Anda di halaman 1dari 10

Dasar-Dasar Ilmu

Manusia senantiasa belajar dari sebuah pengalamannya. Manusia sendiri adalah makhluk yang
diciptakan dengan sempurna, mereka memiliki beberapa kelebihan dimana telah dibekali akal pikiran
yang tentunya berbeda dengan makhluk lainnya di bumi ini. Manusia adalah makhluk yang dapat berfikir
secara bijaksana, mampu berbicara, mampu bermasyarakat, mampu mengadakan usaha dan juga
mampu dalam berkepercayaan dan beragama. Pada prinsipnya binatang memiliki daya fikir yang
terbatas dan juga benda mati yang cenderung tidak memiliki perilaku dan tunduk pada hukum alam.
Dengan adanya kecerdasan tersebut melahirkan pemikiran-pemikiran yang lebih kritis untuk
mempelajari apa saja yang terdapat di dalam alam semesta ini. Disisi lain manusia cenderung tertarik
dengan hal-hal yang baru dan manusia itu sendiri tidak pernah puas akan hasil yang telah diperolehnya.
Mereka berusaha menguasai ilmu sehingga tidak menjadikannya hanya sekedar makhluk yang hanya
mempunyai kewajiban harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya tanpa pilihan. Sebaliknya,
penguasaan ilmu mampu melakukan rekayasa terhadap alamnya demi kepentingan hidupnya.
Kepentingan tersebut tidak hanya pada suatu kebutuhan untuk bertahan hidup, tetapi juga untuk
mencapai segala keinginannya yang tidak terbatas. Dalam hal ini untuk memperkuat analisis suatu gejala
yang komprehensif diperlukan pemahaman terhadap dasar-dasar ilmu sendiri.

Ilmu mengkaji tentang hal-hal yang dapat diindera untuk meletakkan teori-teori umum dalam
menafsirkannya. Ilmu juga menciptakan metode sensitivistik-empiris dengan tujuan untuk menemukan
sebab-sebab langsung dari fenomena-fenomena alam. Ilmu memiliki pokok persoalan dan fokus
terhadap perhatiaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa ilmu berbeda dengan pengetahuan.
Pengetahuan adalah suatu kumpulan dari fakta-fakta yang merupakan bahan dari suatu ilmu, sedangkan
ilmu adalah suatu kegiatan penelitian terhadap suatu gejala atau kondisi pada suatu bidang dengan
menggunakan berbagai prosedur, cara, alat, dan metode ilmiah lainnya yang bertujuan untuk
menghasilkan suatu kebenaran yang hakiki. Ilmu sendiri memiliki tiga dasar yaitu ontologi, epistemologi,
dan aksiologi. Dengan mengetahui dasar-dasar ilmu tersebut maka akan mempermudah manusia dalam
mencapai tujuan hidupnya. Disamping itu dengan mempelajari dasar-dasar ilmu, maka manusia akan
berpikir lebih kritis lagi terhadap penemuan-penemuan terbarunya. Sehingga akan menjauhkan diri dari
penyalahgunaan atau penyelewengan ilmu yang telah dimilikinya.

KONSEP DASAR DAN DEFINISI ILMU

Kata “ilmu” adalah terjemahan dari kata “science”, yang secara etimologis berasal dari kata latin
“scinre”, artinya “to know”. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu
pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan obyektif. Definisi ilmu menurut beberapa tokoh antara
lain seperti di bawah ini :
Menurut Harold H. Titus, ilmu (science) diartikan sebagai common sense yang diatur dan
diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan
menggunakan metode-metode observasi yang teliti dan kritis.

Menurut Prof.Dr.Mohammad Hatta,”Tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan
hokum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya maupun menurut kedudukannya
tampak dari luar maupun menurut bangunya dari dalam.

Afanasyef, seorang ahlipikir Marxist berkebangsaan Rusia menulis sebagai berikut: ”Science is the
system of man’s knowledge on nature society and thought. It reflect the word in concept, categories,
and law, the correctness and truth of which are verified by practical experience”.

Dari definisi-definisi di atas dapat dirumuskan bahwa ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk
mengorganisasikan common sense, yaitu suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan
pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, namun dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat
dan teliti dengan menggunakan beberapa metode.

Menurut Prof. Drs. Harsojo, ilmu-ilmu empiris berdasarkan tujuannya dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu:

a) Ilmu-ilmu murni yaitu jika ilmu tersebut dipelajari dan dikembangkan dengan tujuan untuk
memajukan ilmu itu sendiri, memperkaya diri dengan mendapatkan pengertian-pengertian yang lebih
mendalam dan yang lebih sistematis mengenai ruang lingkup atau daerah penelitian. Sebagai contoh
adalah psikologi, tujuan psikologi secara langsung ingin memperoleh pengetahuan yang sistematis
tentang tingkah laku atau perkembangan individu.

b) Ilmu-ilmu terapan yaitu jika ilmu tersebut dipelajari secara sadar untuk memecahkan masalah-
masalah kehidupan yang dihadapi manusia. Sebagai contoh adalah prinsip-prinsip sosiologi sebagai hasil
studi ilmu murni dapat diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan atau sosiologi
pendidikan.

Pada dasarnya ilmu dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu ilmu menurut subjek dan objeknya.

1. Menurut Subjeknya

a) Teoritis yaitu didalamnya terdapat nomotetis yang berarti ilmu yang menetapkan hukum-hukum
universal yang masih berlaku sebagai contoh adalah ilmu alam, ilmu kimia, dan ilmu hayat. Selain itu
juga terdapat ideografis (ide, cita-cita, grafis) yang berarti ilmu yang mempelajari objeknya dalam
konkrit menurut tempat dan waktu tertentu dengan sifatnya yang menyendiri, sebagai contoh adalah
ilmu sejarah.kan bagaimanakah kita harus berbuat, membebankan kewajiban-kewajiban kita dan
menjauhi larangan-larangan seperti etika atau filsafat moral. Selain itu juga terdapat positif, yang berarti
ilmu yang mengatakan bagaimanakah orang harus membuat sesuatu dan lebih menekankan kepada
proses untuk mencapai suatu hasil tertentu. Sebagai contoh adalah ilmu kedokteran, ilmu pertanian,
dan ilmu teknik.

Antara kedua macam ilmu tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain. Ilmu teoritis biasanya

dapat berdiri sendiri terlepas dari ilmu praktis, akan tetapi ilmu praktis selalu mempunyai dasar yang
teoritis.

2. Menurut Objeknya

a) Universal yaitu meliputi keseluruhan yang ada dan seluruh kehidupan manusia. Contohnya: Teologi
atau Agama dan Filsafat.

b) Khusus yaitu mengenai salah satu lapangan tertentu dan kehidupan manusia. Dalam hal ini
dikelompokkan menjadi tiga yaitu ilmu-ilmu alam, ilmu pasti, dan ilmu kerohanian atau kebudayaan.
Ketiga ilmu tersebut tidak boleh dipisah-pisahkan karena saling berhubungan, saling berpengaruh, dan
saling melengkapi satu sama lainnya.

SIFAT-SIFAT ILMU PENGETAHUAN

Adanya beberapa sifat atau ciri khas yang dimiliki oleh ilmu mengakibatkan kemajuan dalam ilmu
pengetahuan itu menjadi memungkinkan. Dalam hal ini, Randall mengemukakan beberapa ciri umum
dari sebuah ilmu yaitu sebagai berikut:

a) Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.

b) Hasil ilmu kebenarannya adalah tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena yang menyelidi
adalah manusia itu sendiri.

c) Ilmu itu adalah objektif, artinya prosedur cara penggunaannya tidak tergantung kepada yang
menggunakannya dan jug tidak tergantung kepada pemahaman secara pribadi. Selanjutnya Ralph
Ross dan Ernest Van den Haag yang telah disunting oleh Prof. Drs. Harsojo, mengemukakan ciri-ciri
umum dari ilmu yaitu ilmu itu rasional, ilmu itu bersifat empiris, ilmu itu bersifat umum, dan ilmu itu
bersifat akumulatif.

KEGUNAAN ILMU

Ilmu mempunyai peranan penting yaitu membantu manusia dalam menuju kehidupannya yang lebih
baik. Ilmu akan menghasilkan sebuah teknologi dimana manusia akan bergerak lebih cepat, cermat, dan
tepat. Ilmu dan teknologi merupakan hasil kerja pengalaman, observasi, eksperimen, dan verifikasi.
Dengan ilmu dan teknologi manusia diharapkan untuk mampu mengadakan perubahan yang secara
terus-menerus dan menemukan penemuan-penemuan baru untuk hal-hal yang positif. Sebagai contoh
adalah perkembangan sosio budaya dan perkembangan industri. Ilmu dan teknologi juga akan
mempercepat sistem komunikasi manusia, penggunaan internet juga termasuk dari dampak
perkembangannya. Selain itu, sebagai ilmu murni (biologi, matematika, kimia, dan fisika) telah banyak
menyumbangkan teori dan hukum-hukumnya kepada ilmu kedokteran, sebagai ilmu terapan dalam
usaha manusia untuk menghindarkan diri dari penyakit dan memperbaiki usaha-usaha untuk hidup lebih
sehat. Fisika modern dewasa ini juga membantu manusia dalam meningkatkan kehidupannya melalui
elektro atau elektro magnetik. Sebagai contoh adalah membantu dalam mengatasi masalah
penerbangan, penerangan, komputer, komunikasi, dan masih banyak lagi. Meskipun ilmu dan teknologi
memiliki banyak manfaat dalam kehidupan, namun ternyata disamping itu juga terdapat
kekurangannya. Hal ini juga dapat dianggap berbahaya, karena ilmu bersifat objektif. Maksudnya adalah
bahwa ilmu mengesampingkan penilaian yang sifatnya subyektif dimana telah mengesampingkan tujuan
hidup. Sehingga dengan demikian ilmu dan teknologi tidak bisa dijadikan pembimbing manusia dalam
menjalani hidup. Selain itu, manusia akan hidup dalam jangka waktu yang panjang, dan jika ilmu hanya
terbenam dalam dunia fisik maka akan hampa dari makna hidup yang sebenarnya.

DASAR-DASAR ILMU

1. Ontologi

Kajian ini merupakan kajian atau dasar ilmu filsafat yang paling awal dan paling besar secara
keseluruhan. Ontologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari tentang hakikat sebuah ilmu, wujud
yang hakiki dari objek tersebut. Ontologi menurut bahasa berasal dari bahasa Yunani yaitu On atau
Ontos yang berarti ada dan Logos yang berarti ilmu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ontologi adalah ilmu
tentang yang ada. Sedangkan menurut istilah, ontologi yaitu ilmu yang membahas tentang hakikat yang
ada secara nyata. Landasan dari kajian ilmu ini adalah membicarakan tentang objek atau hakikat yang
ditelaah ilmu. Karena penggolongan ilmu terjadi atas dasar spesifikasi objek, makamaka tiap disiplin ilmu
mempunyai landasan ontologi yang berbeda. Rudolf Goclenius pada tahun 1636M, mencetuskan teori
ontologi yang bersifat metafisika yang dibagi menjadi dua yaitu metafisika umum dan metafisika khusus.
Metafisika umum adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip yang paling mendasar dari segala
sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika khusus masih dibagi menjadi kosmologi, psikologi, dan teologi.

Secara substabsial pada pemahaman ontologi dapat ditemukan pemikiran-pemikiran sebagai berikut:

Monoisme yaitu suatu paham yang menganggap bahwa hakikat dari seluruh kenyataan itu hanyalah
satu. Paham ini dibagi menjadi dua aliran yaitu materialisme yang menganggap bahwa sumber yang asli
itu adalah materi. Pemikiran ini dipelopori oleh Thales (624-546SM), Anaximander (585-528SM) dan
Demokritos (460-370SM). Aliran idealisme yang menganggap bahwa hakikat yang beragam itu berasal
dari roh atau sukma yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Pemikiran ini dipelopori
oleh Aristoteles (384-322SM), George Berkeley (1685-1753M), Immanuel Kant (1724-1804M), Fichte
(1762-1814M), Hegel (1770-1831M) dan Schelling (1775-1854M). Dualisme yaitu suatu benda yang
terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya yakni hakikat materi dan hakikat rohani. Tokoh-
tokohnya adalah Descrates (1596-1650M), Benedictus De Spinoza (1632-1677M), dan Gitifried Wihelm
Von Leibniz (1646-1716M).
Pluralisme yaitu suatu paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur.
Tokoh- tokoh pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan Empedocles. Sedangkan tokoh modernnya
adalah William James (1842-1910M).

Nihilisme yaitu suatu ketiadaan, yang berarti tidak ada sesuatu yang ada, yang benar, dan yang
berharga. Tokoh- tokoh dalam aliran ini adalah Ivan Turgeniev, Gorgias (483-360SM), dan Friedrich
Nietzsche (1844-1900M).

Agnostisisme yaitu paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat suatu
benda. Dalam paham ini hanya menerima pengetahuan inderawi dan empirik. Tokoh-tokoh dalam aliran
ini adalah Soren Kierkegaard (1813-1855M), Heidegger, Sartre dan Jaspers.

Aspek ontologi ilmu adalah antara lain sebaagai berikut:

Metodis yaitu menggunakan cara ilmiah.

Sistematis yaitu adnya keterkaitan antara satu dengan lainnya.

Koheren yaitu unsur-unsurnya tidak boleh saling bertentangan.

Rasional yaitu berdasarkan kaidah berpikir yang logis atau masuk akal.

Komprehensif yaitu melihat objek tidak hanya dari sudut pandang tetapi multidimensional atau
menyeluruh.

Radikal yaitu diuraikan sampai pada akhir persoalan.

Universal yaitu suatu kebenarannya sampai dengan menyeluruh atau secara umum yang dapat berlaku
dimana saja.

2. Epistemologi

Epistemologi yaitu menjelaskan tentang cara atau teknik atau sarana yang membantu kita dalam
mendapatkan ilmu. Epistemologi dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah “theory of knowledge”.
Epistemologi berasal dari kata “episteme” yang berarti pengetahuan dan “logos” yang berarti teori.
Epistemologi dapat diartikan juga sebagai salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam dan
radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode, dan validitas pengetahuan. Landasan dari
kajian epistemologi adalah membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha
untuk memperoleh suatu pengetahuan dan juga tentang cara yang digunakan untuk mengkaji atau
menelaah ilmu itu sendiri sehingga akan diperoleh ilmu tersebut. Pada prinsipnya epistemologi adalah
bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, asal mula, batas-batas, sifat
metode, dan keahlian pengetahuan. Sehingga, sistematika penulisan dari epistemologi sendiri
merupakan terjadinya pengetahuan, teori kebenaran, metode-metode ilmiah, dan aliran-aliran teori
pengetahuan. Pengetahuan yang telah diperoleh manusia melalui akal pikiran, alat indera, dan lain
sebagainya mempunyai metode tersendiri, yaitu sebagai berikut:

a) Metode induktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi
menjadi suatu pernyataaan yang lebih umum. Tokoh-tokoh dalam teori ini adalah David Hume, Baco d
Verulam, dan John Stuart Mill.

b) Metode deduktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan data-data empirik yang akan diolah lebih
lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Hal-hal yang harus ada dalam metode ini adalah
perbandingan logis antarakesimpulan-kesimpulan itu sendiri.

c) Metode positivisme yaitu suatu metode yang berpangkal dari apa yang telah diketahui dan
berdasarkan fakta yang positif. Metode ini dalm bidang filsafat dan ilmu pengetahuan dibatasi hanya
pada bidang gejala-gejala atau sesuatu yang tampak. Tokoh dalam teori ini adalah August Comte (1798-
1857M).

d) Metode kontemplatif yaitu suatu metode yang menyatakan adanya keterbatasan indera dan akal
manusia untuk memperoleh pengetahuan sehingga objek yang dihasilkan akan berbeda-beda. Tokoh
dalam teori ini adalah Al-Ghazali.

e) Metode dialektis atau dialektika yaitu suatu metode atau cara berdebat dan berwawancara yang
dilakukan secara bersama-sama sebagai sarana untuk memperoleh pengertian dalam mencari
kebenaran. Tokoh dalam teori ini adalah Hegel.

3. Aksiologi

Aksiologi yaitu cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai, kegunaan, ataupun manfaat dari
ilmu itu sendiri. Aksiologi berasal dari kata Axios (Yunani) yang berarti nilai dan Logos yang berarti teori.
Jadi, aksiologi adalah teori tentang nilai. Landasan dari kajian ilmu aksiologi adalah membicarakan
entang orientasi atau nilai sebuah kehidupan, selanjutnya dalam teori ini akan melahirkan teori etika
dan estetika, dan yang terakhir adalah akan menyoroti tentang masalah nilai dan kegunaan ilmu
pengetahuan. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Objek
formal etika adalah norma-norma kesusilaan dan mempelajari tingkah laku manusia yang ditinjau dari
segi positif dan negatif. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang keindahan yang dimiliki oleh
manusia terhadap lingkungan. Terdapat dua golongan tentang ilmu yang telah dibagi oleh para ilmuwan.
Golongan pertama berpendapat bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara
ontologis maupun aksiologis. Sedangkan golongan kedua berpendapat bahwa netralisasi ilmu terhadap
nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan dan dalam penggunaanya berdasarkan pada nilai-
nilai moral. Dari pendapat dua golongan tersebut terlihat dengan jelas bahwa netralitas sebuah ilmu
hanya terletak pada epistemologinya tanpa berpihak kepada siapapun selain kepada kebenaran yang
nyata. Sedangkan secara ontologis dan aksiologis, ilmuwan diharapkan mempunyai landasan moral yang
kuat dimana mampu membedakan mana yng baik dan yang buruk. Jadi, ilmu dan agama memiliki
keterkaitan dimana agama mengarahkan ilmu pada tujuan yang hakiki. Tujuan dalam hal ini adalah agar
manusia sadar akan hakikat penciptaan dirinya dan tidak hanya mengarahkan ilmu pada kemudahan-
kemudahan material duniawi saja. Jadi, secara rinci pembahasan tentang aksiologi dibagi ke dalam tiga
cabang yaitu:

Logika, yang membahas tentang nilai kebenaran yang akan membantu kita untuk senantiasa berpegang
teguh terhadap suatu kebenaran dan menjauhi kesalahan-kesalahan yang mungkin dengan sengaja kita
lakukan. Selain itu, akan menerangkan tentang tata cara berpikir dengan benar dan seksama.

Etika, seperti yang telah kita bahas di atas bahwa etika senantiasa berhubungan dengan perilaku. Ini
berarti bahwa dengan mempelajari etika akan mengarahkan tentang tata cara kita dalam berbicara,
bertingkah laku, dan menjalankan tanggung jawab moral kita, sehingga kita akan menjadi manusia yang
lebih beradab.

Ilmu estetika, yang membahas tentang nilai keindahan. Ini akan membantu kita dalam meningkatkan
rasa keindahan dengan membatasi tingkatan-tingkatan yang menjadi standar dari

Anda mungkin juga menyukai