PENGETAHUAN Sifat pengetahuan 1. Pengetahuan adalah kegiatan yang bersifat mengembangkan, menambah kesempurnaan (perspective activity), pendorong evolusi, baik di diri subjek maupun di dalam objek. Evolusi pengetahuan adalah pendorong perubahan manusia dan kosmos. Maju tidaknya pengetahuan tergantung seberapa jauh manusia membudayakan kekuatan evolusi pengetahuan itu sendiri. 2. Pengetahuan manusia itu bersifat terbatas, tidak sempurna, karena itu tumbuh dan berkembang, pengetahuan bersifat diskursif (bersifat wacana), relasional, berjalan dengan pola analisis-sintesis, membedakan-menyatukan. Jenis-jenis Pengetahuan
1. Pengetahuan spontan (common sense)
Paham orang awam, diperoleh dari tradisi, adat dan budaya dari generasi ke generasi. Sifatnya: Cenderung meniru dari kebiasaan masa lalu Samar-samar / tidak jelas, dangkal Berbeda antar daerah Campuran antara fakta dan prasangka, kebijaksanaan dan emosi Tidak teliti dan tidak kritis Dapat menyesatkan tetapi dapat pula membawa kebaikan 2. Pengetahuan sistematis/reflektif, meliputi: filsafat, ilmu empiris dan teologi.
Ciri-cirinya: berobjek, bermetode, bersistem dan bersifat
umum. Jurgen Habermas mengelompokkan ilmu menjadi 3: 1. Ilmu-ilmu empiris analisis, mis. IPA. 2. Ilmu-ilmu historis-hermeneutik, mis. Sejarah 3. Ilmu-ilmu tindakan: ekonomi, sosiologi, politik, filsafat, kritik ideologi, psikoanalisa, dll. Kepentingan internal pembebasan Sumber-sumber pengetahuan
1. Otoritas – percaya pada orang lain.
Syaratnya: ada kejujuran 2. Persepsi indera: empiris, tumpuan utama pengetahuan modern, sifatnya terbatas dan kadang hasilnya menipu . 3. Akal: membandingkan ide-ide, bersifat konseptual logis, runtut. 4. Intuisi: diperoleh langsung tanpa pemikiran sadar dan persepsi langsung. Hasil induksi dan deduksi di bawah sadar yg muncul ke permukaan 5. Wahyu: pengetahuan berasal dari Yang Ilahi dalam kitab suci/ajaran agama. KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN Klasifikasi atau penggolongan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan atau perubahan sesuai dengan semangat zaman. Ada beberapa pandangan yang terkait dengan klasifikasi ilmu pengetahuan dari filsuf Auguste Comte, Karl Raimund Popper, Thomas S Khun dan Habermas berbeda-beda, yakni : a. Auguste Comte. Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dikemukakan Auguste Comte sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. Kemudian disusul dengan gejala-gejala pengetahuan yang semakin lama semakin rumit atau kompleks dan semakin konkret. Oleh karena dalam mengemukakan penggolongan ilmu pengetahuan, Auguste Comte memulai dengan mengamati gejala-gejala yang paling sederhana, yaitu gejala-gejala yang letaknya paling jauh dari suasana kehidupan sehari-hari. Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan Auguste Comte sebagai berikut : a. ilmu pasti (matematika). b. Ilmu perbintangan (astronomi) c. Ilmu alam (fisika) d. Ilmu kimia. e. Ilmu hayat (fisiologi atau biologi) f. Fisika sosial (sosiologi b. Karl Raimund Popper. Karl Raimund Popper mengemukakan bahwa sistem ilmu pengetahuan manusia dapat dikelompokkan ke dalam tiga dunia (world), yaitu dunia 1, dunia 2, dan dunia 3. Popper menyatakan bahwa dunia 1 merupakan kenyataan fisis dunia, sedang dunia 2 adalah kejadian dan kenyataan psikis dalam diri manusia, dan dunia 3 yaitu segala hipotesa, hukum, dan teori ciptaan manusia dan hasil kerjasama antara dunia 1, dan dunia 2, serta seluruh bidang kebudayaan, seni, matafisik, agama, dan lain sebagainya. Menurut Popper dunia 3 itu hanya ada selama dihayati, yaitu dalam karya dan penelitian ilmiah, dalam studi yang sedang berlangsung, membaca buku, dalam ilham yang sedang mengalir dalam diri para seniman, dan penggemar seni yang mengandaikan adanya suatu kerangka. Sesudah penghayatan itu, semuanya langsung ‘mengendap’ dalam bentuk fisik alat-alat ilmiah, buku-buku, karya seni, dan lain sebagainya. Semua itu merupakan bagian dari dunia 1. Dalam pergaulan manusia dengan sisa dunia 3 dalam dunia 1 itu, maka dunia 2 lah yang membuat manusia bisa membangkitkan kembali dan mengembangkan dunia 3 tersebut Menurut Popper dunia 3 itu mempunyai kedudukannya sendiri. Dunia 3 berdaulat, artinya tidak semata-mata begitu saja terikat pada dunia 1, tetapi sekaligus tidak terikat juga pada subyek tertentu. Maksudnya dunia 3 tidak terikat pada dunia 2, yaitu pada orang tertentu, pada suatu lingkungan masyarakat maupun pada periode sejarah tertentu. Dunia 3 inilah yang merupakan dunia ilmiah yang harus mendapat perhatian para ilmuwan dan filsuf.
Kalau diskematisasikan, maka hubungan antara ketiga dunia tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut : c. Thomas S. Kuhn. Thomas S. Kuhn berpendapat bahwa perkembangan atau kemajuan ilmiah bersifat revolusioner, bukan kumulatif sebagaimana anggapan sebelumnya. Revolusi ilmiah itu pertama-tama menyentuh wilayah paradigma, yaitu cara pandang terhadap dunia dan contoh- contoh prestasi atau praktek ilmiah konkret. Menurut Kuhn cara kerja paradigma dan terjadinya revolusi ilmiah dapat digambarkan ke dalam tahap-tahap sebagai berikut : Tahap pertama, paradigma ini membimbing dan mengarahkan aktivitas ilmiah dalam masa ilmu normal (normal science). Disini para ilmuwan berkesempatan menjabarkan dan mengembangkan paradigma sebagai model ilmiah yang digelutinya secara rinci dan mendalam. Dalam tahap ini para ilmuwan tidak bersikap kritis terhadap paradigma yang membimbing aktivitas ilmiahnya. Selama menjalankan aktivitas ilmiah itu para ilmuwan menjumpai berbagai fenomena yang tidak dapat diterangkan dengan paradigma yang dipergunakan sebagai bimbingan atau arahan aktivitas ilmiahnya itu, ini dinamakan anomali. Anomali adalah suatu keadaan yang memperlihatkan adanya ketidakcocokan antara kenyataan (fenomena) dengan paradigma yang dipakai. Tahap kedua, menumpuknya anomali menimbulkan krisis kepercayaan dari para ilmuwan terhadap paradigma. Paradigma mulai diperiksa dan dipertanyakan. Para ilmuwan mulai keluar dari jalur ilmu normal. Tahap ketiga, para ilmuwan bisa kembali lagi pada cara-cara ilmiah yang sama dengan memperluas dan mengembangkan suatu paradigma tandingan yang dipandang bisa memecahkan masalah dan membimbing aktivitas ilmiah berikutnya. Proses peralihan dari paradigma lama ke paradigma baru inilah yang dinamakan revolusi ilmiah. Gambaran ketiga tahap tersebut dapat diskematisasikan sebagai berikut : d. Jurgen Habermas. Pandangan Jurgen Habermas tentang klasifikasi ilmu pengetahuan sangat terkait dengan sifat dan jenis ilmu, pengetahuan yang dihasilkan, akses kepada realitas, dan tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Dalam hal ini Ignas Kleden menunjukkan tiga jenis metode ilmiah berdasarkan sifat dan jenis ilmu seperti terlihat dalam bagan berikut : Ignas Kleden menunjukkan pandangan Habermas tentang ada tiga kegiatan utama yang langsung mempengaruhi dan menentukan bentuk tindakan dan bentuk pengetahuan manusia, yaitu kerja, komunikasi, dan kekuasaan. Kerja dibimbing oleh kepentingan yang bersifat teknis, interaksi dibimbing oleh kepentingan yang bersifat praktis, sedangkan kekuasaan dibimbing oleh kepentingan yang bersifat emansipatoris. Ketiga kepentingan ini mempengaruhi pula proses terbentuknya ilmu pengetahuan, yaitu ilmu-ilmu empiris-analtis, ilmu historis-hermeneutis, dan ilmu sosial kritis (ekonomi, sosiologi, dan politik). Identitas ilmu pengetahuan Sebagai keseluruhan, dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan mencakup segala bidang serta segala aspek kehidupan manusia, segala yang ada maupun peristiwa yang terjadi. Hal-hal yang dipersoalkan dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan pengetahuan sehari-hari, boleh dikatakan dapat diangkat mendjadi obyek material atau bahan kajian dalam ilmu pengetahuan, misalnya: alam fisik, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan manusia dengan berbagai aspeknya. pengetahuan yang diperolehnya tergantung dan terbatas 55 pada bidang yang dikajinya, pada segi yang diamatinya, pada metode serta alat yang digunakannya, serta pada pendekatan yang digunakannya. Sementara ilmu filsafat, meskipun membahas cabang atau bidang filsafat tertentu, berusaha melihat cabang atau bidang tersebut dalam kaitannya dengan yang lainnya, meninjaunya dari berbagai segi atau aspek yang mungkin, menggunakan berbagai metode dan sarana yang tersedia, serta menggunakan berbagai pendekatan. ilmu pengetahuan berharap menghasilkan pengetahuan yang lebih jelas, lebih rinci, dan memiliki kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Ilmu pengetahuan tidak sekedar hanya ingin memperoleh pengetahuan serta petunjuk praktis tentang sesuatu, melainkan berusaha menemukan keterkaitan hubungan logis antara hal satu dengan lainnya, dengan berharap memberikan hasil yang tidak mengecewakan dan dapat diandalkan. Sehingga pengetahuan yang diharapkan adalah pengetahuan yang telah teruji kebenarannya, serta sebagai pengetahuan yang memiliki hubungan logis dan sistematis; dan dengan demikian akan terbentuk dan berkembanglah tubuh ilmu pengetahuan yang logis dan sistematis. Dalam rangka untuk memperoleh pengetahuan yang jelas dan terperinci, memiliki kebenaran yang teruji dan dapat diandalkan, ilmu pengetahuan tentu saja tidak cukup hanya sekedar menerima dan menampung informasi atau penjelasan dari orang lain (mungkin dianggap orang terpandang), dari tradisi, dari kebiasaan atau dari kebudayaan yang ada. Ilmu pengetahuan perlu meningkatkan usaha untuk memperoleh pengetahuan yang lebih jelas dan terperinci, memiliki kebenaran yang lebih teruji dan lebih dapat diandalkan. Agar tidak terjadi kerancuan berkenaan dengan hal yang dikaji serta ingin diketahuinya, maka perlulah kita terlebih dahulu membedakan obyek material dan obyek formal antara ilmu pengetahuan yang satu dengan yang lain. Dalam rangka menentukan obyek material, sebagai bahan yang menjadi sasaran penyelidikan, kita perlu menemukan keberadaan serta kedudukan bahan tersebut dalam kaitannya dengan yang lain-lainnya. Sedangkan segi atau aspek yang dipersoalkan serta akan diketahuinya sangat menentukan cara, sarana, serta pendekatan atau cara pandang yang digunakannya. Ilmu pengetahuan, sebagai kegiatan akal budi atau rasio, tentu saja perlu mengusahakan agar rasio dapat bekerja secara optimal, yaitu berjalan secara rasional. Kita perlu memahami tujuan serta orientasi dari kegiatan rasio, yaitu kegiatan berpikir; kita perlu memahami cara-cara serta syarat yang perlu dipenuhi agar rasio mampu mencapai tujuan dengan baik. Di atas telah kita ketahui bahwa manusia melakukan kegiatan berpikir dengan rasionya memiliki tujuan untuk mencari dan menemukan jawaban yang sebenar-benarnya terhadap persoalan yang dihadapinya. Untuk memperoleh jawaban yang sebenar- 57 benarnya, kita perlu mengusahakan kegiatan berpikir secara rasional, yaitu kritis, logis dan sistematis. Berpikir kritis artinya kegiatan berpikir yang terarah pada kebenaran pengetahuan sebagai tujuannya. Orang yang berpikir kritis akan terus berusaha tetap berpikir dan tetap mempersoalkan, sejauh belum memperoleh jawaban yang tidak diragukan lagi, yang telah diyakini kebenarannya. Dari aspek penalaran, kegiatan berpikir dikatakan menghasilkan jawaban yang dianggap benar, sejauh hasil pemikirannya masuk akal atau logis (dapat diterima atau dicerna oleh penalaran akal secara wajar), dan tersusun secara sistematis (dapat dimasukkan dalam kerangka pengetahuan ilmiah yang telah ada dan telah dimilikinya). Untuk memperoleh pengetahuan yang diharapkan sesuai dengan realitas yang sebenarnya, kita tidak boleh berhenti hanya dengan memperoleh informasi dari orang lain, hanya mengamati secara sekilas saja, hanya mengikuti pendapat umum, namun sejauh mungkin kita berusaha untuk mengamati secara langsung dengan sungguhsungguh obyek yang memang menjadi sasaran penelitian kita. Kita perlu melakukan penelitian, pengamatan (survay) pada hal yang memang menjadi obyek kajian kita, melakukan eksperimen (percobaan) untuk dapat mengamati lebih jelas dan lebih teliti mengenai proses kejadian yang berlangsung dalam realitas. Soal-soal Latihan : 1. Jelaskan dengan suatu contoh apakah yang dimaksud bahwa saudara mengetahui atau memiliki pengetahuan tentang sesuatu hal ! 2. Jelaskan dengan suatu contoh peranan panca indera serta akal budi saudara dalam usaha memperoleh pengetahuan! 3. Jelaskan adanya berbagai sumber pengetahuan, serta jelaskan bagaimana saudara dapat memperoleh pengetahuan dari sumber-sumber tersebut! 4. Jelaskan kualitas pengetahuan yang saudara harapkan dari usaha yang saudara lakukan! 5. Jelaskan usaha yang dapat saudara lakukan secara optimal untuk memperoleh kualitas pengetahuan (yang benar) yang saudara harapkan tersebut! 6. Jelaskan dengan suatu contoh peranan praktis dari pengetahuan, sebagai khasanah kekayaan mental, yang saudara miliki! 7. Selain dari pengalaman langsung dengan obyek, jelaskan beberapa sumber pengetahuan yang menjadi tempat asal memperoleh pengetahuan! 8. Jelaskan alasan umat manusia mengusahakan ilmu pengetahuan (pengetahuan yang diusahakan secara ilmiah)! 9. Bandingkan dengan menggunakan suatu contoh antara pengetahuan sehari-hari (pra ilmiah) dengan pengetahuan ilmiah, berdasarkan : a. maksud yang mengusahakan, b. cara mengusahakannya, serta c. hasil dan pemanfaatan usahanya! 10.Jelaskan dengan suatu contoh pembedaan ilmu pengetahuan berdasarkan obyek materialnya maupun obyek formalnya! 11.Berilah suatu contoh penggolongan ilmu pengetahuan menjadi dua kelas yang istilahnya saling berlawanan! 12.Jelaskan sifat dasar manusia yang menjadi landasan untuk melakukan pembagian ilmu pengetahuan menjadi ragam-ragam ilmu pengetahuan! 13.Jelaskan pemnbagian ilmu pengetahuan berdasar isi substantifnya, yaitu berdasar pokok soal atau obyek material dari pengetahuan bersangkutan! 14.Jelaskan pembagian ilmu pengetahuan yang berdasarkan ragam ilmu serta jenisnya menjadi 14 rumpun atau disiplin ilmu pengetahuan! 15.Jelaskan dengan suatu contoh pembagian suatu rumpun atau disiplin ilmu pengetahuan yang membahas tentang makhluk hidup ke dalam bagianbagian yang lebih kecil, dari cabang, ranting, hingga tangkai
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita
Abraham Maslow, dari hierarki kebutuhan hingga pemenuhan diri: Sebuah perjalanan dalam psikologi humanistik melalui hierarki kebutuhan, motivasi, dan pencapaian potensi manusia sepenuhnya