Anda di halaman 1dari 13

BAB 5

PEMROSESAN PESANAN DAN SISTEM INFORMASI LOGISTIK

A. Pemrosesan Pesanan
Pemrosesan pesanan pelanggan sering kali bukan tanggung jawab langsung
departemen logistik. Namun, konsekuensi dari pemrosesan pesanan dalam hal alokasi
stok dan pembangunan daftar pemilihan sangat penting. Perkembangan utama telah
terjadi di dua bidang spe sifik. Pertama, adalah informasi yang sekarang diberikan
kepada pe mesan. Ini termasuk visibilitas ketersediaan stok, yang memungkin kan
pengambil pesanan untuk segera mengidentifikasi apakah stok biaya biaya
operasional yang tidak efisien seperti biaya inventori [slow moving part, dan lain-
lain), biaya kerugian akibat "machine fault" dan lain-lain. Di negara-negara maju yang
sudah didukung oleh infrastruktur yang memadai pun, mereka sudah dapat
menerapkan konsep JIT (Just-In-Time). Di sini, segala sumber daya untuk produksi
benar-benar disediakan hanya pada saat diperlukan (fast moving). Termasuk juga
penyediaan suku cadang untuk maintenance, jadwal perbaikan (service) untuk
mencegah terjadinya machine fault, in ventory. Beberapa variasi penggunaan ERP
dalam sistem manufaktur seperti;
1. make-to-stock (diproduksi untuk dijadikan stok).
2. assemble-to-order (dirakit berdasarkan permintaan).
3. assemble-to-stock (dirakit untuk dijadikan stok).
4. make-to-order (diproduksi berdasarkan permintaan).
Pemrosesan pesanan (order processing) memiliki sejumlah aktivitas yang
terdiri atas: 1) persiapan pesanan, 2) pengiriman pesanan, 3) penginputan pesanan, 4)
pemenuhan pesanan, dan 5) pelaporan status pesanan (Ballou, 2004).
1) Persiapan pesanan
Persiapan pesanan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan mengenai produk atau jasa yang diinginkan dan secara
formal melakukan pemesanan produk yang akan dibeli. Aktivitas-aktivitas yang
termasuk diantaranya: penentuan vendor yang paling sesuai, pengisian form
pesanan oleh seorang konsumen atau sales, penentuan ketersediaan stok,
komunikasi melalui telpon untuk menyampaikan informasi pesanan, atau
membuat pilihan-pilihan dari menu komputer. Teknologi telah membantu
1
mengeliminasi pengisian form secara manual melalui RFID (radio frequency and
identification system) dan EDI (electronic data interchange) dan mempercepat
persiapan pesanan secara elektronik dengan memberikan informasi-informasi
tentang item yang dipesan melalui bar code scanning.
2) Pengiriman Pesanan
Pengiriman informasi pesanan adalah aktivitas selanjutnya dari siklus
pemrosesan pesanan. Aktivitas ini bertujuan untuk mengirimkan permintaan
pesanan dari sumber menuju lokasi dimana pesanan akan diinputkan. Ada 2 cara
yang bisa dilakukan untuk mengirimkan pesanan yaitu secara manual dan
elektronik. Pengiriman secara manual dilakukan dengan pos atau pesanan dibawa
secara langsung ke tempat penginputan data. Sedangkan pengiriman secara
elektronik dilakukan dengan telpon bebas pulsa, internet, dan faksimile.
3) Penginputan Pesanan
Penginputan pesanan menunjuk ke sejumlah tugas-tugas yang berlangsung
sebelum pemenuhan aktual sebuah pesanan. Tugas-tugas tersebut diantaranya: 1)
memeriksa keakuratan informasi pesanan seperti jumlah dan deskripsi item,
kuantitas dan harga; 2) memeriksa ketersediaan item-item yang dipesan; 3)
mempersiapkan back order atau dokumen pembatalan pesanan; jika diperlukan
juga melakukan tugas berikut 4) memeriksa status kredit yang dimiliki konsumen;
5) menyalin informasi pesanan jika diperlukan; 6) mengajukan tagihan. Tugas-
tugas ini diperlukan karena informasi permintaan pesanan tidak selalu sesuai
dengan form yang dibutuhkan untuk pemrosesan selanjutnya. Perkembangan
teknologi memberi dampak yang menguntungkan bagi aktivitas penginputan
pesanan. Bar code, optical scanner dan komputer telah meningkatkan
produktivitas aktivitas-aktivitas ini karena mampu menginputkan informasi
pesanan lebih akurat dan cepat dengan biaya yang rendah.

4) Pemenuhan Pesanan
Pemenuhan pesanan terdiri dari aktivitas-aktivitas fisik yang diperlukan untuk
1) mendapatkan item-item melalui pencarian stok, produksi atau pembelian; 2)
pengemasan item-item untuk pengiriman; 3) penjadwalan pengiriman dan 4)
persiapan dokumen pengiriman. Aktivitas aktivitas ini mungkin bisa berlangsung

2
bersamaan dengan penginputan pesanan agar dapat mengurangi waktu
pemrosesan pesanan.
Penentuan prioritas-prioritas dan prosedur-prosedur yang berhubungan dengan
pemenuhan pesanan akan mempengaruhi total waktu siklus pesanan (order cycle
time) untuk pesanan-pesanan yang bersifat individual. Prioritas pemrosesan
pesanan akan mempengaruhi kecepatan dimana semua pesanan diproses atau
kecepatan dimana pesanan yang lebih penting akan ditangani. Beberapa alternatif
aturan prioritas yang ada yaitu: First-received first-processed, shortest processing
time, specified priority number, dan earliest promised delivery date. Pemilihan
aturan tersebut tergantung pada beberapa kriteria diantaranya keadilan bagi semua
konsumen, perbedaan tingkat kepentingan antara pesanan pesanan, dan
keseluruhan kecepatan pemrosesan yang dapat dicapai.
Proses pemenuhan pesanan selain dari stok yang ada atau produksi akan
menambah order cycle time dengan bertambahnya waktu yang diperlukan untuk
order picking (pengambilan pesanan), pengemasan atau produksi. Pada saat ini
order cycle time diperpanjang dengan adanya split order processing (pemrosesan
pesanan yang terbagi) dan freight consolidation (konsolidasi muatan). Ketika
produk tidak tersedia sesegera mungkin untuk memenuhi pesanan, split order
dapat dilakukan. Untuk produk produk yang disimpan, probabilitas terjadinya
ketidaklengkapan dalam pemenuhan pesanan masih cukup tinggi meskipun
tingkat stoknya tinggi. Sebagai contoh, jika sebuah pesanan terdiri dari 5 item,
dimana tiap item memiliki probabilitas stok adalah 0,9, maka probabilitas
pemenuhan pesanan secara lengkap adalah:
FR = (0,90) (0,90) (0,9)(0,90) (0,90) = 0,59
Oleh karena itu, pengisian sebagian pesanan dari backup source lebih banyak
digunakan. Sebagai akibatnya, tambahan waktu untuk pemrosesan pesanan dan
prosedur-prosedur dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah pesanan.

5) Pelaporan Status Pesanan


Aktivitas pemrosesan pesanan yang terakhir ini bertujuan menjamin bahwa
konsumen mendapatkan pelayanan yang baik dengan menjaga informasi yang
terkait dengan keterlambatan dalam proses pemesanan atau pengiriman pesanan.
Aktivitas-aktivitas yang termasuk didalamnya: 1) mencari dan melacak pesanan
3
sepanjang keseluruhan siklus pesanan; 2) berkomunikasi dengan konsumen
mengenai keberadaan pesanan dan kapan pengiriman akan berlangsung.

B. Contoh Pemrosesan Pesanan


Sebuah retail order processing akan diilustrasikan dalam contoh berikut. Ritel
merupakan perusahaan yang beroperasi ditengah-tengah antara supplier dengan
konsumen. Perusahaan tersebut seringkali mendesain sistem pemrosesan pesanannya
dengan otomasi pada tingkat menengah. Waktu respon terhadap pesanan yang sangat
cepat kadang-kadang tidak penting karena terdapat persediaan yang cukup untuk
konsumen. Persediaan ini bertindak sebagai buffer terhadap efek tidak langsung dari
siklus pemesanan pengisian ulang. Namun waktu siklus pemesanan ulang yang
membantu mempertahankan jadwal pengisian ulang tetap penting.
Sistem informasi modern telah memberikan keuntungan-keuntungan dalam
penggantian banyak aset yang sebelumnya diperlukan untuk menjalankan bisnis.
Dengan menggunakan informasi melalui internet, perusahaan dapat mengurangi
luasan gudang, tingkat persediaan yang lebih rendah, pengurangan waktu
penanganan (handling time), dan kecepatan pelacakan pesanan yang lebih baik.
Distributor produk jadi dapat menggunakan Electronic Data Interchange (EDI)
untuk menciptakan sebuah sistem distribusi langsung dari supplier. Produk-produk
tidak perlu disimpan di gudang atau di rak-rak milik distributor. Konsumen
menerima produknya secara langsung dari supplier. informasi pesanan dan aliran
produk melalui supply chain ditunjukkan sebagai berikut:
1) Konsumen menyampaikan berapa banyak produk yang diinginkan dan
lokasinya ke distributor melalui Electronic Data Interchange (EDI).
2) Distributor menyampaikan berapa banyak produk yang harus dikirimkan
oleh supplier-supplier melalui EDI.
3) Distributor menyampaikan ke provider logistik dimana produk harus
diambil dan berapa jumlahnya melalui EDI.
4) Distributor menyampaikan ke provider logistik mengenai berapa banyak
produk yang harus dikirimkan, dimana, dan kapan melalui EDI.
5) Supplier-supplier menyiapkan produk untuk pengiriman.
6) Provider logistik mengambil produk, menyortir dan memisahkan produk-
produk sesuai dengan spesifikasi distributor.
4
7) Provider logistik mengirimkan produk-produk ke konsumen-konsumen.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waktu Pemrosesan Pesanan


Pemilihan hardware dan sistem untuk pemrosesan pesanan hanyalah salah satu
bagian dari pertimbangan desain. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan
waktu pemrosesan pesanan yang merupakan hasil dari penggunaan prosedur-prosedur
pengoperasian, kebijakan pelayanan konsumen dan praktek-praktek transportasi
(Ballou, 2004).
1. Prioritas-prioritas pemrosesan
Pemrosesan yang prioritasnya tinggi akan didahulukan sedangkan yang
memiliki prioritas rendah akan dikerjakan setelahnya. Hal ini dilakukan untuk
mengalokasikan sumber daya yang terbatas, seperti waktu, kapasitas, dan
tenaga. Jadi waktu pemesanan akan lebih cepat jika terdapat proses yang
prioritasnya tinggi dibanding dengan pesanan yang rendah prioritasnya.
2. Pemrosesan secara paralel versus serial
Waktu pemrosesan yang paling lama terjadi jika seluruh pekerjaan
diselesaikan secara berurutan. Waktu pemrosesan pemesanan dapat dipercepat
jika beberapa pekerjaan dilakukan secara paralel. Sebagai contoh pembuatan
beberapa copy dari sebuah pesanan akan membuat manajer penjualan dapat
mereview berdasarkan salah satu copy pesanan sementara itu aktivitas
pengecekan kredit juga bisa dilakukan oleh manajer keuangan.
3. Keakuratan pemenuhan pesanan
Penyelesaian aktivitas-aktivitas tanpa ada kesalahan selama siklus
proses pemesanan berlangsung akan meminimalkan waktu pemrosesan.
4. Order batching
Pesanan-pesanan yang dikumpulkan sehingga bisa diproses dalam satu
batch akan mengurangi biaya pemrosesan pesanan. Namun disisi lain,
menahan pesanan-pesanan hingga memenuhi ukuran batch akan menambah
waktu pemrosesan, khususnya untuk pesanan-pesanan yang masuk pada batch
yang pertama kali.
5. Konsolidasi Pengiriman
Konsolidasi beberapa pesanan dengan ukuran kecil sehingga
pengiriman bisa dilakukan dalam volume besar akan mengurangi biaya
5
transportasi. Namun, waktu proses mungkin akan meningkat karena
konsolidasi pengiriman tersebut.

D. Sistem Informasi Logistik


Perusahaan memerlukan inventaris pada titik tertentu, bukan hanya informasi -
informasi memang mengubah cara rantai pasokan dikelola, dan perubahan ini dapat
menyebabkan persediaan menjadi lebih rendah. Tanpa manajemen rantai pasokan
teknologi informasi tidak akan mungkin pada tingkat saat ini sedang dilakukan secara
global.
E-bisnis menggantikan proses fisik dengan yang elektronik. Dalam ebisnis,
transaksi rantai pasokan dilakukan melalui berbagai media elektronik, termasuk EDI,
e-mail, transfer dana elektronik (EFT), penerbitan elektronik, pemrosesan gambar,
papan buletin elektronik, database bersama, bar coding, faks, otomatis pesan suara,
katalog CD-ROM, Internet, situs Web, dan sebagainya.
Menurut Ballou (2004), sebuah sistem informasi logistik dapat dijelaskan
dalam 2 hal yaitu: (1) Fungsi dan (2) Operasi Internal.
Fungsi
Tujuan utama dalam pengumpulan, penyimpanan dan manipulasi data dalam
suatu perusahaan adalah membuat keputusan-keputusan mulai dari strategik sampai
operasional dan memudahkan transaksi transaksi bisnis. Gambar 5.3 menunjukkan
sebuah sistem informasi logistik atau logistics information system (LIS). Sistem
informasi logistik harus komprehensif dan mampu memungkinkan komunikasi tidak
hanya dengan area fungsional dalam sebuah perusahaan (pemasaran, produksi,
keuangan, logistik, dan lain-lain) tetapi juga dengan anggota-anggota dari supply
chain (vendor dan konsumen).
Dalam sistem informasi logistik, terdapat 3 subsistem utama yaitu Order
Management System (OMS), Warehouse Management System (WMS), dan
Transportation Management System (TMS). Masing-masing subsistem memiliki
informasi untuk tujuan-tujuan transaksi dan tool-tool pendukung keputusan yang
membantu dalam perencanaan aktivitas. Aliran informasi berlangsung diantara ketiga
subsistem tersebut demikian juga diantara sistem informasi logistik dan sistem
informasi lain yang dimiliki perusahaan untuk menciptakan sistem terintegrasi.

6
1. Order Management System (OMS) atau Sistem Manajemen Pesanan. Sistem
manajemen pesanan mengelola kontak awal dengan konsumen pada saat
permintaan produk dan penempatan pesanan. OMS adalah sistem front-end dari
LIS. OMS berkomunikasi dengan sistem manajemen gudang (WMS) untuk
memeriksa ketersediaan produk. Sistem ini akan memberikan informasi tentang
lokasi produk di supply network, kuantitas yang tersedia, dan estimasi waktu
pengiriman. Setelah ketersediaan produk dapat diterima oleh konsumen, maka
dilakukan pengecekan kredit dimana OMS berkomunikasi dengan sistem
informasi keuangan perusahaan untuk memeriksa status pelanggan dan
memverifikasi status kredit. Setelah pesanan diterima, OMS akan
mengalokasikan produk ke pesanan konsumen, menetapkan pesanan tersebut ke
lokasi produksi, mengurangi persediaan, dan menyiapkan faktur ketika
pengiriman telah telah dikonfirmasi.
2. Warehouse Management System (WMS) atau Sistem manajemen pergudangan.
WMS mungkin berisi OMS, atau mungkin diperlakukan sebagai entitas terpisah
dalam LIS. WMS setidaknya harus mengikat kembali ke OMS sehingga
departemen penjualan mengetahui apa yang tersedia untuk dijual. WMS adalah
subsistem. informasi yang membantu dalam pengelolaan produk yang mengalir
melalui fasilitas-fasilitas dalam jaringan logistik dan yang tersimpan di fasilitas
tersebut. Elemen-elemen kunci dapat diidentifikasi sebagai (1) penerimaan, (2)
put away, (3) manajemen persediaan, (4) pemrosesan pesanan dan pengambilan
barang, (5) persiapan pengiriman.
a. Penerimaan barang, merupakan titik masuk untuk informasi ke dalam WMS.
Produk dibongkar dari pembawa barang di dock gudang inbound dan
diidentifikasi berdasarkan kode dan kuantitas produk. Data mengenai produk
kemudian dimasukkan ke dalam WMS dengan menggunakan bar code
scanners, radio frequency data communication terminals atau secara manual
melalui keyboard.
b. Put away atau penempatan barang. Produk yang datang di gudang akan
disimpan sementara waktu. WMS mempertahankan tata ruang di dalam
gudang dan persediaan disimpan di lokasinya. Berdasarkan ketersediaan
ruang dan aturan tata letak persediaan, WMS menempatkan produk ke lokasi
yang spesifik untuk pengambilan nantinya. Jika ada beberapa produk yang
7
akan disimpan di beberapa lokasi dengan perjalanan yang sama, WMS dapat
menentukan urutan dan rute penempatan produk untuk meminimalkan waktu
tempuh.
c. Manajemen persediaan. WMS memonitor tingkat produk di tiap lokasi
penyimpanan di gudang. Jika tingkat persediaan berada di bawah batas yang
telah ditetapkan maka dilakukan pengisian dengan memesan sejumlah
kuantitas menurut aturan yang digunakan. Permintaan untuk melakukan
pengisian dikirim ke departemen purchasing atau secara langsung ke vendor
melalui EDI atau internet.
d. Pemrosesan pesanan dan pengambilan barang. Aspek yang paling bernilai
dari WMS adalah mampu merencanakan pengambilan persediaan di gudang
dan pengambilan item-item yang dipesan. Pengambilan persediaan
merupakan kegiatan yang menggunakan banyak tenaga kerja dan
membutuhkan biaya yang paling besar dalam operasi pergudangan. WMS
akan membagi pesanan-pesanan yang diterima ke dalam grup-grup item yang
memerlukan tipe-tipe pemrosesan dan pengambilan yang berbeda. Item-item
akan dikelompokkan berdasarkan lokasi dimana persediaan akan disimpan
atau area pengambilan pesanan untuk menyeimbangkan beban kerja picker.
e. Persiapan pengiriman barang. Pesanan sering diambil secara bergelombang
melalui gudang, yang berarti dari semua pesanan, sebuah subset akan
diproses pada satu waktu. Ukuran dari sub set dan pesanan dalam sebuah
subset dipilih berdasarkan pertimbangan pengiriman. Pemesanan yang
berasal dari konsumen yang berada di tempat yang sama akan diambil secara
bersamaan agar sampai di shipping dock dan truck stall pada saat yang sama.
3. Transportation Management System (TMS) atau Sistem manajemen transportasi.
TMS berfokus pada transportasi inbound dan outbound pada sebuah perusahaan
dan bagian integral dari LIS seperti ditunjukkan pada gambar 5.3. TMS membagi
informasi mengenai isi pesanan, berat dan volume item, kuantitas, tanggal
pengiriman yang dijanjikan, jadwal pengiriman vendor. TMS membantu dalam
perencanaan dan pengendalian aktivitas-aktivitas transportasi dalam sebuah
perusahaan, yaitu (1) pemilihan moda transportasi, (2) konsolidasi muatan, (3)
penentuan rute dan jadwal pengiriman, (4) pemrosesan klaim, (5) pelacakan
pengiriman, dan (6) pembayaran tagihan muatan dan pemeriksaan keuangan.
8
a. Pemilihan moda. TMS dapat menyesuaikan ukuran pengiriman dengan biaya
jasa transportasi dan kebutuhan performansi. TMS yang baik akan
menyimpan data berbagai moda transportasi, tarif muatan, perkiraan waktu
pengiriman, ketersediaan moda, frekuensi pengiriman dan akan menyarankan
moda transportasi yang terbaik untuk tiap pengiriman.
b. Konsolidasi muatan. Fungsi yang sangat berharga dari TMS adalah
menyarankan susunan untuk mengkonsolidasikan muatan-muatan kecil ke
yang lebih besar. TMS dapat melacak secara real time, ukuran pengiriman,
tujuan-tujuan, dan tanggal pengiriman yang dijanjikan. Dari informasi
tersebut dan menggunakan aturan-aturan keputusan internal, muatan yang
ekonomis dapat ditentukan dengan mempertimbangkan tujuan tujuan
pelayanan pengiriman.
c. Penentuan rute dan jadwal pengiriman. Ketika sebuah perusahaan memiliki
atau menyewa kendaraan, manajemen yang hati-hati diperlukan untuk
memastikan bahwa kendaraan dioperasikan secara effisien. Dengan
menggunakan informasi pesanan dari OMS dan informasi pemrosesan
pesanan dari WMS, TMS akan menempatkan muatan ke kendaraan dan
menyarankan rute kendaraan yang harus ditempuh.
d. Pemrosesan klaim. Beberapa pengiriman akan mengalami kerusakan pada
saat transportasi dilakukan. Dengan menyimpan beberapa informasi seperti
isi pengiriman, nilai produk, pembawa barang yang digunakan, lokasi awal
dan tujuan maka banyak klaim yang akan dapat diproses secara otomatis.
e. Pelacakan pengiriman. Penggunaan bar coding, transmisi radio, global
positioning system adalah elemen sistem informasi kunci yang
memungkinkan lokasi pengiriman bisa diketahui secara real time. Pelacakan
informasi dari TMS dapat dilihat oleh penerima barang melalui internet atau
alat elektronik yang lainnya.
f. Pembayaran tagihan muatan dan pemeriksaan keuangan. Penentuan tarif
muatan untuk pengiriman dapat menjadi sesuatu yang kompleks karena
banyak pengecualian yang dapat dikenakan pada tarif muatan. Komputer
berbasis TMS dapat secara cepat mencari rute dengan biaya yang paling
minimum dan membandingkan biaya tersebut dengan tagihan muatan.
Pembayaran tagihan muatan juga difasilitasi dalam TMS. TMS mencatat
9
pengiriman yang telah dibuat dan menawarkan sistem informasi keuangan
yang dimiliki perusahaan untuk mengeksekusi pembayaran kepada pembawa
barang (carrier) secara elektronik.

Operasi Internal

Dari sudut pandang sebuah operasi internal, sebuah sistem logistik


direpresentasikan secara sistematis seperti ditunjukkan pada gambar berikut.

Input

Aktivitas pertama yang berhubungan dengan sistem informasi adalah


mendapatkan data yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan. Setelah
mengidentifikasi item-item data yang dibutuhkan untuk perencanaan dan operasi
sistem logistik, maka data didapatkan dari berbagai sumber diantaranya (1)
konsumen, (2) catatan perusahaan, (3) data yang dipublikasikan dan (4) manajemen.

Data-data yang bersumber dari konsumen diantaranya volume penjualan,


lokasi penjualan dan ukuran pesanan yang diperoleh selama aktivitas penjualan
berlangsung; ukuran pengiriman dan biaya transportasi yang diperoleh dari kegiatan
pengiriman, freight bills, purchase order, dan invoice. Catatan perusahaan dalam
10
bentuk laporan akuntansi, laporan status, laporan dari studi internal dan eksternal serta
laporan operasi merupakan sumber data yang berharga.

Data yang diterbitkan dari sumber eksternal merupakan sumber data yang
unik. Sebagian besar data yang tersedia berasal dari penelitian penelitian yang
disponsori oleh pemerintah, asosiasi perdagangan dan dari pemasok. Data tambahan
lainnya bisa bersumber dari jurnal profesional dan majalah perdagangan. Personil
perusahaan (sebagai contoh: pihak manajemen, konsultan internal, perencana) juga
dapat menjadi sumber data yang berharga. Sebagai contoh prediksi tingkat penjualan,
aksi kompetisi dan ketersediaan bahan baku yang dibeli.

Manajemen Basis Data

Manajemen basis data meliputi pemilihan data yang akan disimpan atau
dipanggil/dicari lagi, pemilihan metode-metode analisis yang akan dimasukkan dan
pemilihan prosedur-prosedur pemrosesan data yang akan diimplementasikan. Setelah
menetapkan konten dari basis data, maka langkah pertama adalah menetapkan data
mana yang harus disimpan dalam bentuk hard copy dan data mana yang harus
disimpan di memori komputer agar bisa diakses dengan cepat. Penyimpanan data bisa
mengeluarkan biaya yang mahal, sehingga pertimbangan penyimpanan data harus
didasarkan pada: 1) seberapa penting informasi bagi logistician, 2) seberapa cepat
informasi tersebut dibutuhkan untuk dipanggil, 3) seberapa sering data tersebut
diakses, 4) seberapa banyak usaha yang perlu dilakukan untuk manipulasi data.

Pemrosesan data merupakan features yang paling populer dari sistem


informasi. Hasil dari kegiatan pemrosesan data diantaranya: perhitungan invoice,
penyiapan laporan keuangan, penyiapan purchase order, bill of lading, freight bill.
Analisis data adalah bagian yang rumit dan merupakan aplikasi baru dari sistem
informasi. Sistem mungkin terdiri dari sejumlah model model statistik dan matematik,
baik bersifat umum atau spesifik terhadap problem logistik yang dihadapi secara
khusus oleh perusahaan perusahaan. Beberapa model mengubah informasi menjadi
solusi-solusi problem yang menyediakan pendukung keputusan

11
Output

Elemen ketiga dari sistem informasi adalah output. Output yang berinteraksi
dengan user sistem. Umumnya output terdiri dari beberapa tipe dan dikirimkan dalam
berbagai macam form. Tipe-tipe output yang dihasilkan:

1. Output dalam bentuk Laporan, diantaranya:


a. Laporan ringkasan biaya atau statistik performansi
b. Laporan status persediaan atau progres pesanan
c. Laporan eksepsi (exception report) yang membandingkan performansi
yang diinginkan dengan performansi aktual
d. Laporan berupa purchase order atau production order.
2. Output dalam bentuk dokumen siap pakai, sebagai contoh: bill of lading,
freight bill.
3. Hasil dari analisis data yang diperoleh melalui model matematis dan
statistic

12
13

Anda mungkin juga menyukai