Anda di halaman 1dari 22

BAB III

MENCARI IDENTITAS ILMU


PENGETAHUAN
Sifat pengetahuan
1. Pengetahuan adalah kegiatan yang bersifat
mengembangkan, menambah kesempurnaan (perspective
activity), pendorong evolusi, baik di diri subjek maupun di
dalam objek.
 Evolusi pengetahuan adalah pendorong perubahan
manusia dan kosmos.
 Maju tidaknya pengetahuan tergantung seberapa jauh
manusia membudayakan kekuatan evolusi pengetahuan
itu sendiri.
2. Pengetahuan manusia itu bersifat terbatas, tidak
sempurna, karena itu tumbuh dan berkembang,
pengetahuan bersifat diskursif (bersifat wacana),
relasional, berjalan dengan pola analisis-sintesis,
membedakan-menyatukan.
Jenis-jenis Pengetahuan

 1. Pengetahuan spontan (common sense)


 Paham orang awam, diperoleh dari tradisi, adat dan
budaya dari generasi ke generasi.
 Sifatnya:
 Cenderung meniru dari kebiasaan masa lalu
 Samar-samar / tidak jelas, dangkal
 Berbeda antar daerah
 Campuran antara fakta dan prasangka, kebijaksanaan dan
emosi
 Tidak teliti dan tidak kritis
 Dapat menyesatkan tetapi dapat pula membawa kebaikan
2. Pengetahuan sistematis/reflektif, meliputi:
filsafat, ilmu empiris dan teologi.

 Ciri-cirinya: berobjek, bermetode, bersistem dan bersifat


umum.
 Jurgen Habermas mengelompokkan ilmu menjadi 3:
1. Ilmu-ilmu empiris analisis, mis. IPA.
2. Ilmu-ilmu historis-hermeneutik, mis. Sejarah
3. Ilmu-ilmu tindakan: ekonomi, sosiologi, politik, filsafat, kritik
ideologi, psikoanalisa, dll.
 Kepentingan internal  pembebasan
Sumber-sumber pengetahuan

 1. Otoritas – percaya pada orang lain.


 Syaratnya: ada kejujuran
 2. Persepsi indera: empiris, tumpuan utama pengetahuan
modern, sifatnya terbatas dan kadang hasilnya menipu .
 3. Akal: membandingkan ide-ide, bersifat konseptual logis,
runtut.
 4. Intuisi: diperoleh langsung tanpa pemikiran sadar dan
persepsi langsung. Hasil induksi dan deduksi di bawah
sadar yg muncul ke permukaan
 5. Wahyu: pengetahuan berasal dari Yang Ilahi dalam kitab
suci/ajaran agama.
KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN
 Klasifikasi atau penggolongan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan atau
perubahan sesuai dengan semangat zaman. Ada beberapa pandangan yang terkait
dengan klasifikasi ilmu pengetahuan dari filsuf Auguste Comte, Karl Raimund Popper,
Thomas S Khun dan Habermas berbeda-beda, yakni :
 a. Auguste Comte. Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dikemukakan
Auguste Comte sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang
menunjukkan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan
tampil terlebih dahulu. Kemudian disusul dengan gejala-gejala pengetahuan yang
semakin lama semakin rumit atau kompleks dan semakin konkret. Oleh karena dalam
mengemukakan penggolongan ilmu pengetahuan, Auguste Comte memulai dengan
mengamati gejala-gejala yang paling sederhana, yaitu gejala-gejala yang letaknya
paling jauh dari suasana kehidupan sehari-hari. Urutan dalam penggolongan ilmu
pengetahuan Auguste Comte sebagai berikut : a. ilmu pasti (matematika). b. Ilmu
perbintangan (astronomi) c. Ilmu alam (fisika) d. Ilmu kimia. e. Ilmu hayat (fisiologi atau
biologi) f. Fisika sosial (sosiologi
 b. Karl Raimund Popper. Karl Raimund Popper mengemukakan bahwa sistem ilmu
pengetahuan manusia dapat dikelompokkan ke dalam tiga dunia (world), yaitu dunia
1, dunia 2, dan dunia 3. Popper menyatakan bahwa dunia 1 merupakan kenyataan
fisis dunia, sedang dunia 2 adalah kejadian dan kenyataan psikis dalam diri manusia,
dan dunia 3 yaitu segala hipotesa, hukum, dan teori ciptaan manusia dan hasil
kerjasama antara dunia 1, dan dunia 2, serta seluruh bidang kebudayaan, seni,
matafisik, agama, dan lain sebagainya. Menurut Popper dunia 3 itu hanya ada selama
dihayati, yaitu dalam karya dan penelitian ilmiah, dalam studi yang sedang
berlangsung, membaca buku, dalam ilham yang sedang mengalir dalam diri para
seniman, dan penggemar seni yang mengandaikan adanya suatu kerangka. Sesudah
penghayatan itu, semuanya langsung ‘mengendap’ dalam bentuk fisik alat-alat ilmiah,
buku-buku, karya seni, dan lain sebagainya. Semua itu merupakan bagian dari dunia
1. Dalam pergaulan manusia dengan sisa dunia 3 dalam dunia 1 itu, maka dunia 2 lah
yang membuat manusia bisa membangkitkan kembali dan mengembangkan dunia 3
tersebut
 Menurut Popper dunia 3 itu mempunyai kedudukannya sendiri. Dunia 3 berdaulat,
artinya tidak semata-mata begitu saja terikat pada dunia 1, tetapi sekaligus tidak
terikat juga pada subyek tertentu. Maksudnya dunia 3 tidak terikat pada dunia 2,
yaitu pada orang tertentu, pada suatu lingkungan masyarakat maupun pada periode
sejarah tertentu. Dunia 3 inilah yang merupakan dunia ilmiah yang harus mendapat
perhatian para ilmuwan dan filsuf.

 Kalau diskematisasikan, maka hubungan antara ketiga dunia tersebut dapat


digambarkan sebagai berikut :
 c. Thomas S. Kuhn. Thomas S. Kuhn berpendapat bahwa perkembangan atau
kemajuan ilmiah bersifat revolusioner, bukan kumulatif sebagaimana anggapan
sebelumnya. Revolusi ilmiah itu pertama-tama menyentuh wilayah paradigma, yaitu
cara pandang terhadap dunia dan contoh- contoh prestasi atau praktek ilmiah
konkret. Menurut Kuhn cara kerja paradigma dan terjadinya revolusi ilmiah dapat
digambarkan ke dalam tahap-tahap sebagai berikut : Tahap pertama, paradigma ini
membimbing dan mengarahkan aktivitas ilmiah dalam masa ilmu normal (normal
science). Disini para ilmuwan berkesempatan menjabarkan dan mengembangkan
paradigma sebagai model ilmiah yang digelutinya secara rinci dan mendalam. Dalam
tahap ini para ilmuwan tidak bersikap kritis terhadap paradigma yang membimbing
aktivitas ilmiahnya. Selama menjalankan aktivitas ilmiah itu para ilmuwan menjumpai
berbagai fenomena yang tidak dapat diterangkan dengan paradigma yang
dipergunakan sebagai bimbingan atau arahan aktivitas ilmiahnya itu, ini dinamakan
anomali.
 Anomali adalah suatu keadaan yang memperlihatkan adanya ketidakcocokan antara
kenyataan (fenomena) dengan paradigma yang dipakai. Tahap kedua, menumpuknya
anomali menimbulkan krisis kepercayaan dari para ilmuwan terhadap paradigma.
Paradigma mulai diperiksa dan dipertanyakan. Para ilmuwan mulai keluar dari jalur
ilmu normal. Tahap ketiga, para ilmuwan bisa kembali lagi pada cara-cara ilmiah yang
sama dengan memperluas dan mengembangkan suatu paradigma tandingan yang
dipandang bisa memecahkan masalah dan membimbing aktivitas ilmiah berikutnya.
Proses peralihan dari paradigma lama ke paradigma baru inilah yang dinamakan
revolusi ilmiah. Gambaran ketiga tahap tersebut dapat diskematisasikan sebagai
berikut :
 d. Jurgen Habermas. Pandangan Jurgen Habermas tentang klasifikasi ilmu
pengetahuan sangat terkait dengan sifat dan jenis ilmu, pengetahuan yang dihasilkan,
akses kepada realitas, dan tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Dalam hal ini Ignas
Kleden menunjukkan tiga jenis metode ilmiah berdasarkan sifat dan jenis ilmu seperti
terlihat dalam bagan berikut :
 Ignas Kleden menunjukkan pandangan Habermas tentang ada tiga kegiatan utama
yang langsung mempengaruhi dan menentukan bentuk tindakan dan bentuk
pengetahuan manusia, yaitu kerja, komunikasi, dan kekuasaan. Kerja dibimbing oleh
kepentingan yang bersifat teknis, interaksi dibimbing oleh kepentingan yang bersifat
praktis, sedangkan kekuasaan dibimbing oleh kepentingan yang bersifat
emansipatoris. Ketiga kepentingan ini mempengaruhi pula proses terbentuknya ilmu
pengetahuan, yaitu ilmu-ilmu empiris-analtis, ilmu historis-hermeneutis, dan ilmu
sosial kritis (ekonomi, sosiologi, dan politik).
 Identitas ilmu pengetahuan
 Sebagai keseluruhan, dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan mencakup segala
bidang serta segala aspek kehidupan manusia, segala yang ada maupun peristiwa
yang terjadi. Hal-hal yang dipersoalkan dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan
pengetahuan sehari-hari, boleh dikatakan dapat diangkat mendjadi obyek material
atau bahan kajian dalam ilmu pengetahuan, misalnya: alam fisik, tumbuh-tumbuhan,
binatang, dan manusia dengan berbagai aspeknya.
 pengetahuan yang diperolehnya tergantung dan terbatas 55 pada bidang yang
dikajinya, pada segi yang diamatinya, pada metode serta alat yang digunakannya,
serta pada pendekatan yang digunakannya. Sementara ilmu filsafat, meskipun
membahas cabang atau bidang filsafat tertentu, berusaha melihat cabang atau bidang
tersebut dalam kaitannya dengan yang lainnya, meninjaunya dari berbagai segi atau
aspek yang mungkin, menggunakan berbagai metode dan sarana yang tersedia, serta
menggunakan berbagai pendekatan.
 ilmu pengetahuan berharap menghasilkan pengetahuan yang lebih jelas, lebih rinci,
dan memiliki kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Ilmu pengetahuan tidak
sekedar hanya ingin memperoleh pengetahuan serta petunjuk praktis tentang
sesuatu, melainkan berusaha menemukan keterkaitan hubungan logis antara hal satu
dengan lainnya, dengan berharap memberikan hasil yang tidak mengecewakan dan
dapat diandalkan. Sehingga pengetahuan yang diharapkan adalah pengetahuan yang
telah teruji kebenarannya, serta sebagai pengetahuan yang memiliki hubungan logis
dan sistematis; dan dengan demikian akan terbentuk dan berkembanglah tubuh ilmu
pengetahuan yang logis dan sistematis.
 Dalam rangka untuk memperoleh pengetahuan yang jelas dan terperinci, memiliki
kebenaran yang teruji dan dapat diandalkan, ilmu pengetahuan tentu saja tidak cukup
hanya sekedar menerima dan menampung informasi atau penjelasan dari orang lain
(mungkin dianggap orang terpandang), dari tradisi, dari kebiasaan atau dari
kebudayaan yang ada. Ilmu pengetahuan perlu meningkatkan usaha untuk
memperoleh pengetahuan yang lebih jelas dan terperinci, memiliki kebenaran yang
lebih teruji dan lebih dapat diandalkan. Agar tidak terjadi kerancuan berkenaan
dengan hal yang dikaji serta ingin diketahuinya, maka perlulah kita terlebih dahulu
membedakan obyek material dan obyek formal antara ilmu pengetahuan yang satu
dengan yang lain. Dalam rangka menentukan obyek material, sebagai bahan yang
menjadi sasaran penyelidikan, kita perlu menemukan keberadaan serta kedudukan
bahan tersebut dalam kaitannya dengan yang lain-lainnya. Sedangkan segi atau aspek
yang dipersoalkan serta akan diketahuinya sangat menentukan cara, sarana, serta
pendekatan atau cara pandang yang digunakannya.
 Ilmu pengetahuan, sebagai kegiatan akal budi atau rasio, tentu saja perlu mengusahakan
agar rasio dapat bekerja secara optimal, yaitu berjalan secara rasional. Kita perlu
memahami tujuan serta orientasi dari kegiatan rasio, yaitu kegiatan berpikir; kita perlu
memahami cara-cara serta syarat yang perlu dipenuhi agar rasio mampu mencapai
tujuan dengan baik. Di atas telah kita ketahui bahwa manusia melakukan kegiatan
berpikir dengan rasionya memiliki tujuan untuk mencari dan menemukan jawaban yang
sebenar-benarnya terhadap persoalan yang dihadapinya. Untuk memperoleh jawaban
yang sebenar- 57 benarnya, kita perlu mengusahakan kegiatan berpikir secara rasional,
yaitu kritis, logis dan sistematis. Berpikir kritis artinya kegiatan berpikir yang terarah pada
kebenaran pengetahuan sebagai tujuannya. Orang yang berpikir kritis akan terus
berusaha tetap berpikir dan tetap mempersoalkan, sejauh belum memperoleh jawaban
yang tidak diragukan lagi, yang telah diyakini kebenarannya. Dari aspek penalaran,
kegiatan berpikir dikatakan menghasilkan jawaban yang dianggap benar, sejauh hasil
pemikirannya masuk akal atau logis (dapat diterima atau dicerna oleh penalaran akal
secara wajar), dan tersusun secara sistematis (dapat dimasukkan dalam kerangka
pengetahuan ilmiah yang telah ada dan telah dimilikinya).
 Untuk memperoleh pengetahuan yang diharapkan sesuai dengan realitas yang
sebenarnya, kita tidak boleh berhenti hanya dengan memperoleh informasi dari
orang lain, hanya mengamati secara sekilas saja, hanya mengikuti pendapat umum,
namun sejauh mungkin kita berusaha untuk mengamati secara langsung dengan
sungguhsungguh obyek yang memang menjadi sasaran penelitian kita. Kita perlu
melakukan penelitian, pengamatan (survay) pada hal yang memang menjadi obyek
kajian kita, melakukan eksperimen (percobaan) untuk dapat mengamati lebih jelas
dan lebih teliti mengenai proses kejadian yang berlangsung dalam realitas.
Soal-soal Latihan :
 1. Jelaskan dengan suatu contoh apakah yang dimaksud bahwa saudara mengetahui
atau memiliki pengetahuan tentang sesuatu hal !
 2. Jelaskan dengan suatu contoh peranan panca indera serta akal budi saudara dalam
usaha memperoleh pengetahuan!
 3. Jelaskan adanya berbagai sumber pengetahuan, serta jelaskan bagaimana saudara
dapat memperoleh pengetahuan dari sumber-sumber tersebut!
 4. Jelaskan kualitas pengetahuan yang saudara harapkan dari usaha yang saudara
lakukan!
 5. Jelaskan usaha yang dapat saudara lakukan secara optimal untuk memperoleh
kualitas pengetahuan (yang benar) yang saudara harapkan tersebut!
 6. Jelaskan dengan suatu contoh peranan praktis dari pengetahuan, sebagai khasanah
kekayaan mental, yang saudara miliki!
 7. Selain dari pengalaman langsung dengan obyek, jelaskan beberapa sumber
pengetahuan yang menjadi tempat asal memperoleh pengetahuan!
 8. Jelaskan alasan umat manusia mengusahakan ilmu pengetahuan (pengetahuan
yang diusahakan secara ilmiah)!
 9. Bandingkan dengan menggunakan suatu contoh antara pengetahuan sehari-hari
(pra ilmiah) dengan pengetahuan ilmiah, berdasarkan : a. maksud yang
mengusahakan, b. cara mengusahakannya, serta c. hasil dan pemanfaatan usahanya!
 10.Jelaskan dengan suatu contoh pembedaan ilmu pengetahuan berdasarkan obyek
materialnya maupun obyek formalnya!
 11.Berilah suatu contoh penggolongan ilmu pengetahuan menjadi dua kelas yang
istilahnya saling berlawanan!
 12.Jelaskan sifat dasar manusia yang menjadi landasan untuk melakukan pembagian
ilmu pengetahuan menjadi ragam-ragam ilmu pengetahuan!
 13.Jelaskan pemnbagian ilmu pengetahuan berdasar isi substantifnya, yaitu berdasar
pokok soal atau obyek material dari pengetahuan bersangkutan!
 14.Jelaskan pembagian ilmu pengetahuan yang berdasarkan ragam ilmu serta
jenisnya menjadi 14 rumpun atau disiplin ilmu pengetahuan!
 15.Jelaskan dengan suatu contoh pembagian suatu rumpun atau disiplin ilmu
pengetahuan yang membahas tentang makhluk hidup ke dalam bagianbagian yang
lebih kecil, dari cabang, ranting, hingga tangkai

Anda mungkin juga menyukai