Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Lima dasawarsa terakhir, studi tentang gerakan social mengalami perkembangan begitu
pesat. Perkembangan ini ditandai dengan meningkatnya secara kuantitas publikasi dan penelitian
tentang gerakan social, baik studi kasus maupun pendalaman teori. Studi ini dalam
perkembangannya tidak hanya menjadi monopoli bidang ilmu sosiologi tetapi telah berkembang
menjadi bagian integral dari bidang ilmu lainnya seperti psikologi social, ilmu politik, sejarah,
lingkungan hidup, dan berbagai studi lintas bidang ilmu social lainnya.

Studi tentang gerakan social lebih jauh tidak lagi didominasi kalangan akademisi Negara-
negara utara dengan menitikberatkan berbagai contoh kasus gerakan social di Negara mereka
tetapi telah menjadi focus akademisi Negara-negara selatan mengambil beragam contoh gerakan
social dinegara dunia ketiga baik meminjam teori yang telah ada atau memodifikasinya agar
sesuai dengan konteks era dan lingkungannya.

Makalah ini berupaya menjelaskan teori, konsep, indicator dari gerakan social itu sendiri
yang mengalami perkembangan pesat pada decade 60-an dan semakin kaya memasuki abad ke-
21. Munculnya gerakan social baru- ditandai dengan semakin beragamnya pelaku gerakan social
seperti mahasiswa, kalangan prodfesional, perempuan dan masih banyak pelaku-pelaku lainnya.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan gerakan social dan cirri-cirinya bagaimana ?


2. Apa dan bagaimana teori-teori gerakan social ?
3. Apa jenis-jenis gerakan social ?

TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa definisi dari gerakan social beserta cirri-cirinya dan tipe-tipenya
2. Untuk mengetahhui apa dan bagaimana teori-teori gerakan social

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gerakan social

Gerakan Sosial atau social Movement adalah aktivitas sosial berupa gerakan atau
tindakan sekelompok orang yang bersifat informal atau organisasi, Suatu Gerakan sosial
biasa berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak, atau
mengkampanyekan sebuah perubahan sosial.
Kata “Gerakan Sosial” sendiri diperkenalkan pertama kali pada 1848 oleh Sosiolog
Jerman, Lorenz Von Stein dalam bukunya yang berjudul “Socialist & Communist Movement
since the Third French Revolution” . Pada saat itu gerakan sosial bersifat massive dan
biasanya timbul dengan maksud penolakan ataupun perlawanan terhadap kebijakan
pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat. Pergerakan Buruh dan Sosialis pada Abad 19
adalah contoh prototype dari Social Movement jaman dahulu yang masih mengandalkan
kendaraan politik berupa organisasi atau partai. Paska Perang Dunia Kedua, kita masuk
kedalam periode reformasi dan perubahaan yang disebut Post-War Periode, pada saat itu
berjamuran berbagai gerakan sosial dipicu semakin bebasnya masyarakat untuk berekspresi
dan menuntut haknya. “Demokrasi”.
Berasal dari berbagai keresahan diberbagai bidang, berbagai gerakan pun
bermunculan, mulai dari Ekonomi, Politik, Sosial, Budaya, Pendidikan, Kesehatan dan Lain-
lain. Barulah pada Abad 21 saat teknologi dan globalisasi merubah drastic pola pikir, budaya,
transaksi dan gaya hidup masyarakat, Gerakan Sosial juga mengalami Evolusi, Gerakan
sosial kini menjadi lebih spesifik mengangkat kasus tertentu dan mulai meninggalkan
organisasi formal sebagai kendaraan aspirasinya.
Internet terutama jejaring sosial / Social Media menjadi salah satu faktor yang
mengubah pola pergerakan sosial di Dunia. Internet dengan akses tak terbatasnya membuat
aliran komunikasi semakin mudah, pengetahuan dan informasi terbuka bebas di maya dan
merebaknya demam Social Media semakin mempermudah individu untuk mengekspresikan

2
diri, mengungkapkan pendapat bahkan menyerang satu sama lain dalam wadah jejaring
sosial.
Evolusi Social Movement terjadi, kini Gerakan sosial mulai meninggalkan Organisasi
Formal sebagai kendaraan apresiasinya. Kini masyarakat berkumpul dalam sebuah wadah
informal dengan kebebasan seluas-luasnya. Faktor kepentingan golongan lambat laun
tergeser, isu spesifik membuat masyarakat semakin objektif. Dengan terlalu mudahnya
bergabung dalam sebuah kelompok dan menghimpun dukungan, juga menimbulkan efek
negative, yaitu munculnya “Click Activism” yang dengan hanya melakukan klik seseorang
sudah merasa memberikan dukungan dan bertindak. Padahal sebuah gerakan tidak akan
menimbulkan efek dan mencapai tujuannya, tanpa sebuah gerakan nyata. Kita dapat melihat
itu semua di Twitter ataupun Facebook dimana ratusan gerakan sosial menggalang dukungan
dan melakukan aksinya di dunia maya.
Semoga tingginya teknologi dan akses informasi, terutama internet dan social media
tidak membuat kita hanya menjadi seorang ”Click Activist” tetapi juga ikut malakukan
tindakan nyata. Sebenarnya hal tersebut dapat dimulai dari “Kelompok atau
Organisasi Social Movement itu sendiri, dengan mencanangkan program yang tidak melulu
beraksi di dunia maya, namun juga melakukan kegiatan kegiatan off air seperti kopdar
ataupun aksi sosial sesuai isu yang ingin ditanganinya.

B. CIRI-CIRI GERAKAN SOSIAL

Adapun ciri-ciri gerakan menurut beberapa ahli yaitu:


a. Bruce J Cohen (1992) ciri-ciri gerakan sosial yaitu:
1. Gerakan kelompok
2. Terorganisir (struktur, personalia, jaringan, mekanisme kerja, dukungan modal/alat,
dll)
3. Memiliki rencana, sasaran, dan metode
4. Memiliki ideologi
5. Merubah atau mempertahankan
6. Memiliki usia jauh lebih panjang

3
b. Kamanto Sunarto (2004) ciri-ciri gerakan sosial yaitu:
1. Perilaku kolektif
2. Kepentingan bersama
3. Mengubah ataupun mempertahankan masyarakat atau institusi yang ada di dalamnya.
4. Tujuan jangka panjang
5. Penggunaan cara di luar institusi (mogok makan, pawai, demo, konfrontasi, dll)

c. James W. Vander Zanden (1990) dan Rafael Raga Maran (2001) ciri-ciri gerakan
sosial yaitu:
1. Upaya terorganisir yang
2. Dilakukan sekelompok orang
3. Menimbulkan perubahan/menentangnya
4. Aktif atau tidak pasif menata perubahan

d. Kartasapoetra dan Kreimers (1987) ciri-ciri gerakan sosial yaitu:


1. Kegiatan kolektif
2. Berusaha mengadakan orde kehidupan baru.
3. Memiliki kendali dan bentuk
4. Memiliki kebiasaan atau nilai sosial
5. Memiliki kepemimpinan dan tenaga kerja

e. Robert Mirsel (2004) ciri-ciri gerakan sosial yaitu:


1. Memiliki seperangkat keyakinan dan tindakan tak terlembaga (noninstitutionalised)
2. Dilakukan sekelompok orang
3. Memajukan atau menghalangi perubahan di dalam suatu masyarakat.
4. Mereka cenderung tidak diakui sebagai sesuatu yang berlaku umum secara luas dan
sah di dalam suatu masyarakat.
f. Laode Ida (2003) ciri-ciri gerakan sosial yaitu:
1. Ada upaya kolektif melakukan perubahan
2. Adanya organisasi sebagai wadah gerakan
3. Gerakan tersebut melembaga serta memiliki gagasan alternatif perubahan

4
4. Aktivitas dan gerakannya terus-menerus
5. Memiliki identitas kolektif sebagai ciri
6. Serta kehadirannya menjadi tantangan bagi pihak lain (pemerintah, institusi manca
negara, dll).
7. Gerakan dilakukan sekelompok orang
8. Memiliki visi, misi, tujuan, ide, nilai sosial politik
9. Mempertahankan, merubah, merebut, mengontrol, dan menjalankan kehidupan sosial
politik
10. Dilakukan secara sistematis dan terorganisir
11. Memiliki identitas kolektif dan alternatif perubahan
12. Dapat berbentuk kelompok pelajar/mhs, LSM, ormas, pers, pressure group, partai
politik, dan bertahan cukup lama.

5
C. TEORI-TEORI GERAKAN SOSIAL

Teori gerakan social klasik

a. Teori perilaku kolektif


Gustave Le Bon (1895) perintis utama teori perilaku kolektif
menginterpretasikan kerumunan massa revolusi Perancis merupakan bentuk perilaku
kolektif yang menyerupai emosi binatang. Dalam kerumunan massa, individu tidak lagi
memiliki kemampuan merasa, berpikir, dan bertindak seperti yang diinginkannya
terkecuali mengikuti keinginan massa. Dengan kata lain, individu-individu didalam
kerumunan massa tidak lagi menjadi individu yang rasional dan taat terhadap tatanan
norma-norma standar yang ada di masyarakat.
David Popenoe (1977:259) melihat perilaku kolektif seringkkali
muncul sebagai sebuah respon atau stimulus terhadap sebuah situasi yang tidak stabil
secara spontan dan tidak terstruktur. Dengan kata lain, perilaku kolektif merupakan
tindakan yang tidak mencerminkan struktur social yang ada seperti perundang-undangan,
kebijakan pemerintah, dan lembaga formal dan non-formal, seperti yang diuraikan
Herbert Blumer. Karenanya perilaku kolektif sebuah kelompok masyarakat yang
melakukan ibadah di gereja atau di mesjid berbeda dengan aksi, protes, gerakan social
dan revolusi social. Popenoe tidak memsakkan aktivitas ibadah dalam kategori perilaku
kolektiv yang dimaksud disini sebaliknya sekelompok mahasiswa yang melakukan protes
merupakan bentuk nyata dari perilaku kolektif.

b. Teori perjuangan kelas, Vanguard, dan Hegemoni Budaya


Tokoh yang mencetuskan perjuangan kelas adalah Karl Marx,
menurutnya masyarakat selalu terdiri dari dua kelompok besar, satu kelompok menjadi
penindas dan satu kelompok masyarakat lainnya menjadi yang ditindas. Karenanya, kita
mengenal kategori-kategori di dalam masyarakat sebagai orang bebas versus budak,
bangsawan versus masyarakat desa, pemilik alat produksi versus buruh.

6
Konsep perjuangan kelas Karl Marx ini menempatkan aksi-aksi kolektif
dalam bentuk revolusi, gerakan social, dan politik perlawanan merupakan rangkaian
tindakan dari sebuah kelompok masyarakat yang rasional untuk keluar dari situasi buruk
penindasan.
Konsep Lenin tentang Vanguard, sekumpulan individu-individu yang
terlatih, professional, terpimpin, dan berdisiplin tinggi memberikan sumbangan sangat
berarti dalam melengkapi teori perjuangan kelas, dimana situasi penindasan bukan satu-
satunya factor tetapi diperlukan organisasi dan kepemimpinan untuk mendorong
terwujudnya perjuangan kelas yang dipergunakan oleh akademisi gerakan social dalam
mengembangkan teori mobilisasi struktur di kemudian hari. Lenin memiliki pendapat
yang berbeda dengan Karl Marx berkenaan dengan penjelasan tentang kegagalan
perjuangan kelas yag tidak terwujud karena para buruh masih terperangkap oleh
kesadaran palsu yang diondisikan oleh para penindasnya.
Menurut Antonio Gramsci, tidak munculnya kesadara kelas para buruh
untuk melakukan perjuangan kelas juga disebabkan oleh upaya kelompok borjuis
mempergunakan para intelektual yang ada di masyarakat seperti pendeta, tenaga
pengajar, atau para manajer untuk melakukan berbagai upaya menjustifikasi penindasan
yang dilakukan oleh para pemilik alat produksi melalui ajaran agama, penelitin, dan
ketokohan mereka di masyarakat dan itu disebut sebagai Hegemoni

Teori gerakan social modern

Teori gerakan sosial baru adalah muncul sebagai kritik terhadap teori lama sebelumnya yang
selalu adadalam wacana idiologis kelas. Gerakan sosial baru adalah gerakan yang lebih
berorientasi isu dan tidaktertarik pada gagasan revolusi. Dan tampilan dari gerakan sosial baru
lebih bersifat plural, yaitu mulaidari gerakan anti rasisme, anti nuklir, feminisme, kebebasan sipil
dan lain sebagainya. Gerakan sosialbaru beranggapan bahwa di era kapitalisme liberal saat ini
perlawanan timbul tidak hanya dari gerakanburuh, melainkan dari mereka yang tidak terlibat
secara langsung dalam sistem produksi sepertimisalnya, mahasiswa, kaum urban, kaum
menengah. Karena system kapitalisme telah merugikanmasyarakat yang berada di luar sistem
produksi. Ada beberapa hal yang baru dari gerakan sosial, sepertiberubahnya media hubung
antara masyarakat sipil dan negara dan berubahnya tatanan danrepresentasi masyarakat

7
kontemporer itu sendiri.Gerakan sosial baru menaruh konsepsi idiologis mereka pada asumsi
bahwa masyarakat sipil tengahmeluruh, ruang sosialnya telah mengalami penciutan dan
digerogoti oleh kemampuan kontrol negara.Dan secara radikal Gerakan sosial baru mengubah
paradigma marxis yang menjelaskan konflik dankontradiksi dalam istilah kelas dan konflik
kelas.Sehingga gerakan sosial baru didefenisikan olehtampilan gerakan yang non kelas serta
pusat perhatian yang non materialistik, dan karena gerakan socialbaru tidak ditentukan oleh latar
belakang kelas, maka mengabaikan organisasi serikat buruh industri danmodel politik kepartaian,
tetapi lebih melibatkan politik akar rumput, aksi-aksi akar rumput. Danberbeda dengan gerakan
klasik, struktur gerakan sosial baru didefenisikan oleh pluralitas cita-cita,tujuan , kehendak dan
orientasi heterogenitas basis sosial mereka.Gerakan sosial baru pada umumnya merespon isu-isu
yang bersumber dari masyarakat sipil, danmembidik domain sosial masyarakat sipil ketimbang
perekonomian atau negara, dan membangkitkanisu-isu sehubungan demoralisasi struktur
kehidupan sehari-hari dan memusatkan perhatian pada bentukkomunikasi dan identitas
kolektif.Jean Cohen ( 1985:669 ) menyatakan Gerakan Sosial Baru membatasi diri dalam empat
pengertian yaitu,(a) aktor-aktor gerakan sosial baru tidak berjuang demi kembalinya komunitas-
komunitas utopia takterjangkau dimasa lalu (b) aktornya berjuang untuk otonomi, pluralitas (c)
para aktornya melakukanupaya sadar untuk belajar dari pengalaman masa lalu, untuk
merelatifkan nilai-nilai mereka melaluipenalaran, (d) para aktornya mempertimbangkan keadaan
formal negara dan ekonomi pasar.

Dengan demikian tujuan dari gerakan sosial baru adalah untuk menata kembali relasi
negara,masyarakat dan perekonomian dan untuk menciptakan ruang publik yang di dalamnya
terdapat wacanademokratis otonomi dan kebebasan individual.

Teori Mobilisasi Sumber Daya

Dalam perspektif ini gerakan sosial mensyaratkan sebentuk komunikasi dan organisasi yang
canggihketimbang terompet teriakan anti kapitalisme. Dan gerakan sosial muncul akibat dari
adanyaketersedian sumber pendukung gerakan, tersedianya kelompok koalisi, adanya dukungan
dana, adanyatekanan dan upaya pengorganisasian yang efektif, dan juga idiologi. Dan para
teoritisi mobilisasi sumberdaya mengawali tesis mereka dengan menolak penekanan pada peran
perasaan dan penderitaan dankategori-kategori psikologisasi dalam menjelaskan fenomena
gerakan sosial.Tetapi teori mobilisasi sumber daya yang berbasiskan rasionalitas, tetaplah sebuah

8
teori yang tidakpersis dan tidak mencukupi, dan gagal dalam menjelaskan beberapa ekspresi kuat
dari gerakan sosialbaru, seperti feminisme, environmentalism, perdamaian, perlucutan senjata
dan gerakan otonomi lokal.

Teori Orientasi Identitas

Teori ini menyuarakan asumsi dasarnya melalui sebuah kritik terhadap teori yang sudah ada.
Danbersifat non materialistik dan materialisme. Ia mengurai pertanyaan seputar integrasi dan
solidaritaskelompok yang terlibat aksi kolektif. Teori ini juga menolak upaya yang menekankan
model neo-utilitarian untuk menjelaskan gerakan sosial dan aksi kolektif.Kendatipun paradigma
teori berorientasi identitas beranjak dari pertanyaan tentang solidaritas danintegrasi, ia tidak
bertatap muka dengan pokok-pokok yang relevan dalam uraian perilaku kolektif.Tetapi untuk
sementara teori ini kelihatannya menerima beberapa elemen teori marxis sepertipengertian
perjuangan, mobilisasi,kesadaran,dan solidaritas, tetapi teori ini tetap menolakreduksionisme dan
determininasi tesis materialisme dan konsepsi yang berhubungan dengan formasisocial yang
materialistik.

Macam-Macam dan Tipe Gerakan Sosial


Disekitar kita banyak terdapat macam-macam gerakan sosial. Seperti halnya gerakan buruh,
gerakan petani, gerakan mahasiswa, gerakan religius, gerakan sosial, gerakan radikal, gerakan
ideologi, dan kalau kita menganalisis secara terperinci maka sangat banyak macam-macam
gerakan sosial yang tumbuh di dalam tataran masyarakat.

Karena keragaman gerakan sosial sangat besar, maka berbagai ahli sosiologi mencoba
menklarifikasikan dengan menggunakan kriteria tertentu. David Aberle, misalnya, dengan
menggunakan kriteria tipe perubahan yang dikehendaki (perubahan perorangan dan perubahan
sosial) dan besar pengaruhnya yang diingginkan ( perubahan untuk sebagain dan perubahan
menyeluruh). Membedakan empat tipe gerakan sosial, tipologi Aberle adalah sebagai berikut:

a. Alterative Movement
Ini merupakan gerakan yang bertujuan untuk merubah sebagian perilaku perorangan. Dalam
kategori ini dapat kita masukan berbagai kampanye untuk merubah perilaku tertentu, seperti
misalnya kampanye agar orang tidak minum-minuman keras. Dengan semakin menyebarnya
9
penyakit AIDS kini pun banyak dilancarkan kampanye agar dalam melakukan perbuatan sek
dengan bertanggung jawab.

b. Rodemptive Movement
Gerakan ini lebih luas dibandingkan dengan alterative movement, karena yang hendak dicapai
ialah perubahan menyeluruh pada perilaku perorangan. Gerakan ini kebanyakan terdapat di
bidang agama. Melalui gerakan ini , misalnya, perorangan diharap untuk bertobat dan mengubah
cara hidupnya sesuai dengan ajaran agama.
c. Reformative Movement
Gerakan ini yang hendak diubah bukan perorangan melainkan masyarakat namun lingkup yang
hendak diubah hanya segi-segi tertentu masyarakat, misalnya gerakan kaum homoseks untuk
memperoleh perlakuan terhadap gaya hidup mereka atau gerakan kaum perempuan yang
memperjuangkan persamaan hak dengan laki-laki. Gerakan people power di Filipina atau
gerakan menentang pedana mentri Suchinda di Thailand pun dapat dikategorikan dalam tipe ini
karena tujuannya terbatas, yaitu pergantian pemerintah.
d. Transformative Movement
Gerakan ini merupakan gerakan untuk mengubah masyarakat secara menyeluruh. Gerakan kaum
Khamer Merah untuk menciptakan masyarakat komunis di Cambidia. Suatu proses dalam mana
seluruh penduduk kota dipindahkan ke desa dan lebih dari satu juta orang Cambodia kehilangan
nyawa mereka karena di bunuh kaum Khamer Merah, menderita kelaparan atau sakit merupakan
contoh ekstrim gerakan sosial semacam ini. Gerakan transformasi yang dilancarkan oleh rezim
komunis di Uni Soviet pada tahun 30-an serta di Tiongkok sejak akhir 40-an untuk mengubah
masyarakat mereka menjadi masyarakat komunis pun mengakaibatkan menentang diskriminasi
oleh orang kasta-kasta bawah, menengah dan atasmu mendapat di kategotikan dalam ini karena
keberhasilan gerakan mereka akan berarti pula perombakan mendasar pada masyarakat India
Kornblum pun membuat klarifikasi tentang gerakan sosial, tetapi berbeda dengan Aberle, maka
yang dijadikan kriteria klarifikasi adalah tujuan yang hendak di capai. Atas dasar kriteria ini
kornblum membedakan antara revolutionary movenment, reformist movement, convervative
movement, dan reactionary movement. Apabila gerakan sosial nbertujuan mengubah institusi dan
strafikasi masyarakat, maka gerakan tersebut merupakan gerakan revolusioner (revolutionary
movenment).

10
Revolusi sosial merupakan satu transformasi menyeluruh tatanan sosial, termasuk didalamnya
institusi pemerintah dan sistem strafikasi. Revolusi di Rusia pada tahun 1917 dan revolusi di
Tiongkok pada tahun 1949 dapat dimasukan dalam kategori ini, karena di kedua masyarakat
tersebut sistem budaya, sosial, politik dan ekonomi lama dirombak menyeluruh diganti sistem
komunis. Apa yang membedakan revolusi dengan gerakan sosial lain? Menurut Giddens, suatu
revolusi harus memenuhi tiga kriteria, antara lain:
1. Melibatkan gerakan sosial massal

2. Menghasilkan proses reformasi dan perubahan

3. Melibatkan ancaman atau penggunaan kekerasan

Dengan demikian menurut Giddens, revolusi perlu dibedakan dengan kudeta dan pembrontakan,
karena menurutnya kudeta hanya melibatkan penggantian pemimpin dan tidak mengubah
institusi politik sedangkan pembrontakan tidak membawa perubahan nyata meskipun melibatkan
ancaman atau penggunaan kekerasan.
Jika gerakan hanya bertujuan untuk mengubah senagian institusi dan nilai, maka nama yang
diberikan Kornblum ialah gerakan reformis (reformist movement). Atas dasar kriteria ini gerakan
Boedi Oetomo yang didirikan pada tahun 1908 di Jakarta merupaskan gerakan reformis, karena
tujuan utama mereka adalah memberikan pendidikan Barat formal kiepada putra-putri pribumi.

Gerakan yang berupa mempertahankan nilai dan institusi masyarakat disebut Kornblum gerakan
konsevatif (conservative movement). Di Amerika Serikat, misalnya usaha kaum feminis ditahun
1980-anj untuk melakukan perubahan pada konstitusi demi menjamin persamaan hak lebih besar
antara laki-laki dan perempuan (ERA atau Equal Rights Amandment) ditentang dan akhirnya
digagalkan oleh gerakan konsevatif perempuan STOP-ERA “suatu gerakan anti feminis yang
melihat sebagai ancaman terhadap peranan perempuan dalam keluarga sebagai istri dan ibu.
Suatu gerakan yang disebut reaksioner (reactionary movement) manakala tujuannya ialah untuk
kembali ke institusi dan nilai di masa lampau dan meninggalkan institusi dan nilai masa kini.
Contoh yang di berikan Kornblum ialah gerakan Ku Klux Klan di Amerika Serikat. Organisasi
rahasia ni berusaha mengembalikan keadaan di Amerika Serikat ke masa lampau di kala
instituisi sosial mendukung asas keunggulan orang kulit putih di atas orang kulit hitam (White
Supermacy).

11
1. Fungsi Gerakan Sosial
Perubahan-perubahan besar dalam tatanan sosial di dunia yang muncul dalam dua abad terakhir
sebagian besar secara langsung atau tak langsung hasil dari gerakan-gerakan sosial. Meskipun
misalnya gerakan sosial itu tidak mencapai tujuannya, sebagian dari programnya diterima dan
digabungkan kedalam tatanan sosial yang sudah berubah. Inilah fungsi utama atau yang manifest
dari gerakan-gerakan sosial. Saat gerakan sosial tumbuh, fungsi-fungsi sekunder atau “laten”
dapat dilihat sebagai berikut:

1. Gerakan Sosial memberikan sumbangsih kedalam pembentukan opini publik dengan


memberikan diskusi-diskusi masalah sosial dan politik dan melalui penggabungan sejumlah
gagasan-gagasan gerakan kedalam opini publik yang dominan.

2. Gerakan Sosial memberikan pelatihan para pemimpin yang aka menjadi bagian dari elit politik
dan mungkin meningkatkan posisinya menjadi negarawan penting. Gerakan-gerakan buruh
sosialis dan kemerdekaan nasional menghasilkan banyak pemimpin yang sekarang memimpin
negaranya.

Para pemimpin buruh dan gerakan lainnya bahkan sekalipun mereka tidak memegang jabatan
pemerintah juga menjadi elit politik di banyak negara. Kenyataan ini banyak diakui oleh
sejumlah kepala pemerintahan yang memberikan penghargaan kepada para pemimpin gerakan
sosial dan berkonsultasi dengan mereka dalam isu-isu politik. Saat dua fungsi ini mencapai titik
dimana gerakan sesudah mengubah atau memodifikasi tatanan sosial, menjadi bagian dari
tatanan itu maka siklus hidup gerakan sosial akan berakhir karena melembaga

Faktor Penyebab Gerakan Sosial


Faktor apakah yang menyebabkan munculnya gerakan sosial? Mengapa orang melibatkan diri
kepada perilaku kolektif yang bertujuan mempertahankan ataupun mengubah masyarakat?
Dalam ilmu-ilmu sosial dapat dijumpai berbagai penjelasan, baik bersifat psikologis maupun
bersifat sosiologis. Penjelasan yang sering dikemukakan mengaitkan gerakan sosial dengan
deprivasi ekonomi dan sosial.

Menurut penjelasan ini orang melibatkan diri dalam gerakan sosial karena menderita deprivasi
(kehilangan, kekurangan, penderitaan), misalnya di bidang ekonomi (seperti hilangnya peluang

12
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya: pangan, sandang, papan). Para penganut
penjelasan ini menunjuk pada fakta bahwa gerakan sosial dalam sejarah didahului deprivasi yang
disebabkan oleh sosial seperti kenaikan harga-harga bahan kebutuhan pokok.

Beberapa ahli sosiologi, misalnya James Davies, kurang sependapat dengan penjelasan deprivasi
semata-mata. Mereka menunjuk pada fakta bahwa gerakan sosial sering muncul justru pada saat
masyarakat menikmati kemajuan dibidang ekonomi. Oleh sebab itu dirumuskanlah penjelasan
yang memakai konsep deprivasi sosial relatif. James Davies mengemukakan bahwa meskipun
tingkat kepuasan masyarakat meningkat terus, namun mungkn saja terjadi kesenjangan antara
harapan masyarakat dengan keadaan nyata yang dihadapi kesenjangan antara pemenuhan
kebutuhan yuang diinginkan masyarakat dengan apa yang diperoleh secara nyata.
Kesenjangan ini dinamakan deprivasi sosial relatif. Apabila kesenjangan sosial relatif ini
semakin melebar sehingga melewati batas toleransi masyarakat, misalnya karena pertumbuhan
ekonomi dan sosial diikuti dengan kemacetan bahkan kemunduran mendadak maka, menurut
teori Davies revolusi akan tercetus. Sejumlah ahli sosiologi lain berpendapat bahwa deprivasi
tidak dengan sendirinya akan mengakibatkan terjadinya gerakan sosial
Menurut mereka perubahan sosial memerlukan pengerahan sumber daya manusia maupun
alam (resource mobilization). Tanpa adanya pergerakan sumber daya suatu gerakan sosial tidak
akan terjadi, meskipun tingkat deprivasi tinggi. Keberhasilan suatu gerakansosial bergantung,
menurut pandangan ini, padasosial manusia seperti kepemimpinan, organisasi dan keterlibatan,
serta sosial sumber daya lain seperti dana dan sarana. Deprivasi yang dialami oleh masyarakat
kita pada tahun 1966 tingkat inflasi tinggi yang dampaknya terasa pada harga kebutuhan pokok,
ketidakmampuan terhadap klebijaksanaan politik dalam negeri kepemimpinan nasional setelah
peristiwa percobaaqn kudeta “Gerakan 30 September”.
Menurut teori ini tidak akan menghasilkan gerakansosial berupa kebangkitan “Angkatan 1966”
apabiula ditunjang dengan pengerahan sumber daya kepemimpinan, organisasi dab keterlibatan
mahasiswa dan pelajar, dukungan moral dan materiel kekuatan dalam TNI, dukungan berbagai
kalangan masyarakat, dan peliputan oleh media massa dalam negeri dan luar negeri

13
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Gerakan Sosial atau social Movement adalah aktivitas sosial berupa gerakan atau
tindakan sekelompok orang yang bersifat informal atau organisasi, Suatu Gerakan sosial
biasa berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak, atau
mengkampanyekan sebuah perubahan sosial.
Kata “Gerakan Sosial” sendiri diperkenalkan pertama kali pada 1848 oleh Sosiolog
Jerman, Lorenz Von Stein dalam bukunya yang berjudul “Socialist & Communist Movement
since the Third French Revolution” . Pada saat itu gerakan sosial bersifat massive dan
biasanya timbul dengan maksud penolakan ataupun perlawanan terhadap kebijakan
pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat. Pergerakan Buruh dan Sosialis pada Abad 19
adalah contoh prototype dari Social Movement jaman dahulu yang masih mengandalkan
kendaraan politik berupa organisasi atau partai. Paska Perang Dunia Kedua, kita masuk
kedalam periode reformasi dan perubahaan yang disebut Post-War Periode, pada saat itu
berjamuran berbagai gerakan sosial dipicu semakin bebasnya masyarakat untuk berekspresi
dan menuntut haknya. “Demokrasi”.
Berasal dari berbagai keresahan diberbagai bidang, berbagai gerakan pun
bermunculan, mulai dari Ekonomi, Politik, Sosial, Budaya, Pendidikan, Kesehatan dan Lain-
lain. Barulah pada Abad 21 saat teknologi dan globalisasi merubah drastic pola pikir, budaya,
transaksi dan gaya hidup masyarakat, Gerakan Sosial juga mengalami Evolusi, Gerakan
sosial kini menjadi lebih spesifik mengangkat kasus tertentu dan mulai meninggalkan
organisasi formal sebagai kendaraan aspirasinya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kamanto, Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). FEUI : Jakarta.

Rafael, Raga Maran. 2001. Pengantar Sosiologi Politik. Rineka Cipta : Jakarta.

Situmorang, Abdul Wahib. 2013. Gerakan Sosial : Teori & Praktik (edisi revisi). Pustaka
Pelajar. Yogyakarta

https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_sosial

15

Anda mungkin juga menyukai