Selain itu ada tiga hal yang menjadi dasar dari ilmu itu sendiri, yaitu ontotologi, episte-
mologi dan aksiologi. Dasar ontologi ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji
oleh panca indera manusia. Jadi masih dalam jangkauan pengalaman manusia atau bersifat em-
piris. Objek empiris dapat berupa objek material seperti ide-ide, nilai-nilai, tumbuhan, binatang,
batu-batuan dan manusia itu sendiri.
Ontologi juga merupakan salah satu objek lapangan penelitian kefilsafatan yang paling
kuno. Hal ini karena untuk memberi arti tentang suatu objek ilmu pada beberapa asumsi di-
antaranya yaitu asumsi pertama adalah suatu objek bisa dikelompokkan berdasarkan kesamaan
bentuk, sifat (substansi), struktur atau komparasi dan kuantitatif asumsi. Asumsi kedua adalah
kelestarian relatif artinya ilmu tidak mengalami perubahan dalam periode tertentu (dalam waktu
singkat). Asumsi ketiga yaitu determinasi artinya ilmu menganut pola tertentu atau tidak terjadi
secara kebetulan.
Epistemologi atau teori pengetahuan yaitu cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat
dan ruang lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung
jawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Sebagian ciri yang patut menda-
pat perhatian dalam epistemologi perkembangan ilmu pada masa modern adalah munculnya pan-
dangan baru mengenai ilmu pengetahuan. Pandangan itu merupakan kritik terhadap pandangan
Aristoteles, yaitu bahwa ilmu pengetahuan sempurna tak boleh mencari untung, namun harus
bersikap kontemplatif, diganti dengan pandangan bahwa ilmu pengetahuan justru harus mencari
untung, artinya dipakai untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi ini.
Dasar ilmu yang terakhir yaitu aksiologi yang berarti sebagai teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari ilmu pengetahuan yang diperoleh, seberapa besar sumbangan ilmu bagi
kebutuhan umat manusia. Didalam aksiologi, dilakukan dua pendekatan penilaian. Dua pen-
dekatan penilaian tersebut, yaitu etika dan estetika. Etika adalah cabang filsafat yang membahas
secara kritis dan sistematis. Pada etika dipersoalkan masalah kebaikan, keutamaan, keadilan, dan
sebagainya. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu mempertanggung-
jawabkan apa yang ia lakukan. Sementara itu, cabang dari aksiologi lainnya yaitu estetika. Es-
tetika merupakan bidang ilmu yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengan-
dung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan
harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh dan menyeluruh. Maksudnya adalah suatu
objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras dan berpola baik melainkan harus juga
mempunyai kepribadian.
Jika mengaitkan ilmu kedoteran dengan ketiga dasar tersebut, tentunya ilmu kedokteran
dapat memenuhinya. Karena ilmu kedokteran lahir bukan untuk menjadi sebuah ancaman bagi
umat manusia. Melainkan ilmu ini lahir diharapkan bisa memberikan manfaat yang lebih besar
bagi umat manusia. Sejak manusia pertama lahir, Tuhan telah menganugerahkan naluri untuk
melakukan pengobatan terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Seperti menghangatkan
tubuh jika kedinginan, minum jika haus, dan sebagainya. Hal ini berlansung terus menerus
karena sudah menjadi kodrat untuk manusia. Hingga lahir ilmu kedokteran modern, melalui per-
cobaan-percobaan, pemikiran-pemikiran para ahli maka lahirlah sebuah teori yang memunculkan
cara pengobatan yang lebih modern. Jika dilihat dari nilai etika dan estetika, ilmu kedokteran
sampai saat ini juga digunakan berdasarkan atas etika dan estetika yang terkandung dalam
sumpah seorang dokter. Namun tidak bisa dipungkiri, setiap ilmu yang mengandung arti nilai
yang baik jika dipergunakan atau dijalankan oleh orang yang memiliki tanggung jawab dan
moral yang rendah. Maka nilai yang terkandung dari ilmu itu sendiri akan tidak baik. Seperti hal-
nya dengan ilmu kedokteran yang awalnya diharapkan memberikan manfaat yang besar, akan
menjadi mudharat bagi umat manusia jika diamalkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab
dan amoral.
Sejak lahir manusia sudah mempunyai hak, diantaranya adalah hak untuk memperoleh ke-
sehatan. Sehingga kesehatan adalah investasi perorangan, keluarga, dan bangsa. Sampai saat ini
pengembangan kesehatan terus diupayakan guna mencapai kesehatan masyarakat pada khusus-
nya dan kesehatan bangsa pada umumnya. Pembangunan kesehatan dalam kaitannya dengan
konteks demokratisasi, desentralisasi dan globalisasi, sesungguhnya perlu memperhatikan 3 hal
sebagai berikut:
1. Prinsip-prinsip dasar yang merupakan nilai-nilai kebenaran dengan aturan pokok yang
berlaku sebagai landasan utama berfikir dan bertindak dalam pembangunan kesehatan.
2. Kejelasan transformasi pembangunan kesehatan di masa depan yang diharapkan dapat
mempersatukan berbagai upaya kesehatan secara terencana dan menyeluruh.
3. Sinergisme upaya-upaya kesehatan yang bersifat dinamis, yaitu upaya kesehatan yang
dikembangkan dan dilaksanakan secara terarah, terkait, dan demokratis. (Hapsara, 2004)