Anda di halaman 1dari 91

PENERAPAN PEMBERIAN TERAPI INHALASI NEBULIZER

TERHADAP BERSIHAN JALAN NAFAS PADA ANAK


DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RSUD
BENDAN KOTA PEKALONGAN

Karya Ilmiah Akhir

LAELATUL AFIFAH
NIM.202202040035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2023
PENERAPAN PEMBERIAN TERAPI INHALASI NEBULIZER
TERHADAP BERSIHAN JALAN NAFAS PADA ANAK
DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RSUD
BENDAN KOTA PEKALONGAN

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah


Program Profesi Ners

Karya Ilmiah Akhir

LAELATUL AFIFAH
NIM.202202040035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2023

ii
iii
iv
v
vi
PRAKATA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala dan puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT

atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya Ilmiah

Akhir Ners dengan Judul “Penerapan Pemberian Terapi Inhalasi Nebulizer

Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada Anak Dengan Bronkopneumonia Di RSUD

Bendan Kota Pekalongan”, guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan

Pendidikan Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan

Proses penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini tidak terlepas dari

bimbingan ,dukungan, bantuan dari berbagai pihak, untuk itulah penulis

menyampaikan rasa hormat dan menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Nur Izzah, M.Kes selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Pekajangan

Pekalongan

2. Nuniek Nizmah Fajryah, M.kep., KMB selaku Ketua Lembaga Penelitian

Dan Pengembangan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Pekajangan

Pekalongan.

3. Nurul Aktifah, S.Kep., Ns,.M.Si.,Med selaku Dekan Falkutas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.

4. Emi Nurlalela, S.Kp., M.Kep., Sp Mat selaku Kepala Program Studi Sarjana

Keperawatan dan Profesi Ners.

5. Aida Rusmariana, S.Kep., Ns., MAN selaku Dosen Pembimbing yang dengan

penuh kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran-pikiranya

memberi arahan dan bimbingan selama pembuatan Karya Iilmiah Akhir Ners

ini.

vii
6. Ovin Sidi Pratomo, S.Kep., Ns selaku pembimbing klinik yang telah

membimbing dengan penuh kesabaran untuk mengarahkan dalam penyusunan

Karya Ilmiah Akhir Ners ini.

7. Bapak dan Ibu tercinta, yang tak henti-hentinya selalu memberikan do’a dan

dukungan setiap langkah-langkah peneliti dalam pembuatan Karya Ilmiah

Akhir Ners ini.

Peneliti menyadari penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini masih jauh

dari kesempurnaan, baik dari segi materi maupun teknik, yang disebabkan karena

keterbatasan kemampuan yang dimiliki peneliti. Oleh karena itu saran dan

masukan diharapkan guna kesempurnan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.

wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pekalongan, 11 Juli 2023

Penulis

Laelatul Afifah
NIM. 202202040035

viii
DAFTAR ISI

COVER

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................. Error! Bookmark not defined.

SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................................... iv

PRAKATA ......................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

ABSTRAK .......................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5

C. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

BAB II TINJAUAN LITERATUR....................................................................... 7

A. Konsep Dasar Penyakit ...................................................................... 7

1. Pengertin Bronkopneumonia ....................................................... 7

2. Etiologi ...................................................................................... 8

3. Klasifikasi .................................................................................. 8

4. Patofisiologi ............................................................................... 9

5. Manifestasi Klinis..................................................................... 11

6. Komplikasi ............................................................................... 14

7. Pencegahan .............................................................................. 14

8. Penatalaksanaan ....................................................................... 17

ix
9. Pemeriksaan Penunjang ............................................................ 17

10. Patway...................................................................................... 19

B. Konsep Teori Inhalasi ...................................................................... 20

C. Konsep Masalah Keperawatan ......................................................... 23

D. Dasar Intervensi Keperawatan.......................................................... 30

E. Evidence Based Practice in Nursing ................................................. 34

BAB III GAMBARAN KASUS......................................................................... 38

A. Deskripsi Pasien .............................................................................. 38

B. Riwayat Kasus ................................................................................. 38

C. Hasil Pemeriksaan Fisik ................................................................... 38

D. Hasil Pemeriksaan Penunjang .......................................................... 39

E. Rencana Pengobatan ........................................................................ 39

F. Hasil yang Diharapkan dari Rencana Tindakan ................................ 40

G. Hasil Aktual..................................................................................... 40

H. Persetujuan (Concent) ...................................................................... 41

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................. 42

A. Pembahasan ..................................................................................... 42

B. Implikasi dan batasan....................................................................... 45

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 46

A. Simpulan ......................................................................................... 46

B. Saran ............................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 48

Jurnal Keperawatan............................................................................................ 78

x
Program Studi Profesi Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Juli, 2023

PENERAPAN PEMBERIAN TERAPI INHALASI NEBULIZER


TERHADAP BERSIHAN JALAN NAFAS PADA ANAK DENGAN
BRONKOPNEUMONIA DI RSUD BENDAN KOTA PEKALONGAN

Laelatul Afifah1, Aida Rusmariana2, Ovin Sidi Pratomo 3

Pendahuluan
Bronkopneumonia adalah jenis pneumonia yang paling umum terjadi pada anak-
anak dan menjadi penyebab utama kematian anak-anak dibawah lima tahun.
Penyakit bronkopneumonia sering terjadi dengan timbulnya sesak nafas
dikarenkan paru-paru yang kotor .Salah satu teknik untuk membantu mengurangi
sesak nafas serta mengencerkan dahak yaitu terapi inhalasi nebulizer yang
memiliki manfaat untuk mengurangi sesak nafas dan mengencerkan dahak pada
saluran pernapasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil penerapan
terapi inhalasi nebulizer pada anak dengan bronkopneumonia yang mengalami
bersihan jalan nafas tidak efektif.

Metode
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus evidence based practice (EBP).
Menggunakan 1 responden yang diteliti dengan masalah keperawatan bersihan
jalan nafas tidak efektif. Implementasi yang dilakukan dengan terapi inhalasi
nebulizer. Intervensi terapi inhalasi nebulizer dilakukan selama pasien dirawat
yaitu 4 hari berturut-turut dengan waktu kurang lebih 10-20 menit. Peneliti
mengamati adanya reaksi yang biasa timbul pada bayi atau anak akan sesak nafas
dan terbatuk-batuk disertai lendir

Hasil
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh terapi inhalasi nebulizer
terhadap bersihan jalan napas tidak efektif pada anak, setelah dilakukan
penerapan nebulizer pada anak bronkopneumonia, hasilnya keluhan sesak nafas,
batu-batuk disertai lendir,suara ronchi yang di alami klien dapat teratasi.

Simpulan
Penerapan terapi inhalasi nebulizer efektif untuk mengatasi keluhan yang dialami
klien yang menderita bronkopneumonia. Saran bagi pelayanan kesehatan,
harapkanpelayanan kesehatan dapat menjelaskan kepada pasien dan keluarga
selain dilakukan tindakan kolaborasi pemberian nebulizer bisa melakukan
tindakan mandiri keperawatan juga guna menurunkan sesak yang dialami oleh
pasien.

Kata kunci: Bersihan Jalan Nafas ; Bronkopneumonia ; Inhalasi Nebulizer

viii
Internship Program in Nursing
Faculty of Health Sciences
University of Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan

THE IMPLEMENTATION OF NEBULIZER INHALATION THERAPY


FOR AIRWAY CLEARANCE IN CHILDREN WITH BRONCOPNEUMONIA
AT BENDAN HOSPITAL, PEKALONGAN

Laelatul Afifah1, Aida Rusmariana2, Ovin Sidi Pratomo3

ABSTRACT

Introduction
Bronchopneumonia is the most common type of pneumonia in children and
is the leading cause of death in children under five years of age.
Bronchopneumonia often occurs with shortness of breath due to dirty
lungs. One technique to help reduce shortness of breath and thin phlegm is
nebulizer inhalation therapy. It has the benefit of reducing shortness of
breath and thinning phlegm in the respiratory tract. This study aims to
determine the results of applying nebulizer inhalation therapy to children
withbronchopneumonia who experience ineffective airway clearance.

Method
This study used the evidence-based practice (EBP) case study method with
1 respondent with ineffective airway clearance nursing problems who was
being studied. The implementation was done with nebulizer inhalation
therapy. The intervention of nebulizer inhalation therapy was carried out
while the patient was being treated for 4 consecutive days with a time of
approximately 10-20 minutes. The researchers observed that the reaction
that usually occurs in infants or children would be shortness of breath and
coughing accompanied by mucus.
Results
The results of this study indicated that the effect of nebulizer inhalation
therapy on airway clearance was effective in children. After the
implementation of the nebulizer, the results showed that the shortness of
breath, coughing accompanied by mucus, and crackles experienced by
clients can be decreased.

Conclusion
The implementation of nebulizer inhalation therapy was effective to
overcome the complaints experienced by the patient who suffered from
bronchopneumonia. Hopefully, the health services can explain to patients
and families that, apart from collaborative actions in giving nebulizers,
they can carry out independent nursing actions to reduce shortness of
breath experienced by patients.
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bronkopneumonia biasa juga disebut dengan istilah pneumonia

loburalis merupakan suatu peradangan yang terdapat pada parenkim paru

dan dapat terlokalisir biasanya sampai terkena bronkiolus dan alveolus

yang berada disekitarnya, disebabkan oleh berbagai sumber etiologi seperti

bakteri,virus, jamur dan benda asing (Waseem, 2020). Pada kelompok

anak balita penyebab kematian terbesar adalah masalah diare. Dan

penyebab kematian yang lain seperti pneumonia, demam, campak,

malaria, difteri, dan lainnya. (Kemenkes RI, 2020)

Anak yaitu individu yang berada dalam suatu rentang yang dapat

berubah mulai dari bayi, anak hingga remaja (Eka Adithia Pratiwi et al.,

2021), setiap anak berbeda satu dengan yang lainnya karena latar belakang

yang berbeda pada anak. Anak memiliki rentang perubahan pertumbuhan

serta perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses

berkembang anak memiliki cirri-ciri fisik, konsep diri, kognitif, perilaku

sosial dan pola koping (Yuniarti, 2015). Anak juga merupakan masa

dimana organ-organ tubuhnya belum memiliki fungsi secara optimal

sehingga anak sangat rentan terhadap suatu penyakit. Bronkopneumonia

merupakan Salah satu penyakit yang sering menyerang bayi dan anak.

Adapun hasil laporan dari World Health Organization (WHO)

2020, sekitar 820.823 sampai sekitar 2 juta anak meninggal dunia setiap

1
2

tahun karena bronkopneumonia. United Nations Children’s Fund

(UNICEF) dan WHO juga menyebutkan bronkopneumonia sebagai

kematian palin utama pada anak balita, lebih dari penyakit yang lain lain

seperti campak, malaria, dan AIDS. Kelompok referensi Epidemiologi

Kesehatan Anak WHO memperkirakan median kasus global

bronkopneumonia klinis menjadi 0,28 episodeper anak-tahun. Ini setara

dengan insiden tahunan 150,7 juta kasus baru, di mana 11-20 juta (7-13%)

cukup parah untuk memerlukan perawatan di rumah sakit.(WHO, 2020).

Profil kesehatan tahun 2021 didapatkan angka prevalensi

bronkopneumonia pada anak di Indonesia didapatkan sebesar 31,4 %.

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019 menyatakan jumlah keseluruhan

anak yang menderita bronkopneumonia di Indonesia mencapai (52,9%).

Dimana lima provinsi yang memiliki insiden bronkopneumonia tertinggi

pada balita balita tertinggi adalah Papua Barat (129,1%), DKI Jakarta

(104,5%), Banten (72,3%), Kalimantan utara (67,9%), Sulawesi Tengah

(67,4%). Sedangkan prevalensi di Sulawesi selatan sebanyak (18,8%)

(Kemenkes RI, 2020). Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas (2020)

Prevalensi penduduk jawa tengah yang bermasalah menurut diagnosis oleh

tenaga kesehatan sebesar 1,80 % dan menurut diagnosis atau gejala yang

pernah dialami responden sebesar 3,36 %, sedangkan prevalensi Kota

Pekalongan (2021) sebesar 1.403 jiwa yang terdiagnosa

bronkopneumonia. Berdasarkan data di ruang sekarjagad RSUD Bendan

dari bulan Agustus-Oktober terdapat 8 responden yang terdiagnosa


3

bronkopenumonia, sedangkan pada bulan Januari-Oktober 2022 terdapat

24 responden yang menderita bronkopneumonia.

Adapun masalah keperawatan yang sering terjadi pada anak yang

mengalami Bronkopneumonia adalah bersihan jalan napas tidak efektif,

hipertermi, gangguan pertukaran gas,intoleransi aktivitas, perubahan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan resiko tinggi kekurangan volume

cairan. Jika kondisi ini tidak segera ditangani maka dapat menimbulkan

komplikasi seperti emfisema, infeksi sistemik, atelektasis, abses paru, dan

meningitis (Wijayaningsih, 2013). Proses peradangan penyakit

bronkopneumonia biasanya menimbulkan beberapa manifestasi klinis,

utamanya yang sering terjadiyaitu bersihan jalan napas tidak efektif atau

ketidakmampuan mempertahankan jalan napas tetap paten karena sulit

membersihkan sekret pada jalan napas sehingga terjadi obstruksi jalan

napas . jika kondisi ini tidak segera ditangani dapat mengakibatkan pasien

mengalami sesak yang hebat sehingga dapat memperparah kondisi klien

bahkan bisa menimbulkan kematian (PPNI, 2016)

Terapi inhalasi merupakan pemberian obat yang dilakukan secara

inhalasi atau hirupan dalam bentuk aerosol ke dalam saluran napas. Terapi

inhalasi ini masih menjadi pilihan utama pemberian obat yang bekerja

langsung pada sistem pernapasan khusunya pada jalan napas . (Sapariah

Angraini & Relina, 2020). Tujuan dari terapi inhalasi untuk memberikan

efek bronkodilatasi dan melebarkan lumen bronkus dan dapat

mengencerkan dahak sehingga mudah untuk dikeluarkan dan mengurangi

hiperaktifitas bronkus dan mampu mengatasi infeksi (Wahyuni, 2014)


4

Dalam hasil penelitian (Astuti et al., 2019) mengatakan bahwa

dalam penerapan terapi inhalasi nebulizer dalam mengatasi bersihan jalan

napas pada anak dengan brokopneumonia efektif untuk dilakukan. Terapi

ini lebih efektif diberikan karena Pemberian obat yang dilakukan dengan

inhalasi mempunyai beberapa keuntungan seperti obatnya bekerja

langsung dalam saluran pernapasan, cara kerjanya cepat, dosis obat yang

diperlukan kecil, serta efek samping menjadi minimal karena konsentrasi

obat yang bekerjadi dalam darah lebih rendah sehingga terapi ini aman dan

tidak membahayakan anak bila dilakukan secara berulang (Wahyuni,

2014)

Selain intervensi terapi inhalasi terdapat juga Intervensi lain yang

bisa dilakukan untuk mengatasi perbaikan jalan napas pada anak yaitu

dengan mengatur posisi kepala klien agar lebih tinggi dari posisi badan.

Posisi ini dapat meningkatkan ventilasi pada klien sehingga diafragma

yang lebih rendah akan membantu meningkatkan ekspansi dada, pengisian

udara, mobilisasi, ekspektorasi dan sekresi (PPNI, 2018)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti tetarik

untuk melakukan penelitian karya ilmiah dengan judul “ Penerapan

Pemberian Inhalasi Nebulizer Terhadap Bersihan Jalan Nafas pada Anak

Dengan Bronkopneumonia di RSUD Bendan Kota Pekalongan”.


5

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui proses Asuhan Keperawatan Pasien

Bronkopneumonia Dengan Penerapan Terapi Inhalasi Nebulizer Di

RSUD Bendan.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan Pasien


Bronkopneumonia Dengan Penerapan Terapi Inhalasi Nebulizer Di
RSUD Bendan
b. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan dari
pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi pada Pasien Bronkopneumonia Dengan Penerapan Terapi
Inhalasi Nebulizer Di RSUD Bendan

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Kesehatan

Hasil dari karya tulis ini digunakan sebagai bahan masukan dan

evaluasi yang diprlukan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan

secara komprehensif khususnya tindakan dalam memberikan terapi

inhalasi salah satunya adalah nebulizer untuk gangguan system

pernafasan

2. Bagi Profesi Keperawatan

Dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan terutama dalam memberikan intervensi keperawatan

mandiri serta mengembangkan keterampilan perawat dalam

penatalaksanaan manajemen pernafasan


6

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan informasi

mengenai pemberian nebulizer terhadap bersihan jalan nafas pada

anak dengan bronkopneumonia.


BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertin Bronkopneumonia

Bronkopneumonia juga disebut sebagai pneumonia loburalis

dimana terjadi peradangan pada parenkim paru yang dapat dilokalisir

dan biasanya dapat terkena bronkiolus dan alveolus yang berada

disekitarnya, hal ini disebabkan oleh berbagai macam penyebab atau

etiologi seperti bakteri,jamur, virus,dan benda asing yang dapat masuk

kedalam saluran pernapasan(Waseem, 2020)

Bronkopneumonia ini merupakan mucus yang tersebar pada kedua

belahan paru, dimulai pada bronkiolus yang tersumbat oleh eksudat

cairan sputum (Ridha, 2017)

Bronkopneumonia merupakan klasifikasi pneumonia dengan

pola penyebaran berbecak, teratur pada satu area atau lebih yang

berada dalam bronki dan meluas ke jaringan paru lainya yang

berdekatan disekitarnya. Bronkopneumina disebabkan oleh bakteri,

virus, jamur dan benda asing dengan gejala yang muncul seperti

demam tinggi, gelisah, kesulitan bernafas, pernafasan cepat dan

dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan produktif (Wulandari

dan Erawati, 2016).

7
8

2. Etiologi

Penyebab terbanyak Bronkopneumonia pada anak adalah

bakteri pneumokokus dan virus. Sedangkan pada bayi dan anak kecil

sering ditemukan staphylocomulus aureus sebagai penyebab terberat,

paling serius dan sangat progresif dengan angka kematian yang tinggi,

proses terjadinya Bronkopneumonia didahului oleh terjadinya

peradangan pada jaringan paru atau alveoli yang biasnya di awali oleh

infeksi saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari (Ridha,

2017).

Bronkopneumonia disebabkan oleh beberapa factor,

diantaranya adalah :

a. Bakteri (Pneumokokus, streptokokus, Staphylocomlus, H.

Influenza, Klebsiela mycoplasma pneumonia)

b. Virus (virus adena, virus parainfluenza, virus influenza).

c. Jamur (Histoplasma, Capsulatum, Koksidiodes).

d. Protozoa (Pneumokistis karinti)

(Wulandari & Erawati, 2016)

3. Klasifikasi

Bronkopneumonia dikelompokan berdasarkan pedoman dan

tatalaksana sebagai berikut :

e. Bronkopneumonia sangat berat

Apabila ditemukan sianosis dan anak sama sekali tidak mampu

minum, maka anka perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan

antibiotik.
9

f. Bronkopneumonia berat

Apabila terdapat retraksi dinding dada tanpa sianosis dan masih

mampu minum, maka anak perlu dirawat di rumah sakit dan

diberikan antibiotik.

g. Bronkopneumonia

Apabila terdapat retraksi dinding dada tetapi ditemukan

pernafasan cepat yaitu >60x/menit pada anak usia kurang dari dua

bulan, >50x/menit pada anak usia 2 bulan-1 tahun, >40x/menit

pada anak usia 1-5 tahun.

h. Bukan Bronkopneumonia

Hanya terdapatt batuk tanpa adanya gejala dan tanda-tanda seperti

di atas, tidak memerlukan perawatan dan tidak perlu pemberian

antibiotik.

(Andriyani Septian, 2021)

4. Patofisiologi

Bronkhopneumonia Sebagian besar disebabkan oleh beberapa

mikroorganisme seperti (jamur, bakteri, virus) pada awalnya

mikroorganisme ini masuk melalui percikan ludah atau droplet proses

invasi ini masuk melalui kesaluran pernafasan atas sehingga terjadi

reaksi imonologis dari tubuh. Dimana reaksi ini menimbulkan

peradangan, ketika terjadi peradangan tubuh akan berespon dengan

menyesuaikan suhu tubuh sehingga menimbulkan gejala demam pada

penderita bronkopneumonia.
10

Reaksi peradangan ini juga menimbulkan produksisecret yang

berlebih, lama kelamaan sekret ini semakin menumpuk di dalam

bronkus sehingga mengakibatkan bronkus jadi semakin sempit dan

pasien dapat merasakan sesak napas. Bukan hanya terkumpul diarea

bronkus saja tetapi lama-kelamaan secret ini bias sampai ke alveolus

sehingga mengganggu proses pertukaran gas di paru-paru. Selain

menginfeksi saluran pernafasan, bakteri ini juga bias sampai ke

saluran pencernaan dan menginfeksi saluran cerna hal ini terjadi

ketika bakteri terbawa oleh darah masuk kedalam system pencernaan

bakteri ini membuat flora normal dalam usus menjadi agen patogen

yang menimbulkan masalah GI.

Dalam kondisi yang sehat, paru-paru tidak akan terjadi

pertumbuhan mikroorganisme. Karena keadaan ini disebabkan oleh

adanya mekanisme pertahanan paru. adanya bakteri didalam paru

daapt menunjukkan adanya gangguan pada daya tahan tubuh

manusia, dapat berkembang biak serta mengakibatkan timbulnya

infeksi penyakit. masuknya mikroorganisme ke dalam saluran

pernapasan bias melalui berbagai cara antara lain : inhalasi langsung

dari udara, aspirasi dari bahan-bahan yang ada dalam dinasofaring

dan orofaring serta perluasan langsung dari tempat yang lain,

penyebaran secara hematogen(Nurarif & Kusuma, 2015; Kowalak,

Welsh, & Mayer, 2012)


11

5. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang lazim muncul pada anak dengan

bronkopneumonia menurut (Nurarif & Kusuma, 2015), adalah :

a. Biasanya dimulai dari infeksi traktus respiratori pada bagian atas

b. Demam (39 -40 derajat celcius) dan terkadang disertai dengan

kejang akibat demam yang terlalu tinggi.

c. Adanya sensasi nyeri dada yang seperti ditusuk-tusuk sehingga

anak menjadi sangat gelisah, terjadi ketika bernapas atau batuk

d. Pernapasan menjadi cepat dan dangkal disertai cupping hidung dan

sianosis yang berada disekitar mulut dan hidung

e. Biasanya disertai muntah dan diare.

f. Terdapat suara saat bernapas yaitu bunyi tambahan seperti ronkhi

basah (crackles), wheezing.

g. Terjadi kelelahan akibat reaksi peradangan dan hipoksia jika

infeksinya berat atau serius

h. Terjadi penimbunan mucus akibat kurangnya ventilasi sehingga

menyebabkan atelectasis absorbsi.

Pemeriksaan fisik pada penderita pneumonia khususnya

bronkopneumonia biasanya ditemukan hal-hal seperti bibawah ini

(Waseem, 2020):

a. Pada inspeksi :adanya retraksi otot epigastrik, interkostal,

suprasternal, dan pernapasan cupping hidung.

Adapun tanda objektif yang dapat menunjukkan adanya distres

pernapasan yaitu beberapa tanda dibawah ini, seperti ;


12

1) Terdapat retraksi dinding dada

2) Terdapat penggunaan otot tambahan dalam bernapas yang dan

tampak cuping hidung

3) Orthopnea

4) Adanya pergerakan saat bernapas yang berlawanan.

Tekanan intrapleura yang bertambah negatif apabila inspirasi

melawan resistensi tingginya jalan napas yang menimbulkan

retraksi pada bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada,

seperti jaringan ikat inter, sub kostal, dan fossae supraklavikula

dan suprasternal. Dan kebalikannya seperti ruang interkostal

yang dapat melenting terlihat ketika tekanan intrapleura menjadi

semakin positif. pada bayi baru lahirRetraksi lebih mudah

terlihatkarena jaringan ikat interkostal bentuknya lebih tipis dan

lebih lemah berbeda pada anak yang lebih tua.

Terlihat kontraksi dari otot sternokleidomastoideus dan

gerakan fossae supraklavikular ketika inspirasi. Hal ini

merupakan tanda yang paling utama adanya sumbatan pada jalan

nafas. Pada infant, kontraksi otot dapat terjadi karena “head

bobbing”, yang bisadiamati dengan jelas apabila anak

beristirahat dengan kepala disangga tegal lurus dengan area

suboksipital. Jika tidak terdapat tanda distres pernapasan yang

lain pada “head bobbing”, dapat ddicurigai adanya kerusakan

sistem saraf pusat.


13

Adanya distress pernapasan dapat ditandai dengan adanya

pengembangan cuping hidung dan terjadi ketika inspirasi

memendek secara abnormal (contohnya pada kondisi nyeri

dada). Pengembangan hidung dapat memperbesar pasase hidung

anterior serta menurunkan resistensi jalan napas atas dan

keseluruhan. Selain itu mampu menstabilkan jalan napas bagian

atas dengan mencegah tekanan negatif faring selama terjadi

inspirasi.

b. Adanya vokal fremitus yang simetris pada saat dipalpasih

Konsolidasi yang kecil pada bagian paru yang terkena tidak

menghilangkan getaran fremitus selama jalan napas masih

terbuka, tetapi jika terjadi perluasan infeksi paru (atelektasis /

kolaps paru) maka transmisi energi vibrasi menjadi berkurang.

c. Tidak terdapat kelainan ketika dilakukan perkusi

d. Saat auskultasi terdengar bunyicrackles sedang tapi nyaring.

Cracklesmerupakan bunyi yang non musikal, tidak terus-

menerus, terjadi interupsi pendek dan berulang, spektrum

frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernada tinggi dan rendah

(tergantung dari tinggi rendahnya frekuensi yang lebih

mendominasi), keras atau lemahnya tergantung dari amplitudo

osilasi, jarang atau banyak juga tergantung dari jumlah crackles

individual, halus atau kasar juga tergantung dari mekanisme

terjadinya.Crackles terjadi karena gelembung udara melalui


14

sekret jalan napas atau jalan napas yang kecil dan tiba-tiba

terbuka.

6. Komplikasi

Menurut Smeltzer & Suzanne C, (2013)Komplikasi dari

bronkopneumonia yaitu :

a. Kolaps paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau

reflek batuk hilang karena terjadi atelektasis yaitu pengembangan

paru yang tidak sempurna.

b. Empyema adalah keadaan berkumpulnya nanah di dalam rongga

pleura yang terdapat pada satu titik atau keseluruhan rongga pleura.

c. Pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang atau biasa

disebut abses parupada setiap katup endocardial atau endokarditis

d. Infeksi Sistemik

e. Meningitis

7. Pencegahan

Menurut (Ridha, 2014)terdapat 3 pencegahan yang dapat

dilakukanuntuk mencegah terjadinya bronkopnuemonia yaitu :

a. Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama atau mencegah sebelum terjadi

suatu peyakitadalah upaya untuk mempertahankan orang yang

sehat agar tidak sakit. Secara garis besar, pencegahan ini berupa

pencegahan umum dan juga pencegahan khusus.


15

Tujuan dari pencegahan primer adalah menghilangkan faktor risiko

terhadap kejadian bronkopneumonia. Adapun upaya yang bias

dilakukan yaitu :

1. Melakukan imunisasi BCG satu kali (pada usia 0-11 bulan),

Hepatitis B sebanyak 3 kali (0-9 bulan), DPT (Diphteri, Pertusis,

Tetanus) sebanyak 3 kali (pada usia 2-11 bulan), Polio sebanyak

4 kali (pada usia 2-11 bulan), dan Campak satu kali (pada usia

9-11 bulan).

2. Memberika ASI pada bayi neonatal sampai berumur 2 tahun dan

makanan yang bergizi pada balita. Untuk menjaga daya tahan

tubuh anak

3. Mengurangi polusi udara lingkungan baik di dalam ataupun

diluar ruangan

4. Mengurangi kepadatan jumlah orang dalam satu rumah

b. Pencegahan Sekunder

Tingkat pencegahan ini merupakan pencegahan tingkat kedua

dimana manusia berupaya mencegah orang telah sakit agar segera

sembuh, menghambat perkembangan penyakit, dan menghindari

komplikasi, serta mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan

sekunder meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat

sehingga dapat mencegah meluasnya penyakit dan terjadinya

komplikasi. Upaya yang dilakukan antara lain :

1. Bukan Bronkopneumonia : perawatan di rumah, obati

demam.
16

2. Bronkopneumonia : berikan kotrimoksasol, obati demam, obati

mengi.

3. Bronkopneumonia berat : rawat di rumah sakit, berikan

oksigen, beri antibiotik benzilpenisilin, obati demam, obati

mengi, beri perawatan suportif, nilai setiap hari.

c. Pencegahan Tersie

Pencegahan ini adalah pencegahan ketigabertujuan untuk

mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan kegiatan

rehabilitasi. Upaya yang bisa dilakukan yaitu :

1. Memberi makanan yang cukup selama anak

sakit dantingkatkan pemberian makanan setelah sakit.

2. Membersihkan hidung kalau terdapat sumbatan pada jalan

napas yang menganggu proses pemberian makan.

3. Memberikan air minum yang banyak sebagai cairan

tambahananak

4. Tingkatkan pemberian ASI untuk meningkatkan imunitas

anak

5. Sembuhkan batuk dengan obat yang aman. Seperti pelega

tenggorokan

6. Memperhatikan tanda sebaai berikut: pernapasan menjadi

cepat, bernapas menjadi sulit, anak tidak mampu minum,

kondisi anak semakin memburuk, jika terdapat hal seperti

disatas segera membawa anak ke petugas kesehatan.


17

8. Penatalaksanaan

Ada dua jenis penatalaksanaan pada pasien bronkopneumonia

yaitusecara asuhan keperawatan dan medis (Nugroho, 2015) :

a.Asuhan keperawatan

1) Melakukan fisioterapi dada atau mengajarkan batuk efektif

pada anak yang mengalami gangguan bersihan jalan nafas

2) Mengatur posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi

3) Memberikan kompres untuk menurunkan demam

4) Pantau input dan output untuk memonitor balance cairan

5) Bantu pasien memenuhi kebutuhan ADLs

6) Monitor tanda-tanda vital

7) Kolaborasi pemberian O2

8) Memonitor status nutrisi dan berkolaborasi dengan ahli gizi

b. Medis

1) Farmakologi

Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin,

ampicillin, dan gentamicin. Pemberian antibiotik ini

berdasarkan usia, keaadan penderita, dan kuman penyebab.

9. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostic penyakit Bronkopneumonia adalah

sebagai berikut :

a. Foto thoraks

Ditemukan penyebaran bercak konsolidasi pada satu satu atau

beberapa lobus.
18

b. Labolatorium

Kadar Leukositosis mencapai 15.000-40.000 mm3 dengan

pergeseran ke kiri.

c. GDA : kemungkinan tidak normal, tergantung ;uas paru yang

terlibat dan penyakit paru yang ada. Analisa gas darah arteri

menunjukan asidosis metabolic dengan atau tidak ada retensi CO2.

d. LED meningkat.

e. WBC (white blood cell) biasanya kurang dari 20.000 cells mm3.

f. Elektrolit natrium dan klorida mungkin rendah.

g. Bilirubin kemungkinan meningkat.

h. Aspirasi perkutan/biopsy jaringan paru terbuka menunjukan

intranuklear tipikal dan keterlibtan sistoplasmik. (Wulandari &

Erawati, 2016)
19

10. Patway
20

B. Konsep Teori Inhalasi

1. Pengertian

Terapi inhalasi yaitu memberikan obat secara hirupan/inhalasi yang

berbentuk bentuk aerosol dan langsung menuju dalam saluran

pernapasan. Terapi inhalasi ini masih menjadi pilihan yang utama

dalam pemberian obat yang bekerja langsung pada saluran napas

terutama pada kasus seperti asma dan PPOK. Terapi inhalasi adalah

pemberian obat yang dilakukan secara inhalasi (hirupan) ke dalam

saluran respiratorikatau saluran pernapasan (Nanda Yudip, 2016).

Prinsip dari alat nebulizer yaitu merubah obat yang sebelumnya

berbentuk larutan menjadi aerosol agar dapat dihirup dengan mudah

oleh pasien dengan menggunakan alat mouthpiece atau masker.

Nebulizer ini dapat membentuk partikel-partikel kecil yang disebut

aerosol berukuran antara 2-5 μ. Alat nebulizer ini terdiri dari beberapa

bagian yang terpisah. Yaitu terdiri dari generator aerosol, alat bantu

inhalasi (kanul nasal, masker, mouthpiece), cup (tempat obat)

(Sapariah Angraini & Relina, 2020)

2. Tujuan

a. Untuk melebarkan lumen bronkus dan memberikan efek

bronkodilatasi pada saluran napas.

b. Dahak/secret menjadi lebih encer sehingga mudah untuk

dikeluarkan

c. Mampu mengatasi infeksi dan menurunkan hiperaktifitas pada

bronkus (Astuti et al., 2019)


21

3. Indikasi

a. Asma Bronkialis

b. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)

c. Sindroma Obstruksi Post TB

d. Mengeluarkan dahak(Sapariah Angraini & Relina, 2020)

4. Kontraindikasi

a. Hipertensi

b. Takhikardia

c. Adanya riwayat alergi

d. Trakeostomii

e. Fraktur di daerah hidung, maxilla, palatum oris

f. Terjadinya kontraindikasi dari obat yang digunakan untuk

nebulisasi(Sapariah Angraini & Relina, 2020)

5. Prosedur pemberian

a. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tujuan dan prosedur

dari tindakan yang akan berikan, dan berikan kesempatan untuk

bertanya bertanya

b. Mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan (main unit, Air

hose/selang, Nebulizer kit : masker, mouthpiece, cup serta obat-

obatan)

c. Anjurkan pasien duduk, jika bayi/anak kecil sebaiknya dipangku

dan anak besar duduk

d. Menghubungkan nebulizer dengan sumber tegangan listrik


22

e. Menghubugkan air nose, nebulizer dan juga masker / mouthpiece

pada main kit

f. Buka tutup cup kemudian masukkan obat kedalam alat untuk

penguapan sesuai dosis yang ditentukan

g. Menempelkan masker dengan tepat sesuai dengan bentuk muka

dan menggunakan tali pengikat, bila menggunakan mouthpiece

harus dimasukkan kedalam mulut dan mulut tertutup

h. Mengaktifkan alat nebulizer dngan cara menekan tombol pada

main kit. Dan perhatikan jenis alatpada nebulizer tertentu

pengeluaran uapnya harus dengan menekan tombol pengeluaran

obat yang berapa pada nebulizer kit Biarkan anak menghirup uap

yang keluar secara perlahan-lahan selama 10-15 menit dalam

hingga obat habis

j. Tekan tombol off pada main kit dan melepas masker, nebulizer,

dan air hose.

k. Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa tindakan ini telah

selesai dan mengevaluasi pasien apakah pengobatan yang

dilakukan memberikan perbaikan / mengurangi keluhan

l. Lepaskan dan bersihkan alat dan bahan yang telah

digunakan(Sapariah Angraini & Relina, 2020)

6. Kriteria evaluasi.

a. Bronkospasme menjadi berkurang atau menghilang

b. Dahak menjadi berkurang (Sapariah Angraini & Relina, 2020)


23

C. Konsep Masalah Keperawatan

Konsep masalah keperawatan meliputi definisi, kriteria masalah,

dan faktor yang berhubungan, berikut ini merupakan penjelasan dari

masalah masalah keperawatan pada penyakit bronkopneumonia:

1. Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0149)

a. Definisi

Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan

napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.

1) Tujuan: Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan

bersihan jalan napas (L.01001) meningkat.

2) Dengan kriteria hasil:

a) Batuk efektif

b) Produksi sputum menurun

c) Mengi menurun

d) Wheezing menurun

e) Dispnea menurun

f) Ortopnea menurun

g) Gelisah menurun

h) Frekuensi napas membaik

i) Pola napas membaik

3) Penyebab

a. Fisiologis

a) Spasme jalan napas


24

b) Hipersekresi jalan napas

c) Benda asing dalam jalan nafas

d) Sekresi yang tertahan

e) Proses infeksi

b. Situasional

a) Merokok aktif

b) Merokok pasif

c) Terpajan polutan

c. Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif : -

b) Objektif : batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk,

sputum berlebih/obstruksi dijalan

napas/mekonium dijalan napas (pada

neonatus), mengi,wheezing dan /atau ronkhi

kering.

d. Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif : Dyspnea, Sulit bicara

b) Objektif : Gelisah, Sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi

napas berubah, pola napas berubah.

e. Kondisi Klinis Terkait

1) Gullian barre syndrome

2) Sklerosis multiple

3) depresi system saraf

4) stroke
25

5) cedera kepala

6) infeksi saluran napas

4) Intervensi Keperawatan:

a. Observasi

a) Identifikasi kemampuan batuk

b) Monitor adanya retensi sputum

c) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas

d) Monitor pola napas

(frekuensi, kedalaman, usaha napas)

e) Auskultasi bunyi napas

b. Terapeutik

a) Atur posisi semi fowler atau fowler

b) Berikan minum hangat

c) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

d) Berikan oksigen, jika perlu

c. Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

b) Ajarkan teknik batuk efektif

c) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah

tarik napas dalam yang ke-3 Kolaborasi

d. Kolaborasi

pemberian bronkodilator, mukolitik atau

ekspektoran, jika perlu

2. Pola nafas tidak efektif (D.0005)


26

a. Definisi

Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan

ventilasi adekuat.

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka

diharapkan pola napas (L.01004) membaik.

2) Dengan kriteria hasil :

a) Tekanan ekspirasi meningkat

b) Tekanan inspirasi meningkat

c) Dispnea menurun 40

d) Penggunaan otot bantu napas menurun

e) Frekuensi napas membaik

f) Kedalaman napas membaik

3) Penyebab

a) Depresi pusat pernafasan

b) Hambatan upaya nafas

c) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

d) Kecemasan

a. Gejala dan Tanda Mayor

1) Subjektif : Dispnea

2) Objektif : Penggunaan otot bantu pernapasan, fase

ekspansi memanjang, pola nafas abnormal.

b. Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif : Ortopnea
27

b) Objektif : Pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping

hidung, diameter thoraks anterior-

posterior meningkat, ventilasi semenit

menurun, kapasitas vital menurun, tekanan

ekspirasi menurun, tekanan inspirasi

menurun, ekskursi dada berubah

4) Intervensi Keperawatan :

a. Observasi

a) Monitor bunyi napas

b) Monitor sputum

c) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan

upaya napas

d) Monitor kemampuan batuk efektif

e) Monitor adanya sumbatan jalan napas

f) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

g) Monitor saturasi oksigen

b. Terapeutik

a. Pertahankan kepatenan jalan napas

b. Posisikan semi fowler atau fowle

c. Berikan minum air hangat

d. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15

detik

e. Lakukan fisioterapi dada

i. Edukasi
28

a. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak

kontraindikasi

b. Ajarkan teknik batuk efektif

j. Kolaborasi

a. Kolaborasi pemberian bronkodilator,

ekspektoran, mukolitik

3. Hipertermia (D.0130)

a. Definisi

Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan,

maka termoregulasi (L.14134) membaik.

2) dengan kriteria hasil :

a) Menggigil menurun

b) Kulit merah menurun

c) Kejang menurun

d) Pucat menurun

e) Takikardi menurun

f) Takipnea menurun

g) Bradikardi menurun

h) Hipoksia menurun

i) Suhu tubuh membaik

j) Suhu kulit membaik

k) Tekanan darah membaik

3) Penyebab
29

a) Proses penyakit (mis. infeksi)

b) Respon trauma

c) Peningkatan laju motebolisme

d) Dehidrasi

e) Penggunaaan incubator

f) Respon trauma

a. Gejala dan Tanda Mayor

1) Subyektif : -

2) Obyektif : Suhu tubuh diatas nilai normal

b. Gejala dan Tanda Minor

1) Subyektif : -

2) Obyektif : Kulit merah, Kejang, Takikardi, Takipnea, Kulit

terasa hangat.

4) Intervensi keperawatan :

a. Observasi :

a) Identifikasi penyebab hipertermia

b) Monitor tanda-tanda vital

c) Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu

d) Monitor intake dan output cairan

e) Monitor warna dan suhu kulit

f) Monitor komplikasi akibat hipertermia

b. Terapeutik :

a) Sediakan lingkungan yang dingin

b) Longgarkan atau lepaskan pakaian

c) Basahi dan kipasi permukaan tubuh


30

d) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang

adekuate) Berikan cairan oral

f) Ganti linen setiap hari jika mengalami keringat

berlebih

g) Lakukan pendinginan eksternal (mis. kompres

dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila

d. Edukasi :

a) Anjurkan tirah baring

b) Anjurkan memperbanyak minum

e. Kolaborasi :

a) Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu

b) Kolaborasi pemberisn antibiotik, jika perlu

D. Dasar Intervensi Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang

dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat

data dasar tentang klien, dan membuat catatan tentang respons

kesehatan klien. Dengan demikian hasil pengkajian dapat mendukung

untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien dengan baik dan tepat.

Tujuan dari dokumentasi pada intinya untuk mendapatkan data yang

cukup untuk menentukan strategi perawatan. Dikenal dua jenis data

pada pengkajian yaitu data objektif dan subjektif. Perawat perlu

memahami metode memperoleh data. Dalam memperoleh data tidak


31

jarang terdapat masalah 33 yang perlu diantisipasi oleh perawat. Data

hasil pengkajiian perlu didokumentasikan dengan baik (Yustiana &

Ghofur, 2016)

a. Identitas: Nama, usia, jenis kelamin

b. Riwayat sakit dan kesehatan

1) Keluhan utama : pasien mengeluh demam, batuk dan

sesak nafas

2) Riwayat penyakit sekarang : pada awalnya keluhan

demam dan batuk, tapi selanjutnya akan berkembang

menjadi batuk produktif dengan mucus purulent

kekuning- kuningan dan sedikit berbau. Klien

biasanya mengeluh demam tinggi dan kadang

menggigil (onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya).

Adanya keluhan sesak napas, dan peningkatan

frekuensi pernapasan.

3) Riwayat penyakit dahulu: dikaji apakah pasien ada

riwayat penyakit saluran pernapasan di bagian atas,

dan memiliki riwayat penyakit campak, pertussis serta

mempunyai factor yang dapar memicu timbulnya

bronkopneumonia seperti sering terkena asap rokok,

polusi dilingkungan anak kurang baik dalam jangka

waktu Panjang.

4) Riwayat penyakit keluarga: dikaji apakah ada anggota

keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang


32

disinyalir sebagai ISPA

5) Riwayat alergi: dikaji apakah pasien memiliki riwayat

alergi terhadap beberapa obat, makanan, udara, debu.

c. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum: tampak lemas dan sesak napas

2) Kesadaran: tergantung tingkat keparahan penyakit, bisa

samnolen

3) Tanda-tanda vital

(1) TD: biasanya normal

(2) Nadi: takikardi

(3) RR: takipneu, dispneu,napas dangkal

d. Kepala: tidak ada kelainan

Mata: konjungtiva bisa anemis

e. Hidung: jika sesak, ada pernapasan cuping hidung dan

secret pada hidung.

f. Paru-paru:

1) Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak simetris,

ada penggunaan otot bantu napas

2) Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal

fremitus pada daerah yang terkena

3) Perkusi: apabila ada cairan, normalnya tyhmpani

4) Auskultasi: bias terdengar ronchi

5) Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada

gangguan
33

6) Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi,

kelemahan.

2. Diagnose Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau risiko

perubahan pola) dari individu atau kelompok, dimana perawat

secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan

intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan

menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah. Diagnosa

keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,

keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah

kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial.

Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan

rencana tindakan asuhan keperawatan, sangat perlu untuk

didokumentasikan dengan baik (Yustiana & Ghofur, 2016)

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan

secret yang tertahan.

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan

upaya nafas

d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.

(PPNI, 2017)
34

E. Evidence Based Practice in Nursing

1. Identifikasi Artikel

a. Judul Artikel : Penerapan terapi inhalasi nebulizer untuk mengatasi

Bersihan jalan napas pada pasien brokopneumonia

b. Nama Peneliti : Wahyu Tri Astuti, Emah Marhamah, Nasihatut Diniyah.

2019.

c. Penerbit : Jurnal Keperawatan nasional

d. Pico/Picot :

1.) P (Problem)

Dalam jurnal ini, populasi atau problem yang ditemukan yaitu

pasien yang terdiagnosa akut brokopneumonia. terapi yang

digunakan bertujuan dilakukan pada anak dengan keluhan

brokopneumonia untuk mengeluarkan sputum yang tidak bisa

keluar sehingga menyebabkan bersihan jalan napas tidak efektif.

2.) I (Intervensi)

Intervensi yang diberikan pada pasien dengan brokopneumonia

adalah terapi inhalasi nebulizer. Dimana terapi inhalasi nebulizer

adalah pemberian obat secara inhalasi (hirupan) ke dalam saluran

respiratori. Pemberian terapi inhalasi yaitu tehnik yang dilakukan

dengan pemberian uap dengan menggunakan obat. tindakan terapi

inhalasi nebulizer tujuan untuk menghantarkan obat ke target organ

dengan efek samping minimal dengan keamanan dan efektifitas

yang tinggi. Spektrum partikel obat-obatan yang biasanya


35

digunakan dalam pengobatan terletak dalam diameter yang berkisar

antara 0.5-10 mikro (berbentuk asap). Partikel uap air atau obat-

obatan dibentuk oleh suatu alat yang disebut nebulizer atau aerosol

generator. Aerosol yang terbentuk akan dihirup pasien melalui

mouth piece atau sungkup dan masuk ke paru-paru untuk

mengencerkan sekret, untuk melihat efektifitasnya terapi

bronkopneumoia dilakukan dengan membandingkan Respiration

Rate (RR) sebelum dan sesudah terapi.

3.) C (Comparison)

Hasil metode perbandingan dalam Bersihan jalan napas pada

pasien brokopneumonia adalah : bahwa trapi inhalasi uap jauh

lebih unggul dibandingkan terapi semi fowler dalam hal

komplikasi yang timbul di kasus brokopneumonia. Keuntungan

utama dari terapi inhalasi nebulizer adalah dalam meminimalkan

terjadinya sesak dan mengencerkan dahak. Selain itu, teknik terapi

inhalasi nebulizer ini lebih efisien, efisien. hasil jurnal didapatkan

hasil setelah penerapan dengan pemberian terapi Sebelum

pemberian terapi nebulizer dengan NaCl 1 cc + Ventolin 1 cc +

Bisolvon 10 tetes, frekuensi pernapasan 43 kali/menit, batuk terus-

menerus, pernapasan cuping hidung, ronkhi, setelah dilakukan

terapi, frekuensi pernapasan menjadi 26 kali/menit, batuk

berkurang, napas norma dan hasil penerpan yang sudah dilakukan

peneliti didapatkan hasil yang signifikan penerpan NaCl 1 cc +


36

Ventolin 1 cc + Bisolvon 10 tetes, frekuensi pernapasan 43

kali/menit didapatkan sesak berkurang dan napas Kembali normal

4.) O (Outcome)

Dibahas membandingkan jurnal dan penerapan yg sudh lakukan

Hasil penerapan dari jurnal yang di ambil didapatkan penerpan

inhalsi nebulizer menggunakan pemberian terapi nebulizer dengan

NaCl 1 cc + Ventolin 1 cc + Bisolvon 10 tetes, tindakan nebuliser

dilakukan selama 3 x 24 jam didapatkan hasil Pemberian terapi

inhalasi nebulizer efektif namun dalam penatalaksanaannya

peneliti menggunakan tehnik yang dilakukan dengan pemberian

uap dengan menggunakan obat Ventolin 1 ampul. Yang dilakukan

selama 3 x 24 jam selama 5 hari didapatkan hasil yang signifikan

dengan lender berkurang dan pasien sudah tidak sesak.

5.) T (Time)

Penelitian dilakukan pada tanggal 31 Oktober 2022

e. Gap Of knowledge

Berdasarkan hasil study evaluasi kasus didapatkan pada pasien anak

dengan bersihan jalan nafas tidak efektif dikarenakan belum bisa

mengeluarkan spuntum dengans sendirinya, sehingga spuntum dapat

dikeluarkan dengan pemberian beberapa terapi yang diperlukan pada

anak. Pada anak biasanya terapi yang bisa dilakukan adalah dengan

pemberian terapi inhalasi nebulizer, batuk efektif dan fisio terapi dada

yang bertujuan untuk mengencerkan dahak dan mempermudah dahak

untuk keluar pada pasien anak.


37

f. Justifikasi Intervensi

Terapi inhalasi nebulizer sudah terbukti bahwa bisa menurunkan

frekuansi pernapasan serta dapat mengencerkan dahak sehingga batuk

berdahak berkurang.

g. Hasil Penelitian

Tindakan terapi inhalasi nebulizer ini dilakukan selama 3 x 24 jam,

keluarga serta anak sangat kooperatif ketika diberikan terapi tersebut,

sebelum diberikan terapi inhalasi nebulizer dengan Nacl 1cc + Ventolin

1 cc + Bisolvon 10 tetes, terdapat perubahan pada An.M, frekuensi

pernapasan 20 x/m, serta sudah tidak sesak napas, dan batuk berdahak

berkurang.
38

BAB III

GAMBARAN KASUS

A. Deskripsi Pasien

An. M umur 5 tahun datang ke IGD bersama keluarga pada tanggal

30 -10-2022 pada jam 21.00 dengan hasil anamnesa ibu pasien mengatakan

anaknya demam dan badannya panas sudah 2 hari, batuk pilek sudah 3 hari,

dirumah pasien sudah di kompres hangat sebelum masuk rumah sakit

dengan hasil pemeriksaan TTV, N = 120x/menit, S = 38,8ºC, Rr =

40x/menit, SPO2 = 96%. Pasien terpasang O2 jenis nasal kanul 3 lpm, Ibu

Pasien mengatakan anaknya tidak memiliki Riwayat penyakit keturunan,

tidak mengalami cidera dan Riwayat pembedahan.

B. Riwayat Kasus

Pada tanggal 31-10-2022 dilakukan pengkajian pasien mengeluh

anaknya demam, batuk pilek, sesak napas, terlihat cuping hidung, terdengar

suara ronchi ,Ibu Pasien mengatakan anaknya tidak memiliki Riwayat

penyakit keturunan, tidak mengalami cidera dan Riwayat pembedahan.

C. Hasil Pemeriksaan Fisik

Pada tanggal 31-10-2022 dilakukan pengkajian pasien mengeluh

anaknya demam, batuk pilek, sesak napas, terdapat pernafasan cuping

hidung, terdapat penggunaan alat bantu nafas, nasal kanul 3 lpm, terdengar

suara ronchi dan terdengar suara grok-grok, dengan hasil TTV, N = 120x

/menit, S =38,86ºC, Rr = 40 x/menit, SPO2 = 97%.


39

D. Hasil Pemeriksaan Penunjang

Pada tanggal 1-11-2022 dilakukan pemeriksaan radiologi dengan

hasil pemeriksaan : X foto Thorak . dengan hasil pemeriksaan : TS.Yth. X

Foto Thrax Ap (posisi simetris), Kesan : Bentuk dan ledatk cor dalam batas

normal, Pulmo : Bronkopneumonia (+), Limfadenopati (-).

E. Rencana Pengobatan

Pasien terpasang Infus RL 10 tpm, dengan pemberian terapi

ampicillin 500 mg/ 6 jam, metalpretnisiolon 31.5 mg/ 24 jam, nebul

Ventolin dan bisolvon 1 cc+ 10 tetes / 8 jam, injeksi PCT 200 mg / 6 jam.

Pasien diberikan intervensi keperawatan dengan diagnose bersihan jalan

nafas tidak efektif, observasi : Monitor adanya retensi sputum, monitor

tanda dan gejala infeksi saluran napas, monitor pola napas (frekuensi,

kedalaman, usaha napas), dan auskultasi bunyi napas, terapeutik : atur

posisi semi fowler atau fowler, berikan minum hangat, lakukan fisioterapi

dada, jika perlu, dan berikan oksigen, jika perlu, edukasi : jelaskan tujuan

dan prosedur batuk efektif, ajarkan teknik batuk efektif, anjurkan batuk

dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke3, kolaborasi :

pemberian bronkodilator, mukolitik atau ekspektoran, jika perlu. Diagnose

pola nafas tidak efektif, obsevasi : monitor bunyi napas, monitor sputum,

monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas, monitor

kemampuan batuk efektif, monitor adanya sumbatan jalan napas, palpasi

kesimetrisan ekspansi paru, monitor saturasi oksigen, terapeutik :

pertahankan kepatenan jalan napas, posisikan semi fowler atau fowle,

berikan minum air hangat, lakukan penghisapan lendir kurang, edukasi :


40

anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontraindikasi, ajarkan

teknik batuk efektif, kolaborasi : kolaborasi pemberian bronkodilator,

ekspektoran, mukolitik. Sedangkan diagnose hipertemi dengan intervensi

keperawatan, observasi : a. Observasi : identifikasi penyebab hipertermia,

monitor tanda-tanda vital, monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu,

monitor warna dan suhu kulit, monitor komplikasi akibat hipertermia,

terapeutik : sediakan lingkungan yang dingin, longgarkan atau lepaskan

pakaian, basahi dan kipasi permukaan tubuh, tingkatkan asupan cairan dan

nutrisi yang adekuate) Berikan cairan oral, ganti linen setiap hari jika

mengalami keringat berlebih, lakukan pendinginan eksternal (mis. kompres

dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila, edukasi : anjurkan tirah

baring, anjurkan memperbanyak minum, kolaborasi : kolaborasi pemberian

antipiretik, jika perlu , kolaborasi pemberisn antibiotik, jika perlu

F. Hasil yang Diharapkan dari Rencana Tindakan

Hasil yang diharapkan dari rencana tindakan adalah terjadi

penurunan frekuensi pernapasan, produksi sputum menurun,batuk

berkurang, napas normal, suara ronchi menurun dan, dispnnea menurun.

G. Hasil Aktual

Berdasarkan hasil study evaluasi kasus didapatkan pada pasien anak

dengan bersihan jalan nafas tidak efektif dikarenakan belum bisa

mengeluarkan spuntum dengans sendirinya, sehingga spuntum dapat

dikeluarkan dengan pemberian beberapa terapi yang diperlukan pada anak.

Pada anak biasanya terapi yang bisa dilakukan adalah dengan pemberian

terapi inhalasi nebulizer, batuk efektif dan fisio terapi dada yang bertujuan
41

untuk mengencerkan dahak dan mempermudah dahak untuk keluar pada

pasien anak.

H. Persetujuan (Concent)

Penelitian ini terdapat lembar Inform Consent yang dapat disampaikan

kepada calon responden saat pengambilan data dan berisi pernyataan

ketersediaan menjadi calon responden serta penjelasana bahwa penelitiaan

yang dilakukan tidak akan berdampak negatif dan merugikan dirinya.


BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data terdapat diagnosa keperawatan

yang ditegakkan pada pasien bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan

dengan secret yang tertekan. Diharapkan frekuensi napas membaik.

Didapatkan data pasien ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak sesak serta

batuk berdahak berkurang. Suhu: 36,6 ºC, Nadi: 92 x/menit, RR: 20x/menit,

SPO2 : 98% setelah Pemberian Terapi Inhalasi nebulizer pasien

Bronkopneumonia sehingga diagnose bersihan jalan napas tidak efektif

berhubungan dengan secret yang tertahan dikatakan teratasi dengan intervensi

tersebut. Terapi inhalasi nebulizer adalah pemberian obat dalam bentuk uap

langsung menuju alat pernafasan (hidung dan paru-paru) menggunakan alat

cerobong yang bertujuan untuk mencairkan dahak / lendir dari paru-paru yang

menutupi saluran pernafasan sehingga nafas kembali normal (Meliyani et al.

2019). Menurut peneliti Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

(Astuti et.al, 2019) tentang “penerapan terapi inhalasi nebulizer untuk

mengatasi bersihan jalan napas pada pasien brokopneumonia” menyimpulkan

bahwa skala nafas setelah diberikan terapi inhalasi nebulizer sebagian besar

responden nafas normal, batuk berkurang dan frekuensi pernafasan menurun.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dyah Saraswati, Herman. 2018

tentang “Efektivitas Penerapan Terapi Inhalasi Nebulizer pada Anak yang

Menderita Bronchopneumonia di Ruang Mawar Anak RSU Bahteramas

42
43

Provinsi Sulawesi Tenggara” menyimpulkan bahwa setelah dilakukan inhalasi

nebulizer frekuensi napas responden mengalami perubahan dan penurunan.

Asuhan keperawatan dilakukan pada anak dengan diagnosis bronkopnemonia

dengan hasil pemeriksaan An. M umur 5 tahun datang ke IGD bersama

keluarga pada tanggal 30 -10-2022 pada jam 21.00 dengan hasil anamnesa ibu

pasien mengatakan anaknya demam dan badannya panas sudah 2 hari, batuk

pilek sudah 3 hari, dirumah pasien sudah di kompres hangat sebelum masuk

rumah sakit dengan hasil pemeriksaan TTV, N = 120x/menit, S = 38,8ºC, Rr =

40x/menit, SPO2 = 96%. Ibu Pasien mengatakan anaknya tidak memiliki

Riwayat penyakit keturunan, tidak mengalami cidera dan Riwayat

pembedahan.

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 31/10/2022 dengan

pemberian Tindakan nebuliser dilakukan selama 3 x 24 jam didapatkan hasil

ibu pasien mengatakan An.m batuk pilek sudah berkurang, demam sudah

turun. : Pasien tampak tidak mampu batuk,batuk tidak efektif terdengar suara

ronchi berkurang, sputum berkurang. Suhu 38◦c, Rr 40 x/menit, N 107 x/menit

kulit teraba hangat.

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 1/11/2022 dengan

pemberian Tindakan nebuliser dilakukan selama 3 x 24 jam didapatkan hasil

ibu pasien mengatakan An.m batuk pilek sudah berkurang, demam sudah

turun. Pasien tampak tidak mampu batuk,batuk tidak efektif terdengar suara

ronchi berkurang, sputum berkurang. Suhu 36,2◦c, Rr 36 x/menit, N 100

x/menit kulit teraba hangat. sedangkan


44

pada tanggal 2/11/2022 dengan pemberian Tindakan nebuliser dilakukan

selama 3 x 24 jam didapatkan hasil Ibu pasien mengatakan An.m rewel

semenjak batuk ibu pasien mengatakan bersedia untuk di ajarkan batuk efektif,

ibu pasien tampak siap, An.m tampak sedikit rewel saat di beri tindakan,

lendir tampak keluar. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal

3/11/2022 dengan pemberian Tindakan nebuliser dilakukan selama 3 x 24 jam

didapatkan hasil Ibu pasien mengatakan An.m sudah tidak rewel, ibu pasien

mengatakan bersedia untuk di ajarkan batuk efektif, ibu pasien tampak siap,

An.m tampak tenang saat di beri tindakan, lendir tampak keluar.

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 4/11/2022 dengan

pemberian Tindakan nebuliser dilakukan selama 3 x 24 jam didapatkan hasil

Ibu pasien mengatakan An.m sudah tidak rewel, ibu pasien mengatakan,ibu

mengatakan anaknya sudah tidak sesak, ibu pasien tampak siap, An.m tampak

tenang saat di beri tindakan, lendir tampak keluar. Pasien tampak tidak sesak

dan sudah diperbolehkan pulang.

Menurut (SDKI, 2016) bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

secret yang tertahan. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan

secret yang tertahan adalah Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak

memberikan ventilasi adekuat.. Intervensi yang akan dilakukan adalah

Observasi : Monitor bunyi napas, Monitor sputum, Monitor frekuensi, irama,

kedalaman dan upaya napas, Monitor kemampuan batuk efektif, Monitor

adanya sumbatan jalan napas, Palpasi kesimetrisan ekspansi paru, Monitor

saturasi oksigen. Terapeutik : Pertahankan kepatenan jalan nafas, posisikan

semi fowler atau fowler, lakukan fisioterapi dada, jika perlu, berikan oksigen,
45

jika perlu, lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik. Edukasi :

Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi dan Ajarkan

teknik batuk efektif. Kolaborasi : pemberian bronkodilator, ekspektoran,

mukolitik. (SIKI, 2016).

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 31/10/2022- 04/11/2022

dengan pemberian Tindakan nebuliser dilakukan selama 3 x 24 jam

didapatkan hasil Ibu pasien mengatakan Anaknya sudah tidak batuk-batuk

disertai dahak dan sudah tidak sesak nafas, Pasien sudah tampak tenang, tidak

gelisah, dan tidak lemas dan Masalah bersihan jalan napas tidak efektif teratasi

B. Implikasi dan batasan


Berdasarkan hasil studi kasus evaluasi sumatif yang didapatkan dari pasien

adalah data subjektif ibu pasien mengatakan pasien lebih nyaman dan tidak

sesak dan data objektif ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak batuk dan

tidak ada secret, Pasien telah melakukan Pemberian Terapi Inhalasi nebulizer

sehingga disimpulkan Pengaruh Pemberian Terapi Inhalasi Nebulizer Terhadap

Bersihan Jalan Nafas Pada Anak Dengan Bronkopneumonia efektif dalam

menurunkan sesak pada anak. Terapi nebulizer ini memiliki tujuan Melebarkan

saluran pernapasan (karena efek obat bronkodilator), Menekan proses

peradangan, Mengencerkan dan memudahkan pengeluaran sekret (karena efek

obat mukolitik dan ekspektoran).


46

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan asuhan keperawatan yang dilakukan didapatkan diagnosa

yang muncul pada pasien Bronkopneumonia yaitu bersihan jalan napas tidak

efektif berhubungan dengan secret yang tertahan. Hasil penerapan Pasien telah

melakukan Terapi Inhalasi Nebulizer mengalami pola napas membaik,

sehingga disimpulkan Penerapan Pemberian Terapi Inhalasi Nebulizer

Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada Anak Dengan Bronkopneumonia efektif

dalam menurunkan sesak pada anak.

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Studi literature yang dilakukan oleh penelitian ini menjadi acuan bagi

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara professional dan

komperhensif mengenai asuhan keperawatan dengan diagnosa

Bronkopneumonia pada anak.

2. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan

Karya ilmiah akhir ini dapat digunakan sebagai tambahan literatur bagi

institusi Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan mengenai

asuhan keperawatan dengan diagnosa Bronkopneumonia pada anak.

3. Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil karya ilmiah akhir ini dapat menjadi acuan dalam pemberian asuhan

keperawatan tentang pasien Bronkopneumonia pada anak dan dapat


47

menjadi tambahan literatur bagi tenaga kesehatan khususnya bidang

keperawatan dalam pemberian intervensi keperawatan.


48

DAFTAR PUSTAKA

Akbar Asfihan (2019) Bronchopneumonia. Available at:


https://adalah.co.id/bronchopneumonia/.

Alexander & Anggraeni (2017) ‘Tatalaksana Terkini Bronkopneumonia pada


Anak di Rumah Sakit Abdul Moeloek’, Jurnal Kedokteran.

Andriyani, S. (2021). Keperawatan Anak. Bandung: Universitas Pendidikan


Indonesia.

Arikunto, S. 2013.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi.


Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Astuti, W. (2019). Penerapan terapi inhalasi nebulizer untuk mengatasi bersihan


jalan napas pada pasien brokopneumonia. Journal keperawatan, 5, 7–13.

Bradley JS, Byington CL, Shah SS, Alverson B, Carter ER, Harrison C. 2011.
Executive summary: The management of community-acquired
pneumonia in infants and children older than 3 months of age: Clinical
practice guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the
Infectious Diseases Society of America. Clin Inf Dis. 53(7):617-630.

Eka Adithia Pratiwi et al 2021. Hubungan Perilaku Orang tua dengan


Perkembangan Psikososial anak usia sekolah pada masa pandemic
Covid 19. Jurnal Ilmu Keperawatan Anak, 5(2), 23–31.
https://doi.org/10.32584/jika.v5i2.407

Hidayat. (2017). Metode penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia 2020 [Indonesia Health Profile
2020]. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-
2020.pdf

Mulyani, P. (2018) ‘Penerapan Teknik Nafas Dalam Pada Anak Balita Dengan
Bronkopneumonia Di RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul’, pp.
1–71.

Nurarif H. Amin & Kusuma Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC. Mediaction Publishing

Ridha N. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Pustaka Pelajar
49

Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Yogyakarta-
. Graha Ilmu.

Samuel, A. 2015. Bronkopneumonia on pediatric patient. Journal Agromed Unila,


1(2), 185–189.

Sapariah Angraini & Relina, 2020.Keterampilan praktik keperawatan anak. Yudha


English Gallery

Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan (Ed.2)


Yogyakarta: Graha Ilmu

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Wahyuni, L. 2014. Effect of nebulizer and effective chough on the status of


breating COPD patient. Stikes Bina Sehat PPNI, Mojokerto.

Waseem, M., Lominy, M.-M., 2020. Pediatric Pneumonia Treatment &


Management Approach Considerations, Hospitalization, Hemodynamic
Support [online]. Medsc. URL
https://emedicine.medscape.com/article/967822-treatment (diakses
12.28.20).

WHO. (2020). children with pneumonia taken to a healthcare provider data by


mother’s education level. Artikel Penelitian. https://www.who.int/health-
topics/

Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info


Media.
Yuliastati & Amelia Arnis (2016) Keperawatan Anak. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia

Yuniarti, Sri. (2015). Asuhan Tumbuh Kembang Neonatus Bayi: Balita dan Anak
Prasekolah. Bandung : PT Refika Aditama.
50

Lampiran 1

ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN PADA ANAK

Asuhan Keperawatan pada An. M dengan Bronkopneumonia


di Ruang Sekar Jagad Rumah Sakit RSUD Bendan

I. PENGKAJIAN
Riwayat Keperawatan
Tanggal masuk : 30 Oktober 2022
Jam masuk : 21.00 WIB
Ruang/kelas : Sekar Jagad/2
No. Register : 000288589
Tanggal pengkajian : 31 Oktober 2022
Jam pengkajian : 10.00 WIB
Diagnosis medis : Bronkopneumonia

A. Biodata
1. Biodata klien
Nama (Inisial) : An. M
Tempat tanggal lahir (TTL)/Umur : Pekalongan, 11 Desember 2017/ 5
tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : PAUD
Pekerjaan : Belum bekerja
Alamat : Simbang, Pekalongan
2. Biodata penanggung jawab
Bapak Ibu
Nama : Tn. A ; Ny. I
Umur : 34 tahun ; 30 tahun
Agama ; Islam ; Islam
Suku : Jawa ; Jawa
Pendidikan : SMA ; SMA
Pekerjaan : Wiraswasta ; IRT
Alamat : Simbang ; Simbang
Hubungan dengan klien : Orangtua
51

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan An. M demam badannya panas

2. Riwayat penyakit sekarang


Ibu pasien mengatakan An. M panas sudah 2 hari dan batuk pilek
sudah 3 hari, di rumah hanya di kompres hangat sewaktu demam pada
tanggal 30 Oktober 2022. Pada pukul 21.00 A. M sesak nafas disertai
panas pada tubuhnya dan batuk pilek, setelah itu keluarga memutuskan
untuk membawa An. M ke RSUD Bendan. An. M tiba di IGD pada pukul
21.20 dan langsung diberikan O2 3tpm, pada pukul 22.00 An. M
dipindahkan ke ruang sekar jagad untuk mendapatkan perawatan lebih
lanjut.
3. Riwayat kesehatan dahulu
a. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal)
- Riwayat perinatal : ibu pasien mengatakan selama kehamilan
tidak ada masalah penyakit yang serius.
- Riwayat intranatal : ibu pasien mengatakan An. M lahir
dengan persalinan normal.
b. Riwayat penyakit, cedera, dan pembedahan sebelumnya
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak ada penyakit keturunan, belum
pernah cidera dan dilakukan pembedahan.

c. Riwayat alergi
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak mempunyai riwayat alergi
apapun.

d. Riwayat pengobatan saat ini


Ibu pasien mengatakan saat ini anaknya tidak dalam pengobatan
apapun.

e. Riwayat imunisasi
Ibu pasien mengatakan anaknya imunisasi lengkap yaitu, imunisasi
hepatitis, BCG, Polio, DPT, Polio 2, DPT 2, DPT 3, Polio 4.

f. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan (4: motorik kasar,


halus, bahasa, sosial)
- Pertumbuhan
Berat badan : 17,8 kg
52

Panjang badan : 114 cm


- Perkembangan
Perkembangan sesuai dengan tahap perkembangannya motorik
halus dan kasar yaitu sudah bisa tengkurap, mengangkat
kepala dan dada, mengikuti gerakan wool dari samping kiri ke
kanan, sudah bisa mengoceh.

g. Kebiasaan
Ibu pasien mengatakan An. M sangat aktif bermain

4. Riwayat kesehatan keluarga (genogram)


Ibu pasien mengatakan dari keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit apapun.

5. Riwayat psikososial
Ibu pasien mengatakan lingkungan rumahnya baik, bersih.

6. Riwayat seksual
Pasien berjenis kelamin perempuan.

7. Personal higiene
Sebelum sakit ; Selama sakit
Mandi : 2x/hari ; 2x/hari
Gosok gigi : 2x/hari ; 2x/ hari
Cuci rambut : 2hari sekali ; 2x/minggu
Potong kuku : 1x/minggu ; belum pernah
Ganti pakaian : 2x/hari ; 2-3x/hari
Masalah/keluhan:
53

8. Pola nutrisi – metabolik


Sebelum sakit ; Selama sakit
Makan pagi : 1 porsi kecil ; 1 porsi
Makan siang : 1 porsi kecil ; 1 porsi
Makan malam : 1 porsi kecil ; ½ porsi
Kudapan : roti dan buah ; roti dan buah
Minum : susu dan air putih ; air putih
Riwayat diet : (ingatan dalam 24 jam)

Masalah/keluhan: tidak ada

9. Pola eliminasi
Sebelum sakit ; Selama sakit
BAK
Frekuensi : 4-7x/hari ; 5-9x/hari
Jumlah urine : tidak terkaji ; tidak terkaji
Warna : jernih ; jernih
Bau : bau khas urin ; bau khas urin
Masalah/keluhan:

BAB
Frekuensi : 1-2x/hari ; 1-2x/hari
Jumlah Feses : tidak terkaji ; tidak terkaji
Warna : kuning kecoklatan ; kuning kecoklatan
Konsistensi : lembek ; lembek
Masalah/keluhan: Tidak ada

10. Pola aktifitas latihan


Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan aktifitas sehari-hari
yaitu bermain dengan ibu dan ayahnya.
Selama sakit : ibu pasien mengatakan selama An. M sakit
mintanya di gendong
Masalah/keluhan : ibu pasien mengatakan An. M rewel kalau
bertemu dengan perawat pasti nangis karena
trauma saat pemasangan infus

11. Pola istirahat dan tidur


Sebelum sakit ; Selama sakit

Tidur siang : 2-3 jam ; 1-2 jam


Tidur malam : 8-10jam ; 5-6 jam
Masalah/keluhan: anak rewel susah tidur
54

12. Riwayat keperawatan untuk nilai/kepercayaan


Ibu pasien beragama islam dan percaya kepada Allah setiap orang sakit
pasti akan diberi kesembuhan.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Parameter umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : - mmHg
Suhu tubuh : 38,8o C
Frekuensi denyut nadi : 107 x/mnt
Frekuensi pernafasan : 40 x/mnt
BB sebelum sakit : 18 kg
BB saat ini : 17,8 kg
TB/PB : 114 cm
IMT : 13,7
Status Gizi : baik

2. . PemeriksaanFisikHead to Toe (Kepala – Kaki)

Kepaladan
rambut
Inspeksi : kepala simetris, rambut berwarna hitam, tidak rontok.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Wajah
Inspeksi : wajah simetris, tidak pucat
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Mata
Inspeksi : mata simetris, sklera putih, pupil isokor, konjungtiva berwarna ping
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Penglihatan : normal
Hidung
Inspeksi : hidung simetris, ada sekret, tidak terpasang nasal kanul
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Penciuman : normal
Telinga
Inspeksi : telinga bersih, tidak ada serumen
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Pendengaran : normal
Mulut, lidah dan
55

gigi
Inspeksi : mulut bersih dan lembab, tidak ada stomatitis, belum tumbuh gigi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Pengecapan : normal
Leher
Inspeksi : tidak ada benjolan di leher, tidak ada luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Dada
Inspeksi : dada simetris, pengembangan dada kanan dan kiri sama
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi paru : sonor
Perkusi jantung : pekak
Auskultasi paru : terdengar suara ronchi, terdengar suara grok-grok
Auskultasi jantung : terdengar suara lupdup
Payudara
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Abdomen
Inspeksi : perut simetris, tidak ada bekas jahitan
Auskultasi : bising usus 10x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani
Genetalia dan
anus
Inspeksi : tidak terpasang kateter, normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas
Atas : bisa di gerakan, terpasang infus RL sebelah kanan
Bawah : tidak ada oedem bisa digerakan
Kulit
Inspeksi : teraba lembab tidak kering
Palpasi : CRT > 3 detik
56

B. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium
Hari/Tgl Nama Test Hasil Satuan Nilai
Rujukan
31 Oktober 2022 HEMATOLOGI
Darah Lengkap :
Hemoglobin 12.6 g/dL 13.2-17.3
Leukosit 9400 /mm3 3800-10600
Hematokrit 37.4 % 40-52
Trombosit 344.000 /mm3 150000-
400000
Eritrosit 4.82 Juta/mm3 4.4-5.9
MCV 77.6 Fl 80-100
MCH 26.1 Pg 26-34
MCHC 33.1 g/dL 32-36
RDW 14.5 % 11.5-14.5
MPV 9.2 Fl 7.0-11.0
Hitung Jenis (diff)
:
Eosinofil 1.1 % 2-4
Basofil 0.1 % 0-1
Neutrofil 25.6 % 50-70
Limfosit 66.0 % 25-40
Monosit 7.3 % 2-8

 Foto Rontgen
Ts. Yth x foto thorax AP (simetris)
Kesan :
- Bentuk dan letak cor dalam batas normal
- Pulmo = bronkopneumonia (+)
- Limfadenopati (-)
57

C. Terapi

Hari/Tanggal Nama Obat Rute Dosis/Frekuensi


Ampicicilin Inj IV 500 mg/6 jam
30/10/2022 Methyl Inj IV 31,5 mg/24 jam
- Puyer PCT PO 200 mg/6 jam
4/11/2022 Nebulizer : Uap 1 cc +10 tetes/8jam
Ventolin + bisolvon
Rl Inf IV 10 tpm

Pekalongan , 1 November 2022


Yang mengkaji

Laelatul Afifah
58

II. PENGELOMPOKAN DATA


A. Data Subjektif (DS)
1. Ibu pasien mengatakan An. M demam 2 hari
2. Ibu pasien mengatakan anaknya batuk terdapat sekretdan pilek sudah
3 hari
3. Ibu pasien mengatakan anaknya sesak nafas
B. Data Objektif (DO)
1. tingkat kesadaran cm, ttv = N : 107x/mnt, RR : 40x/mnt, S : 38,8 C,
kulit An.M teraba hangat
2. Terlihat An.M pada saat dilakukan auskultasi terdengar suara ronkhi,
fungsi penciuman An.M terganggu, pasien batuk
3. RR : 40x/mnt , terpasang selang oksigen, pasien terlihat sesak nafas

III. ANALISIS DATA


1. DS : ibu pasien mengatakan An.M demam 2 hari
DO : tingkat kesadaran cm, TTV= S : 38,8 C, N : 107x/mnt,
kulit teraba hangat
Etiologi (E) : proses penyakit
Problem (P) : Hipertermi
2. DS : ibu pasien mengatakan anaknya batuk dan pilek sudah
selama 3 hari yang disertai secret
DO : terdengar bunyi paru ronchi, pasien terlihat batuk-batuk
Etiologi : sekret yang tertahan
Problem : Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. DS : Ibu pasien mengatakan anaknya sesak nafas
DO : Pasien terlihat sesak nafas, RR : 40 x/mnt, terpasang
selang oksigen

IV. DIAGNOSIS KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekret yang tertahan
2. Pola nafas tidak efektif b/d hambatan upaya nafas
3. Hipertermi b/d proses penyakit
59

V. RENCANA KEPERAWATAN

No Tgl/ Diagnosa Rencana Tujuan Intervensi Rasional Paraf


Jam Keperawatan dan Kriteria
Hasil
1. 31 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Observasi :  Untuk Afifah
Okto Nafas Tidak tindakan  Monitor mengetahui pola
ber Efektif b.d keperawatan pola napas
2022 Sekresi Yang selama 3x24 jam napas  Untuk
Tertahan diharapkan pola  Monitor mengetahui
napas membaik bunyi adanya suara
dengan kriteria napas napas tambahan
hasil : tambaha  Untuk
1. Pola napas n mengetahui
membaik  Monitor frekuensi sputum
2. Tidak ada sputum  Untuk
cuping Terapeutik mempertahankan
hidung  Pertahan jalan napas Afifah
3. Tidak ada kan  Untuk
retraksi kepatena memperlancar
dada n jalan jalan napas
Tidak ada alat napas  Untuk membantu
bantu napas  Posisika mengeluarkan
n semi sekret
fowler  Untuk
 Pemberia mengencerkan
n terapi sekret
batuk
efektif  Untuk membantu
Edukasi mengencerkan
60

 Anjurkan sekret Afifah


asupan
cairan
2000ml/
hari
Kolaborasi
 Kolabora Afifah
si
pemberia
n
nebulizer

2. 31 Pola nafas Setelah dilakukan Observasi:  Untuk Afifah


Okto tidak efektif tindakan asuhan mengetahui pola
ber b/d hambatan keperawatan  Monitor nafas pasien
2022 upaya nafas selama 3x24 jam pola  Untuk
diharapkan pola nafas, mengetahui
nafas efektif, monitor frekuensi,
demgan kriteria saturasi kedalaman, dan
hasil : oksigen upaya nafas
4. Frekuensi  Monitor pasien.
nafas frekuensi  Untuk
dalam , irama, mengobservasi
batas kedalam pernafasan pasien
normal an dan dalam batas
5. Dispnea upaya normal atau tidak
menurun napas
6. Pengguna  Monitor
an alat adanya
bantu sumbata
nafas n jalan
menurun nafas
61

Terapeutik Afifah

 Atur
Interval
pemanta
uan
respirasi
sesuai
kondisi
pasien
Edukasi
Afifah
 Jelaskan
tujuan
dan
prosedur
pemanta
uan
 Informas
ikan
hasil
pemanta
uan, jika
perlu
Kolaborasi Afifah

 Kolabora
si
pemberia
n
blonkodi
62

lator,
ekspekto
ran,
mukoliti
k
3. 31 Hipertermi b.d Setelah di Observasi  Untuk Afifah
Okto Proses lakukan tindakan  Identifik mengetahui apa
ber Penyakit keperawatan 3x24 asi penyebab
2022 jam, di harapkan penyeba hipertemi
termoregulasi b  Untuk
membaik dengan hiperter mengetahui
kriteria hasil : mi perubahan suhu
1.Suhu tubuh  Monitor tubuh
dalam batas suhu  Untuk membantu
normal tubuh meningkatkan
2. Tidak Terapeutik sirkulasi udara Afifah
menggigil  Longgar  Untuk
kanatau menghindari
lepaskan dehidrasi
pakaian  Untuk membantu
 Berikan membuka pori-
cairan pori
oral
 Lakukaa
nkompre
s hangat.  Untuk
Edukasi merilekasikan
 Anjurkan tubuh Afifah

tirah
baring  Untuk membantu
Kolaborasi Afifah
menurunkan
 Kolabora demam
63

si
dengan
dokter
pemberia
n obat
paraceta
mol
63

VI. CATATAN KEPERAWATAN

Tgl, No.
Jam Diagnosis Implementasi Respon Klien Paraf

31/10/2
2  Memonitor pola napas dan suhu
I,II,III DS : ibu pasien mengatakan An.m batuk pilek disertai
08 : 00 tubuh demam sudah dari 3 hari.
DO : Pasien tampak tidak mampu batuk,batuk tidak efektif
terdengar suara ronchi, sputum berlebih. Suhu 38,8◦c,
Rr 40 x/menit, N 107x/menit kulit teraba panas. An.m
tampak menangis.

DS : ibu pasien mengatakan An.m demam sudah dari 3 hari,


 Mengidentifikasi penyebab
08:10 III di kompres hangat pada saat di rumah.
hipertermi DO : suhu 38◦c, kulit teraba hangat, kulit kemerahan, An.m
tampak rewel

08:15 III  Melakukan kompres hangat. DS : Ibu pasien mengatakan bersedia untuk di ajarkan
kompres hangat
DO : Ibu pasien tampak siap
64

08:30 II  Memonitor bunyi napas tambahan DS : Ibu pasien mengatakan An.m batuk grok-grok, saat
batuk An.m seperti sesak napas
DO : terdengar suara ronchi, Rr 40 x/menit, pasien tampak
rewel

08:35 I
 Memonitor sputum DS : Ibu pasien mengatakan An.m batuk namun lendirnya
susah keluar
DO : Pasien tampak tidak mampu batuk,batuk tidak efektif
terdengar suara ronchi, sputum berlebih

08:40 I  Mempertahankan kepatenan jalan DS : Ibu pasien mengatakan bersedia


DO : An.m tampak tenang
napas

08:45 I  Melonggarkan atau lepaskan pakaian DS : Ibu pasien mengatakan An.m demam sudah minum
obat penurun demam namun yidak turun-turun
DO : Suhu 38◦c, kulit teraba panas

08:50 II  Memposisikan semi fowler DS : Ibu pasien mengatakan An.m rewel


DO : An.m tampak rewel
65

09:00 I,II  Mengedukasi batuk efektif DS : Ibu pasien mengatakan An.m rewel semenjak batuk,
ibu pasien mengatakan bersedia untuk di ajarkan batuk
efektif
DO : ibu pasien tampak siap, An.m tampak menangis saat di
beri tindakan, lendir tampak keluar.
10:00 I,II
 Mengajarkan terapi non farmakologi
DS : Ibu pasien mengatakan bersedia
batuk efektif DO : Ibu pasien tampak siap

 Mengevaluasi hasil setelah dilakukan


11.00 I, II DS : ibu pasien mengatakan An.m batuk pilek sudah
batuk efektif berkurang, demam sudah turun.
DO : Pasien tampak tidak mampu batuk,batuk tidak efektif
terdengar suara ronchi berkurang, sputum berkurang.
Suhu 38◦c, Rr 40 x/menit, N 107 x/menit kulit teraba
hangat.
11.30 I, II  Memberikan terapi inhalasi nebulizer
DS : ibu pasien mengatakan siap untuk diberikan terapi
inhalasi
12.00 DO : ibu pasien tampak siap
I  Memonitor pola napas setelah DS : Ibu pasien mengatakan batuk dan nafas anaknya grok-
dilakukan terapi inhalasi nebulizer grok
DO : pasien tampak rewel
66

1/11/22  Memonitor pola napas dan suhu DS : Ibu pasien mengatakan An.m masih batuk grok-grok,
08 : 00 I,II,III saat batuk An.m seperti sesak napas, panas tubuh
tubuh anaknya sudah sedikit berkurang
DO : terdengar suara ronchi, Rr 36 x/menit, pasien tampak
gelisah, S : 37,8

 Mengidentifikasi penyebab DS : ibu pasien mengatakan An.m demam sudah dari 3 hari,
08:10 III
hipertermi di kompres hangat pada saat di rumah.
DO : suhu 37,8◦c, kulit teraba hangat, kulit kemerahan, An.
M tampak rewel

08:15 III  Melakukaan kompres hangat. DS : Ibu pasien mengatakan bersedia untuk di ajarkan
kompres hangat
DO : Ibu pasien tampak siap

08:30 I, II DS : Ibu pasien mengatakan An.m batuk grok-grok, saat


 Memonitor bunyi napas tambahan
batuk An.m seperti sesak napas
DO : terdengar suara ronchi, Rr 38 x/menit, pasien tampak
rewel
67

08:35 II  Memonitor sputum DS : Ibu pasien mengatakan An.m batuk namun lendirnya
susah keluar
DO : Pasien tampak tidak mampu batuk,batuk tidak efektif
terdengar suara ronchi, sputum berlebih

08:40 I, II, III  Mempertahankan kepatenan jalan DS : Ibu pasien mengatakan merasa nyaman
DO : An.m tampak anteng
napas
 Melonggarkan atau lepaskan pakaian

08:45 I  Memposisikan semi fowler DS : Pasien mengatakan merasa nyaman


DO : An. M tampak nyaman

 Mengedukasi batuk efektif DS : Ibu pasien mengatakan An.m rewel semenjak batuk,
08:50 I
 Mengajarkan terapi non farmakologi lendir sudah mau keluar, ibu pasien mengatakan
batuk efektif bersedia untuk di ajarkan fisioterapi dada
DO : ibu pasien tampak sudah paham cara melakukan
tindakan fisioterapi dada

09:00 II  Mengevaluasi hasil setelah dilakukan DS : Ibu pasien mengatakan mengerti untuk memberikan
batuk efektif cairan
68

DO :Ibu pasien tampak paham sama apa yang telah di


anjurkan

11:30 I,II  Memberikan terapi inhalasi nebulizer DS : Ibu pasien mengatakan bersedia
DO : Ibu pasien tampak siap

12.00 I, II  Memonitor pola napas setelah DS : Ibu pasien mengatakan lendir batuk anaknya sudah
dilakukan terapi inhalasi nebulizer keluar sedikit
DO : Lendir tampak keluar
69

2/11/22 I,II, III  Memonitor pola napas dan suhu DS : ibu pasien mengatakan An.m batuk pilek sudah
tubuh berkurang, demam sudah turun.
08 : 00 DO : Pasien tampak tidak mampu batuk,batuk tidak efektif
terdengar suara ronchi berkurang, sputum berkurang.
Suhu 36,9◦c, Rr 36 x/menit, N 100 x/menit kulit teraba
hangat

08:10 III DS : Ibu pasien mengatakan bahwa tadi pagi sudah


 Mengevaluasi tindakan kompres dilakukan kompres hangat secara mandiri
hangat. DO : Kulit teraba hangat, Suhu 36,9◦c

DS : Ibu pasien mengatakan An.m batuk grok-grok, saat


08:15 I, II batuk An.m seperti sesak napas
 Memonitor bunyi napas tambahan DO : terdengar suara ronchi, Rr 36 x/menit, pasien tampak
rewel

DS : Ibu pasien mengatakan An.m batuk namun lendirnya


08:30 I,II  Memonitor sputum sudah mulai keluar
DO : Terdengar suara ronchi, sputum berlebih

 Mempertahankan kepatenan jalan


napas DS : Ibu pasien mengatakan bersedia
08.35 I,II DO : An.m tampak tenang
 Melonggarkanatau lepaskan pakaian
70

II  Memposisikan semi fowler DS : Pasien mengatakan lebih nyaman


09.00 DO : Pasien tampak nyaman

 Mengevaluasi terapi non DS : Ibu pasien mengatakan sudah bisa mengajarkan


09:10 I, II farmakologi batuk efektif anaknya batuk efektif secara mandiri
DO : Pasien tampak koorperatif

 Mengevaluasi hasil setelah dilakukan DS : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah bisa batuk
09.15 II batuk efektif efektif
DO : Pasien tampak koorperatif

11:30 I, II  Memberikan terapi inhalasi nebulizer DS : Ibu pasien mengatakan bersedia


DO : Ibu pasien tampak siap

 Memonitor pola napas setelah DS : Ibu pasien mengatakan lendir batuk anaknya sudah
12.00 I,II keluar sedikit
dilakukan terapi inhalasi nebulizer
DO : Lendir tampak keluar
71

I
3/11/22  Memonitor pola napas dan suhu DS : ibu pasien mengatakan An.m batuk pilek sudah
tubuh berkurang, demam sudah turun.
08:50 DO : Pasien tampak tidak mampu batuk,batuk tidak efektif
terdengar suara ronchi berkurang, sputum berkurang.
Suhu 36,2◦c, Rr 32 x/menit, N 89 x/menit kulit teraba
hangat

09:00 II  Memonitor bunyi napas tambahan DS : Ibu pasien mengatakan An.m batuk grok-grok.
DO : terdengar suara ronchi, Rr 32 x/menit, pasien tampak
tenang

09.10 I,II  Memonitor sputum DS : Ibu pasien mengatakan An.m batuk namun lendirnya
sudah mulai keluar
DO : Terdengar suara ronchi, sputum berlebih

09.20 I  Mempertahankan kepatenan jalan


napas DS : Ibu pasien mengatakan bersedia
DO : An.m tampak tenang
 Melonggarkanatau lepaskan pakaian

09.30 I,II  Memposisikan semi fowler DS : Pasien mengatakan lebih nyaman


DO : Pasien tampak nyaman
 Memonitor pola napas dan suhu
72

tubuh

11.30 DS : Ibu pasien mengatakan bersedia


 Memberikan terapi inhalasi nebulizer DO : Ibu pasien tampak siap

DS : Ibu pasien mengatakan lendir batuk anaknya sudah


 Memonitor pola napas setelah keluar sedikit
12.00
dilakukan terapi inhalasi nebulizer DO : Lendir tampak keluar
73

4/11/22
I,II,III  Memonitor pola napas dan suhu DS : ibu pasien mengatakan An.m batuk pilek sudah
08.00 berkurang, demam sudah turun.
tubuh DO : Pasien tampak mampu batuk, terdengar suara ronchi
berkurang, sputum berkurang. Suhu 36,2◦c, Rr 30
x/menit, N 85 x/menit kulit teraba hangat

 Memonitor bunyi napas tambahan DS : Ibu pasien mengatakan An.m batuk


08.30 I,II DO : Rr 30 x/menit, pasien tampak tenang

DS : Ibu pasien mengatakan An.m lendirnya sudah keluar


 Memonitor sputum
08.40 I DO : An. M tampak tenang

DS : Ibu pasien mengatakan bersedia


 Mempertahankan kepatenan jalan DO : An.m tampak tenang
09.00 I,II napas
74
75

VII. CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl,Jam DiagnosisKeperawatan Perkembangan (S O A P) Paraf


4/11/22
08:00 Bersihan Jalan Nafas Tidak S : Ibu pasien mengatakan Anaknya sudah tidak batu-batuk disertai dahak dan sudah
Efektif b.d Sekresi Yang tidak sesak nafas
Tertahan d.d batuk tidak O : Pasien tampak tenang, tidak gelisah, dan tidak lemas.
efektif, sputum berlebih, tidak A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif teratasi
mampu batuk. P : pertahankan intervensi

Pola nafas tidak efektif b/d S : Ibu pasien mengatakan An. M sudah tidak sesak nafas
09:00 hambatan upaya nafas O : Rr : 23x/menit, pasien terlihat sudah tidak sesak nafas, pasien sudah tidak terpasang
oksigen
A : Masalah pola nafas tidak efektif teratasi
P : Pertahankan Intervensi
76

Hipertermi b/d proses


penyakit
S : Ibu pasien mengatakan An.m sudah tidak demam lagi
10:00 O : Pasien terlihat aktif, tidak gelisah
S : 36,2 C
A : Masalah Hipertermi teratasi
P : Pertahankan intervensi
77
78

Lampiran 2
Artikel
Jurnal Keperawatan
Volume 5, Nomor 2, Juli 2019

PENERAPAN TERAPI INHALASI NEBULIZER UNTUK


MENGATASIBERSIHAN JALAN NAPAS PADA PASIEN
BROKOPNEUMONIA
Wahyu Tri Astuti1, Emah Marhamah2, Nasihatut Diniyah3
Departemen Keperawatan Anak, Akademi Keperawatan
Karya Bhakti NusantaraMagelang, (0293) 3149517,
085292885982/
E-mail : astuti.wahyutri@yahoo.co.id

ABSTRAK

Latar Belakang: Bronkopneumonia adalah peradangan parenkim paru yang


mengakibatkan tersumbatnya alveolus dan bronkeolus oleh eksudat, ditandai
batuk produktif atau nonproduktif, ronkhi, nyeri dada, retraksi dinding dada,
pernapasan cuping hidung, sianosis dan demam, dapat diatasi dengan
pemberian terapi inhalasi nebulizer. Presentase bronkopneumonia 30% dari
seluruh angka kejadian penyakit anak di ruang Flamboyan RS TK. II 04.05.01
dr. Soedjono Magelang. Tujuan : Menggambarkan penerapan terapi inhalasi
nebulizer pada An. A untuk mengatasi kebersihan jalan nafas pada
bronkopneumonia. Metode: Penelitian penulisan publikasi ilmiah ini yaitu
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Subjek adalah
anak usia 3 tahun, dengan batuk produktif pada bronkopneumonia tanpa
komplikasi, frekuensi napas 43 kali/menit, ronkhi. Penelitian dilakukan di
Ruang Flamboyan. Hasil : Tindakan nebuliser dilakukan selama 3 x 24 jam,
anak dan keluarga awalnya tidak kooperatif, anak sering melepas sungkup
nebul dan sering menangis, setelah 1 kali tindakan anak kooepratif dalam
tindakan. Simpulan: Sebelum pemberian terapi nebulizer dengan NaCl 1 cc +
Ventolin 1 cc + Bisolvon 10 tetes, frekuensi pernapasan 43 kali/menit, batuk
terus-menerus, pernapasan cuping hidung, ronkhi, setelah dilakukan terapi,
frekuensi pernapasan menjadi 26 kali/menit, batuk berkurang, napas normal.

Kata kunci : batuk produktif, bronkhopneumonia, cuping hidung, nebulizer,


ronkhi.

Anda mungkin juga menyukai