaga jarak minimal 1 meter dapat diterapkan di

semua area fasyankes.

b. Melakukan pelarangan pengunjung dan penunggu pada pasien dewasa

kasus suspek, kasus probable atau terkonfirmasi positif COVID-19.

c. Mengorganisir logistik APD agar persediaan digunakan dengan benar.

d. Membuat kebijakan tentang kesehatan dan perlindungan petugas

kesehatan.

4. Pendidikan Dan Pelatihan

a. Berikan pendidikan pelatihan kepada seluruh staf fasyankes tentang

COVID-19.

b. Berikan sosialisasi kepada masyarakat tentang COVID-19.

2.11 Protokol Kesehatan

2.11.1. Protokol Bagi Pasien

1. Sebelum berangkat ke Rumah sakit

a. Lakukan pendaftaran/registrasi melalui telepon atau daring

(bila tersedia fasilitas tersebut).

b. Laporkan kondisi gejala dan keluhan

c. Konsultasi dengan dokter /perawat melalui fasilitas

telemedicine (bila memungkinkan).

2. Saat Pergi ke Rumah Sakit

a. Selalu menggunakan masker

b. Siapkan hand sanitizer sendiri


31

c. Jangan menyentuh muka terutama bagian mulut, hidung dan

mata

d. Mendatangi bagian pelayanan Rumah Sakit sesuai jadwal

yang disepakati /perjanjian

3. Saat Berada Dirumah Sakit

a. Selalu memakai masker.

b. Diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

selama 40 s/d 60 detik atau dengan hand sanitizer selama 20

s/d 30 detik.

c. Jaga jarak dengan pasien lain >1 m termasuk dalam menaiki

tangga dan akses lift.

d. Jangan menyentuh muka terutama bagian mulut, hidung dan

mata

e. Laporkan kondisi atau gejala sakit yang diderita dengan

sejujurnya kepada petugas.

f. Tidak keluar masuk ruangan agar tidak tertular /menularkan

penyakit kepada pasien yang lainnya.

4. Saat Keluar Dari Rumah Sakit

a. Selalu Pakai masker.

b. Diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

selama 40 s/d 60 detik atau dengan hand sanitizer selama 20

s/d 30 detik.

c. tetap menjaga jarak >1 m.


32

2.11.2. Protocol Bagi Petugas Kesehatan

1. Sebelum Berangkat ke Rumah Sakit

a. Memastikan kondisi tubuh dalam keadaan sehat dan jika sakit

segera berobat ke fasyankes.

b. Lapor ke pimpinan apabila sakit dan istirahat di rumah

sampai sembuh.

c. Tidak memakai perhiasan atau aksesoris lainnya ke Rumah

Sakit.

d. Selalu Pakai masker.

e. Siapkan hand sanitizer sendiri.

f. Gunakan sarana transportasi paling aman dan jaga jarak

dengan pasien lain.

2. Saat Di Rumah Sakit

a. Masuk melalui pintu petugas yang terpisah dengan pintu

pasien/pengunjung.

b. Bagi petugas yang akan melakukan kontak dengan pasien

ganti pakaian pribadi dengan pakaian Rumah Sakit dan

tinggalkan di loker /bagian penitipan barang.

c. Diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

selama 40 s/d 60 detik atau dengan hand sanitizer selama 20

s/d 30 detik.

d. Selalu menggunakan masker bedah saat bekerja.


33

e. Sedapat mungkin mandi dan menggunakan baju bersih bila

petugas bekerja di ruang yang terpapar pasien COVID-19.

f. Tetap menjaga jarak >1 meter.

2.12 Alat Pelindung Diri

APD dipakai untuk melindungi petugas atau pasien dari paparan darah,

cairan tubuh sekresi maupun ekskresi yang terdiri dari sarung tangan,

masker bedah atau masker N95,gaun, apron, pelindung mata (goggles),

faceshield (pelindung wajah), pelindung/penutup kepala dan pelindung kaki.

Penggunaan Alat Pelindung Diri memerlukan 4 unsur yang harus dipatuhi:

1. Tetapkan indikasi penggunaan APD mempertimbangkan risiko terpapar

dan dinamika transmisi:

a. Transmisi penularan COVID-19 ini adalah droplet dan kontak:

Gaun, sarung tangan, masker bedah, penutup kepala, pelindung mata

(goggles), sepatu pelindung.

b. Transmisi airborne bisa terjadi pada tindakan yang memicu

terjadinya aerosol: Gaun, sarung tangan, masker N95, penutup

kepala,goggles, face shield, sepatu pelindung.

2. Cara “memakai” dengan benar

3. Cara “melepas” dengan benar

4. Cara mengumpulkan (disposal) yang tepat setelah dipakai.

Hal yang harus dilakukan pada penggunaan APD :

1. Melepaskan semua aksesoris di tangan seperti cincin, gelang dan jam

tangan
34

2. Menggunakan baju kerja/ scrub suit sebelum

3. memakai APD

4. Melakukan kebersihan tangan sebelum dan setelah memakai APD

5. Menggunakan sarung tangan saat melakukan perawatan kepada pasien

6. Melepaskan sarung tangan setelah selesai melakukan perawatan di

dekat pasien dan lakukan kebersihan tangan

7. Memakai APD di anteroom atau ruang khusus.

8. APD dilepas di area kotor segera setelah meninggalkan ruang

perawatan

9. Menggunakan masker N95 pada saat melakukantindakan yang

menimbulkan aerosol

10. Mengganti googles atau faceshield pada saatsudah kabur/kotor

11. Mandi setelah melepaskan APD dan mengganti dengan baju bersih

Hal- hal yang tidak boleh dilakukan pada saat penggunaan APD :

1. Menyentuh mata, hidung dan mulut saat menggunakan APD.

2. Menyentuh bagian depan masker.

3. Mengalungkan masker di leher.

4. Menggantung APD di ruangan kemudian mengunakan kembali.

5. Menggunakan APD keluar dari area perawatan.

6. Membuang APD dilantai.

7. Menggunakan sarung tangan berlapis saat bertugas apabila tidak

dibutuhkan.

8. Menggunakan sarung tangan terus menerus tanpa indikasi.


35

9. Menggunakan sarung tangan saat menulis, memegang rekam medik

pasien, memegang handle pintu, memegang HP.

10. Melakukan kebersihan tangan saat masih menggunakan sarung.

Alat Pelindung Diri (APD) yang wajib digunakan oleh tenaga kesehatan pada

saat menangani pasien covid-19 :

1. Masker Bedah (Single Use)

Melindungi pengguna dari partikel yang dibawa melalui udara(airborne

particle), droplet, cairan virus atau bakteri.Masker Dapat Menahan

Dengan Baik Terhadap Penetrasi Cairan, Darah Dan Droplet.

Gambar 2.1 Masker Bedah


(Healthline.com)

2. Respirator N95 (Single Use)

Terbuat dari 4-5 lapisan (lapisan luar polypropilen, lapisan tengah electrete

(charged polypropylene). Melindungi pengguna atau tenaga kesehatan

denganmenyaring atau menahan cairan, darah, aerosol (partikel padat di

udara), bakteri atau virus.


36

Gambar 2.2 Respirator N95


(Tribunnewswiki.com)
3. Pelindung Mata (Goggles)

Plastik/Arcylic bening. Sekali pakai (Single Use) atau dapat

dipergunakankembali setelah dilakukandesinfeksi/dekontaminasi.

Melindungi mata dan areadi sekitar mata penggunaatau tenaga medis

daripercikan cairan atau darah atau droplet.

Gambar 2.3 Pelindung Mata


(Safetysign.co.id)

4. Pelindung Wajah (Face Shield)

Plastik bening yang dapatmemberikan visibilitasyang baik bagi

pemakainyamaupun pasien. Sekali pakai (Single Use)atau dapat

dipergunakankembali setelah dilakukandesinfeksi/dekontaminasi.

Melindungi mata dan wajah pengguna/tenagamedis (termasuk bagian

tepiwajah) dari percikan cairanatau darah atau droplet.


37

Gambar 2.4 Face Shield


(Paketseminar.com)
5. Sarung Tangan (Powder Free)
Melindungi tangan penggunaatau tenaga medis dari penyebaran infeksi

atau penyakit selama pelaksanaan pemeriksaan atau prosedur medis.

Memiliki cuff yang panjang melewati pergelangan tangan (minimum 230

mm, ukuran S, M, L). Desain bagian pergelangan tangan harus dapat

menutup rapat tanpa kerutan. Sarung tangan tidak boleh menggulung atau

mengkerut selama penggunaan.

Gambar 2.5 Sarung Tangan


(Shoppe.co.id)
38

6. Gaun Sekali Pakai


Terbuat dari Non woven, Serat Sintetik(Polypropilen, polyester,polyetilen,

dupont tyvex).Melindungi pengguna atau tenaga kesehatan dari

penyebaran infeksi atau penyakit, hanya melindungi bagian depan, lengan

dan setengah kaki. Tahan terhadap penetrasi cairan darah dan cairan tubuh

lainnya, virus. Tahan terhadap aerosol, airborne, partikel padat. Panjang

gaun setengah betis untuk menutupi bagian atas sepatu boots. Terdapat

lingkaran (cuff) yang elastis pada pergelangan tangan.

Gambar 2.6 Gaun Sekali Pakai


(Amazon.co.uk)

7. Coverall Medis

Terbuat dariNon woven, Serat Sintetik (Polypropilen,polyester, polyetilen,

dupont tyvex)dengan pori-pori0.2-0.54 mikron (microphorous).

Melindungi pengguna atau tenaga kesehatandari penyebaran infeksi atau

penyakit secaramenyeluruh dimana seluruh tubuh termasuk

kepala,punggung, dan tungkai bawah tertutup.


39

Gambar 2.7Coverall Medis


(Kurniasafety.com)
8. Apron
Terbuat dari100%polyester dengan lapisan PVC, atau 100% PVC, atau
100% karet, atau bahan tahan air lainnya. Melindungi pengguna atau
tenaga kesehatan terhadap penyebaran infeksi atau penyakit.

Gambar 2.8Apron Medis


(Indiamart.com)

9. Sepatu Boot Anti Air


Melindungi kaki pengguna/tenaga kesehatan dari percikan cairan atau

darah. Memiliki tinggi selutut supaya lebih tinggi daripada bagian

bawah gaun.
40

Gambar 2.9 Sepatu Boot Anti Air


(Tokopedia.com)
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan dari rumusan masalah yang ada, maka kerangka konsep

Karya Tulis Ilmiah ini dijabarkan sebaga berikut :

INPUT PROSES OUTPUT

1. Mahasiswa Pengolahan Hasil dari


Praktek Kerja data penerapan
Lapangan manajemen manajemen
2. Surat izin orang kebijakan dan kebijakan dan
tua protocol rumah protocol
sakit untuk rumah sakit
3. Surat
mahasiswa untuk
pernyataan
radiologi mahasiswa
praktek
praktek kerja radiologi
4. Rapid Test : lapangan pada praktek kerja
Antigen masa pandemic lapangan pada
covid-19 di masa
5. Lembar
Instalasi pandemic
Skrining
Radiologi covid-19 di
Rumah Sakit Instalasi
Islam Radiologi
Banjarmasin Rumah Sakit
Islam
Banjarmasin

Tabel 3.1 Tabel Kerangaka Konsep

41
42

3.2 Definisi Opersional

3.2.1 Input

1. Mahasiswa Radiologi

Mahasiswa adalah objek yang melaksanakan praktek kerja lapangan

di Instalasi radiologi

2. Surat Izin Orang Tua

Surat izin orang tua adalah surat izin dari orang tua mahasiswa yang

bersangkutan yang berisi pernyataan bahwa telah menyetujui

anaknya untuk melaksanakan praktek kerja lapangan

3. Surat Pernyataan Praktek

Surat pernyataan praktek adalah surat yang berisi tentang pernyataan

yang diisi oleh mahasiswa yang bersangkutan bahwa bersedia

bersungguh-sungguh mengikuti dan mematuhi persyaratan praktek

yang telah ditentukan

4. Rapid Test Antigen

Rapid Test antigen untuk virus corona dilakukan dengan mengambil

sampel lendir dari hidung atau tenggorokan melalui proses swab.

5. Lembar Skrining

Lembar skrining adalah sebuah lebaran yang diisi oleh mahasiswa

radiologi yang praktek kerja lapangan

3.2.2 Proses

Dilakukan pengolahan databagaimana system manajemen

kebijakan dan protokol rumah sakit untuk mahasiswa radiologi praktek


43

kerja lapangan pada masa pandemi covid-19 di Instalasi Radiologi

Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

3.2.3 Output

Didapat hasil dari penerapan manajemen kebijakan dan protokol

rumah sakit untuk mahasiswa radiologi praktek kerja lapangan pada

masa pandemi covid-19 di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam

Banjarmasin.

3.3 Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

metode deskriptif kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat

deskriptif dan cenderung menggunakan analisis, proses dan makna (perspektif

subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian ini yang bertujuan untuk melihat

bagaimana sistem manajemen protokol dan kebijakan rumah sakit untuk

mahasiswa radiologi praktek kerja lapangan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Observasi

Penulisan proposal karya tulis ilmiah ini penulis melakukan

observasi langsung kelapangan masalah yang berkaitan dengan

manajemen kebijakan dan protokol rumah sakit untuk mahasiswa

radiologi praktek kerja lapangan pada masa pandemi covid-19 di

Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam Banjarmasin.


44

3.4.2 Wawancara

Penulis melakukan wawancara tentang manajemen kebijakan dan

protokol rumah sakit untuk mahasiswa radiologi praktek kerja lapangan

pada masa pandemi covid-19 di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam

Banjarmasin.

3.4.3 Studi Kepustakaan

Penulis mengumpulkan data dari beberapa sumber diantaranya

buku-buku, ebook, dan jurnal atau artikel yang berhubungan dengan

penelitian ini.

3.5 Analisa Data

Metode pengujian pada Karya Tulis Ilmiah ini yaitu menggunakan metode

wawancara secara langsung. Adapun pertanyaan wawancara yang

dipertanyakan sebagai berikut :

a) Kepala Bagian Diklat Rumah Sakit Islam Banjarmasin

1. Bagaiamana sistem skrining kesehatan mahasiswa pada saat

melaksanakan PKL di Rumah Sakit Islam Banjarmasin ?

2. Bagaimana kebijakan Rumah Sakit Islam Banjarmasin kepada

mahasiswa radiologi terkait pasien covid-19 ?

3. Bagaimana protokol mahasiswa radiologi agar bisa melakukan

praktek kerja lapangan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam

Banjarmasin ?

4. Apakah ada peraturan tertulis mengenai kebijakan dan protokol untk

mahahsiswa praktek kerja lapangan ?


45

5. Berapa lama durasi yang diperbolehkan untuk Mahasiswa melakukan

praktek dalam sehari ?

b) Kepala Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam Banjarmasin

1. Apa saja protokol yang wajib diterapkan oleh mahasiswa radiologi

setelah melakukan pemeriksaan ?

2. Bagaimana ketersediaan Alat Pelindung Diri Untuk Mahasiswa ?

3. Bagaimana kebijakan di Instalasi Radiologi pada mahasiswa ketika

ada pasien covid-19 ?

c) Radiografer

1. Apakah mahasiswa radiologi sudah memenuhi syarat untuk

melaksanakan praktek kerja lapangan di Instalasi Radiologi Rumah

Sakit Islam Banjarmasin dan menerapkan protokol yang sudah

ditentukan ?

2. Bagaimana Ketersediaan Alat Pelindung Diri untuk Mahasiswa

Radiologi Praktek Kerja Lapangan Pada Masa Pandemi Covid-19 ?

3. Bagaimana Sistem Sterilisasi Alat Pelindung Diri Untuk Mahasiswa

Setelah Melakukan Pemeriksaan ?

4. Berapa lama durasi yang diperbolehkan untuk Mahasiswa melakukan

praktek dalam sehari ?

5. Apa protokol yang wajib diterapkan oleh mahasiswa radiologi setelah

melakukan pemeriksaan ?
46

3.6 Waktu Dan Tempat Penelitian

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini di Instalasi Radiologi Rumah

Sakit Islam Banjarmasin dan waktu penelitian dimulai tanggal 4 Januari

2021.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Tata Laksana Protokol Kesehatan Mahasiswa PKL di Rumah

Sakit Islam Banjarmasin

1. Aspek Skrining

Merupakan ketentuan rumah sakit terkait alur pelaksanaan praktik

klinik dan penelitian di Rumah Sakit Islam Banjarmasin. Kegiatan

pada aspek skrining terdiri dari :

a. Peserta didik dan peneliti harus melengkapi persyaratan sebagai

berikut :

1) Hasil Pemeriksaan Rapid test covid-19 Antigen terbaru

(pemeriksaan dilakukan max. 3 hari sebelum mulai praktik),

dengan hasil pemeriksaan “Negatif”.

2) Surat keterangan sehat dari dokter/puskesmas/pelayanan

kesehatan, yang masih berlaku yaitu 14 hari setelah surat

diterbitkan.

3) Surat Pernyataan bermaterai 6000 tentang kesedian peserta

didik praktik dan peneliti untuk memenuhi persyaratan

kegiatan praktik/penelitian serta bersedia menerima dan

bertanggung jawab terhadap segala resiko yang mungkin

timbul pada pelaksanaan praktik kegiatan praktik/penelitian.

47
48

4) Surat izin orang tua.

5) Peserta didik dan peneliti harus mengisi formulir skrining awal

dari Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

6) Khusus untuk peserta didik praktik, mengisi biodata diri dan

menyerahkan pas photo berwarna ukuran 3x4, sebanyak 3

lembar.

b. Seluruh berkas persyaratan harus dikumpulkan lengkap ke tim

koordinasi pendidikan, 2 hari sebelum pelaksanaan praktik klinik

atau penelitian dimulai.

c. Tim koordinasi pendidikan akan melakukan verifikasi persyaratan

yang diminta dan jika peserta didik dan peneliti memenuhi syarat

maka bukti-bukti dikumpulkan di Tim Koordinasi Pendidikan.

d. Setiap akan memasuki area Rumah Sakit Islam Banjarmasin,

peserta didik dan peneliti wajib :

1) Cek suhu tubuh yang dilakukan di area check point yang sudah

ditentukan dengan suhu tubuh maksimal 38 derajat celcius.

2) Menerapkan protokol kesehatan dengan cara mencuci tangan.

3) Memakai masker dengan benar.

2. Aspek Pendidikan

a. Peserta Didik

1) Peserta didik mengikuti orientasi/pembekalan yang akan

dilaksanakan melalui daring/online maupun di rumah sakit.

Orientasi di rumah sakit dilaksanakan dengan tetap


49

memperhatikan protokol kesehatan physical distancing.

Orientasi dilaksanakan secara online bila jumlah peserta

orientasi lebih dari 20 orang.

2) Proses orientasi bagi peserta didik lebih ditingkatkan dan

dipahamkan terkait PPI, protokol kesehatan sesuai adaptasi

kebiasaan baru.

3) Waktu pelaksanaan praktik klinik disesuaikan dengan

ketetntuan dari institusi Pendidikan, disarankan untuk

dipadatkan dengan metode daring/online dengan tetap

mengacu pada target kompetensi yang telah ditetapkan.

4) Jadwal dinas praktek disesuaikan dengan kondisi yang ada

disetiap ruang selama pandemi covid-19.

5) Peserta didik atau Institusi Pendidikan menyelesaikan

administrasi pembayaran praktik sebelum pelaksanaan praktik

berakhir.

6) Besarnya biaya praktek disesuaikan dengan ketentuan yang

berlaku.

7) Peserta didik terikat tata tertip sebagai berikut :

a) Peserta didik wajib datang tepat waktu sesuai jadwal dinas

dan mengisi lembar presensi

b) Mengenakan seragam yang telah ditentukan.

c) Berpenampilan rapi dan sopan

d) Menggunakan identitas ID Card


50

e) Menerapkan protokol kesehatan dengan baik dan benar,

menggunakan APD yang disesuaikan ditempat praktik.

f) Memberitahu kepada supervisor ditempat

praktik/pembimbing apabila berhalangan hadir atau sakit.

g) Meminta izin kepada supervisor ditempat

praktik/pembimbing apabila ada keperluan diluar kegiatan

praktik.

h) Tidak mengambil gambar pasien dalam kegiatan apapun,

untuk menjaga privacy pasien.

i) Tidak merokok dalam lingkungan rumah sakit.

j) Berperilaku jujur dan profesional dalam melayani pasien.

k) Bisa berintegrasi baik dengan pasienmaupun petugas

Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

l) Menjaga kebersihan dan memelihara saran prasarana

Rumah Sakit Islam Banjarmasin dengan baik, serta wajib

bertanggung jawab bila terjadi kerusakan.

m) Mengikuti bimbingan, penilaian dan evaluasi sesuai dengan

jadwal dan membuat laporan di akhir masa praktik.

8) Peserta didik yang melakukan pelanggaran dalam pelaksanaan

tugas yang dinilai merugikan Rumah Sakit Islam Banjarmasin,

pasien dan keluarga pasien, akan diproses untuk dikembalikan

ke institusi pendidikan yang mengirim.


51

3. Aspek pelayanan

a. Setiap peserta didik wajib memakai baju seragam atau baju jaga

selama berada di rumah sakit islam banjarmasin. Baju seragam

atau baju jaga hanya digunakan saat berada di rumah sakit dan

tidak diperkenankan untuk dipakai saat berangkat atau pulang dari

rumah sakit (wajib ganti baju).

b. Menggunkan baju pelindung atau kimono dimasing-masing unit

kerja khususnya di lokasi yang berisiko tinggi non isolasi, dan

melepaskan apabila keluar unit kerja.

c. Tidak menggunkan perhiasan dan jam tangan.

d. Peserta didik yang menggunkan lengan panjang, ujung lengan

tidak menggantung (menempel erat di tangan). Peserta didik

perempuan yang berjilbab, jilbab tidak menjuntai . Bila tidak

berjilbab dan berambut panjang maka harus diikat rapi.

e. Alat tulis, stetoskop, HP dan barang-barang lain yang digunakan

saat menerima pasien dibersihkan dengan swab alcohol setiap kali

selesai digunakan.

f. Peserta didik tidak diperkenankan membawa dokumen rekam

medis masuk ke ruang perawatan dan kluar dari unit kerja.

g. Setiap peserta didik membawa hand sanitizer, tissue handuk dan

Alat Pelindung Diri khususnya masker bedah, sarung tangan, baju

kerja, gown, face shield, masker kain 3 lapis, sepatu pelindung.

Perlengkapan lain yang disarankan sesuai indikasi harap dibawa


52

diperlukan misal kacamata google, masker N95/KN95, peralatan

mandi, peralatan ibadah, alat makan dan minum serta

perlengkapan yang diperlukan dalam proses pembelajaran klinik.

h. Tidak berkerumun ditempat praktik.

i. Jumlah penerimaan peserta didik akan dibatasi kapasitasnya

dengan dikurangi menjadi kurang lebih 50% dari kapasitas

sebelumnya atau disesuaikan dengan kapasitas ruangan yang

berpedoman pada physical distancing (pembatasan jumlah orang

per ruang).

j. Apabila pada saat prakik terjadi paparan Covid-19 maka akan

dilakukan penanganan sesuai protokol Rumah Sakit Islam

Banjarmasin dan segala pembiayaan bukan menjadi tanggungan

Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

k. Apabila peserta didik diduga terkena paparan Covid-19.

Pembimbing klinik yang mengetahui ada peserta didik yang

diduga terkena paparan Covid-19 maka harus memberikan

laporan kepada Tim Koordinasi Pendidikan.

l. Peserta didik disarankan mempunyai asuransi kesehatan.

4. Proses Keselamatan

a. Ketentuan Umum

1) Memperhatikan dan mebudayakan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) sesuai dengan pedoman yang diberikan oleh


53

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan Komite PPI

Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

2) Secara Konsisten menerapkan upaya tindakan pencegahan

penularan penyakit, khususnya Covid-19 sesuai dengan

panduan PPI Rumah Sakit Islam Banjarmasin , baik oleh diri

sendiri, pasien dan keluarga pasien.

3) Memperhatikan asupan gizi, sesuai protokol kesehatan dan

melakukan pembatasan aktivitas di luar tempat tinggal (karena

peserta didik tidak di asramakan di lingkungan rumah sakit,

sehingga bila beraktivitas diluar rumah sakit wajib

mengutamakan protokol kesehatan yang ada).

4) Harus mematuhi dan menerapkan protokol kewaspadaan

pencegahan Covid-19 dengan baik.

b. Kewaspadaan Standar

Setiap peserta didik diharapkan untuk mengikuti kewaspaaan standar

yang meliputi :

1) Melakukan cuci tangan (menjaga kebersihan tangan) pada saat 5

yang direkoendasikan.

2) Selalu membersihkan alat yang dipakai bersama antar pasien.

3) Gunakan Alat Pelindung Diri ketika melakukan tindakan berisiko

terkontaminasi cairan tubuh pasien.

4) Selalu terapkan etika batuk.


54

5) Membuang sampah sesuai dengan tempat sampah yang

ditentukan.

6) Lakukan pembersihan lingkungan secara rutin.

4.1.2 Alat Pelindung Diri Mahasiswa

Alat pelindung diri mahasiswa harus berbahan yang tidak tembus

air dan wajib diganti setiap hari nya dengan APD yang steril, berikut

alat pelindung diri yang digunakan mahasiswa pada saat melaksanakan

praktek kerja lapangan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam

Banjarmasin.

a. Masker Medis

Gambar 4.1 Masker Medis


(Rumah Sakit Islam Banjarmasin)
55

b. Respirator N95

Gambar 4.2 Respirator N95


(Rumah Sakit Islam Banjarmasin)

c. Face Shield

Gambar 4.3 Face Shield


(Rumah Sakit Islam Banjarmasin)
56

d. Googles

Gambar 4.4 Googles


(Rumah Sakit Islam Banjarmasin)

e. Handscoon

Gambar 4.5 Handscoon


(Rumah Sakit Islam Banjarmasin)
57

f. Gaun Sekali Pakai

Gambar 4.6 Gaun Sekali Pakai


(Rumah Sakit Islam Banjarmasin)

g. Coverall Medis

Gambar 4.7 Coverall Medis


(Rumah Sakit Islam Banjarmasin)
58

h. Apron

Gambar 4.8 Apron


(Rumah Sakit Islam Banjarmasin)

i. Nurse Cup

Gambar 4.9 Nurse Cup


(Rumah Sakit Islam Banjarmasin)
59

j. Sepatu Pelindung

Gambar 4.10 Sepatu Pelindung


(Rumah Sakit Islam Banjarmasin)

4.1.3 Hasil Wawancara

Adapun hasil wawancara dengan beberapa narasumber yaitu :

1. Kepala Unit Diklat Rumah Sakit Islam Banjarmasin

Sistem skrining kesehatan mahasiswa pada saat melakukan

praktek kerja lapangan di Rumah Sakit Islam Banjarmasin sudah

dilakukan ditahap awal sebelum mereka masuk ke Instalasi

Radiologi. Sistem skrining itu apakah ada gejala seperti covid,

bertemu orang yang bergejala covid-19 atau bepergian keluar

daerah dalam seminggu terakhir, nanti lembar skrining itu di tanda

tangani oleh mahasiswa bersangkutan lalu lembar skrining akan

diserahkan kepada unit radiologi maka itu sudah menguatkan

secara hukum untuk pertanggung jawaban apabila terjadi sesuatu.


60

Protokol yang harus diterapkan mahasiswa sama seperti halnya

protokol kesehatan secara umum pada masa covid-19, sebelum

mahasiswa turun kelapangan maka mahasiswa harus menyesuaikan

APD yang baik dan benar yang telah disampaikan oleh Instalasi

Radiologi karena kita tidak tau paparan nya dari mana saja.

Terkait dengan kebijakan terhadap mahasiswa saat ada pasien

covid-19 yang ingin melakukan pemeriksaan radiologi, mahasiswa

tidak diperbolehkan terjun langsung apabila pasien tersebut positif

covid-19, tetapi apabila ingin mengetahui bagaimana

penatalaksanaan rontgen Thorax pada pasien covid-19 bisa aja

tetapi hendaknya mahasiswa itu didampingi petugas radiologi pada

saat melakukan pemeriksaan dan tetap yang utama melakukan

pemeriksaan tetap harus radiografer yang bertugas.

Panduan untuk mahasiswa yang melakukan praketk pada masa

pandemi pun sudah ada di Rumah Sakit Islam Banjarmasin

panduan itu menjelaskan bagaimana ketentuan untuk peserta yang

mau berpraktek didalam panduan tersebut sudah tertuang tata tertib

dan protokol yang harus diterapkan dan untuk mahasiswa radiologi

pada masa pandemi ini nanti APD nya minimal level 2.

Untuk durasi mahasiswa melaksanakan praktek diserahkan

kepada unit yang bersangkutan atau sesuai dengan kebijakan

kampus dari mahasiswa praktek tersebut, tetapi kalo untuk dinas

malam pada masa pandemi covid-19 ini ditiadakan.


61

2. Kepala Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam Banjarmasin

Protokol yang wajib diterapkan mahasiswa sama saja protokol

yang telah di tetapkan oleh WHO, mahasiswa wajib mencuci

tangan setelah melakukan pemeriksaan, memakai APD yang baik

dan benar dan sesuai dengan yang telah ditetapkan dan intinya itu

disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan agar meminimalisir

terjadinya paparan covid-19

Ketersediaan Alat Pelindung Diri sudah disepakati di awal

bahwa untuk semua Alat Pelindung Diri itu menyediakan sendiri

dan melakukan sterilisasi sendiri, pihak rumah sakit hanya

memberi arahan bagaimana APD yang baik dan benar.

Kebijakan Instalasi Radiologi untuk mahasiswa ketika ada

pasien covid-19 juga mengikuti arahan atau kebijakan dari rumah

sakit bahwa mahasiswa yang ingin mengetahui bagaimana

penatalaksanaan pada pasien rontgen thorax yang positif covid-19

harus didampingi oleh radiografer, karena apabila terjadi sesuatu

misalnya terpapar siapa yang akan bertanggung jawab.

3. Radiografer

Mahasiswa sudah diterima di bagian diklat artinya mereka

sudah memenuhi syarat untuk melaksanakan praktek kerja

lapangan dan mahasiswa yang melaksanakan praktek kerja

lapangan sudah memenuhi protokol yang ditetapkan walaupun

terkadang beberapa ada yang lupa mencuci tangan.


62

Untuk ketersediaan alat pelindung diri itu disediakan sendiri

oleh mahasiswa yang bersangkutan dan sudah tercukupi sesuai

yang telah diarahkan. Dan untuk sterilisasi mahasiswa sendiri tetapi

tetap diajarkan bagaimana cara sterilisasi yang benar.

Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam Banjarmasin

mahasiswa hanya diperbolehkan melakukan praktek keja lapangan

selama 5 jam saja dalam sehari dan setelah selesai praktek

mahasiswa diwajibkan langsung pulang kerumah dan mandi.

Protokol rutin yang harus selalu diterapkan mahasiswa

radiologi setelah melakukan pemeriksaan yaitu rajin mencuci

tangan, mengganti masker 4 jam sekali, selalu memakai Alat

Pelindung Diri dan melakukan disinfektan.

4.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian menggunakan wawancara diperoleh gambaran

bagaimana sistem manajemen kebijakan dan protokol rumah sakit untuk

mahasiswa radiologi praktek kerja lapangan pada masa pandemi covid-19 di

Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam Banjarmasin. Pada masa pandemi ini

kebijakan rumah sakit untuk mahasiswa yang melaksanakan praktek sudah

berbeda guna untuk meminimalisir terpapar nya dari virus corona, mahasiswa

yang melaksanakan praktek kerja lapangan juga telah melakukan test

kesehatan dan sudah melakukan swab antigen maksimal 3 hari sebelum

masuk kerumah sakit. Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam Banjarmasin

mahasiswa hanya diperbolehkan melaksanakan praktek selama 5 jam yaitu


63

dinas pagi dari jam 09.00-14.00 Wita 2 orang, dinas Pagi Sore 11.30-16.30

Wita 1 orang, dinas sore 14.00-19.00 Wita 2 orang. Untuk dinas malam itu

ditiadakan untuk mahasiswa.

Pada saat orientasi mahasiswa radiologi yang melaksanakan praktek

Kerja Lapangan juga sudah dilakukan skrining awal oleh bagian diklat

Rumah Sakit Islam Banjarmasin dengan tetap memperhatikan protokol

kesehatan physical distancing sesuai dengan syarat yang telah ditentukan oleh

Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

Pada saat melaksanakan praktek kerja lapangan ada protokol yang harus

dijalankan mahasiswa radiologi salah satunya apabila ada pasien dari Instalasi

Gawat Darurat atau Poli dan hasil diagnosa foto Thorax dari dokter radiologi

pneumonia maka mahasiswa diwajibkan untuk menyemprotkan cairan

disinfektan keseluruh alat pelindung diri yang digunakan pada saat

melakukan pemeriksaan tersebut serta mencuci tanga menggunakan sabun

dain air mengalir dan kaset CR yang digunakan pada pemeriksaan tersebut

juga di wajibkan untuk disemprot dengan cairan disinfektan.

Mahasiswa Radiologi yang melakukan rontgen Thorax yang dari poli

atau Instalasi Gawat Darurat juga diajarkan agar sebisa mungkin

meminimalisir kontak langsung dengan pasien dan meminimalisir agar pasien

tidak berlama-lama di dalam ruang pemeriksaan maka dari itu pada saat

menerima surat permintaan rontgen maka secepatnya untuk lebih dulu

mengatur kondisi Kv, Ma, second. Untuk pasien yang positif virus corona

mahasiswa tidak diperbolehkan melakukan pengerjaan tanpa pengawasan dari


64

radiografer yang bertugas guna menghindari terpapar dan penyebaran covid-

19.

Sterilisasi Alat Pelindung diri untuk mahasiswa yaitu dilakukan sendiri

dirumah yaitu dicuci menggunakan sabun dan air bersih tetapi diarahkan

untuk setiap harinya membawa plastik untuk menyimpan APD yang telah

digunakan agar tidak tercampur dengan barang steril yang lain.

Skrining kesehatan mahasiswa sudah dilakukan ditahap awal sebelum

mahasiswa masuk ke Instalasi Radiologi yaitu lembar yang berisi pertanyaan

apakah mereka ada gejala seperti gejala covid-19 atau bertemu dengan orang

yang terpapar atau bergejala dalam seminggu terakhir dan juga apakah

mahasiswa ada melakukan perjalanan keluar daerah dalam seminggu terakhir.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan secara deskriptif di Rumah

Sakit Islam Banjarmasin tentang sistem manajemen kebijkan dan protokol

rumah sakit untuk mahahsiswa radiologi praktek kerja lapangan pada masa

pandemi covid-19 di instalasi radiologi rumah sakit islam banjarmasin dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Kebijakan Rumah Sakit Islam Banjarmasinn terhadap mahasiswa radiologi

yang melaksanakan Praktek kerja lapangan pada masa pandemi covid-19

menekankan bahwa mahasiswa harus mengikuti standar-standar kesehatan

pandemi covid-19 yang telah ditentukan Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia dan Komite PPI Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

2. Mahasiswa praktek kerja lapangan tidak diperbolehkan menangani secara

langsung menangani pasien covid-19 tetapi mahasiswa yang ingin

mengetahui bagaimana penatalaksanaan rontgen thorax pada pasien covid-

19 harus didampingi dan diawasi oleh petugas radiologi atau radografer

dan yang melakukan pemeriksaan yang utama adalah radiografer.

3. Skrining kesehatan mahasiswa sudah dilakukan ditahap awal sebelum

mahasiswa masuk ke Instalasi Radiologi yaitu lembar yang berisi

pertanyaan apakah mereka ada gejala seperti gejala covid-19 atau bertemu

65
66

dengan orang yang terpapar atau bergejala dalam seminggu terakhir dan

juga apakah mahasiswa ada melakukan perjalanan keluar daerah dalam

seminggu terakhir.

5.2 Saran

5.2.1 Untuk Instalasi Radiologi

Agar selalu menegur mahasiswa apabila mahasiswa tidak

mematuhi protokol kesehatan dan juga selalu memberi arahan

penerapan menggunakan alat pelindung diri yang baik dan benar.

5.2.2 Untuk Pembaca

Untuk pembaca agar lebih meningkatkan wawasan bagaimana

beradaptasi pada masa pandemi covid-19 dan meningkatkan

penerapan protokol kesehatan yang harus selalu dilakukan guna

mengurangi terjadinya penyebaran covid-19.

5.2.3 Untuk Institusi Aktek Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO)

Citra Intan Persada Banjarmasin

Untuk mahasiswa yang akan melakukan praktek kerja lapangan

pada masa pandemi covid-19 agar selalu menerapkan protokol

kesehatan yang baik dan benar dan selalu menerapkan pola hidup

bersih dan sehat.


DAFTAR PUSTAKA

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disiase 19 (COVID-


19). KEMENKES RI Revisi ke-5 Tahun 2020.

Direktur Rumah Sakit Islam Banjarmasin. 2021. Panduan Pelaksanaan Praktik


Klinik dan Penelitian Pada Masa Pandemi Corona Virus (COVID-19) di Rumah
Sakit Islam Banjarmasin.

Dirjen Pelayanan Kesehatan dan Kementrian Kesehatan. 2020. Republik


Indonesia. Panduan Teknis Pelayanan Rumah Sakit Pada Masa Adaptasi
Kebiasaan Baru. Jakarta

Karya tulis ilmiah Noranisa. 2019. Pengaruh Penggunaan Kombinasi mAs


terhadap Densitasdari Gambaran Radiografi Foto Thorax Di Ruang
Radiologilaboratorium Klinik Medrin Banjarmasin. Aktek Radiodiagnostik Dan
Radioterapi Citra Intan Persada Banjarmasin.

Karya Tulis Ilmiah Siti Fadhilah. 2019. Gambaran Penerapan Manajemen


Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Islam Banjarmasin. Aktek Radiodiagnostik Dan Radioterapi Citra
Intan Persada Banjarmasin.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1014 Tahun 2008. Standar Pelayanan


Radiologi Diagnostik Di Sarana Pelayanan Kesehatan.

Roy G.A. Massie. 2009. Kebijakan Kesehatan : Proses, Implementasi, Analisis,


dan Penelitian. Jakarta

Rusdiani, A. 2017. http://repository.radenintan.ac.id/2100/3/BAB_2.pdf

Rusiga Barus, Evha.Pengertian Rumah Sakit.https://www.academia.ed

Solihin, Ismail. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta. Erlangga.

67
LAMPIRAN
Lembar Wawancara 1

Narasumber : Mila Patma, SKM


Jabatan : Kepala Bagian Diklat Rumah Sakit Islam Banjarmasin
Tanggal : 29 April 2021
Tempat : Rumah Sakit Islam Banjarmasin

No Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana Sistem Skrining Untuk skrining kemaren sudah ada lembar

kesehatan mahasiswa pada saat yang harus diisi mahasiswa sebelum

melakukan praktek kerja masuk ke unit radiologi, sistem skrining

lapangan di Rumah Sakit Islam itu apakah ada gejala seperti covid,

Banjarmasin ? bertemu orang yang bergejala covid-19

atau bepergian keluar daerah dalam

seminggu terakhir, nanti lembar skrining

itu di tanda tangani oleh mahasiswa

bersangkutan lalu lembar skrining akan

diserahkan kepada unit radiologi maka itu

sudah menguatkan secara hukum untuk

pertanggung jawaban apabila terjadi

sesuatu.

2. Bagaimana kebijakan Rumah Sebenarnya mahasiswa tidak

Sakit Islam Banjarmasin diperbolehkan terjun langsung apabila

kepada mahasiswa radiologi pasien tersebut positif covid-19, tetapi

terhadap pasien covid-19 ? apabila ingin mengetahui bagaimana


penatalaksanaan rontgen Thorax pada

pasien covid-19 bisa aja tetapi hendaknya

mahasiswa itu didampingi petugas

radiologi pada saat melakukan

pemeriksaan dan tetap yang utama

melakukan pemeriksaan tetap harus

radiografer yang bertugas.

3. Bagaimana Protokol yang Untuk protokol itu sendiri sama seperti

harus diterapkan agar bisa halnya protokol kesehatan secara umum

melakukan praktek kerja pada masa covid-19, sebelum mereka

lapangan di Instalasi Radiologi turun kelapangan maka mereka harus

Rumah Sakit Islam menyesuaikan APD yang baik dan benar

Banjarmasin ? yang telah disampaikan oleh Instalasi

Radiologi karena kita tidak tau paparan

nya dari mana saja.

4. Apakah ada peraturan tertulis Tertuang nya itu dalam panduan secara

mengenai kebijakan dan umum, jadi panduan itu menjelaskan

protokol untuk mahasiswa bagaimana ketentuan untuk peserta yang

yang melakukan praktek kerja mau berpraktek didalam panduan tersebut

lapangan pada masa pandemi sudah tertuang tata tertib dan protokol

covid-19 ? yang harus diterapkan dan untuk

mahahsiswa radiologi nanti APD nya

minimal level 2.

5. Berapa lama durasi yang Itu kami serahkan kepada unit yang
diperbolehkan untuk bersangkutan atau sesuai dengan

mahasiswa radiologi praktek kebijakan kampus dari mahasiswa praktek

kerja lapangan ? tersebut, tetapi kalo untuk dinas malam

pada masa pandemi covid-19 ini

ditiadakan.
Lembar Wawancara 2

Narasumber : dr. Mansyur Arochman, Sp. Rad


Jabatan : Kepala Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam Banjarmasin
Tanggal : 29 April 2021
Tempat : Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam Banjarmasin

No Pertanyaan Jawaban

1. Apa saja protokol yang wajib Protokol yang harus diterapkan

diterapkan oleh mahasiswa sama saja protokol yang telah di

radiologi setelah melakukan tetapkan oleh WHO, mahasiswa

pemeriksaan ? wajib mencuci tangan setelah

melakukan pemeriksaan, memakai

APD yang baik dan benar dan

sesuai dengan yang telah ditetapkan

dan intinya itu disiplin dalam

menjalankan protokol kesehatan

2. Bagaimana ketersediaan Alat Sesuai kesepakatan di awal bahwa

Pelindung Diri Untuk Mahasiswa untuk semua Alat Pelindung Diri

? itu menyediakan sendiri dan

melakukan sterilisasi sendiri, pihak

rumah sakit hanya memberi arahan

bagaimna APD yang baik dan

benar.
3. Bagaimana kebijakan di Instalasi Mahasiswa yang ingin mengetahui

Radiologi pada mahasiswa ketika bagaimana penatalaksanaan pada

ada pasien covid-19 ? pasien rontgen thorax yang positif

covid-19 harus didampingi oleh

radiografer, karena apabila terjadi

sesuatu misalnya terpapar siapa

yang akan bertanggung jawab.


Lembar Wawancara 3

Narasumber : Dwi Oktavia, Amd. Rad


Jabatan : Kepala Unit Instalasi Radiologi
Tanggal : 29 April 2021
Tempat : Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam Banjarmasin

No Pertanyaan Jawaban

1. Apakah mahasiswa sudah Karena Mahasiswa sudah diterima di

memenuhi syarat untuk bagian diklat artinya mereka sudah

melaksanakan praktek kerja memenuhi syarat untuk melaksanakan

lapangan dan menerapkan praktek kerja lapangan dan mahasiswa

protokol yang sudah ditentukan yang melaksanakan praktek kerja

? lapangan sudah memenuhi protokol yang

ditetapkan walaupun terkadang beberapa

ada yang lupa mencuci tangan.

2. Bagaimana Ketersediaan Alat Untuk ketersediaan alat itu disediakan

Pelindung Diri untuk sendiri oleh mahasiswa yang

Mahasiswa Radiologi Praktek bersangkutan sudah tercukupi sesuai yang

Kerja Lapangan Pada masa telah diarahkan.

pandemi covid-19 ?

3. Bagaimana Sistem Sterilisasi Untuk sterilisasi mereka melakukan


Alat Pelindung Diri untuk sterilisasi sendiri tetapi tetap diajarkan

mahasiswa setelah melakukan bagaimana cara sterilisasi yang benar.

pemeriksaan ?

4. Berapa lama durasi yang 5 jam dalam sehari

diperbolekan untuk mahasiswa

melakukan praktek dalam

sehari ?

5. Apa protokol yang wajib Cuci tangan, Mengganti masker 4 jam

diterapkan oleh mahasiswa sekali selalu memakai Alat Pelindung Diri

radiologi setelah melakukan dan melakukan disinfektan

pemeriksaan ?
Lembar Wawancara 4

Narasumber : Ritna Hendlyani, Amd. Rad


Jabatan : Radiografer
Tanggal : 29 April 2021
Tempat : Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam Banjarmasin

No Pertanyaan Jawaban

1. Apakah mahasiswa sudah Sebagian kadang- kadang ada yang

menerapkan protokol yang sudah lengah dan lupa untuk mencuci

ditentukan ? tangan dan mengganti masker dan

kadang tidak higenis.

2. Bagaimana Ketersediaan Alat Ketersediaan alat mereka

Pelindung Diri untuk Mahasiswa menyediakan sendiri dan mereka

Radiologi Praktek Kerja sudah terpenuhi

Lapangan Pada masa pandemi

covid-19 ?

3. Bagaimana Sistem Sterilisasi Mereka mensterilkan APD sendiri

Alat Pelindung Diri untuk dirumah tetapi tetap selalu diarahkan

mahasiswa setelah melakukan dan diajarkan cara sterilisasi.

pemeriksaan ?

4. Berapa lama durasi yang 5 Jam

diperbolekan untuk mahasiswa

melakukan praktek dalam sehari


?

5. Apa protokol yang wajib Cuci tangan terus, maskr setidaknya

diterapkan oleh mahasiswa 4 jam sekali harus diganti,

radiologi setelah melakukan menyemprotkan cairan disinfektan.

pemeriksaan ?
Lembar Wawancara 5

Narasumber : M.Ikhsan, Amd. Rad


Jabatan : Radiografer
Tanggal : 29 April 2021
Tempat : Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam Banjarmasin

No Pertanyaan Jawaban

1. Apakah mahasiswa sudah Yang saya lihat selama mereka dinas

menerapkan protokol yang sudah dengan saya mereka sudah

ditentukan ? menerapkan protoko kesehatan.

2. Bagaimana Ketersediaan Alat Ketersediaan alat mereka

Pelindung Diri untuk Mahasiswa menyediakan sendiri dan APD

Radiologi Praktek Kerja mereka sudah terpenuhi dan sesuai

Lapangan Pada masa pandemi arahan.

covid-19 ?

3. Bagaimana Sistem Sterilisasi Mereka mensterilkan APD sendiri

Alat Pelindung Diri untuk dirumah tetapi tetap selalu diarahkan

mahasiswa setelah melakukan dan diajarkan cara sterilisasi.

pemeriksaan ?

4. Berapa lama durasi yang 5 Jam

diperbolekan untuk mahasiswa

melakukan praktek dalam sehari

?
5. Apa protokol yang wajib Cuci tangan terus, masker jangan

diterapkan oleh mahasiswa lepas pasang, menyemprotkan cairan

radiologi setelah melakukan disinfektan ke APD dan ruangan.

pemeriksaan ?
Lembar Wawancara 6

Narasumber : Rizki Ananda Putri, Amd. Rad


Jabatan : Radiografer
Tanggal : 29 April 2021
Tempat : Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam Banjarmasin

No Pertanyaan Jawaban

1. Apakah mahasiswa sudah Tidak sebagian kadang sering lupa

menerapkan protokol yang sudah mencuci tangan dan kadang masker

ditentukan ? lepas pasang tetapi tidak semuanya

begitu.

2. Bagaimana Ketersediaan Alat Ketersediaan alat mereka

Pelindung Diri untuk Mahasiswa menyediakan sendiri dan mereka

Radiologi Praktek Kerja sudah terpenuhi.

Lapangan Pada masa pandemi

covid-19 ?

3. Bagaimana Sistem Sterilisasi Mereka mensterilkan APD sendiri

Alat Pelindung Diri untuk dirumah.

mahasiswa setelah melakukan

pemeriksaan ?

4. Berapa lama durasi yang 5 Jam.

diperbolekan untuk mahasiswa

melakukan praktek dalam sehari


?

5. Apa protokol yang wajib Cuci tangan terus, selalu memakai

diterapkan oleh mahasiswa masker, menyemprotkan cairan

radiologi setelah melakukan disinfektan.

pemeriksaan ?
Lembar Wawancara 7

Narasumber : Yuli Sari, Amd. Rad


Jabatan : Radiografer
Tanggal : 29 April 2021
Tempat : Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam Banjarmasin

No Pertanyaan Jawaban

1. Apakah mahasiswa sudah Kadang mereka bisa lupa tetapi

menerapkan protokol yang sudah selama ddinas dengan saya kalau

ditentukan ? mereka kelupaan selalu saya tegur

dan saya ingatkan.

2. Bagaimana Ketersediaan Alat Menyediakan sendiri dan APD yang

Pelindung Diri untuk Mahasiswa sesuai arahan.

Radiologi Praktek Kerja

Lapangan Pada masa pandemi

covid-19 ?

3. Bagaimana Sistem Sterilisasi Mensterilkan APD sendiri dirumah

Alat Pelindung Diri untuk seperti yang sudah diajarkan.

mahasiswa setelah melakukan

pemeriksaan ?

4. Berapa lama durasi yang 5 Jam

diperbolekan untuk mahasiswa

melakukan praktek dalam sehari


?

5. Apa protokol yang wajib Cuci tangan terus, memakai masker,

diterapkan oleh mahasiswa tidak menyentuh area muka dan mata

radiologi setelah melakukan sebelum mencuci tangan,

pemeriksaan ? menyemprotkan cairan disinfektan ke

APD dan ruangan.

Anda mungkin juga menyukai