Sosis Lele
115544029/B
Lusi Efina M.
115544212/B
115544217/A
S1 TATA BOGA
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pembuatan bahan makanan zaman sekarang sangat beragam dan yang dihasilkan dari
beberapa bahan yang akhirnya menghasilkan banyak ragam bahan makanan. Sosis atau
sausage berasal dari kata salsus yang berarti menggiling dengan garam. Sesuai dengan
namanya, sosis merupakan produk olahan daging yang digiling. Pada zaman dahulu, sosis
dibuat dengan cara sederhana yaitu daging digiling, dihaluskan, dicampur bumbu kemudian
diaduk dengan lemak hingga tercampur rata dan dimasukkan ke dalama selongsong.
Selongsong yang dipakai pun masih alami yaitu usus hewan seperti usus sapi atau kambing.
(Astawan, 1989).
Saat ini dengan kemajuan teknologi sosis telah dibuat secara modern dengan berbagai
jenis dan ukuran. Salami sausage berasal dari daerah Salami . Sosis jenis ini merupakan
bentuk daging giling yang kadang-kadang dibiarkan tidak halus , sehingga bagian-bagian
dagingnya masih terlihat. Dikenal juga Bologna Sausage dan Frankfurter dimana kedu jenis
sosis tersebut bertekstur lembut. Frankfurter lebih dikenal di jerman dengan nama Wiener
Sausage , sedangkan di Amerika Serikat dikenal dengan Hot Dog. Berdasarkan Tingkat
kehalusan penggilingan daging , sosis dibedakan menjadi sosis daging giling dan sosis
emulsi. Dalam sosis daging giling , daging tidak dihaluskan , sehingga masih terlihat seratserat daging yang belum hancur dan menghasilkan tekstur yang khas. Sedangkan dalam sosis
emulsi daging digiling halus sampai terbentuk emulsi dengan lemak yang ditambhakan. Sosis
juga sering diolah lebih lanjut dengan proses fermentasi bakteri asam laktat. Bakteri yang
digunakan antara lain Pedicoccus sp dan Lactobacillus sp. Sosis fermentasi lebih dikenal
dengan istilah dry sausage atau semi dry sausage. Contoh sosis jenis ini antara lain adalah
Salami Sausage , Papperson Sausage , Genoa Sausage. Jenis ini biasanya dikosumsi orangorang bule dan jarang ditemui di pasar Indonesia. (Astawan , 1989)
BAB II
DASAR TEORI
Sosis atau sausage berasal dari kata salsus yang berarti menggiling dengan garam.
Sesuai dengan namanya, sosis merupakan produk olahan daging yang digiling. Pada zaman
dahulu, sosis dibuat dengan cara sederhana yaitu daging digiling, dihaluskan, dicampur
bumbu kemudian diaduk dengan lemak hingga tercampur rata dan dimasukkan ke dalama
selongsong. Selongsong yang dipakai pun masih alami yaitu usus hewan seperti usus sapi
atau kambing. (Astawan, 1989).
Berbagai ragam sosis telah diproduksi dan pada umumnya dikenal dengan nama asal
kota ataupun daerah yang memproduksinya, seperti Berliner (Berlin), Braunschweiger
(Brunswick), Genoa Salami (Genoa), Getoburg (Gethenburg), Frankfurter (Frankfurt),
Bologna (Bologna) dan lain-lain. (Purnomo, 1992)
Saat ini dengan kemajuan teknologi sosis telah dibuat secara modern dengan berbagai
jenis dan ukuran. Salami sausage berasal dari daerah Salami . Sosis jenis ini merupakan
bentuk daging giling yang kadang-kadang dibiarkan tidak halus , sehingga bagian-bagian
dagingnya masih terlihat. Dikenal juga Bologna Sausage dan Frankfurter dimana kedu jenis
sosis tersebut bertekstur lembut. Frankfurter lebih dikenal di jerman dengan nama Wiener
Sausage , sedangkan di Amerika Serikat dikenal dengan Hot Dog. Berdasarkan Tingkat
kehalusan penggilingan daging , sosis dibedakan menjadi sosis daging giling dan sosis
emulsi. Dalam sosis daging giling , daging tidak dihaluskan , sehingga masih terlihat seratserat daging yang belum hancur dan menghasilkan tekstur yang khas. Sedangkan dalam sosis
emulsi daging digiling halus sampai terbentuk emulsi dengan lemak yang ditambhakan. Sosis
juga sering diolah lebih lanjut dengan proses fermentasi bakteri asam laktat. Bakteri yang
digunakan antara lain Pedicoccus sp dan Lactobacillus sp. Sosis fermentasi lebih dikenal
dengan istilah dry sausage atau semi dry sausage. Contoh sosis jenis ini antara lain adalah
Salami Sausage , Papperson Sausage , Genoa Sausage. Jenis ini biasanya dikosumsi orangorang bule dan jarang ditemui di pasar Indonesia. (Astawan , 1989)
BAB III
KEGIATAN PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
a. Alat
Timbangan
Sausage spray
Panci
Saringan Tepung
Pisau
Kompor
Kom Adonan
Sendok
Refrigerator
Chooper
Plastic sosis
Dandang
b. Bahan
Lele
Garam
Gula
Susu Skim
Tepung Tapioka
Minyak
Air Dingin
Karagenan
2. Langkah Kerja
a. Uraian Kerja
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Praktikum
Kriteria
Warna
Tingkat Keempukkan
Aroma
Rasa
Pemorsian bahan
Mencampur bahan
dg choper
Memasukkan
adonan dalam
plastic sosis
sosis matang
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
V.1 Simpulan
Boiling sosis
Dari hasil praktikum serta pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat kami simpulkan
bahwa ;
1. Pembuatan sosis menggunakan bahan utama ikan lele sangat baik karena dalam ikan lele
terkandung banyak protein yang baik bagi tubuh manusia, yang diwujudkan dalam bahan
makanan baru yaitu sosis yang banyak disukai oleh anak-anak bahkan orang dewasa.
2. Pembuatan sosis ikan lele baik, karena menghasilkan sosis dengan rasa menyerupai sosis
pada umumnya dengan aroma sosis yang baik, tekstur serta warna yang cantik.
V.2 Saran
Adapun beberapa saran yang dapat kami sampaikan yaitu:
Agar para pembaca bisa mempelajari makalah yang kami buat dan mengerti isi serta
ruang lingkupnya sehingga dapat diambil pelajaran dan diterapkan dalam proses
pengaplikasian pada teknologi pangan untuk pembuatan produk makanan instan baru
dengan menggunakan bahan-bahan murah namun mempunyai nilai gizi tinggi.
Semoga para pembaca dapat mengkaji dengan baik dan bisa melengkapi kekurangan
makalah yang kami susun.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Gaman, P.M. dan Sherrington, K.B. Ilmu Pangan. Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan
Mikrobiologi. (Terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University