Anda di halaman 1dari 33

SEJARAH KERAJAAN SALAKANAGARA DAN RAGAM HIAS ATAU ORNAMEN

(MATERI TAMBAHAN NO.42)

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Sejarah Indonesia Lama

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. H. Budi Sulistiono, M. Hum

Disusun oleh :

Aulia Dzikrillah (11190150000035)

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah Swt, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada
waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Lama, Saya
berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari
itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya
yang lebih baik lagi.

Depok, April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..ii

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………………………….1

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………………………….1

B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………..1

C. Tujuan Penulisan Makalah……………………………………………………………….2

BAB II. PEMBAHASAN………………………………………………………………………..3

A. Sejarah Kerajaan Salakanagara…………………………………………………………..3

B. Lokasi Kerajaan Salakanagara…………………………………………………………..10

C. Bukti Peninggalan Kerajaan Salakanagara…………………………………………...…14

D. Berakhirnya Kerajaan Salakanagara…………………………………………………….18

E. Ornamen atau Ragam Hias………………………………………………………...……19

BAB III. PENUTUP……………………………………………………………………….……28

A. Kesimpulan………………………………………………………………………….…..28

B. Saran…………………………………………………………………………………….28

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………......29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salakanagara adalah nama sebuah kerajaan, berdasarkan Naskah Wangsakerta - Pustaka


Rajyarajya I Bhumi Nusantara yang disusun sebuah panitia dengan ketuanya Pangeran
Wangsakerta. Salakanagara diperkirakan merupakan kerajaan paling awal yang ada di Nusantara.
Informasi tersebut membuat wawasan saya mengenai Banten menjadi tambah luas. Salakanagara
artinya Negara Perak. Kerajaan Salakanagara merupakan sebuah kerajaan bercorak Hindu-Budha
yang didirikan pada tahun 130 M oleh Maharaja Dewawarman I. Terletak di sekitar Gunung
Pulosari, Pandeglang sebagai kelanjutan dari kekuasaan Aki Tirem sang Aki Luhur Mulia,
penguasa pesisir Jawa Bagian barat pada saat itu. Ibukota kerajaan ini bernama Rajatapura yang
artinya kota perak, sekarang terletak di wilayah Teluk Lada, Pandeglang) atau dalam catatan
Yunani disebut dengan sebutan Algire. Wilayah daratan yang menjadi kekuasaan Salakanagara,
yaitu Jawa bagian barat dan semua pulau di sebelah barat Jawa. Setelah berdiri dan
berkembangnya Kerajaan Salakanagara, pada masa pemerintahan Dewawarman VIII, kehidupan
makmur sentosa. Ia sangat memajukan kehidupan keagamaan.

Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasi. Sedang
dalam bahasa Inggris ornament berarti perhiasan. Secara umum ornamen adalah suatu hiasan
(elemen dekorasi) yang diperoleh dengan meniru atau mengembangkan bentuk-bentuk yang ada
di alam. Kesenian apapun bentuknya, pada dasarnya merupakan hasil kreativitas manusia atau
seniman yang menciptakan. Sebagai hasil olah rasa, cipta, dan karsa seniman, kesenian tidak
bisa lepas dari ikatan-ikatan nilai luhur budaya.

B. Rumusan Masalah
a. Sejarah Kerajaan Salakanagara
b. Lokasi Kerajaan Salakanagara
c. Bukti Peninggalan Kerajaan Salakanagara
d. Berakhirnya Kerajaan Salakanagara
e. Ornamen atau Ragam Hias

1
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk Mengetahui Sejarah Kerajaan Salakanagara
b. Untuk Mengetahui Lokasi Kerajaan Salakanagara
c. Untuk Mengetahui Bukti Apa Saja Peninggalan Kerajaan Salakanagara
d. Untuk Mengetahui Penyebab Berakhirnya Kerajaan Salakanagara
e. Untuk Mengetahui Ornamen atau Ragam Hias

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Kerajaan Salakanagara

Salakanagara, berdasarkan Naskah Wangsakerta – Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara


(yang disusun sebuah panitia dengan ketuanya Pangeran Wangsakerta) diperkirakan merupakan
kerajaan paling awal yang ada di Nusantara. Salakanagara diyakini sebagai leluhur Suku Sunda,
hal dikarenakan wilayah peradaban Salakanagara sama persis dengan wilayah peradaban orang
Sunda selama berabad-abad1. Dan yang memperkuat lagi adalah kesamaan kosakata antara
Sunda dan Salakanagara. Disamping itu ditemukan bukti lain berupa Jam Sunda atau Jam
Salakanagara, suatu cara penyebutan Waktu/Jam yang juga berbahasa Sunda. Pendiri
Salakanagara, Dewawarman adalah duta keliling, pedagang sekaligus perantau dari Pallawa,
Bharata (India) yang akhirnya menetap karena menikah dengan puteri penghulu setempat,
sedangkan pendiri Tarumanagara adalah Maharesi Jayasingawarman, pengungsi dari wilayah
Calankayana, Bharata karena daerahnya dikuasai oleh kerajaan lain. Sementara Kutai didirikan
oleh pengungsi dari Magada, Bharata setelah daerahnya juga dikuasai oleh kerajaan lain.

1
Tirto.Id, “Kerajaan Salakanagara (sunda) Kerajaan Tertua di Nusantara”, https://tirto.id/salakanagara-kerajaan-
sunda-tertua-di-nusantara-cyVP , (diakses pada tanggal 7 april 2020 pukul 15:00).

3
Tokoh awal yang berkuasa di sini adalah Aki Tirem. Konon, kota inilah yang disebut
Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150, terletak di daerah Teluk Lada Pandeglang. Adalah Aki
Tirem, penghulu atau penguasa kampung setempat yang akhirnya menjadi mertua Dewawarman
ketika puteri Sang Aki Luhur Mulya bernama Dewi Pwahaci Larasati diperisteri oleh
Dewawarman.2 Hal ini membuat semua pengikut dan pasukan Dewawarman menikah dengan
wanita setempat dan tak ingin kembali ke kampung halamannya. Ketika Aki Tirem meninggal,
Dewawarman menerima tongkat kekuasaan. Tahun 130 Masehi ia kemudian mendirikan sebuah
kerajaan dengan nama Salakanagara (Negeri Perak) beribukota di Rajatapura. Ia menjadi raja
pertama dengan gelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara. Beberapa
kerajaan kecil di sekitarnya menjadi daerah kekuasaannya, antara lain Kerajaan Agnynusa
(Negeri Api) yang berada di Pulau Krakatau. .

Keyakinan Orang Sunda pada jaman Kerajaan Salakanagara, Pada saat Dewawarman
memasuki Nusantara untuk mencari rempah-rempah dan menjalin tali permitraan dengan orang
pribumi, mereka juga menyebarkan agama mereka yaitu Trimurtiswara (pemujaan kepada Dewa
Iswara, yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa) karena dalam rombongannya juga ia
membawa para pendeta Hindu.[39]

Selain dari itu, setelah berdiri dan berkembangnya Kerajaan Salakanagara, pada masa
pemerintahan Dewawarman VIII, kehidupan makmur sentosa. Ia sangat memajukan kehidupan
keagamaan. Di antara penduduk, ada yang memuja Wisnu, namun jumlahnya tidak seberapa.
Ada yang memuja Siwa, ada yang memuja Ganesa, da nada pula yang memuja Siwa-Wisnu.
Yang terbanyak pemeluknya adalah agama Ganesa atau Ganapati. Sang Raja membuat candi
patung Siwa Mahadewa dengan hiasan bulan-sabit pada kepalanya (mardhacandrakapala) dan
patung Ganesha (Ghayanadawa). Juga patung Wisnu untuk para pemujanya. Penduduk selalu
berharap agar hidup mereka sejahtera jauh dari kesusahan dan mara bahaya.[10]

1. Peristiwa Akulturasi dan Regenerasi setelah Generasi Aki Tirem

a. Peristiwa Akulturasi

2
Buku Ensiklopedia Online, “Kerajaan Salakanagara” http://www.jurnal-sejarah.com/id3/2322-
2219/Www_23896_jurnal-sejarah.html , (diakses pada tanggal 7 april 2020 pukul 19:00).
3
Indo crip circles, “Salakanagara Kerajaan Tertua Nusantara Leluhur Suku Sunda”
https://indocropcircles.wordpress.com/2017/04/17/salakanagara-kerajaan-tertua-nusantara-leluhur-suku-sunda/
(diakses pada tanggal 7 april 2020 pukul 20:00).

4
Ketika Dewawarman menjalani kehidupannya bersama masyarakat Nusantara terutama di
Ujungkulon, Dewawarman sangat baik dan baik sekali. Terutama dalam Peristiwa Akulturasi
budaya dari India supaya bisa diterima oleh masyarakat yaitu agama. Penduduk di Ujungkulon
juga masih keturunan kaum pendatang Juga. Sejak dahulu mereka memuja roh, api, bulan,
matahari dan sebagainya. Singkatnya, mereka itu memuja roh. Kaum pendatang baru dari India
itu telah menguasai berbagai ilmu karena mereka telah mempelajarinya di negeri asalnya.
Mereka tidak menghalangi pemujaan yang dianut penduduk di Ujungkulon. Hanya nama
pujaannya yang diganti disesuaikan dengan adat penduduk di Ujungkulon.[11]4

Dengan cara demikian, mereka tidak menemui kesulitan untuk mempelajarinya dan
Demikianlah pemujaan api disamakan dengan pemujaan Dewa Agni, pemujaan matahari
disamakan dengan pemujaan Dewa Aditya atau Dewa Surya dan seterusnya. Adapun pemujaan
roh besar disamakan dengan pemujaan Hyang Wisnu, Hyang Siwa, dan Hyang Brahma yang
disebut pemujaan tiga dewa atau trimurti. Tak lama kemudian banyaklah penduduk di
Ujungkulon yang memeluk agama baru itu. Inilah bukti betapa cemerlangnya proses akulturasi
budaya ini yang dilakukan oleh para pendatang dari India yaitu Dewawarman dalam hal agama
sangat memikat hati penduduk di sini.[12]

2. Regenerasi setelah Generasi Aki Tirem

Dewawarman menantu Aki Tirem itu dikenal sebagai Dewawarman I, sedangkan nama
nobatnya adalah Prabhu Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksagapurasagara. Isterinya
bernama Pwahaci Larasari. Nama Raksagapurasagara sedikitnya “menyengat”, mengingat
gunung yang terdapat di Pulau Panaitan, tempat ditemukan sejumlah arca Siwa dan Ganesa,
bernama Raksa.Kerajaan Salakanagara meliputi daerah Jawa Barat bagian barat, termasuk semua
pulau yang terletak di sebelah barat Jawa, dan laut yang membentang antara Jawa dan Sumatera.
Letaknya yang strategis itu menyebabkan Salakanagara berperan sebagai “gapura lautan”
sehingga perahu yang simpang-siur dari barat ke timur dan sebaliknya, terpaksa harus singgah di
situ dan memberikan upeti atau persembahan kepada Dewawarman.[13]

Masa pemerintahan Dewawarman I selama 38 tahun (130-168) ternyata tidak


bertentangan dengan berita Cina yang berasal dari tahun 132. Berita itu menyebutkan tentang
4
Indo crip circles, “Salakanagara Kerajaan Tertua Nusantara Leluhur Suku Sunda”
https://indocropcircles.wordpress.com/2017/04/17/salakanagara-kerajaan-tertua-nusantara-leluhur-suku-sunda /
(diakses pada tanggal 7 april 2020 pukul 20:00).

5
raja bernama Pien yang dianggap lafal Cina untuk Dewawarman. Dari perkawinannya dengan
Pwahaci Larasati atau Dewi Dhwanirahayu itu lahir beberapa orang anak. Seorang di antaranya
kemudian menggantikannya sebagai raja dengan gelar Sang Prabhu Digwijayakasa
Dewawarman atau Dewawarman II, dan memerintah tahun 168-195.5

Sezaman dengan kehidupan Aki Tirem, maka ada tiga kerajaan di sekitar Jawa bagian
barat. Kerajaan itu bahkan masih berhubungan dekat dengan Sang Aki Tirem sendiri. Adapun di
antaranya yaitu:

1) Agni Nusa (negera api)

Nama resminya adalah Mandala Agni Nusa. Mandala Agni Nusa atau negara api adalah
kerajaan kecil di tempat yang kini dikenal sebagai gugus kepulauan Krakatau, di Selat Sunda.
Disebut Negara Api karena memang di pulau itu ada gunung berapi Krakatau yang senantiasa
aktif sepanjang zaman. Kerajaan ini mendului kerajaan Salakanagara yang didirikan oleh Sang
Dewawarman I. Namun di abad ke-2 Masehi, Dewawarman I selaku raja Salakanagara saat itu,
mempersatukan wilayah kerajaan Agni Nusa ke dalam wilayah kerajaan Salakanagara.

2) Jampang Manggung

Kerajaan ini didirikan oleh Aki Sugiwanca yang tiada lain adalah adik kandung dari Aki
Tirem sendiri, mertua Dewawarman I. Kerajaan Jampang Manggung ini terletak di sekitar kaki
gunung Manangel, kecamatan Cianjur-Jawa Barat sekarang.6

3) Nusa Mandala

Kerajaan ini merupakan sebuah kerajaan bercorak Hindu, yang berkedudukan di pulau
Sangeang. Tidak jelas mengenai asal-usul dan kisah dari kerajaan ini.

5
Sindo news, “Misteri Kerajaan Salakanagara Kerajaan Tertua di Nusantara”
https://daerah.sindonews.com/read/1347269/29/misteri-salakanegara-kerajaan-tertua-di-nusantara-1539860906,
(diakses pada tanggal 7 april 2020 pukul 20:30).
6
Oediku, “Kerajaan salakanagara dan keturunannya” https://oediku.wordpress.com/2017/12/30/kerajaan-
salakanagara-dan-keturunannya/ ,(diakses pada tanggal 7 april 2020 pukul 21:00).

6
Selain itu, masih di sekitar awal abad Masehi, ada beberapa kerajaan lain yang berada di
sekitar Jawa bagian barat sekarang. Seperti:

1). Hujung Kulwan (Hujung Kulon)

Kerajaan ini berkedudukan di Ujung Kulon, Pandeglang-Banten. Berdiri sekitar abad 2


Masehi dengan wilayah kekuasaan sekitar kabupaten Pandenglang sekarang. Kerajaan ini
merupakan kerajaan kecil yang menjadi bawahan dari Salakanagara. Pada tahun 368 Masehi,
pamor Salakanagara pun menurun, akibatnya kerajaan Salakanagara dan Hujung Kulon menjadi
bawahan kerajaan Tarumanagara.7

Raja pertama dari kerajaan ini bernama Senapati Bahadura Harigana Jayasakti, adiknya
Dewawarman I. Sementara adik dari Dewawarman I yang lainnya yaitu Sweta Liman Sakti di
angkat menjadi raja daerah Tanjung Kidul dengan ibukotanya Aghrabintapura. Tidak diketahui
banyak mengenai kerajaan Hujung Kulon ini. Kecuali kelak ada salah satu rajanya yang terkenal
yang bernama Darma Satyanagara menikahi Tirta Lengkara, puteri sulung Dewawarman III.
Sepeninggal mertuanya itu, Darma Satyanagara akhirnya menjadi raja Salakanagara dengan
gelar Dewawarman IV (160-174 Saka/238-252 M).
7
Oediku, “Kerajaan salakanagara dan keturunannya” https://oediku.wordpress.com/2017/12/30/kerajaan-
salakanagara-dan-keturunannya/ ,(diakses pada tanggal 7 april 2020 pukul 21:00).

7
2) Tanjung Kidul (Aghrabintapura)

Kerajaan ini didirikan oleh Prabu Sweta Liman Sakti, adik kandung dari Dewawarman I.
Kerajaan ini sezaman dengan Aki Sugiwanca dari kerajaan Jampang Manggung yang tak lain
adalah adik kandung dari Aki Tirem, mertua Dewawarman I. Lokasi kerajaan ini disebut pulau
Panaitan, sebuah pulau yang langsung berhubungan dengan Selat Sunda – yang bernama pulau
Peucang, luasnya sekitar 17.500 Ha – termasuk kawasan pelestarian suaka alam taman nasional
Ujung Kulon sekarang.

3) Jayasinghapura

Kerajaan ini adalah penerus dari kerajaan Salakanagara yang berdiri sejak tahun 340
Masehi. Beribukota di Jasinga, sekitar Bogor bagian barat sekarang. Raja yang paling terkenal
adalah Darmawirya alias Dewawarman VIII. Kemungkinan besar pusat kerajaan ini adalah cikal
bakal untuk ibukota kerajaan Tarumanagara. Wilayah kerajaan ini berada di sekitar Sajira di
sebelah barat, Tanggerang di sebelah utara, Bayah di sebelah selatan, dan Cikaniki di sebelah
timur. Sedangkan pendiri dari kerajaan Jayasingapura ini adalah Wirasinga. Tentang nama
ibukotanya Jasinga adalah pemberian dari Sang Hyang Mandiri yang sekaligus menobatkan
Wirasinga sebagai penguasa baru di Jasinga.8

4) Aruteun (Holotan)

Kerajaan ini berlokasi di Jakarta sekarang. Pada tahun 430, 433, 434 dan 452 Masehi,
kerajaan ini pernah mengirimkan utusan ke Tiongkok untuk meminta bantuan atas gangguan dari
kerajaan tetangganya (Tarumanagara). Tapi apa daya, kerajaan ini justru akhirnya takluk kepada
kerajaan Tarumanagara di tahun 452 Masehi. Sejak saat itu, kerajaan Aruteun (Holotan) menjadi
kerajaan bawahan Tarumanagara.9

8
Oediku, “Kerajaan salakanagara dan keturunannya” https://oediku.wordpress.com/2017/12/30/kerajaan-
salakanagara-dan-keturunannya/ ,(diakses pada tanggal 7 april 2020 pukul 21:00).
9
Oediku, “Kerajaan salakanagara dan keturunannya” https://oediku.wordpress.com/2017/12/30/kerajaan-
salakanagara-dan-keturunannya/ ,(diakses pada tanggal 7 april 2020 pukul 21:00).

8
Kerajaan Salakanagara merupakan sebuah kerajaan bercorak Hindu-Budha yang
didirikan pada tahun 130 M oleh Maharaja Dewawarman I. Terletak di sekitar Gunung Pulosari,
Pandeglang sebagai kelanjutan dari kekuasaan Aki Tirem sang Aki Luhur Mulia, penguasa
pesisir Jawa Bagian barat pada saat itu. 10

Ibukota kerajaan ini bernama Rajatapura yang artinya kota perak, sekarang terletak di
wilayah Teluk Lada, Pandeglang) atau dalam catatan Yunani disebut dengan sebutan Algire.
Wilayah daratan yang menjadi kekuasaan Salakanagara, yaitu Jawa bagian barat dan semua
pulau di sebelah barat Jawa. Sementara kekuasaan lautnya yaitu laut diantara pulau Jawa dan
Sumatera. Setiap pesisir pantai yang menjadi kekuasaan Salakanagara dijaga oleh pasukan,
sampai perahu-perahu yang datang dari timur ataupun barat harus berhenti dan membayar upeti
kepada Salakanagara. Walaupun tercatat sebagai negara maritim, tapi Salakanagara juga
mempunyai sistem pertanian yang memakai cara berladang.

10
Duniapcoid, “Kerajaan Salakanagara” https://duniapendidikan.co.id/kerajaan-salakanagara/ (diakses pada
tanggal 7 april 2020 pukul 21:30).

9
Pelabuhan-pelabuhan yang dimiliki Salakanagara ialah Nusa Mandala (Pulau Sangiang),
Nusa Api (Krakatau), serta pesisir Sumatera bagian selatan. Semua pelabuhan itu dilindungi oleh
pasukan kerajaan. Untuk urusan politik kerajaan, Salakanagara sering mengadakan hubungan
diplomatik dengan Kerajaan di Cina dan Kerajaan-kerajaan di India. Kerajaan Salakanagara
adalah leluhur Nusantara Banyak kerajaan-kerajaan besar yang diturunkan oleh Kerajaan Ini
yakni, Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Kutai dan Kerajaan Sriwijaya. Kemudian Kerajaan
Tarumanegara menurunkan Kerajaan besar yaitu, Kerajaan Sunda-Galuh, Kerajaan Kalinga,
Kerajaan Mataram Kuno, dan bahkan Kerajaan Majapahit juga yang kekuasaan nya di Kali
Brantas, Jawa Timur adalah keturunan dari raja-raja Sunda. 11

B. Lokasi Kerajaan Salakanagara

Kerajaan ini berada di wilayah Pandeglang yang kini bagian dari Propinsi Banten yang
dulunya merupakan kerajaan yang sangat besar bernama Kerajaan Gilingaya, atau Salaka
Nagara. Menurut naskah “Pustaka Rayja-rayja I Bhumi Nusantara”, Salaka Nagara di dirikan
tahun 52 Saka, atau 130/131 Masehi (2). Lokasi di perkirakan ada di Teluk Lada, kota
Pandeglang12, kota yang terkenal hasil logamnya. Di kabupaten Lebak dan Pandeglang serta
Serang memang sejak dulu terkenal dengan tambang logam mulia.

Perjalanan sejarah kerajaan Salaka Nagara memiliki riwayat perjalanan yang cukup
panjang. Ada sumber yang mengatakan bahwa Salaka Nagara, atau nama lainnya Gilingaya

11
Duniapcoid, “Kerajaan Salakanagara” https://duniapendidikan.co.id/kerajaan-salakanagara/ (diakses pada
tanggal 7 april 2020 pukul 21:30).
12
Ahmad Samantho, “Misteri Pulau agyre yang hilang, ternyata salaka nagara”,
https://ahmadsamantho.wordpress.com/2019/08/29/misteri-pulau-agyre-yang-hilang-ternyata-salaka-nagara/
(diakses pada tanggal 8 april 2020 pukul 10:00).

10
sudah ada sejak jaman Kala Brawa . Nama Salaka Nagara juga muncul pada penelitian sejarah
kerajaan awal nusantara , dan di sebut sebagai cikal bakal kerajaan Tarumanegara.

1. Raja-raja salakanagara

Silsilah Raja-Raja Kerajaan Salangkanegara

1. Maharaja Dewawarman I (130 – 168)

Sebelum mendirikan kerajaan Salakanagara, beliau adalah seorang utusan dari Maharaja
Palawa. Dalam menjalankan tugasnya sebagai utusan raja tersebut, beliau pernah mengunjungi
kerajaan-kerajaan di Ujung Mendini, Bumi Sopala, Yawana, Syangka, Cina, dan Abasid
(Mesopotamia). Raja ini memiliki dua orang istri, yang pertama merupakan putri dari Benggala
(India) dan yang kedua adalah puteri dari Aki Tirem yang bernama Pohaci Larasati. Setelah
mendirikan Salakanagara, beliau bergelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Haji Raksa
Gapura Sagara (selanjutnya disebut Dewawarman I). Sedangkan Pohaci Larasati (permaisurinya)
bergelar Dewi Dwani Rahayu.13

2. Maharaja Dewawarman III (195 – 238)

Pada saat dinobatkan menjadi raja, beliau diberi gelar Dewawarman III. Di masa
kekuasaanya, para bajak laut mulai muncul kembali setelah sekian lama menghilang ditumpas
oleh ayahnya (Dewawarman I). Melalui pertempuran, bajak laut yang berasal dari Cina berhasil
ditumpas oleh Dewawarman III bersama pasukannya.Untuk urusan politik kerajaan,
Dewawarman III mengadakan hubungan diplomatik dengan Kerajaan di Cina dan India.
Kemungkinan karena tidak memiliki trah atau garis keturunan dari Aki Tirem, maka saat
Dewawarman III turun tahta, tampuk kekuasaan diserahkan pada Darma Satyanagara, seorang
raja daerah Ujung Kulon yang merupakan menantu dari Dewawarman II.

3. Maharaja Dewawarman IV (238 – 251)

Nama asli dari raja ini yaitu Darma Satyanagara. Pada awalnya dia merupakan raja dari
Kerajaan Ujung Kulon (kerajaan bawahan Salakanagara). Namun setelah beliau menikah dengan
Tirta Lengkara (puteri sulung Dewawarman II), maka beliau dipercayakan sebagai penerus tahta

13
Duniapcoid, “Kerajaan Salakanagara” https://duniapendidikan.co.id/kerajaan-salakanagara/ (diakses pada
tanggal 7 april 2020 pukul 21:30).

11
Kerajaan Salakanagara. Dari pernikahannya dengan Tirta Lengkara, lahirlah seorang puteri yang
bernama Mahisa Saramhardini Warmandewi.

4. Maharaja Dewawarman V (251 – 276)

Saat Dewawarman IV turun tahta, lagi-lagi Salakanagara tidak memiliki putra mahkota
seorang laki-laki. Tradisi kerajaan yang mengharuskan laki-laki sebagai raja, tidak dapat
terpenuhi. Untuk mengatasi keadaan ini, maka suami dari putri sulung Dewawarman IV (Mahisa
Saramhardini Warmandewi) yang bernama Darmasatyajaya dinobatkan sebagai raja dan
diperkenankan memakai gelar Dewawarman V. Disamping bertindak sebagai raja, Dewawarman
V memiliki jabatan lain yaitu sebagai Senapati Sarwajala (panglima angkatan laut Salakanagara).
Dalam menjalankan tugasnya sebagai panglima angkatan laut, beliau gugur di saat perang
menghadapi bajak laut.

5. Mahisa Suramardini Warmamdewi (276 – 289)

Beliau meneruskan tahta suaminya yang gugur di pertempuran, sambil menunggu putra
sulungnya dewasa. Dengan demikian, sang ratu ini tercatat sebagai wanita pertama yang
memegang tampuk kekuasaan tertinggi di suatu kerajaan yang ada di barat Jawa.

6. Maharaja Dewawarman VI (289 – 308)

Raja ini merupakan putra sulung dari pasangan Dewawarman V dan Mahisa
Saramhardini Warmandewi. Beliau memiliki nama asli yaitu Prabu Ganayanadewa
Linggabumi.14

7. Maharaja Dewawarman VII (308 – 340)15

Dewawarman VII merupakan putera sulung dari Dewawarman VI. Saat penobatannya
sebagai raja Salakanagara, beliau bergelar Prabu Bima Digwijaya Satyaganapati. Beliau
memiliki hubungan kekerabatan dengan Kerajaan Bakulapura (Kutai, Kalimantan). Kekerabatan
ini berdasarkan kakak permaisuri dari Dewawarman VII menikah dengan Atwangga (raja
Bakulapura). Pernikahan antara kakak ipar Dewawarman dengan raja Bakulapura itu, lahirlah

14
Duniapcoid, “Kerajaan Salakanagara” https://duniapendidikan.co.id/kerajaan-salakanagara/ (diakses pada
tanggal 7 april 2020 pukul 21:30).
15
Duniapcoid, “Kerajaan Salakanagara” https://duniapendidikan.co.id/kerajaan-salakanagara/ (diakses pada
tanggal 7 april 2020 pukul 21:30).

12
Kudungga (kelak menjadi raja pertama Kerajaan Kutai). Dewawarman VII memiliki putri sulung
yang bernama Spatikarnawa Warmandewi.

8. Senopati Krodamaruta ( 340 )

Krodamaruta adalah anak dari Gopala Jayangrana (putra ke-4 dari Dewawarman VI yang
bertugas sebagai menteri di Calankayana). Krodamaruta merebut tahta Salakanagara persis disaat
Dewawarman VII wafat.

9. Spartikarnawa Warmandewi (340 – 348)

Untuk mengisi kekosongan kekuasan, akhirnya dengan terpaksa puteri ini mengambil
alih tahta Salakanagara meskipun saat itu ia belum menikah. Beliau terkenal cantik, pintar serta
bijaksana. Di saat kekuasaannya tepatnya pada tahun 346, ibukota Rajatapura kedatangan
pengungsi dari Kerajaan Palawa karena kerajaan tersebut telah dikuasai oleh Kerajaan
Samudragupta (India). Diantara para rombongan pengungsi itu terdapat bibi dari Spatikarnawa
Warmandewi yang bernama Sri Gandari Lengkaradewi (puteri ke-5 dari Dewawarman VI).
Spatikarnawa Warmandewi berkuasa hingga saat beliau menikah dengan saudara sepupunya
(anak laki-laki dari Sri Gandari Lengkaradewi).

10. Maharaja Dewawarman VIII (348 – 362)

Sebelum menjadi suami dari Spatikarnawa Warmandewi, beliau merupakan panglima


angkatan laut Kerajaan Palawa. Di saat dinobatkan sebagai raja Salakanagara, beliau diberi gelar
Prabu Darmawirya Dewawarman. Pada masa kekuasaannya inilah, Salakanagara mencapai
puncak keemasannya. Kehidupan penduduk makmur sentosa, dan sang raja memajukan
kehidupan keagamaan. Mayoritas penduduk saat itu memeluk agama Ganapati yang memuja
Ganesha. Sedangkan sisanya ada yang memuja Wisnu, Siwa, Siwa-Wisnu, dan kepercayaan asli
leluhur.

11. Maharaja Dewawarman IX (362-?)

Di masa pemerintahannya, pamor kekuasaan Salakanagara menurun drastis, hal ini


bertolak belakang dengan prestasi dari ayahnya (Dewawarman VIII) yang membawa
Salakanagara dalam kemakmuran. Salakanagara semakin kehilangan “gaungnya” dan akhirnya

13
terlampaui oleh Kerajaan Tarumanagara, bahkan menjadi wilayah kekuasaan dari kerajaan baru
itu. Setelah menjadi wilayah kekuasaan Tarumanagara, riwayat raja-raja yang berkuasa di
Salakanagara tidak tercatat dalam sejarah. Namun yang pasti, Salakanagara termasuk kerajaan
sekutu dari Tarumanagara saat menghadapi beberapa pemberontakan di Tarumanagara16.

C. Bukti peninggalan kerajaan salakanagara

Beberapa peninggalan Kerajaan Salakanagara adalah sebagai berikut:

1. Menhir Cihunjuran

Adalah Menhir sebanyak 3 buah berada di sebuah mata air, yang pertama ditemukan di
wilayah Desa Cikoneng17. Menhir kedua ditemukan di Kecamatan Mandalawangi lereng utara
Gunung Pulosari. Menhir ketiga ditemukan di Kecamatan Saketi lereng Gunung Pulosari,
Kabupaten Pandeglang. Tanpa memberikan presisi dimensi dan lokasi administratif, naun dalam
peta tampak terdapat di lereng sebelah barat laut gunung Pulosari, tak jauh dari kampung
Cilentung, Kecamatan Saketi. Batu itu menyerupai batu prasasti Kawali II di Ciamis dan Batu
Tulis di Bogor. Tradisi setempat menghubungkan batu tersebut sebagai tempat Maulana
Hasanuddin menyabung ayam dengan Pucuk Umum.

2. Dolmen

16
Duniapcoid, “Kerajaan Salakanagara” https://duniapendidikan.co.id/kerajaan-salakanagara/ (diakses pada
tanggal 7 april 2020 pukul 21:30).
17
Kabar Banten, “Situs Cihunjuran Menyimpan Artefak Bekas Pemukiman” https://www.kabar-banten.com/situs-
cihunjuran-menyimpan-artefak-bekas-permukiman/ (diakses pada tanggal 8 april 2020 pukul 13:00)

14
Terdapat di kampung Batu Ranjang, Desa Palanyar, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten
Pandeglang. Memiliki bentuk sebuah batu datar panjang 250 cm, dan lebar 110 cm, disebut Batu
Ranjang. Terbuat dari batu andesit yang dikerjakan sangat halus serta permukaan yang rata
dengan pahatan pelipit melingkar ditopang oleh 4 buah penyangga yang tingginya masing-
18
masing 35 cm. Di tanah sekitarnya dan di bagian bawah batu terdapat ruang kosong. Di
bawahnya ada fondasi dan batu kali yang menjaga supaya tiang penyangga tidak terbenam ke
dalam tanah. Dolmen ditemukan tanpa unsur megalitik lain, kecuali 2 buah batu berlubang yang
ada di sebelah timurnya.

3. Batu Magnit

Terdapat di puncak Gunung Pulosari, pada lokasi puncak Rincik Manik, Desa Saketi,
Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang. Yakni sebuah batu yang cukup unik, karena saat
dilakukan pengukuran arah dengan kompas, walaupun ditempatkan di sekeliling batu dari
berbagai arah mata angin, jarum kompas selalu menunjuk pada batu itu19.

4. Batu Dakon

18
Mehonker, “Sejarah Terjadinya Bumi Nusantara (Bumi Shundawardatika”
https://mehonker.wordpress.com/2010/02/04/sejarah-terjadinya-bumi-nusantara-bumi-shundawardatika/
(diakses pada tanggal 8 april 2020 15:00)
19
Widhy Singkong, “Misteri Situs Menhir Cihunjuran”
https://www.kompasiana.com/widhypurnama/5500f80da33311e772512a3e/misteri-situs-menhir-cihunjuran,
(diakses pada tanggal 8 april 2020 pukul 16:00).

15
Terdapat di Kecamatan Mandalawangi, tepatnya di situs Cihunjuran. Batu ini mempunyai
beberapa lubang di tengahnya dan berfungsi sebagai tempat meramu obat-obatan

5. Air Terjun Curug Putri

Terdapat di lereng Gunung Pulosari Kabupaten Pandeglang. Menurut cerita rakyat, air
terjun ini dahulunya adalah tempat pemandian Nyai Putri Rincik Manik dan Ki Roncang Omas.
Di lokasi itu, ada aneka macam batuan dalam bentuk persegi, yang berserak di bawah cucuran air
terjun.20

6. Pemandian Prabu Angling Dharma

20
Widhy Singkong, “Misteri Situs Menhir Cihunjuran”
https://www.kompasiana.com/widhypurnama/5500f80da33311e772512a3e/misteri-situs-menhir-cihunjuran ,
(diakses pada tanggal 8 april 2020 pukul 16:00).

16
Terdapat di situs Cihunjuran Kabupaten Pandeglang. Menurut cerita rakyat, pemandian
ini dulunya dipakai oleh Prabu Angling Dharma atau Aki Tirem atau Wali Jangkung21.

7. Patung Ganesha dan patung Shiwa

Berada di lereng Gunung Raksa, Pulau Panaitan. Dapatlah diduga bahwa masyarakatnya
beragama Hindu Shiwa.

Diyakini oleh beberapa peneliti, sebenarnya ada banyak situs dari kerajaan ini di
sepanjang pesisir pantai barat Banten. Sayangnya, setelah Gunung Krakatau meletus, banyak dari
21
Indo crip circles, “Salakanagara Kerajaan Tertua Nusantara Leluhur Suku Sunda”
https://indocropcircles.wordpress.com/2017/04/17/salakanagara-kerajaan-tertua-nusantara-leluhur-suku-sunda/
(diakses pada tanggal 7 april 2020 pukul 20:00).

17
situs-situs itu yang musnah. Alhasil, hanya sedikit bukti peninggalan yang tersisa dari kerajaan
ini.22

D. Berakhirnya Pemerintahan Kerajaan Salakanagara

Berakhirnya Pemerintahan Kerajaan Salakanagara adalah dimulai oleh adanya peristiwa


yang terjadi di India, yaitu ada dua Negara yang dikalahkan oleh Samudragupta maharaja dari
Kerajaan Maurya, dalam tahun 345, yaitu Kerajaan Salankayana dan Palawa. Sang Gupta
kemudian menjadi raja yang paling berkuasa di seluruh India. Ia sangat kejam, tidak mengenal
belas kasihan terhadap musuh yang dikalahkannya. Akibatnya, banyak keluarga, pembesar, dan
juga penduduk kedua Negara yang dikalahkan itu berupaya menyelamatkan diri. Dalam tahun
348, Maharesi Jayasinghawarman dari keluarga Salankayana, bersama dengan pengikutnya
sebagai pengiring, tentara, dan penduduk laki-laki dan perempuan melarikan diri ke pulau-pulau
di sebelah selatan karena selalu dikejar-kejar untuk ditangkap23. Mereka tiba di pulau Jawa dan
menetap di wilayah bagian barat. Di situ sang maharesi mendirikan dusun di tepi Ci Tarum,
termasuk daerah kuasa Sang Prabhu Dewawarman VIII dari Salakanagara. Jayasinghawarman
kemudian menjadi menantu Dewawarman VIII.[21]

Sekitar 10 tahun kemudian dusun itu berkembang karena banyak penduduk dari tempat
lain menetap di situ. Beberapa tahun kemudian dusun itu pun telah menjadi nagara.
Jayasinghawarman terus berusaha memperluas negaranya itu sampai menjadi kerajaan yang lalu
diberinya namaTarumanagara[22]dengan pusat pemerintahannya di Jayasinghapura yang sudah
berkembang menjadi kota besar[23] setelah sebelumnya pusat pemerintahan dari Kerajaan
Salakanagara berada di Kota Rajatapura.[24] Jayasinghawarman memerintah di Tarumanagara
selama 24 tahun (358-382). Ketika mertuanya, Dewawarman VIII, meninggal (363),
kedudukannya sebagai raja Salakanagara digantikan oleh anaknya yang lain. Tetapi karena
sementara itu kerajaan Tarumanagara sedang menanjak kekuasaannya, lagipula yang menjadi
permaisuri Jayasinghawarman adalah anak pertama Dewawarman VIII, si pengganti itu

22
Widhy Singkong, “Misteri Situs Menhir Cihunjuran”
https://www.kompasiana.com/widhypurnama/5500f80da33311e772512a3e/misteri-situs-menhir-cihunjuran ,
(diakses pada tanggal 8 april 2020 pukul 16:00).
23
Dunia Pendidikan, “Runtuhnya Kerajaan Salakanagara” https://duniapendidikan.co.id/tag/runtuhnya-kerajaan-
salakanagara/ (diakses pada tanggal 8 april 2020 pukul 17:00)

18
mengakui kedaulatan Tarumanagara atas negaranya, dan ia menjadi raja bawahan. Dengan
demikian, setelah kematian Dewawarman VIII, kisah kerajaan Salakanagara yang berdiri selama
233 tahun (130-363)[25] berakhir, dan digantikan oleh kisah kerajaan Tarumanagara yang berdiri
selama 306 tahun (363-669)[26].[27]

E. Ornamen atau Ragam Hias

Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasi. Sedang
dalam bahasa Inggris ornament berarti perhiasan. Secara umum ornamen adalah suatu hiasan
(elemen dekorasi) yang diperoleh dengan meniru atau mengembangkan bentuk-bentuk yang ada
di alam24. Ornamen merupakan salah satu bentuk karya seni rupa yang banyak dijumpai dalam
masyarakat kita, baik dalam bangunan, pakaian, peralatan rumah tangga, perhiasan benda dan
produk lainnya. Keberadaan ornamen telah ada sejak jaman prasejarah dan sampai sekarang
masih dibutuhkan kehadirannya sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan manusia akan rasa
keindahan.

Di samping tugasnya sebagai penghias secara implisit menyangkut segi-segi keindahaan,


misalnya untuk menambah keindahan suatu barang sehingga lebih bagus dan menarik, di
samping itu dalam ornamen sering ditemukan pula nilai-nilai simbolik atau maksud-maksud
tertentu yang ada hubungannya dengan pandangan hidup (falsafah hidup) dari manusia atau
masyarakat pembuatnya, sehingga benda-benda yang diterapinya memiliki arti dan makna yang
mendalam, dengan disertai harapan-harapan yang tertentu pula.

Dapat disimpulkan bahwa ornamen adalah ungkapan perasaan yang diwujudkan dalam
karya seni rupa yang diterapkan sebagai pendukung konstruksi, pembatas, simbol, dengan tujuan
utama menambah keindahan benda yang ditempati. Sedangkan corak dari ornamen kebanyakan
lebih bersifat dekoratif (menghias)25

24
Pustaka Materi, “Pengertian Ornamen dan Ornamen Primitif”, http://pustakamateri.web.id/pengertian-
ornamen-dan-ornamen-primitif/, (diakses pada tanggal 8 april 2020 pukul 19:00).
25
Pustaka Materi, “Pengertian Ornamen dan Ornamen Primitif”, http://pustakamateri.web.id/pengertian-
ornamen-dan-ornamen-primitif/ ,(diakses pada tanggal 8 april 2020 pukul 19:00).

19
Ornamen Candi sebagai Produk Budaya, Indonesia memiliki budaya candi yang tidak
terhitung jumlahnya, tersebar di seluruh daerah di pulau Jawa dan Bali, dan sebagian besar
terletak di Pulau Jawa, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur 26. Bentuk candi sangat
beragam dan bervariasi. Mulai dari peninggalan masa Mataram kuno (abad 9-10 M) contohnya
candi-candi dataran tinggi Dieng, candi Gedongsanga, candi Borobudur, hingga candi
Prambanan. Peninggalan masa Kediri (abad 11-12 M) contohnya candi Jalatunda, candi
Panataran, hingga Goa Selomanggleng.Peninggalan masa Singasari (abad 12-14 M)
contohnya candi Jago, candi Jawi, candi Kidal.Serta peninggalan masa Majapahit (abad 13-15
M) mulai dari candi-candi Trowulan hingga candi Mirigambar (lihat Harto, 1999;
Munandar, 2015).

Agama Hindu dan Budha berkembang di Indonesia antara abad VII-XV Masehi,
dan kebudayaan materi yang ditinggalkan adalah tempat-tempat suci yaitu candi, stupa, goa
pertapaan, dan kolam suci (patirthan) (Santiko, 1995: 02). Seringkali bangunan-bangunan
tersebut diperindah dengan adanya ornamen, teristimewa pada bangunan candi.Menurut
Gustami (1980: 04), ornamen merupakan komponen produk seni yang ditambahkan atau
sengaja dibuat untuk tujuan hiasan. Secara umum, ornamen memiliki fungsi yang dapat
dipilah ke dalam tiga jenis, yaitu fungsi murni estetis, fungsi simbolis, dan fungsi konstruktif
(Sunaryo, 2009: 04).

26
Riza Istanto, “ESTETIKA HINDU PADA PERWUJUDAN ORNAMEN CANDI DI JAWA”, Vol. 16, No. 2, Oktober 2018,

20
Keberadaan ormanen pada candi, berfungsi sebagai pengisi kekosongan suatu bidang
atau dinding candi. Ornamen pada candi juga memiliki fungsi sebagai media untuk
melampiaskan hasrat pengabdian, persembah-an, penghormatan, dan kebaktian terhadap
nenek moyang atau dewa yang dihormati27. Karena itu, ornamen candi sebagai produk
budaya yang berlatar agama Hindu-Budha, diciptakan tidak hanya bernilai estetik melainkan
juga bernilai religius.Berbicara mengenai ornamen pada candi erat, maka erat kaitannya
dengan relief. Hal ini tersirat pada pernyataan Holt (2000: 40) yang menyampaikan bahwa
dinding candi “dihiasi” dengan relief-relief naratif dan dekoratif. Lebih lanjut, berdasarkan
fungsinya, Jordaan (2009: 121-154) menggolongkan relief pada candi menjadi relief
dekoratif, relief naratif, dan relief ikonik. Relief naratif merupakan relief-relief yang
memuat cerita tertentu, sementara relief-relief dekoratif merupakan relief yang diterapkan
sebagai hiasan atau ornamen pada candi, adapun relief ikonik merupakan relief yang
menggambarkan tokoh dewa atau tokoh-tokoh penting lainnya yang terkait dengan
penggambaran sebuah candi (Jordaan, 2009: 121).

a. Estetika dalam Pandangan Hindu

27
Riza Istanto, “ESTETIKA HINDU PADA PERWUJUDAN ORNAMEN CANDI DI JAWA”, Vol. 16, No. 2, Oktober 2018,

21
Kesenian apapun bentuknya, pada dasarnya merupakan hasil kreativitas manusia atau
seniman yang menciptakan. Sebagai hasil olah rasa, cipta, dan karsa seniman, kesenian tidak
bisa lepas dari ikatan-ikatan nilai luhur budaya. Termasuk pula estetika yang hidup dan
berkembang di lingkungan masyarakat tempat asal seni yang bersangkutan karena, karya seni
merupakan ekspresi keindahan masyarakat yang bersifat kolektif (Sunarto, 2018).

Junaedi (2016: 07) menjelaskan bahwa estetika tidak hanya membahas tentang persoalan
karya seni melainkan juga meliputi ranah yang lebih luas yaitu subjek estetis, objek estetis,
hingga nilai estetis. Objek estetis merupakan aspek yang diamati maupun diciptakan seseorang,
subjek estetis merupakan pengamat atau kreator yang membuat objek estetis, sedangkan
nilai estetis ialah tolak ukur subjek untuk menimbang keindahan atau kejelekan maupun
ketertarikan atau ketidaktertarikan pada suatu objek28. Lebih lanjut Sunarto (2018: 16)
menjelaskan estetika tidak hanya berkaitan dengan sifat dan nilai seni tetapi juga dengan
tanggapan-tanggapan terhadap benda-benda alam yang menemukan ekspresi dalam bahasa
yang indah (beautiful) dan yang jelek (ugly).

Candi (terkusus ornamen pada bahasan ini) merupakan hasil kreativitas seniman.
Sangat sarat akan muatan estetis yang dijiwai oleh nilai-nilai budaya yang diikat oleh agama
Hindu. Dalam estetika Hindu dikenal rumusan bahwa suatu hasil seni untuk bisa dikatakan

28
Riza Istanto, “ESTETIKA HINDU PADA PERWUJUDAN ORNAMEN CANDI DI JAWA”, Vol. 16, No. 2, Oktober 2018,

22
indah dan berhasil harus memenuhi enam (sad) syarat atau perincian (angga), karena itu
rumusannya disebut sad-angga.Enam syarat pegangan tersebut adalah

(1) rupabheda, artinya pembedaan bentuk, maksudnya bentuk-bentuk yang


digambarkan harus dapat segera dikenali oleh yang melihatnya, harus dapat dikenali
karakteristiknya yang berbeda antara satu dengan lainnya;

(2) sadrsya, artinya kesamaan dalam penglihatan, maksudnya bentuk-bentuk yang


digambarkan harus sesuai dengan ide yang dikandung di dalamnya; (3) pramana, artinya sesuai
dengan ukuran yang tepat. Di samping berhubungan dengan ukuran, prinsip pramana juga
menuntut dipakainya pola-pola bentuk yang tepat dalam penggambaran, dalam hal ini
menggunakan pola-pola bentuk yang sudah ditetapkan;

(4) wanikabangga yaitu penguraian dan pembikinan warna. Berhubungan dengan


perihal lambang-lambang warna;

(5) bhawa yaitu dapat diartikan sebagai suasana dan sekaligus pancaran rasa; dan

(6) lawanya berarti keindahan daya pesona, dan wibawa,29

b. Estetika Hindu dalam Perwujudan Ornamen Candi

Mengenai ketentuan relief atau ornamen pada candi, Bosch (dalam Santiko 1995: 7)
menyebutkan bahwa dalam kitab Manasara salah satu kitab tentang arsitektur) tidak ada
ketentuan tentang jenis relief apa yang seharusnya dipahatkan pada dinding bangunan suci,
hanya disebutkan bahwa kuil dapat diberi hiasan agar terlihat indah. Akan tetapi, apa yang
diwujudkan sebagai ragam hias candi tetap berkaitan dengan simbol-simbol yang mewakili
gambaran Gunung Buana (Meru atau Kailasa), agar dewa sudi singgah pada bangunan tersebut
(simak Leeuw dalam Jordaan, 2009: 151). Jenis relief yang menghiasi dinding-dinding candi
secara umum menurut Jordan (2009: 121-154) adalah relief ikonik, relief dekoratif, dan
relief naratif yang beragam jenis serta bentuk perwujudannya.

Dilihat dari relief naratifnya saja, keragaman kisah atau cerita yang tersaji dalam
relief antara lain yaitu relief kisah Ramayana, Krisnayana, Garudeya, Mahabarata, Sudamala,
Syaimbara, Drupadi, Sri Tanjung, Kunjara Karna, dan lain sebagainya yang diambil dari teks-

29
Riza Istanto, “ESTETIKA HINDU PADA PERWUJUDAN ORNAMEN CANDI DI JAWA”, Vol. 16, No. 2, Oktober 2018,

23
teks agama Hindu atau cerita yang berkembang pada masyarakat setempat. Hal ini sesuai
dengan pendapat sari (2008: 78) bahwa isi karya-karya seni rupa Hindu/Budha sering didasarkan
pada teks-teks keagamaan dan mitologi.30

Relief-relief dekoratif diterapkan sebagai hiasan atau ornamen candi. Relief yang
tergolong dalam jenis ini diantaranya motif kala, makara, manusia dan binatang, sulur-
suluran, tekstil dan pola-pola geometris, serta jenis lainnya. Pada bangunan candi terdapat
ragam hias sulur-sulur daun yang melingkar-lingkar merupakan penggambaran hutan
belukar dan semak-semak lebat di gunung Mahameru, bunga-bunga padma (teratai) dan
tanaman menjalar lain merupakan simboldanau dan kolam di lereng gunung tersebut,
kepala Kala penghias ambang pintu merupakan merupakan mahluk supernatural penjaga
kesucian Mahameru, relung-relung merupakan simbol goa-goa di lereng gunung pertapaan
kaum agamawan yang telah mengalahkan nafsu duniawi, dan antex-antex (simbar) yang
berderet di tingkatan atap merupakan simbol perbukitan di sekitar puncak utama Mahameru
(Munandar, 2015: 158-159). Sedangkan relief ikonik merupakan relief yang menggambarkan
tokoh dewa atau tokoh-tokoh penting lainnya yang terkait dengan penggambaran sebuah
candi, contohnya relief-relief para penjaga mata angin (astadikpala), relief para pemain musik,
Kinara-kinari dan lain sebagainya (Jordaan, 2009: 121; Istanto & Syai, 2017).

Meskipun penciptaan candi termasuk ragam ornamen yang melekat didinding candi
banyak mendapat pengaruh dari kesenian India, keberadaan unsur lokal yang membedakan
dengan budaya India masih terlihat di sana-sini. Hal tersebut merupakan kemampuan
kreatif para seniman atau pemahat candi dalam mengolah budaya asing (India) dengan unsur
lokal (lihat Soekmono, 2005; Santiko, 1995; Sedyawati dalam Fontein, 1990: 97-100).

Penciptaan candi maupun relief melibatkan banyak orang, masing-masing pemahat


dalam mencipta satu jenis ornamen berbeda bentuknya. Ini merupakan kreativitas seniman
pemahat candi yang erat kaitannya dengan faktor yoga. Meskipun yang diciptakan adalah
jenis yang sama, namun para pemahat candi seringkali berbeda dalam mewujudkannya.
Dalam kasus ornamen motif Prambanan yang berjumlah 270, Istanto & Syai (2017)
mencermati adanya perbedaan di sana sini dalam menggambarkan ornamen tersebut.
Ornamen tersebut dibuat oleh beberapa orang. 31Sehingga, meskipun memiliki tema sama, para
30
Riza Istanto, “ESTETIKA HINDU PADA PERWUJUDAN ORNAMEN CANDI DI JAWA”, Vol. 16, No. 2, Oktober 2018,
31
Riza Istanto, “ESTETIKA HINDU PADA PERWUJUDAN ORNAMEN CANDI DI JAWA”, Vol. 16, No. 2, Oktober 2018

24
pemahat memiliki persepsi masing-masing berkenaan dengan aspek yoga tersebut.Yoga bagi
seniman merupakan jalan yang dilalui dalam upaya menyatukan diri dengan benda
ciptaannya. Sebelum menciptakan sesuatu, seorang seniman harus menciptakan dahulu
benda tersebut dalam pikirannya, dengan jalan memusatkan segala pikirannya kepada benda
yang diciptakan tersebut, pencipta karya seni (seniman) mematikan segala perhatian lainnya
dan dengan jalan yoga bersatu dengan Tuhan (Wirjosuparto, 1956: 07). Sebelum mencipta
ornamen candi, para pemahat melakukan yoga menyatukan diri dengan apa yang akan dibuat.
Oleh karena itu, pada setiap candi perwujudan ornamen sering kali bervariasi (tidak sama
antara candi satu dengan lainnya).

Candi Kalasan akan berbeda dengan ornamen kala yang ada di Candi Sewu ataupun di
Candi Prambanan, meskipun candi-candi tersebut letaknya berdekatan. Penciptaan candi
merupakan wujud kebaktian masyarakat Hindu yang diperuntuk-kan kepada dewa, terutama
ornamen-ornamen yang melingkupinya.32 Perwujudan ornamen menggambarkan dewa yang
dipuja dan tempat tinggal para dewa (Leeuw dalam Jordaan, 2009), sehingga syarat akan
nilai-nilai religius. Tidak hanya itu, ungkapannya juga divisualisasikan secara indah dan
penuh pertimbangan. Kesemuanya ini merupakan representasi dari prinsip Sàmkhya-Yoga-
Rasa yang dipegang para seniman candi di Jawa.Selain prinsip di atas, enam syaratpegangan
32
Riza Istanto, “ESTETIKA HINDU PADA PERWUJUDAN ORNAMEN CANDI DI JAWA”, Vol. 16, No. 2, Oktober 2018

25
dalam penciptaan seni, terlihat pada perwujudan ornamen candi. Prinsip sad angga (enam
rincian) tersebut yaitu:

1. rupabheda,

2. sadrsya,

3. pramana,

4. wanikabangga,

5. bhawa,

6. lawanya.33

Prinsip pertama yaitu prinsip rupabedha. Prinsip ini berperan dalam mewujudkan
ornamen candi yang mudah dikenali karakteristiknya, berbeda antara ornamen satu dengan
lainnya. Ornamen-ornamen yang divisualisasikan pada dinding candi memiliki ciri ikonogra
yang dapat dikenali perbentukannya (Munandar, 2018: 45-53; Istanto & Syai, 2017). Prinsip
yang kedua merupakan sadrsya. Prinsip ini memiliki artinya bahwa, perwujudan ornamen
candi memiliki kesamaan dalam penglihatan.Bentuk-bentuk ornamen yang digambarkan
pada candi sesuai dengan ide yang dikandung di dalamnya. Misalnya Kinara-Kinari pada
candi-candi di Jawa Tengah. Penggambaran Kinara-Kinari (pemahaman Hindu) menyerupai
burung namun berkepala manusia.menurut Bernet-Kempres (Ratnawati, 1989: 339-340)
merupakan pemain musik kayangan laki-laki dan perempuan. Prinsip yang ketiga
merupakan sadrsya.Prinsip ini berkaitan dengan proporsi. Peng-gambaran ornamen candi
mempertimbangkan proporsi yang tepat, sehingga mudah dikenali penggambaran suatu
tokoh atau motif hias tertentu. Prinsipini juga dipegang dalam menggambarkan motif dari
tokoh-tokoh mitologis yang pada dasarnya adalah perwujudan dari ide-ide tertentu seperti
Kinara-Kinari, hare, garuda, ganna, dan motif lainnya di candi Prambanan (Istanto & Syai,
2017); misalnya pula relief-relief para penjaga mata angin (astadikpala) di candi Siwa
(Jordaan, 2009: 121). Prinsip keempat adalah wanikabangga yang berhubungan dengan perihal
34
lambang-lambang warna.
33
Sintya Ratnah, “Sad angga yoga dalam lontar ganapati tattwa”,
https://sintyaratna06.wordpress.com/2015/01/12/sad-angga-yoga-dalam-lontar-ganapati-tattwa/ (diakses pada
tanggal 9 april 2020 pukul 20:00).
34
Riza Istanto, “ESTETIKA HINDU PADA PERWUJUDAN ORNAMEN CANDI DI JAWA”, Vol. 16, No. 2, Oktober 2018

26
Contohnya penggambaran wujud bunga teratai. Bunga teratai dilambangkan dengan
tiga warna yaitu :

- teratai putih merupakan bunga mekar (padma),


- teratai biru merupakan setengah mekar (utpala),
- teratai putih merupakan bungakuncup (kumuda) (Sunaryo, 2009: 154).

Adapun prinsip yang kelima adalah bhawa yang berarti suasana atau pancaran rasa
dan prinsip keenam adalah lawanya yang berarti keindahan daya pesona. Perwujudan
ornamen candi dibuat sedemikian rupa menggambarkan kedekatan dengan gunung Meru
(tempat para dewa) dengan kecermatan teknik yang tinggi dan komposisi penyusunan yang
memberi kesan estetis. Hal ini menunjukkan pengamalan prinsip bhawa (pesona) dan
lawanya (keindahan).35

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kerajaan Salakanagara merupakan sebuah kerajaan bercorak Hindu-Budha yang


didirikan pada tahun 130 M oleh Maharaja Dewawarman I. Terletak di sekitar Gunung Pulosari,
Pandeglang sebagai kelanjutan dari kekuasaan Aki Tirem sang Aki Luhur Mulia, penguasa
pesisir Jawa Bagian barat pada saat itu. Ibukota kerajaan ini bernama Rajatapura yang artinya

35
Sintya Ratnah, “Sad angga yoga dalam lontar ganapati tattwa”,
https://sintyaratna06.wordpress.com/2015/01/12/sad-angga-yoga-dalam-lontar-ganapati-tattwa/ ,(diakses pada
tanggal 9 april 2020 pukul 20:00).

27
kota perak, sekarang terletak di wilayah Teluk Lada, Pandeglang) atau dalam catatan Yunani
disebut dengan sebutan Algire. Wilayah daratan yang menjadi kekuasaan Salakanagara, yaitu
Jawa bagian barat dan semua pulau di sebelah barat Jawa. Berakhirnya Pemerintahan Kerajaan
Salakanagara adalah dimulai oleh adanya peristiwa yang terjadi di India, yaitu ada dua Negara
yang dikalahkan oleh Samudragupta maharaja dari Kerajaan Maurya, dalam tahun 345, yaitu
Kerajaan Salankayana dan Palawa.

Ornamen pada candi merupakan produk budaya yang syarat dengan nilai estetis dan religi
kesenian Hindu. Perwujudan ornamen candi terkandung enam (sad) syarat atau perincian (angga)
yaitu (1) rupabheda, (2) sadrsya, (3) pramana, (4) wanikabangga, (5) bhawa, dan (6) lawanya.
Terdapat jugaprinsip Sàmkhya-Yoga-Rasa, serta bakti yang semuanya ini tercermin dalam
perwujudan ornamen-ornamen candi di Jawa.

B. Saran

Penulis tentunya menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca

DAFTAR PUSTAKA

28
Tirto.Id, “Kerajaan Salakanagara (sunda) Kerajaan Tertua di Nusantara”,
https://tirto.id/salakanagara-kerajaan-sunda-tertua-di-nusantara-cyVP , (diakses pada tanggal 7
april 2020 pukul 15:00).

Buku Ensiklopedia Online, “Kerajaan Salakanagara” http://www.jurnal-


sejarah.com/id3/2322-2219/Www_23896_jurnal-sejarah.html , (diakses pada tanggal 7 april
2020 pukul 19:00).

Indo crip circles, “Salakanagara Kerajaan Tertua Nusantara Leluhur Suku Sunda”
https://indocropcircles.wordpress.com/2017/04/17/salakanagara-kerajaan-tertua-nusantara-
leluhur-suku-sunda/ ,(diakses pada tanggal 7 april 2020 pukul 20:00).

Sindo news, “Misteri Kerajaan Salakanagara Kerajaan Tertua di Nusantara”


https://daerah.sindonews.com/read/1347269/29/misteri-salakanegara-kerajaan-tertua-di-
nusantara-1539860906, (diakses pada tanggal 7 april 2020 pukul 20:30).

Oediku, “Kerajaan salakanagara dan keturunannya”


https://oediku.wordpress.com/2017/12/30/kerajaan-salakanagara-dan-keturunannya/ ,(diakses
pada tanggal 7 april 2020 pukul 21:00).

Ahmad Samantho, “Misteri Pulau agyre yang hilang, ternyata salaka nagara”,
https://ahmadsamantho.wordpress.com/2019/08/29/misteri-pulau-agyre-yang-hilang-ternyata-
salaka-nagara/ (diakses pada tanggal 8 april 2020 pukul 10:00).

Duniapcoid, “Kerajaan Salakanagara” https://duniapendidikan.co.id/kerajaan-


salakanagara/ (diakses pada tanggal 7 april 2020 pukul 21:30).

Kabar Banten, “Situs Cihunjuran Menyimpan Artefak Bekas Pemukiman”


https://www.kabar-banten.com/situs-cihunjuran-menyimpan-artefak-bekas-permukiman/
(diakses pada tanggal 8 april 2020 pukul 13:00)

Mehonker, “Sejarah Terjadinya Bumi Nusantara (Bumi Shundawardatika”


https://mehonker.wordpress.com/2010/02/04/sejarah-terjadinya-bumi-nusantara-bumi-
shundawardatika/ (diakses pada tanggal 8 april 2020 15:00)

29
Widhy Singkong, “Misteri Situs Menhir Cihunjuran”
https://www.kompasiana.com/widhypurnama/5500f80da33311e772512a3e/misteri-situs-menhir-
cihunjuran (diakses pada tanggal 8 april 2020 pukul 16:00).

Dunia Pendidikan, “Runtuhnya Kerajaan Salakanagara”


https://duniapendidikan.co.id/tag/runtuhnya-kerajaan-salakanagara/ (diakses pada tanggal 8 april
2020 pukul 17:00)

Pustaka Materi, “Pengertian Ornamen dan Ornamen Primitif”,


http://pustakamateri.web.id/pengertian-ornamen-dan-ornamen-primitif/ , (diakses pada tanggal 8
april 2020 pukul 19:00).

Riza Istanto, “ESTETIKA HINDU PADA PERWUJUDAN ORNAMEN CANDI DI


JAWA”, Vol. 16, No. 2, Oktober 2018

Sintya Ratnah, “Sad angga yoga dalam lontar ganapati tattwa”,


https://sintyaratna06.wordpress.com/2015/01/12/sad-angga-yoga-dalam-lontar-ganapati-tattwa/ ,
(diakses pada tanggal 9 april 2020 pukul 20:00).

30

Anda mungkin juga menyukai