Anda di halaman 1dari 25

Apa yang anda ketahui tentang :

1. PBB atau Perserikatan Bangsa-Bangsa merupakan organisasi internasional yang berdiri pada
tanggal 24 Oktober 1945, ditandai dengan piagam PBB. PBB bermarkas besar di New York,
Amerika Serikat. PBB merupakan organisasi pemersatu dunia yang merupakan induk
organisasi internasional lainnya.
2. 1) Merupakan Bendera Negara Indonesia
2) Dijahit Oleh Ibu Fatmawati ( Istri Ir.Soekarno )
3) Bendera Pertama ( Yang Dijahit Ibu Fatmawati ) Berbahan Katun Jepang
4) Sering Disebut Bendera Pusaka,Sang Saka Merah Putih,Sang DwiWarna
5) Berwarna Merah Putih , Merah = Berani ; Putih = Suci
3. Profesional adalah istilah bagi seseorang yang menawarkan jasa atau layanan sesuai dengan
protokol dan peraturan dalam bidang yang dijalaninya dan menerima gaji sebagai upah atas
jasanya. Orang tersebut juga merupakan anggota suatu entitas atau organisasi yang
didirikan seusai dengan hukum di sebuah negara atau wilayah. Meskipun begitu, seringkali
seseorang yang merupakan ahli dalam suatu bidang juga disebut "profesional" dalam
bidangnya meskipun bukan merupakan anggota sebuah entitas yang didirikan dengan sah.
Sebagai contoh, dalam dunia olahraga terdapat olahragawan profesional yang merupakan
kebalikan dari olahragawan amatir yang bukan berpartisipasi dalam sebuah
turnamen/kompetisi demi uang.
4. Konsistensi memiliki 5 arti. Konsistensi adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki
ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Konsistensi memiliki arti dalam
bidang ilmu geografi dan geologi. Konsistensi memiliki arti dalam kelas nomina atau kata
benda sehingga konsistensi dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua
benda dan segala yang dibendakan. Arti: Konsistensi berarti ketetapan dan kemantapan
(dalam bertindak); ketaatasasan: kebijakan pemerintah mencerminkan suatu konsistensi
dalam menghadapi pembangunan yang sedang kita laksanakan. Konsistensi dalam ilmu
logika adalah teori konsistensi merupakan sebuah sematik dengan sematik yang lainnya
tidak mengandung kontradiksi. Tidak adanya kontradiksi dapat diartikan baik dalam hal
semantik atau berhubung dengan sintaksis. Definisi semantik yang menyatakan bahwa
sebuah teori yang konsisten jika ia memiliki model; ini digunakan dalam arti logika
tradisional Aristoteles walaupun dalam logika matematika kontemporer terdapat istilah
satisfiable yang digunakan. Berhubungan dengan pengertian sintaksis yang menyatakan
bahwa sebuah teori yang konsisten jika tidak terdapat rumus P seperti yang kedua P dan
penyangkalan adalah pembuktian dari aksioma dari teori yang terkait di bawah sistem
deduktif.
5. Respek memiliki 1 arti. Respek memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga
respek dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang
dibendakan.
6. Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah
negara (dalam bahasa Inggris nation) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama
untuk sekelompok manusia yang mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dalam
mewujudkan kepentingan nasional, dan nasionalisme juga rasa ingin mempertahankan
negaranya, baik dari internal maupun eksternal.

Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa "kebenaran politik"


(political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu "identitas budaya", debat
liberalisme yang menanggap kebenaran politik adalah bersumber dari kehendak rakyat, atau
gabungan kedua teori itu.
Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot. Ikatan ini terjadi
saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tak beranjak dari situ. Saat itu,
naluri mempertahankan diri sangat berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan
negerinya, tempatnya hidup dan menggantungkan diri. Dari sinilah cikal bakal tubuhnya ikatan ini,
yang notabene lemah dan bermutu rendah. Ikatan ini pun tampak pula dalam dunia hewan saat ada
ancaman pihak asing yang hendak menyerang atau menaklukkan suatu negeri. Namun, bila
suasananya aman dari serangan musuh dan musuh itu terusir dari negeri itu, sirnalah kekuatan ini.

Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepada amalan politik dan ketentaraan yang
berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan, seperti yang dinyatakan di bawah. Para
ilmuwan politik biasanya menumpukan penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrem
seperti naziisme, pengasingan dan sebagainya.

Beberapa bentuk dari nasionalisme

Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai sebagian paham negara atau gerakan (bukan negara)
yang populer berdasarkan pendapat warganegara, etnis, budaya, keagamaan dan ideologi. Kategori
tersebut lazimnya berkaitan dan kebanyakan teori nasionalisme mencampuradukkan sebahagian atau
semua elemen tersebut.

Nasionalisme kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme di mana


negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya, "kehendak rakyat";
"perwakilan politik". Teori ini mula-mula dibangun oleh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi bahan-
bahan tulisan. Antara tulisan yang terkenal adalah buku berjudul Du Contract Sociale (atau dalam
Bahasa Indonesia "Mengenai Kontrak Sosial").

Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari
budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johann Gottfried von Herder, yang
memperkenalkan konsep Volk (bahasa Jerman untuk "rakyat").

Nasionalisme romantik (juga disebut nasionalisme organik, nasionalisme identitas) adalah lanjutan
dari nasionalisme etnis di mana negara memperoleh kebenaran politik secara semulajadi ("organik")
hasil dari bangsa atau ras; menurut semangat romantisme. Nasionalisme romantik adalah bergantung
kepada perwujudan budaya etnis yang menepati idealisme romantik; kisah tradisi yang telah direka
untuk konsep nasionalisme romantik. Misalnya "Grimm Bersaudara" yang dinukilkan oleh Herder
merupakan koleksi kisah-kisah yang berkaitan dengan etnis Jerman.

Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik
dari budaya bersama dan bukannya "sifat keturunan" seperti warna kulit, ras dan sebagainya. Contoh
yang terbaik ialah rakyat Tionghoa yang menganggap negara adalah berdasarkan kepada budaya.
Unsur ras telah dibelakangkan di mana golongan Manchu serta ras-ras minoritas lain masih dianggap
sebagai rakyat negara Tiongkok. Kesediaan dinasti Qing untuk menggunakan adat istiadat Tionghoa
membuktikan keutuhan budaya Tionghoa. Malah banyak rakyat Taiwan menganggap diri mereka
nasionalis Tiongkok sebab persamaan budaya mereka tetapi menolak RRC karena pemerintahan RRT
berpaham komunisme.

Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungkan dengan


nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak
universal dan kebebasan. Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip
masyarakat demokrasi. Penyelenggaraan sebuah 'national state' adalah suatu argumen yang ulung,
seolah-olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri. Contoh biasa ialah Nazisme, serta
nasionalisme Turki kontemporer, dan dalam bentuk yang lebih kecil, Franquisme sayap-kanan di
Spanyol, serta sikap 'Jacobin' terhadap unitaris dan golongan pemusat negeri Perancis, seperti juga
nasionalisme masyarakat Belgia, yang secara ganas menentang demi mewujudkan hak kesetaraan
(equal rights) dan lebih otonomi untuk golongan Fleming, dan nasionalis Basque atau Korsika. Secara
sistematis, bilamana nasionalisme kenegaraan itu kuat, akan wujud tarikan yang berkonflik kepada
kesetiaan masyarakat, dan terhadap wilayah, seperti nasionalisme Turki dan penindasan kejamnya
terhadap nasionalisme Kurdi, pembangkangan di antara pemerintahan pusat yang kuat di Spanyol dan
Perancis dengan nasionalisme Basque, Catalan, dan Corsica.

Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh legitimasi politik dari
persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan dengan
nasionalisme keagamaan. Misalnya, di Irlandia semangat nasionalisme bersumber dari persamaan
agama mereka yaitu Katolik; nasionalisme di India seperti yang diamalkan oleh pengikut partai BJP
bersumber dari agama Hindu.

Namun, bagi kebanyakan kelompok nasionalis agama hanya merupakan simbol dan bukannya
motivasi utama kelompok tersebut. Misalnya pada abad ke-18, nasionalisme Irlandia dipimpin oleh
mereka yang menganut agama Protestan. Gerakan nasionalis di Irlandia bukannya berjuang untuk
memartabatkan teologi semata-mata. Mereka berjuang untuk menegakkan paham yang bersangkut
paut dengan Irlandia sebagai sebuah negara merdeka terutamanya budaya Irlandia. Justru itu,
nasionalisme kerap dikaitkan dengan kebebasan.

7.adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan bentuk geografinya
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dalam pelaksanannya, wawasan nusantara mengutamakan
kesatuan wilayah dan menghargai kebhinekaan untuk mencapai tujuan nasional. Wawasan nusantara
adalah sikap dan cara pandang warga negara Indonesia yang didasarkan pada UUD 1945 dan
Pancasila. Dalam menjalankan wawasan nusantara, diutamakan untuk memenuhi kesatuan wilayah
dan menghargai perbedaan yang ada untuk mencapai tujuan nasional. Indonesia adalah negara
kepulauan yang memiliki banyak daerah bahkan pulau yang masih belum berpenghuni. Banyaknya
suku bangsa dan kebudayaan yang berbeda membuat negara Indonesia kaya dengan beragam
asetnya. Perbedaan ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang luas dan memiliki banyak
keragaman dari ujung Aceh hingga Papua. Meskipun berbeda, Indonesia bsia bersatu karena memiliki
Pancasila dan dan UUD yang bisa menyatukan perbedaan tersebut sehingga sikap bangsa Indonesia
bisa menghargai satu sama lain. Dengan begitu kita harus memiliki sikap dengan toleransi yang cukup
tinggi dan menghargai setiap perbedaan yang ada. Aspek Wawasan Nusantara

Berikut ini kami sajikan beberapa aspek wawasan nusantara.

1. Aspek kewilayahan nusantara


Aspek ini memperhatikan daerah, wilayah nusantara dimana Indonesia memiliki kekayaan sumber
daya alam dan keanekaragaman jenis flora dan fauna.
2. Aspek sosial budaya
Yang kedua dari aspek wawasan nusantara adalah sosial budaya dimana kita harus menghargai setiap
budaya yang berbeda yang dimiliki oelh berbagai daerah di Indonesia. Dengan begitu mencegah
adanya konflik intern antar warga negara. Jadi perbedaan yang ada di Indonesia harus menjadi senjata
untuk membuat negara ini semakin maju dan bersatu sehingga Indonesia semakin kuat dan kokoh.

Hakikat Wawasan Nusantara

Hakikat wawasan nusantara adalah keutuhan nusantara dimana cara pandang yang ada dalam
nusantara untuk mencapai keutuhan nasional. Jadi hakikat wawasan nusantara adalah dimana sikap
dan tidak kita menunjukkan bahwa kita adalah warga negara Indonesia yang memiliki peran penting
untuk memajukan Indonesia. Dengan begitu setiap orang bisa berpartisipasi dalam kesatuan negara
Indonesia. Hal ini bisa mencegah perpecahan antar warga negara yang sering menimbulkan masalah
dalam negara. Oleh karena itu dengan berpedoman pada wawasan nusantara kita bisa menjaga
keutuhan bangsa dengan mendukung pembangunan nasional yang sesuai dengan tujuan nasional.
Kondisi ini diwujudkan untuk mencapai tujuan nasional yang berhasil.

Fungsi Wawasan Nusantara

Berikut ini adalah fungsi dari wawasan nusantara.

1. Mampu menjaga konsepsi ketahanan nasional dimana konsep pembangunan nasional, pertahanan
kemanan dan kewilayahan.
2. Wawasan pembangunan yang memiliki cakupan politik, kesatuan ekonomi bahkan kesatuan sosial
dan politik yang berdampak pada kesatuan pertahanan dan keamanan.
3. Wawasan pertahanan keamanan dimana wawasan nusantara bisa menjaga keutuhan dan kemananan
negara yang menjadi kekuatan negara.
4. Dan yang terakhir adalah wawasan wilayah yang berkaitan dengan perbatasan negara.

8. Pengertian Wawasan Kebangsaan Indonesia

Kata wawasan berasal dari bahasa Jawa yaitu mawas yang artinya memandang atau melihat, jadi kata
wawasan dapat diartikan cara melihat atau cara pandang. Sehingga Wawasan Kebangsaan
Indonesia adalah cara pandang mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dan sikap
bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Selain pengertian Wawasan Kebangsaan Indonesia diatas. Prof. Muladi, Gubernur Lemhannas RI,
meyampaikan bahwa wawasan kebangsaan indonesia adalah cara pandang bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Wawasan kebangsaan dapat juga diartikan sebagai cara memandang / sudut pandang yang
mengandung kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk memahami keberadaan jati diri
sebagai suatu bangsa dalam memandang dirinya dan bertingkah laku sesuai falsafah hidup bangsa
dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal (Suhady dan Sinaga, 2006).

Wawasan Kebangsaan Indonesia juga dikenal sebagai sebuah pedoman yang masih bersifat filosofia
normatif. Sebagai perwujudan dari rasa dan semangat kebangsaan yang melahirkan bangsa Indonesia.
Akan tetapi situasi dan suasana lingkungan yang terus berubah sejalan dengan proses perkembangan
kehidupan bangsa dari waktu ke waktu. Wawasan Kebangsaan Indonesia harus senantiasa dapat
menyesuaikan diri dengan perkembagan dan berbagai bentuk implementasinya.

Makna Wawasan Kebangsaan

Wawasan Kebangsaan bagi bangsa Indonesia memiliki berbagai makna, salah satunya adalah:

1. Wawasan kebangsaan mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar menempatkan persatuan,


kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa di atas kepentingan individu atau
golongan.
2. Wawasan kebangsaan tidak memberi tempat pada patriotisme yang licik
3. Wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian rupa sehingga asas
Bhinneka Tunggal Ika dipertahankan.
4. NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur bertekad untuk mewujudkan
bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin, sejajar dengan bangsa lain yang
sudah maju.
5. Dengan wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh pandangan hidup Pancasila, bangsa
Indonesia telah berhasil merintis jalan menjalani misinya di tengah-tengah tata kehidupan di
dunia.

Nilai Dasar Wawasan Kebangsaan

Nilai Wawasan Kebangsaan yang terwujud dalam persatuan dan kesatuan bangsa memiliki 6 dimensi
yang bersifat mendasar dan fundamental, yaitu sebagai berikut:

1. Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Cinta atas tanah air dan bangsa.
3. Demokrasi atau kedaulatan rakyat.
4. Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merdeka, dan besatu.
5. Masyarakat adil-makmur.
6. Kesetiakawanan sosial.

Mengapa Wawasan Kebangsaan Harus Ada ?

Wawasan Kebangsaan merupakan konsep politik bangsa Indonesia yang memandang Indonesia
sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut) termasuk dasar laut dan tanah di
bawahnya dan udara di atasnya secara tidak terpisahkan, yang mempersatukan bangsa dan negara
secara menyeluruh mencakup segenap bidang kehidupan nasional yang meliputi aspek ekonomi,
politik, sosial budaya, dan hankam.

Wawasan Kebangsaan sebagai konsepsi politik dan kenegaraan yang merupakan manifestasi
pemikiran politik bangsa Indonesia. Sebagai satu kesatuan negara kepulauan, secara konseptual,
geopolitik Indonesia dituangkan dalam salah satu doktrin nasional yang disebut Wawasan Nusantara
dan politik luar negeri bebas aktif. Sedangkan geostrategi Indonesia diwujudkan melalui konsep
Ketahanan Nasional yang bertumbuh pada perwujudan kesatuan ideologi, ekonomi, politik, sosial
budaya dan pertahanan keamanan.

Landasan Wawasan Kebangsaan

 Konstitusional ==> UUD 1945


 Idiil ==> Pancasila

Terdapat 3 Unsur Dasar Wawasan Kebangsaan, Yaitu:

1. Wadah (Contour)
2. Isi (Content)
3. Tata laku (Conduct)

Berikut penjelasan dari ke 3 Unsur Dasar Wawasan Kebangsaan diatas.


Wadah (Contour)
Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mencakup seluruh wilayah Indonesia
yang memiliki sifat serba nusantara dengan kekayaan alam dan penduduk serta aneka ragam budaya.
Bangsa Indonesia mempunyai organisasi kenegaraan yang merupakan wadah beragam kegiatan
kenegaraan dalam bentuk supra struktur politik dan wadah dalam kehidupan bermasyarakat pada
berbagai kelembagaan dalam bentuk infra struktur politik.
Isi (Content)
Isi (Content) merupakan aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta tujuan
nasional.

Tata laku (Conduct)


Hasil interaksi antara wadah dan isi wawasan kebangsaan akan berwujud tata laku, yang terdiri dari :

 Tata laku Lahiriah yaitu tercermin dalam perbuatan, tindakan dan perilaku dari bangsa
Indonesia.
 Tata laku Bathiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas yang baik dari bangsa
Indonesia.

Kedua tata laku tersebut mencerminkan identitas kepribadian / jati diri bangsa berdasarkan
kekeluargaan dan kebersamaan yang mempunyai rasa bangga dan cinta terhadap bangsa dan tanah air
sehingga menyebabkan rasa nasionalisme yang tinggi dalam segala aspek kehidupan nasional.

Asas Wawasan Kebangsaan

Merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi, dipelihara, ditaati dan diciptakan agar
terwujud demi tetap taat dan setianya unsur / komponen pembentuk bangsa Indonesia
(golongan/suku) terhadap kesepakatan (commitment) bersama. Asas Wawasan Kebangsaan terdiri
dari:

1. Kepentingan/Tujuan yang sama


2. Solidaritas
3. Keadilan
4. Kerjasama
5. Kejujuran
6. Kesetiaan terhadap kesepakatan

Hakekat Wawasan Kebangsaan

Hakekat Wawasan Kebangsaan Adalah keutuhan nasional / nusantara, dalam pengertian cara pandang
yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara dan demi kepentingan nasional.

Berarti setiap warga negara dan aparatur negara wajib berfikir, bersikap dan bertindak secara utuh
menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa termasuk produk-produk yang dihasilkan
oleh lembaga negara.

Baca Juga : Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia lengkap Pengertian dan Penjelasan

Hubungan Wawasan Kebangsaan dan Ketahanan Nasional

Dalam penyelenggaraan kehidupan nasional agar senantiasa mengarah pada pencapaian tujuan
nasional diperlukan suatu landasan dan pedoman yang kokoh berupa konsepsi wawasan kebangsaan
untuk mewujudkan aspirasi bangsa serta kepentingan dan tujuan nasional.

Wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan wawasan nusantara yang tidak lain adalah pedoman
bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan nasional. sedangkan ketahanan nasional adalah
kondisi yang harus diwujudkan agar proses pencapaian tujuan nasional tersebut dapat berjalan dengan
sukses. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa wawasan kebangsaan dan Ketahanan Nasional
merupakan dua konsepsi dasar yang saling mendukung sebagai pedoman bagi penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara agar tetap jaya dan berkembang seterusnya.

Sekian Artikel mengenai Wawasan Kebangsaan Indonesia Lengkap Pengertian, Makna dan
Nilai. semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk menambah ilmu, mengerjakan tugas,
maupun untuk sekedar menambah wawasan tentang Wawasan Kebangsaan Indonesia, Wawasan
Kebangsaan Adalah, Pengertian Wawasan Kebangsaan, Makna Wawasan Kebangsaan, Nilai
Wawasan Kebangsaan dan Wawasan Kebangsaan NKRI. Akhir kata, Terimakasih atas kunjungannya.

Wawasan Kebangsaan Indonesia Lengkap Pengertian, Makna dan Nilai


MARKIJAR : MARi KIta belaJAR
9. Bela negara adalah tekad,sikap dan tindakan warga negara yg teratur, menyeluruh, terpadu dan
berlanjut yg dilandasi oleh kecintaan terhadap tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara dan
kerelaan untuk berkorban dalan mengatasi ancaman baik dari dalam maupun luar negeri.
Pengertian, Dasar Hukum dan Prinsip Bela Negara - Sudah menjadi kewajiban bagi warga negara
untuk membela negaranya ketika terancam. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kemerdekaan
Negara Republik Indonesia adalah pada tanggal 17 Agustus 1945, yang mana kemerdekaan tersebut
diperoleh melalui pengorbanan jiwa dan raga para pahlawan.

Setelah Indonesia ini merdeka, kita sebaga warga negara Indonesia mempunyai tugas dan kewajiban
untuk mengisi kemerdekaan. Kita juga diwarisi oleh para pendiri negara Indonesia yaitu berupa dasar
negara dan undah-undang dasar sebagai pedoman dalam mengisi kemerdekaan ini. Sudah seharusnya
kita harus membela dan mempertahankan, menegakkan kemerdekaan kedaulatan negara Indonesia,
yang tentunya dengan menggunakan dasar Pancasila dan UUD 1945.

Sebagai seorang pelajar, kita juga harus memiliki rasa nasionalisme atau rasa cinta kepada tanah air
Indonesia raya, ya tentunya bukan hanya rasa nasionalisme saja tetapi dibuktikan dengan tindakan-
tindakan yang mencerminkan cinta kepada negara Indonesia.

Baca : Pengertian, Fungsi dan Sifat Negara

Dari sedikit ulasan diatas, apakah kira-kira sudah mengerti tentang pengertian bela negara?
Seharusnya sudah sedikit mengerti, agar lebih tahu lagi berikut ini kita punya merangkumnya dalam
Pengertian, Dasar Hukum dan Prinsip Bela Negara.

A. Pengertian Bela Negara

Upaya bela negara adalah suatu tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang dilakukan secara
teratur, menyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang dilandasi rasa cinta pada tanah air.
Seperti yang sudah saya sebutkan diatas, bahwa bela negara merupakan hak dan kewajiban untuk
semua warga negara Indonesia yang diatur dalam UUD 1945. Disamping itu juga, membela negara
adalah suatu kehormatan bagi warga negara yang diberikan oleh suatu negara tersebut. Maka dari itu,
bela negara harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, penuh kesadaran dan tanggung jawab serta
rela berkorban demi kepentingan bersama yaitu bangsa dan negara.

B. Dasar hukum bela negara

Salah satu hak dan kewajiban setiap warga negara adalah membela negaranya. Dalam Undang-undang
sudah diatur mengenai hak dan kewajian warga negara dalam upaya bela negara. Dan berikut ini dasar
hukum bela negara.
a. UUD 1945 Amandemen kedua
1) Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa semua/setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara.
2) Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
b. Undang-Undang nomor 20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara
Republik Indonesia.
c. Ketetapan MPR RI No. VI/MPR/2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional Republik Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Ketetapan MPR RI No. VII/MPR/2000 tentang Peranan
Tentara Nasional Republik Indonesia dan Peranan Kepulisian Negara Republik Indonesia.
d. Undang-Undang No. 56 tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih
e. Undang-Undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
f. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
Pasal 9 UU Nomor 3 Tahun 2002 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya bela negara diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.

C. Prinsip-prinsip dalam pembelaan negara

Pertahanan suatu negara harus ada, terutama bagi suatu negara yang sudah merdeka dan berdaulat. Di
dalam penyelenggaraan pertahanan negara ini, bangsa Indonesia memiliki suatu prinsip bahwa kita
memiliki hak dan kewajiban membea, mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan dan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah serta keselamatan segenap bangsari dari berbagai ancam, baik
dari dalam maupun dari luar.

Maka dari, tidak ada seorang pun warga negara yang terbebas dari kewajiban untuk membela negara.
Menurut ketentuan yang terdapat dalam UUD 1945 mengenai pertahanan negara, bangsa Indonesia
memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:

Baca : Tujuan Negara Republik Indonesia secara Umum

1. Kemerdekaan merupakan hak bagi semua/segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan
di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
2. Pemerintah negara Indonesia harus melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
3. Hak dan kewajiban setiap warga negara adalah ikut serta dalam usaha pembelaan negara;
4. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

10. Pahlawan Revolusi adalah gelar yang diberikan kepada sejumlah perwira militer yang gugur
dalam tragedi Pengkhianatan Partai Komunis Indonesia (PKI) G30S/PKI yang terjadi di Jakarta dan
Yogyakarta pada tanggal 30 September 1965. Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2009, gelar ini diakui juga sebagai Pahlawan Nasional.
Kelas: VI
Mata Pelajaran: IPS/Sejarah
Materi: Peristiwa Gerakan 30 September
Kata Kunci: Pahlawan Revolusi

Pembahasan:

Pahlawan Revolusi adalah gelar yang diberikan kepada para perwira Angkatan Darat yang tewas
akibat penculikan dan pembunuha yang dilakukan oleh Gerakan 30 September.

Penetapan ini dilakukan dengan Keputusan Presiden No. 111 tahun 1965. Para Pahlawan Revolusi ini
adalah:

1. Jenderal Ahmad Yani

Jenderal Ahmad Yani saat meninggal adalah Menteri/Panglima Angkatan Darat, yang menjabat sejak
23 Juni 1962, dan merupakan perwira tertinggi yang tewas dalam Peristiwa 30 September. Ahmad
Yani tewas di rumahnya saat pasukan yang menculiknya menembaknya karena menolak untuk
dibawa. Ahmad Yani sebelumnya memiliki karir militer yang sangat berjasa, pernah memimpin
Operasi 17 Agustus untuk menghentikan Pemberontakan PRRI di Sumatera dan memimpin pasukan
Banteng Raiders menumpas pemberontak DI/TII di Jawa Tengah.

2. Letnan Jenderal Suprapto

Soeprapto adalah Wakil Kedua Kepala Staff Angkatan Darat, dibawah Ahmad Yani. Dia tewas
setelah sempat diculik ke markas pemberontakan Gerakan 30 September. Tubuhnya dimasukkan ke
dalam sumur maut Lubang Buaya.

4. Letnan Jenderal MT Haryono

Mas Tirtodarmo Haryono adalah Wakil Ketiga Kepala Staff Angkatan Darat, dibawah Ahmad
Yani. Dia tewas di rumahnya setelah mencoba melawan para penculik. Tubuhnya yang sudah
tidak bernyawa dibawa dan dibuang ke sumur maut Lubang Buaya.
5. Letnan Jenderal Siswondo Parman
Letjen S Parman adalah perwira yang menjabat asisten intelejen kepada Ahmad Yani. Dia
diculik dan dibawa para penculiknya, kemudian bersama korban penculikan lainya ditembak
mati dan dibuang ke sumur maut Lubang Buaya.

6. Mayor Jenderal DI Pandjaitan


Donald Izacus Pandjaitan adalah Wakil Keempat Kepala Staff Angkatan Darat. Sebelumnya
dia juga pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia ke Jerman Barat.

DI Pandjaitan tewas saat mencoba kabur dari para penculiknya, mayatnya juga dibawa dan dibuang di
Lubang Buaya.

6. Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo

Mayjend Sutoyo adalah inspektur kehakiman/jaksa militer utama di Angkatan Darat. Dia diculik oleh
gerombolan Gerakan 30 September. Dia dibunuh di markan penculik dan mayatnya dibuang di
Lubang Buaya.

7. Kapten Pierre Tendean

Pierre Tendean adalah ajudan Jenderal AH Nasution, yang diculik karena para penculik tidak
mengenalnya dalam kondisi gelap.

8. AIP Karel Satsuit Tubun

KS Tubun adalah polisi penjaga menteri Johannes Leimena, yang sama-sama berasal dari Maluku.
Dia tewas ketika hendak melawan para penculik Jenderal AH Nasution, yang bertetangga dengan
menteri Leimena.

9. Brigadir Jenderal Katamso Darmokusumo

Brigjen Katamso adalah Komandan Korem 072/Pamungkas yang tewas karena diserang oleh pasukan
pemberontak pro Gerakan 30 September di Yogyakarta.

10. Kolonel Sugiono

Kolonel Sugiono adalah Kepala Staf Korem 072/Pamungkas yang tewas bersama Brigjen Katamso

11. Papua adalah sebuah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Papua atau
bagian paling timur wilayah Papua milik Indonesia. Belahan timurnya merupakan negara Papua
Nugini. Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah Papua Bagian barat, namun sejak tahun 2003
dibagi menjadi dua provinsi dengan bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian
baratnya memakai nama Papua Barat. Papua memiliki luas 808.105 km persegi dan merupakan
pulau terbesar kedua di dunia dan terbesar pertama di Indonesia. Latar belakang
Perkebunan kelapa sawit di Papua

Program peternakan sapi di Papua

Perkebunan tebu di Papua

Papua adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah utara Australia dan merupakan bagian dari
wilayah timur Indonesia. Sebagian besar daratan Papua masih berupa hutan belantara. Papua
merupakan pulau terbesar kedua di dunia setelah Greenland. Sekitar 47% wilayah pulau Papua
merupakan bagian dari Indonesia, yaitu yang dikenal sebagai Netherland New Guinea, Irian Barat,
West Irian, serta Irian Jaya, dan akhir-akhir ini dikenal sebagai Papua. Sebagian lainnya dari wilayah
pulau ini adalah wilayah negara Papua New Guinea (Papua Nugini), yaitu bekas koloni Inggris.
Populasi penduduk di antara kedua negara sebetulnya memiliki kekerabatan etnis, tetapi kemudian
dipisahkan oleh sebuah garis perbatasan.

Papua memiliki luas area sekitar 421.981 kilometer persegi dengan jumlah populasi penduduk hanya
sekitar 2,3 juta. Lebih dari 71% wilayah Papua merupakan hamparan hutan hujan tropis yang sulit
ditembus karena terdiri atas lembah-lembah yang curam dan pegunungan tinggi, dan sebagian dari
pegunungan tersebut diliputi oleh salju. Perbatasan antara Indonesia dengan Papua Nugini ditandai
dengan 141 garis Bujur Timur yang memotong pulau Papua dari utara ke selatan.

Seperti juga sebagian besar pulau-pulau di Pasifik Selatan lainnya, penduduk Papua berasal dari
daratan Asia yang bermigrasi dengan menggunakan kapal laut. Migrasi itu dimulai sejak 30.000
hingga 50.000 tahun yang lalu, dan mengakibatkan mereka berada di luar peradaban Indonesia yang
modern, karena mereka tidak mungkin untuk melakukan pelayaran ke pulau-pulau lainnya yang lebih
jauh.

Para penjelajah Eropa yang pertama kali datang ke Papua, menyebut penduduk setempat sebagai
orang Melanesia. Asal kata Melanesia berasal dari kata Yunani, ‘Mela’ yang artinya ‘hitam’, karena
kulit mereka berwarna gelap. Kemudian bangsa-bangsa di Asia Tenggara dan juga bangsa Portugis
yang berinteraksi secara dekat dengan penduduk Papua, menyebut mereka sebagai orang Papua.

Papua sendiri menggambarkan sejarah masa lalu Indonesia, karena tercatat bahwa selama abad ke-18
Masehi, para penguasa dari kerajaan Sriwijaya, yang berpusat di wilayah yang sekarang dikenal
sebagai Palembang, Sumatera Selatan, mengirimkan persembahan kepada kerajaan Tiongkok. Di
dalam persembahan itu terdapat beberapa ekor burung Cenderawasih, yang dipercaya sebagai burung
dari taman surga yang merupakan hewan asli dari Papua, yang pada waktu itu dikenal sebagai
‘Janggi’.

Dalam catatan yang tertulis di dalam kitab Nagarakretagama, Papua juga termasuk kedalam wilayah
kerajaan Majapahit (1293–1520). Selain tertulis dalam kitab yang merupakan himpunan sejarah yang
dibuat oleh pemerintahan Kerajaan Majapahit tersebut, masuknya Papua kedalam wilayah kekuasaan
Majapahit juga tercantum di dalam kitab Prapanca yang disusun pada tahun 1365.

Walaupun terdapat kontroversi seputar catatan sejarah tersebut, hal itu menegaskan bahwa Papua
adalah sebagai bagian yang tidak terlepas dari jaringan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara yang
berada di bawah kontrol kekuasaan kerajaan Majapahit.

Selama berabad-abad dalam paruh pertama milenium kedua, telah terjalin hubungan yang intensif
antara Papua dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia, yang hubungan tersebut bukan hanya sekadar
kontak perdagangan yang bersifat sporadis antara penduduk Papua dengan orang-orang yang berasal
dari pulau-pulau terdekat.

Selama kurun waktu tersebut, orang-orang dari pulau terdekat yang kemudian datang dan menjadi
bagian dari Indonesia yang modern, menyatukan berbagai keragaman yang terserak di dalam kawasan
Papua. Hal ini tentunya membutuhkan interaksi yang cukup intens dan waktu yang tidak sebentar agar
para penduduk di Papua bisa belajar bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar, apalagi mengingat
keanekaragaman bahasa yang mereka miliki. Pada tahun 1963, dari sekitar 700.000 populasi
penduduk yang ada, 500.000 di antara mereka berbicara dalam 200 macam bahasa yang berbeda dan
tidak dipahami antara satu dengan yang lainnya.

Beragamnya bahasa di antara sedikitnya populasi penduduk tersebut diakibatkan oleh terbentuknya
kelompok-kelompok yang diisolasi oleh perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya selama
berabad-abad karena kepadatan hutan dan juga jurang yang curam yang sulit untuk dilalui yang
memisahkan mereka. Oleh karena itu, sekarang ini ada 234 bahasa pengantar di Papua, dua dari
bahasa kedua tanpa pembicara asli. Banyak dari bahasa ini hanya digunakan oleh 50 penutur atau
kurang. Beberapa golongan kecil sudah punah, seperti Tandia, yang hanya digunakan oleh dua
pembicara dan Mapia yang hanya digunakan oleh satu pembicara.

Sekarang ini bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa
pengantar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan merupakan bahasa di dalam melakukan
berbagai transaksi. Bahasa Indonesia sendiri berasal dari bahasa melayu, versi pasar. Sejarah

Papua berada di wilayah paling timur negara Indonesia. Ia merupakan pulau terbesar kedua setelah
Pulau Greendland di Denmark. Luasnya capai 890.000 Km² (ini jika digabung dengan Papua New
Guinea). Besarnya diperkirakan hampir lima kali luas pulau Jawa.

Pada sekitar tahun 200 M , ahli Geography bernama Claudius Ptolemaeus (Ptolamy) menyebut pulau
Papua dengan nama Labadios. Sampai saat ini tak ada yang tahu, kenapa pulau Papua diberi nama
Labadios.

Sekitar akhir tahun 500 M, oleh bangsa China diberi nama Tungki. Hal ini dapat diketahui setelah
mereka menemukan sebuah catatan harian seorang pengarang Tiangkok, Ghau Yu Kuan yang
menggambarkan bahwa asal rempah-rempah yang mereka peroleh berasal dari Tungki, nama yang
digunakan oleh para pedagang China saat itu untuk Papua.

Selanjutnya, pada akhir tahun 600 M, Kerajaan Sriwijaya menyebut nama Papua dengan
menggunakan nama Janggi. Dalam buku Kertagama 1365 yang dikarang Pujangga Mpu Prapanca
“Tugki” atau “Janggi” sesungguhnya adalah salah eja diperoleh dari pihak ketiga yaitu Pedagang Cina
Chun Tjok Kwan yang dalam perjalanan dagangnya sempat menyinggahi beberapa tempat di Tidore
dan Papua.

Di awal tahun 700 M, pedagang Persia dan Gujarat mulai berdatangan ke Papua, juga termasuk
pedangan dari India. Tujuan mereka untuk mencari rempah-rempah di wilayah ini setelah melihat
kesuksesan pedangang asal China. Para pedagang ini sebut nama Papua dengan Dwi Panta dan juga
Samudranta, yang artinya Ujung Samudra dan Ujung Lautan.

Pada akhir tahun 1300, Kerajaan Majapahit menggunakan dua nama, yakni Wanin dan Sram. Nama
Wanin, tentu tidak lain dari semenanjung Onin di daerah Fak-Fak dan Sram, ialah pulau Seram di
Maluku. Ada kemungkinan, budak yang dibawa dan dipersembahkan kepada Majapahit berasal dari
Onin dan yang membawanya ke sana adalah orang Seram dari Maluku, sehingga dua nama ini
disebut.

Sekitar tahun 1646, Kerajaan Tidore memberi nama untuk pulau ini dan penduduknya sebagai Papa-
Ua, yang sudah berubah dalam sebutan menjadi Papua. Dalam bahasa Tidore artinya tidak bergabung
atau tidak bersatu (not integrated). Dalam bahasa melayu berarti berambut keriting. Memiliki
pengertian lain, bahwa di pulau ini tidak terdapat seorang raja yang memerintah.

Ada juga yang memakai nama Papua sebagai bentuk ejekan terhadap warga setempat—penduduk
primitif, tertinggal, bodoh— yang merupakan slogan yang tidak mempunyai arti apapun dengan nama
Papua.

Respon penduduk terhadap nama Papua cukup baik. Alasannya, sebab nama tersebut benar
mencerminkan identitas diri mereka sebagai manusia hitam, keriting, yang sangat berbeda dengan
penduduk Melayu juga kerajaan Tidore. Tapi, tentu mereka tak terima dengan ejekan yang selalu
dilontarkan warga pendatang.

Pada tahun 1511 Antonio d’Arbau, pelaut asal Portugis menyebut wilayah Papua dengan nama “Os
Papuas” atau juga llha de Papo. Don Jorge de Menetes, pelaut asal Spanyol juga sempat mampir di
Papua beberapa tahun kemudian (1526–1527), ia tetap menggunakan nama Papua. Ia sendiri
mengetahui nama Papua dalam catatan harian Antonio Figafetta, juru tulis pelayaran Magelhaens
yang mengelilingi dunia menyebut dengan nama Papua. Nama Papua ini diketahui Figafetta saat ia
singgah di pulau Tidore.

Berikutnya, pada tahun 1528, Alvaro de Savedra, seorang pimpinan armada laut Spanyol beri nama
pulau Papua Isla de Oro atau Island of Gold yang artinya Pulau Emas. Ia juga merupakan satu-satunya
pelaut yang berhasil menancapkan jangkar kapalnya di pantai utara kepulauan Papua. Dengan
penyebutan Isla Del Oro membuat tidak sedikit pula para pelaut Eropa yang datang berbondong-
bondong untuk mencari emas yang terdapat di pulau emas tersebut.

Pada tahun 1545, pelaut asal spanyol Inigo Ortiz de Retes memberi nama Nueva Guinee. Dalam
bahasa Inggris disebut New Guinea. Ia awalnya menyusuri pantai utara pulau ini dan karena melihat
ciri-ciri manusianya yang berkulit hitam dan berambut keriting sama seperti manusia yang ia lihat di
belahan bumi Afrika bernama Guinea, maka diberi nama pulau ini Nueva Guinee/Pulau Guinea Baru.

Nama Papua dan Nueva Guinea dipertahankan hampir dua abad lamanya, baru kemudian muncul
nama Nieuw Guinea dari Belanda, dan kedua nama tersebut terkenal secara luas diseluruh dunia,
terutama pada abad ke-19. Penduduk nusantara mengenal dengan nama Papua dan sementara nama
Nieuw Guinea mulai terkenal sejak abad ke-16 setelah nama tersebut tampak pada peta dunia
sehingga dipakai oleh dunia luar, terutama di negara-negara Eropa.

Pada tahun 1956, Belanda kembali mengubah nama Papua dari Nieuw Guinea menjadi Nederlands
Nieuw Guinea. Perubahan nama tersebut lebih bersifat politis karena Belanda tak ingin kehilangan
pulau Papua dari Indonesia pada zaman itu.

Pada tahun 1950-an oleh Residen JP Van Eechoud dibentuklah sekolah Bestuur. Di sana ia
menganjurkan dan memerintahkan Admoprasojo selaku Direktur Sekolah Bestuur tersebut untuk
membentuk dewan suku-suku. Di dalam kegiatan dewan ini salah satunya adalah mengkaji sejarah
dan budaya Papua, termasuk mengganti nama pulau Papua dengan sebuah nama lainnya.

Tindak lanjutnya, berlangsung pertemuan di Tobati, Jayapura. Di dalam turut dibicarakan ide
penggantian nama tersebut, juga dibentuk dalam sebuah panitia yang nantinya akan bertugas untuk
menelusuri sebuah nama yang berasal dari daerah Papua dan dapat diterima oleh seluruh suku yang
ada.

Frans Kaisepo selaku ketua Panitia kemudian mengambil sebuah nama dari sebuah mitos Manseren
Koreri, sebuah legenda yang termahsyur dan dikenal luas oleh masyarakat luas Biak, yaitu Irian.

Dalam bahasa Biak Numfor “Iri” artinya tanah, "an" artinya panas. Dengan demikian nama Irian
artinya tanah panas. Pada perkembangan selanjutnya, setelah diselidiki ternyata terdapat beberapa
pengertian yang sama di tempat seperti Serui dan Merauke. Dalam bahasa Serui, "Iri" artinya tanah,
"an" artinya bangsa, jadi Irian artinya Tanah bangsa, sementara dalam bahasa Merauke, "Iri" artinya
ditempatkan atau diangkat tinggi, "an" artinya bangsa, jadi Irian adalah bangsa yang diangkat tinggi.

Secara resmi, pada tanggal 16 Juli 1946, Frans Kaisepo yang mewakili Nieuw Guinea dalam
konferensi di Malino-Ujung Pandang, melalui pidatonya yang berpengaruh terhadap penyiaran radio
nasional, mengganti nama Papua dan Nieuw Guinea dengan nama Irian.

Nama Irian adalah satu nama yang mengandung arti politik. Frans Kaisepo pernah mengatakan
“Perubahan nama Papua menjadi Irian, kecuali mempunyai arti historis, juga mengandung semangat
perjuangan: IRIAN artinya Ikut Republik Indonesia Anti Nederland”. (Buku PEPERA 1969 terbitan
tahun 1972, hal. 107-108).

Setelah Indonesia merdeka pada 1945, dan semakin terpojoknya Belanda oleh dunia internasional
dalam rangka mempertahankan Papua dalam wilayah jajahannya, pada 1 Desember 1961, Belanda
membentuk negara boneka Papua. Pada tanggal tersebut Belanda memerintahkan masyarakat Papua
untuk mengibarkan bendera nasional baru yang dinamakan Bintang Kejora. Mereka menetapkan
nama Papua sebagai Papua Barat.

Sedangkan United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA), sebuah badan khusus yang
dibentuk PBB untuk menyiapkan act free choice di Papua pada tahun 1969 menggunakan dua nama
untuk Papua, West New Guinea/West Irian.

Berikutnya, nama Irian diganti menjadi Irian Barat secara resmi sejak 1 Mei 1963 saat wilayah ini
dikembalikan dari Kerajaan Belanda ke dalam pangkuan Negara republik Indonesia. Pada tahun 1967,
kontrak kerja sama PT Freeport Mc Morran dengan pemerintah Indonesia dilangsungkan. Dalam
kontrak ini Freeport gunakan nama Irian Barat, padahal secara resmi Papua belum resmi jadi bagian
Indonesia.
Dunia internasional mengakui secara sah bahwa Papua adalah bagian Negara Indonesia setelah
dilakukannya Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) tahun 1969.

Dan kemudian pada tanggal 1 Maret 1973 sesuai dengan peraturan Nomor 5 tahun 1973 nama Irian
Barat resmi diganti oleh Presiden Soeharto menjadi nama Irian Jaya.

Memasuki era reformasi sebagian masyarakat menuntut penggantian nama Irian Jaya menjadi Papua.
Presiden Abdurrahman Wahid memenuhi permintaan sebagian masyarakat tersebut. Dalam acara
kunjungan resmi kenegaraan Presiden, sekaligus menyambut pergantian tahun baru 1999 ke 2000,
pagi hari tanggal 1 Januari 2000, dia memaklumkaan bahwa nama Irian Jaya saat itu diubah namanya
menjadi Papua seperti yang diberikan oleh Kerajaan Tidore pada tahun 1800-an.

Asal usul nama

Perkembangan asal usul nama pulau Papua memiliki perjalanan yang panjang seiring dengan sejarah
interaksi antara bangsa-bangsa asing dengan masyarakat Papua, termasuk pula dengan bahasa-bahasa
lokal dalam memaknai nama Papua.

Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah Indonesia di Pulau Papua. Pada masa pemerintahan
kolonial Hindia Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda (Nederlands Nieuw-Guinea atau
Dutch New Guinea). Setelah berada bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, wilayah
ini dikenal sebagai Provinsi Irian Barat sejak tahun 1969 hingga 1973. Namanya kemudian diganti
menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas Freeport, nama
yang tetap digunakan secara resmi hingga tahun 2002.

UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua mengamanatkan nama provinsi ini untuk
diganti menjadi Papua. Pada tahun 2003, disertai oleh berbagai protes (penggabungan Papua Tengah
dan Papua Timur), Papua dibagi menjadi dua provinsi oleh pemerintah Indonesia; bagian timur tetap
memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya menjadi Provinsi Irian Jaya Barat (setahun
kemudian menjadi Papua Barat). Bagian timur inilah yang menjadi wilayah Provinsi Papua pada saat
ini.

Nama Papua Barat (West Papua) masih sering digunakan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM),
suatu gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk negara sendiri.

12. Kalau lagu nasiinal adalah lagu yang masih berbau nasionalisma tetapi jarang orang yang hafal.
Conyohnya rayuan pulau kelapa. Kalau lagu wajib nasional adalah lagu yang wajib dinyanyikan dan di
hafal oleh seluruh warga negara Indonesia. Contohnya lagu Indonesia Raya. A – D Daftar lagu
nasional Indonesia

1. Andika Bhayangkari (Amir Pasaribu)


2. Api Kemerdekaan (Joko Lelono / Marlene)
3. Bagimu Negeri (R. Kusbini)
4. Bangun Pemudi Pemuda (Alfred Simanjuntak)
5. Bendera Kita (Dirman Sasmokoadi)
6. Bungaku (Cornel Simanjuntak)
7. Bendera Merah Putih (Ibu Soed)
8. Berkibarlah Benderaku (Ibu Soed)
9. Bhinneka Tunggal Ika (Binsar Sitompul/A Thalib)
10. Dari Sabang Sampai Merauke (R Soerardjo)
11. Di Timur Matahari (Wage Rudolf Soepratman)
12. Dirgahayu Indonesia (Husein Mutahar)
13. Desaku (Ibu Soed)
14. Berkibarlah Bendera Negriku
15. Tanah air indonesia (E.L Pohan)

E-H

 Garuda Pancasila (Sudharnoto)


 Gugur Bunga (Ismail Marzuki)
 Halo, Halo Bandung (Ismail Marzuki)
 Hamba Menyanyi
 Hari Merdeka (lagu nasional) (Husein Mutahar)
 Himne Kemerdekaan (Ibu Soed/Wiratmo Sukito)
 Himne Guru (Sartono)
 Himne Pramuka
 Himne Siswa (Husein Mutahar)

I-L

 Ibu Kita Kartini (Wage Rudolf Soepratman)


 Ibu Pertiwi (Lirik : Ismail Marzuki)
 Indonesia Bersatulah (Alfred Simanjuntak)
 Indonesia Jaya (Chaken M)
 Indonesia Raya (Wage Rudolf Soepratman)
 Indonesia Subur (M Syafei)
 Indonesia Pusaka (Ismail Marzuki)
 Indonesia Tetap Merdeka (Cornel Simanjuntak)
 Indonesia Tumpah Darahku (Ibu Soed)
 Jembatan Merah (Gesang)
 Kebyar Kebyar (Gombloh)
 Ku Pinta Lagi (Cornel Simanjuntak)
 Karang bunga dari selatan

M-P

 Mengheningkan Cipta (Ismail Marzuki)


 Maju Indonesia (Cornel Simanjuntak)
 Maju Tak Gentar (Cornel Simanjuntak)
 Mars Bambu Runcing (Kamsidi/Daldjono)
 Mars Harapan Bangsa (Kamsidi/Daldjono)
 Mars Pancasila (Sudharnoto)
 Melati di Tapal Batas (Ismail Marzuki)
 (Hymne Pahlawan) Mengheningkan Cipta (Truno Prawit)
 Merah Putih (Ibu Soed)
 Merah Putih (Gombloh)
 Nusantara
 Nyiur Hijau (Maladi)
 Pada Pahlawan (Cornel Simanjuntak/Usmar Ismail)
 padi menguning (Kusbini)
 Pahlawan Merdeka (Wage Rudolf Soepratman)
 Pantang Mundur (Titiek Puspa)

Q-T
 Rayuan Pulau Kelapa (Ismail Marzuki)
 Satu Nusa Satu Bangsa (Liberty Manik)
 Selamat Datang Pahlawan Muda (Ismail Marzuki)
 Serumpun Padi (Maladi)
 Syukur (Husein Mutahar)
 Tanah Airku (Ibu Soed)
 Tanah Airku (R. Iskak)
 Tanah Tumpah Darahku (Cornel Simanjuntak/Sanusi Pane)
 Teguh Kukuh Berlapis Baja (Cornel Simanjuntak/Usmar Ismail)
 Terima Kasih Kepada Pahlawanku (Husein Mutahar)
 Sumpah Kita
 Sepasang Mata Bola
 Syukur

13. Paskibraka adalah singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka dengan tugas utamanya
mengibarkan duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan proklamasi kemerdekaan Indonesia
di 3 tempat, yakni tingkat Kabupaten/Kota (Kantor Bupati/Wali Kota), Provinsi (Kantor Gubernur),
dan Nasional (Istana Merdeka). Anggotanya berasal dari pelajar SMA Sederajat kelas 1 atau 2.
Penyeleksian anggotanya biasanya dilakukan sekitar bulan April untuk persiapan pengibaran pada 17
Agustus.

Selama waktu seleksi sampai 16 Agustus, seorang anggota calon Paskibraka dinamakan "CAPASKA"
atau Calon Paskibraka. Pada waktu penugasan 17 Agustus, anggota dinamakan "PASKIBRAKA",
dan setelah 17 Agustus, dinamakan "PURNA PASKIBRAKA".

Tingkatan Paskibraka ada tiga yaitu:

 Paskibraka Nasional - bertugas di Istana Negara


 Paskibraka Propinsi - bertugas di Pusat pemerintahan gubernur propinsi
 Paskibraka Kota - bertugas di Pusat pemerintahan wali kota/kabupaten

Lambang Purna Paskibraka

Seorang Paskibraka sedang bertugas.

Dalam organisasi Paskibraka, ada dua lambang, yaitu lambang Paskibraka/Paskibra yaitu
bergambarkan dua pemuda/pemudi paskibraka menengok kekanan dengan seragam PDU adalah
lambang aktif anggota paskibra/paskibraka yang sedang bertugas, dan ada lambang kedua yaitu
lambang Purna Paskibraka Indonesia yang berlambangkan daun dan bunga teratai. Penjelasan
lambangnya sebagai berikut:

 tiga helai daun yang tumbuh ke atas: artinya paskibraka harus belajar, bekerja, dan berbakti
 tiga helai daun yang tumbuh mendatar/samping: artinya seorang pakibra harus aktif, disiplin,
dan bergembira

Artinya adalah bahwa setiap anggota paskibraka memiliki jiwa yang sangat mulia. dan mengapa
Lambang Anggota Paskibraka dilambangkan dengan Bunga Teratai. Karena Bunga Teratai tumbuh di
lumpur dan berkembang diatas air yang bermakna bahwa anggota Paskibraka adalah pemuda dan
pemudi yang tumbuh dari (Orang Biasa) tanah air yang sedang bermekar/berkembang dan
membangun.

Sejarah

Gagasan Paskibraka lahir pada tahun 1946, pada saat ibukota Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.
Memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-1, Presiden Soekarno memerintahkan salah
satu ajudannya, Mayor (Laut) Husein Mutahar, untuk menyiapkan pengibaran bendera pusaka di
halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta. Pada saat itulah, di benak Mutahar terlintas suatu gagasan
bahwa sebaiknya pengibaran bendera pusaka dilakukan oleh para pemuda dari seluruh penjuru Tanah
Air, karena mereka adalah generasi penerus perjuangan bangsa yang bertugas.

Tetapi, karena gagasan itu tidak mungkin terlaksana, maka Mutahar hanya bisa menghadirkan lima
orang pemuda (3 putra dan 2 putri) yang berasal dari berbagai daerah dan kebetulan sedang berada di
Yogyakarta. Lima orang tersebut melambangkan Pancasila. Sejak itu, sampai tahun 1949, pengibaran
bendera di Yogyakarta tetap dilaksanakan dengan cara yang sama.

Ketika Ibukota dikembalikan ke Jakarta pada tahun 1950, Mutahar tidak lagi menangani pengibaran
bendera pusaka. Pengibaran bendera pusaka pada setiap 17 Agustus di Istana Merdeka dilaksanakan
oleh Rumah Tangga Kepresidenan sampai tahun 1966. Selama periode itu, para pengibar bendera
diambil dari para pelajar dan mahasiswa yang ada di Jakarta.

Tahun 1967, Husein Mutahar dipanggil presiden saat itu, Soeharto, untuk menangani lagi masalah
pengibaran bendera pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta, dia
kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok yang dinamai sesuai jumlah
anggotanya, yaitu:

 Pasukan 17 / pengiring (pemandu),


 Pasukan 8 / pembawa bendera (inti),
 Pasukan 45/pengawal.

Idik Sulaeman, Sang Pencetus Istilah Paskibraka


Jumlah tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945 (17-8-
45). Pada waktu itu dengan situasi kondisi yang ada, Mutahar hanya melibatkan putra daerah yang ada
di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas pengibaran bendera
pusaka. Rencana semula, untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri dari para mahasiswa AKABRI
(Generasi Muda ABRI) namun tidak dapat dilaksanakan. Usul lain menggunakan anggota pasukan
khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, KKO, dan Brimob) juga tidak mudah. Akhirnya diambil dari
Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang mudah dihubungi karena mereka bertugas di
lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta.

Mulai tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar bendera pusaka adalah para pemuda utusan
provinsi. Tetapi karena belum seluruh provinsi mengirimkan utusan sehingga masih harus ditambah
oleh eks-anggota pasukan tahun 1967.

Pada tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta berlangsung upacara penyerahan duplikat
Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi Naskah Proklamasi oleh Suharto kepada
Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia. Bendera duplikat (yang terdiri dari 6 carik
kain) mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi
Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka Jakarta, sedangkan Bendera Pusaka
bertugas mengantar dan menjemput bendera duplikat yang dikibar/diturunkan. Mulai tahun 1969 itu,
anggota pengibar bendera pusaka adalah para remaja siswa SLTA se-tanah air Indonesia yang
merupakan utusan dari seluruh provinsi di Indonesia, dan tiap provinsi diwakili oleh sepasang remaja
putra dan putri.

Istilah yang digunakan dari tahun 1967 sampai tahun 1972 masih Pasukan Pengerek Bendera Pusaka.
Baru pada tahun 1973, Idik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk Pengibar Bendera Pusaka
dengan sebutan Paskibraka. PAS berasal dari PASukan, KIB berasal dari KIBar mengandung
pengertian pengibar, RA berarti bendeRA dan KA berarti PusaKA. Mulai saat itu, anggota pengibar
bendera pusaka disebut Paskibraka.

Penjelasan dari makna: Purna Paskibraka Indonesia (PPI), Paskibra, Paskibraka dan Purna
Paskibraka

 Purna Paskibraka Indonesia, atau disingkat PPI, merupakan organisasi yang beranggotakan
mereka yang pernah bertugas sebagai anggota Paskibraka pada peringatan Hari Kemerdekaan
Republik Indonesia, baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi atau nasional.
 Paskibra merupakan pasukan pengibar bendera yang tidak bertugas sebagai pengibar bendera
pusaka di tingkat kota, provinsi, dan nasional, namun hanya bertugas di sekolah. Paskibra
merupakan anggota yang mengikuti ekstra kurikuler Paskibra di sekolah tetapi tidak diutus
untuk menjadi Paskibraka, anggota Paskibra yang telah mengikuti seleksi Paskibraka tetapi
tidak lolos, dan/atau anggota yang mengikuti perlombaan baris-berbaris paskibra yang tidak
diutus menjadi Paskibraka.
 Paskibraka merupakan pasukan pengibar bendera pusaka yang di mana anggotanya
melakukan tugas pengibaran dan/atau penurunan bendera duplikat pusaka merah putih di
tingkat kota, provinsi, dan nasional.
 Purna Paskibraka adalah sebutan bagi anggota Paskibraka yang telah mengikuti pelatihan
Pandu Ibu-Indonesia Berpancasila dan selesai menjalankan tugas pengibaran bendera pusaka.

Latihan dan Persiapan PASKIBRAKA sebelum 17 Agustus (HUT-RI)

Paskibraka diawali dengan seleksi dari tingkat Kota/Kabupaten pada bulan Maret dan April. Yang
berhasil lolos akan dikirim ke seleksi tingkat Provinsi pada bulan Mei. Dari seleksi tingkat provinsi
akan dikirim dua pasang putra dan putri ke seleksi tingkat nasional pada bulan Juni. Seleksi tingkat
nasional akan menetapkan satu pasangan putra dan putri terbaik dari setiap provinsi untuk mewakili
provinsi yang bersangkutan menjadi Anggota Paskibraka Nasional yang bertugas mengibarkan
bendera di Istana Merdeka.

Anggota Paskibraka tingkat Nasional biasanya memasuki asrama Pelatihan pada minggu terakhir
bulan Juli. Selama tiga minggu mereka akan menjalani latihan baris berbaris dan formasi pengibaran
bendera di Pusat Pelatihan Paskibraka Cibubur. Setelah melaksanakan gladi kotor dan gladi bersih
pada tanggal 14 dan 15 Agustus, mereka akan mengikuti upacara Pangukuhan pada tanggal 16
Agustus. Keesokan harinya, tanggal 17 Agustus, anggota Paskibraka melaksanakan tugas utama
pengibaran bendera pusaka pada pagi hari dan penurunan bendera pada sore hari.

Selain mengikuti latihan fisik baris berbaris, anggota Paskibraka juga mengikuti latihan mental
spiritual dan kepemimpinan yang disebut Latihan Pandu Ibu-Indonesia Berpancasila. Latihan ini
bermaksud mempersiapkan anggota Paskibraka menjadi putra-putri Indonesia terbaik yang akan
menjadi generasi penerus dan calon-calon pemimpin pada masa depan. Pelatihan ganda seperti itu
sudah ditradisikan sejak tahun 1968, namun untuk lebih menyeragamkan pelatihan tersebut ke tingkat
provinsi dan kabupaten/kota, pemerintah telah mengeluarkan pedoman berupa Peraturan Menteri
Pemuda dan Olahraga (Permenpora) No. 065 Tahun 2015.

Pembentukan Formasi Pasukan

Formasi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka. Paling depan adalah pasukan 17, dibelakangnya adalah
pasukan 8, dan paling belakang adalah pasukan 45 beranggotakan TNI atau POLRI bersenjata

Pada dasarnya Paskibraka terdiri dari 3 tingkatan, yaitu tingkat Kota/Kabupaten, Provinsi, dan
Nasional. Untuk tingkat Kota/Kabupaten yaitu melaksanakan tugas di Kota asal Paskibraka tersebut
dengan inspektur upacara yaitu Wali Kota/setara. Pembentukan Tingkat Provinsi yaitu diseleksi dari
kota-kota pada provinsi tersebut dan akan diutus ke ibukota provinsi dari kota-kota di provinsi daerah
asal, Paskibraka pada tingkat ini melaksanakan tugas di ibukota Provinsi dengan inspektur upacara
yaitu Gubernur/setara. Dan yang akhir yaitu tingkat Nasional yaitu Paskibraka yang diseleksi dari
seluruh provinsi di Indonesia yang tiap-tiap provinsi akan mengutus satu putra dan satu putri terbaik
dan tingkat ini melaksanakan tugas di Istana Merdeka Jakarta, dengan inspektur upacara yaitu
Presiden Republik Indonesia. Paskibraka dibagi menjadi dua tim tugas yaitu pasukan yang melakukan
tugas pagi sebagai pengibar bendera dan tugas sore sebagai pasukan penurunan bendera.

Formasi khusus Paskibraka yaitu:

 Kelompok 17 berposisi di paling depan sebagai pemandu/pengiring dengan dipimpin oleh


suatu Komandan Kelompok (Danpok). Kelompok 17 Ini seluruhnya merupakan anggota
Paskibraka.
 Kelompok 8 berposisi di belakang kelompok 17 sebagai pasukan inti dan pembawa bendera.
Di kelompok ini terdapat 4 anggota TNI atau POLRI sebagai pengawal dan 2 putri Paskibraka
sebagai pembawa bendera (sekarang hanya satu pembawa bendera), 3 putra Paskibraka
pengibar/penurun bendera, dan 3 putri Paskibraka di saf belakang sebagai pelengkap/pagar.
 Pasukan 45 berposisi di belakang kelompok 8 sebagai pasukan pengawal/pengaman dan
merupakan anggota dari TNI atau POLRI dengan senjata lengkap. Untuk tingkat nasional (di
istana negara), pasukan 45 terdiri dari anggota paspampres.

Pasukan yang melakukan pengibaran/penurunan bendera dipimpin oleh Komandan Pasukan (Danpas)
yang posisinya di sebelah kanan Komandan Kelompok (Danpok) 17. Danpas merupakan perwira TNI
atau POLRI minimal berpangkat letnan atau inspektur hingga kapten atau ajun komisaris polisi
(AKP).

Tentang Makna Merah Putih

Prosesi Pengibaran Sang Saka Merah Putih oleh Paskibraka saat HUT RI 17 Agustus

Bendera Negara Republik Indonesia, yang secara singkat disebut Bendera Negara, adalah Sang
Saka Merah Putih (bendera asli jahitan tangan ibu Fatmawati), Sang Merah Putih, Merah Putih,
atau kadang disebut Sang Dwiwarna (dua warna). Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk
empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang serta bagian atas berwarna
merah dan bagian bawah berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran sama.

Makna merah putih

Sejarah

Artikel utama untuk kategori ini adalah Bendera Pusaka.

Warna merah-putih bendera negara diambil dari warna panji atau pataka Kerajaan Majapahit yang
berpusat di Jawa Timur pada abad ke-13.[1] Akan tetapi ada pendapat bahwa pemuliaan terhadap
warna merah dan putih dapat ditelusuri akar asal-mulanya dari mitologi bangsa Austronesia mengenai
Bunda Bumi dan Bapak Langit; keduanya dilambangkan dengan warna merah (tanah) dan putih
(langit). Karena hal inilah maka warna merah dan putih kerap muncul dalam lambang-lambang
Austronesia — dari Tahiti, Indonesia, sampai Madagaskar. Merah dan putih kemudian digunakan
untuk melambangkan dualisme alam yang saling berpasangan.[2] Catatan paling awal yang menyebut
penggunaan bendera merah putih dapat ditemukan dalam Pararaton; menurut sumber ini disebutkan
balatentara Jayakatwang dari Gelang-gelang mengibarkan panji berwarna merah dan putih saat
menyerang Singhasari. Hal ini berarti sebelum masa Majapahit pun warna merah dan putih telah
digunakan sebagai panji kerajaan, mungkin sejak masa Kerajaan Kediri. Pembuatan panji merah putih
pun sudah dimungkinkan dalam teknik pewarnaan tekstil di Indonesia purba. Warna putih adalah
warna alami kapuk atau kapas katun yang ditenun menjadi selembar kain, sementara zat pewarna
merah alami diperoleh dari daun pohon jati, bunga belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), atau dari
kulit buah manggis.

Sebenarnya tidak hanya kerajaan Majapahit saja yang memakai bendera merah putih sebagai lambang
kebesaran. Sebelum Majapahit, kerajaan Kediri telah memakai panji-panji merah putih. Selain itu,
bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai warna merah putih sebagai warna
benderanya , bergambar pedang kembar warna putih dengan dasar merah menyala dan putih. Warna
merah dan putih ini adalah bendera perang Sisingamangaraja XII. Dua pedang kembar melambangkan
piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII.[3] Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang
– pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan
putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta
beberapa ayat suci Al Quran.[4] Di zaman kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan sebelum Arung
Palakka, bendera Merah Putih, adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone.Bendera Bone
itu dikenal dengan nama Woromporang.[5] Panji kerajaan Badung yang berpusat di Puri Pamecutan
juga mengandung warna merah dan putih, panji mereka berwarna merah, putih, dan hitam[6] yang
mungkin juga berasal dari warna Majapahit.

Pada waktu perang Jawa (1825-1830 M) Pangeran Diponegoro memakai panji-panji berwarna merah
putih dalam perjuangannya melawan Belanda. Kemudian, warna-warna yang dihidupkan kembali
oleh para mahasiswa dan kemudian nasionalis di awal abad 20 sebagai ekspresi nasionalisme terhadap
Belanda. Bendera merah putih digunakan untuk pertama kalinya di Jawa pada tahun 1928. Di bawah
pemerintahan kolonialisme, bendera itu dilarang digunakan. Bendera ini resmi dijadikan sebagai
bendera nasional Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, ketika kemerdekaan diumumkan dan resmi
digunakan sejak saat itu pula.[7]

Bendera Belanda digunakan sejak 20 Maret 1602 - 8 Maret 1942 (340 tahun)

Bendera Jepang digunakan sejak 8 Maret 1942 - 17 Agustus 1945 (3 tahun 5 bulan)

Bendera Merah Putih digunakan sejak 17 Agustus 1945[8]

Arti Warna

Bendera Indonesia memiliki makna filosofis. Merah berarti berani, putih berarti suci. Merah
melambangkan raga manusia, sedangkan putih melambangkan jiwa manusia. Keduanya saling
melengkapi dan menyempurnakan jiwa dan raga manusia untuk membangun Indonesia.
Ditinjau dari segi sejarah, sejak dahulu kala kedua warna merah dan putih mengandung makna yang
suci. Warna merah mirip dengan warna gula jawa (gula aren) dan warna putih mirip dengan warna
nasi. Kedua bahan ini adalah bahan utama dalam masakan Indonesia, terutama di pulau Jawa. Ketika
Kerajaan Majapahit berjaya di Nusantara, warna panji-panji yang digunakan adalah merah dan putih
(umbul-umbul abang putih). Sejak dulu warna merah dan putih ini oleh orang Jawa digunakan untuk
upacara selamatan kandungan bayi sesudah berusia empat bulan di dalam rahim berupa bubur yang
diberi pewarna merah sebagian. Orang Jawa percaya bahwa kehamilan dimulai sejak bersatunya unsur
merah sebagai lambang ibu, yaitu darah yang tumpah ketika sang jabang bayi lahir, dan unsur putih
sebagai lambang ayah, yang ditanam di gua garba.

Peraturan Tentang Bendera Merah Putih

Bendera negara diatur menurut UUD '45 pasal 35 [9], UU No 24/2009,[10] dan Peraturan Pemerintah
No.40/1958 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia [11]

Bendera Negara dibuat dari kain yang warnanya tidak luntur dan dengan ketentuan ukuran:[10]

1. 200 cm x 300 cm untuk penggunaan di lapangan istana kepresidenan;


2. 120 cm x 180 cm untuk penggunaan di lapangan umum;
3. 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di ruangan;
4. 36 cm x 54 cm untuk penggunaan di mobil Presiden dan Wakil Presiden;
5. 30 cm x 45 cm untuk penggunaan di mobil pejabat negara;
6. 20 cm x 30 cm untuk penggunaan di kendaraan umum;
7. 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kapal;
8. 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kereta api;
9. 30 cm x 45 cm untuk penggunaan di pesawat udara;dan
10. 10 cm x 15 cm untuk penggunaan di meja.

Pengibaran dan/atau pemasangan Bendera Negara dilakukan pada waktu antara matahari terbit hingga
matahari terbenam.[10] Dalam keadaan tertentu, dapat dilakukan pada malam hari.[10]

Bendera Negara wajib dikibarkan pada setiap peringatan Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal
17 Agustus oleh warga negara yang menguasai hak penggunaan rumah, gedung atau kantor, satuan
pendidikan, transportasi umum, dan transportasi pribadi di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan di kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.[10]

Bendera Negara wajib dikibarkan setiap hari di:[10]

1. istana Presiden dan Wakil Presiden;


2. gedung atau kantor lembaga negara;
3. gedung atau kantor lembaga pemerintah;
4. gedung atau kantor lembaga pemerintah nonkementerian;
5. gedung atau kantor lembaga pemerintah daerah;
6. gedung atau kantor dewan perwakilan rakyat daerah;
7. gedung atau kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri;
8. gedung atau halaman satuan pendidikan;
9. gedung atau kantor swasta;
10. rumah jabatan Presiden dan Wakil Presiden;
11. rumah jabatan pimpinan lembaga negara;
12. rumah jabatan menteri;
13. rumah jabatan pimpinan lembaga pemerintahan nonkementerian;
14. rumah jabatan gubernur, bupati, wali kota, dan camat;
15. gedung atau kantor atau rumah jabatan lain;
16. pos perbatasan dan pulau-pulau terluar di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
17. lingkungan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia; dan
18. taman makam pahlawan nasional

Momentum pengibaran bendera asli setelah deklarasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Bendera Negara sebagai penutup peti atau usungan jenazah dapat dipasang pada peti atau usungan
jenazah Presiden atau Wakil Presiden, mantan Presiden atau mantan Wakil Presiden, anggota lembaga
negara, menteri atau pejabat setingkat menteri, kepala daerah, anggota dewan perwakilan rakyat
daerah, kepala perwakilan diplomatik, anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian
Republik Indonesia yang meninggal dalam tugas, dan/atau warga negara Indonesia yang berjasa bagi
bangsa dan negara.[10]

Bendera Negara yang dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17
Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta disebut Bendera Pusaka Sang Saka
Merah Putih. Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih disimpan dan dipelihara di Monumen Nasional
Jakarta.[10]

Setiap orang dilarang:[10]

1. merusak, merobek, menginjak-injak, membakar, atau melakukan perbuatan lain dengan


maksud menodai, menghina, atau merendahkan kehormatan Bendera Negara;
2. memakai Bendera Negara untuk reklame atau iklan komersial;
3. mengibarkan Bendera Negara yang rusak, robek, luntur, kusut, atau kusam;
4. mencetak, menyulam, dan menulis huruf, angka, gambar atau tanda lain dan memasang
lencana atau benda apapun pada Bendera Negara; dan
5. memakai Bendera Negara untuk langit-langit, atap, pembungkus barang, dan tutup barang
yang dapat menurunkan kehormatan Bendera Negara.

Kemiripan dengan bendera negara lain

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar bendera dwiwarna merah-putih

Menurut kesetaraan kedudukannya sebagai bendera nasional, bendera ini mirip dengan Bendera
Monako yang mempunyai warna sama namun rasio yang berbeda, selain itu bendera ini juga mirip
dengan Bendera Polandia yang mempunyai warna yang sama namun warnanya terbalik.

Daftar bendera yang mirip dengan bendera Indonesia

Bendera Indonesia

Bendera Monako

Bendera Singapura

Bendera Polandia

Bendera UMNO, Malaysia

Bendera Hessen, Jerm

Anda mungkin juga menyukai