Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian manufaktur secara umum adalah suatu aktifitas yang kompleks yang melibatkan berbagai
variasi sumberdaya dan aktifitas perancangan produk, pembelian, pemasaran, mesin dan perkakas,
manufacturing, penjualan, perancangan proses, production control, pengiriman material, support
service, dan customer service. Manufaktur, dalam arti yang paling luas, adalah proses merubah bahan
baku menjadi produk. Proses ini meliputi perancangan produk, pemilihan material dan tahap‐tahap
proses dimana produk tersebut dibuat.

Perusahaan manufaktur memerlukan informasi untuk melangsungkan roda industrinya. Tanpa informasi
yang akurat, perusahaan tidak dapat menentukan kebijakan, bahkan peraturan yang dapat menunjang
perbaikan maupun perkembangan. Oleh karena itu, perusahaan perlu memiliki sebuah system informasi
yang dikhususkan pada department. Sistem informasi manufaktur lebih menekankan kepada proses
produksi yang terjadi dalam sebuah lantai produksi, mulai dari input bahan mentah hingga output
barang jadi, dengan mempertimbangkan semua proses yang terjadi.

Sistem informasi manufaktur adalah suatu sistem berbasis komputer yang bekerja dalam hubungannya
dengan sistem informasi fungsional lainnya untuk mendukung manajemen perusahaan dalam
pemecahan masalah yang berhubungan dengan manufaktur produk perusahaan yang pada dasarnya
tetap bertumpu pada input, proses dan output. Sistem ini digunakan untuk mendukung fungsi produksi
yang meliputi seluruh kegiatan yang terkait dengan perencanaan dan pengendalian proses untuk
memproduksi barang atau jasa.

Adapun manfaat digunakannya sistem informasi manufaktur di dalam suatu perusahaan manufaktur
yaitu: (1) Hasil produksi perusahaan lebih cepat dan tepat waktu karena sistem informasi manufaktur
menggunakan komputer sebagai alat prosesnya, (2) Perusahaan lebih cepat memperoleh informasi yang
akurat dan terpercaya,(3) Arsip lebih terstruktur karena menggunakan sistem database, dan (4) Sistem
informasi manufaktur yang berupa fisik robotik, hasil produksi semakin cepat, tepat dan berkurangnya
jumlah sisa bahan yang tidak terpakai.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Komputer sebagai bagian dari sistem fisik.

2. Komputer sebagai sistem informasi.

3. Model sistem informasi manufaktur.

4. Penggunaan sistem informasi manufaktur oleh manajer.

1.3 Tujuan Penulisan

Sesudah membaca makalah ini pembaca diharapkan dapat :

1. Mengetahui peranan komputer sebagai sistem fisik

2. Mengetahui peranan komputer sebagai sistem informasi

3. Mengetahui jenis – jenis model sistem informasi manufaktur

4. Mengetahui penggunaan sistem informasi manufaktur oleh manajer.

1.4 Manfaat Penulisan

Dalam makalah ini penyusun berharap pembaca dapat mengambil manfaat dan sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.

1.5 Metode Penulisan

Dalam makalah ini penulis menggunakan metode studi literatur, dimana kami menjadikan bacaan-
bacaan dari beberapa media sebagai sumber informasi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Komputer Sebagai Bagian dari Sistem Fisik


Telah banyak yang dicapai dalam penggunaan mesin yang dikendalikan komputer di area produksi.
Mesin-mesin tersebut menggantikan kerja para pekerja. Mesin-mesin berbiaya lebih murah daripada
pekerja.

Usaha untuk menggunakan mesin awalnya terdapat penolakan dari para pekerja, karena mereka
menganggap akan ada pengurangan karyawan. Namun semakin berkembangnya zaman tadi, pekerja
mulai dapat menerima karena akan mempermudah pekerjaan mereka juga.

Elemen yang menjadikan komputer sebagai bagian dari sistem fisik, antara lain:

1. Computer-Aided Design (CAD)

Computer-Aided Design (CAD) semakin sering disebut computer-aided engineering (CAE), melibatkan
penggunaan komputer untuk membantu rancangan produk yang akan dimanufaktur. CAD awal
munculnya sekitar tahun 1960-an dan kemudian diadopsi oleh pembuat mobil.

CAD merupakan program komputer untuk menggambar suatu produk atau bagian dari suatu produk
yang ingin digambarkan yang dapat diwakili oleh garis-garis maupun simbol-simbol tertentu. CAD dapat
berupa gambar 2 dimensi dan gambar 3 dimensi. CAD digunakan untuk merancang segala sesuatu dari
struktur rumit seperti bangunan dan jembatan hingga bagian-bagian kecil, memperbaiki gambar dengan
menghaluskan garis.

Setelah rancangan tersebut dimasukkan ke dalam komputer, engineer dapat menempatkan rancangan
pada berbagai pengujian untuk mendeteksi titik-titik lemah. CAD bahkan dapat membuat bagian-bagian
tersebut bergerak seperti yang sedang digunakan. Ketika rancangan itu selesai, perangkat lunak CAD
dapat mempersiapkan spesifikasi rinci yang diperlukan untuk memproduksi produk itu yang disimpan
dalam database rancangan.

CAD telah berevolusi dan terintegrasi dengan perangkat lunak CAE dan integrasi itu dimungkinkan
karena perangkat lunak CAD kebanyakan merupakan aplikasi 3 dimensi atau biasa disebut solid
modelling yang memungkinkan memvisualisasikan komponen dan rakitan yang kita buat secara realistik
dan mempunyai properti seperti massa, volume, pusat gravitasi, luas permukaan, dan lain-lain.

2. Computer-Aided Manufacturing (CAM)

Computer-Aided Manufacturing (CAM) adalah penerapan komputer dalam proses produksi. Penerapan
ini seperti bor dan mesin bubut yang menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi yang diperoleh dari
database rancangan. Sebagian mesin produksi memiliki mikropesesor yang telah terpasang dan sebagian
dikendalikan oleh komputer mini.
Sebagian besar otomatisasi pabrik saat ini terdiri dari teknologi CAM. Produksi dapat berjalan lebih
cepat dari presisi yang lebih tinggi daripada jika pekerja manusia yang mengendalikan. Presisi yang lebih
tinggi memungkinkan lebih sedikit bagian yang cacat dan terbuang.

3. Robotik

Penerapan komputer yang lain dalam pabrik adalah robotik yang melibatkan penggunaan robot
industrial. Robotik merupakan alat yang secara otomatis menjalankan tugas-tugas tertentu dalam proses
manufaktur yang memungkinkan perusahaan untuk memotong biaya dan mencapai tingkat kualitas
yang tinggi, juga digunakan untuk melakukan pekerjaan yang mengandung resiko seperti melakukan
pekerjaan di tempat yang bertemperatur tinggi sehingga mengakibatkan kinerja dan keefektifan robot
kurang maksimal.

2.2 Komputer Sebagai Sistem Informasi

Komputer merupakan suatu sistem informasi dalam kegiatan manufaktur. Output dari sistem informasi
menufaktur digunakan untuk menciptakan dan mengoperasikan sistem produk fisik.

Adapun komputer sebagai sistem informasi berkaitan dengan:

1. Sistem Titik Pemesanan Kembali (Re-order Point/ROP)

Setelah komputer pertama diterapkan dan berhasil dalam area akuntansi, komputer diberikan tugas
mengendalikan persediaan. Pendekatan reaktif yg sederhana yaitu menunggu hingga saldo suatu jenis
barang mencapai tingkat tertentu dan kemudian memicu pesanan pembelian atau suatu proses
produksi. Tingkat barang yang berfungsi sebagai pemicu disebut titikpemesanan barang dan sistem yang
mendasarkan keputusan pembelian pada titik pemesanan kembali disebut sistem titik pemesanan
kembali (re‐order point/ROP). Beberapa istilah dalam ROP antara lain:

• Stock‐out : kehabisan persediaan

• Lead time : waktu yang dibutuhkan pemasok untuk mengisi pesanan

• Safety stock : persediaan aman

Untuk mengantisipasi terjadinya kehabisan persediaan, perusahaan akan melakukan pesanan pada
pemasok ketika saldo mencapai titik pemesanan kembali. Jumlah waktu yang dibutuhkan pemasok
untuk mengisi pesanan disebut juga dengan lead time.
Perusahaan biasanya melakukan pemesanan sebelum stok habis sama sekali, dengan demikian selalu
ada kesempatan bagi perusahaan untuk melakukan kegiatannya sambil menunggu pengiriman dari
pemasok yang belum datang, atau penggunaan stok akan dikurangi selama jangka lead time. Jika
kekosongan stok terjadi, perusahaan tidak dapat menjalankan proses produksinya yang mengakibatkan
perusahaan rugi. Dengan pengukuran yang teliti, maka bisa dilakukan pencadangan jumlah inventarisasi
ekstra atau sering disebut safety stock.

2. Material Requirement Planning (MRP)

MRP dikembangkan pada tahun 1960‐an oleh Joseph Orlicky dari J.I case company. MRP adalah suatu
strategi material proaktif yaitu mengidentifikasikan material, jumlah dan tanggal yang dibutuhkan. MRP
mempunyai 4 komponen meliputi :

(1) Sistem penjadwalan produksi menggunakan 4 file data dalam menyiapkan jadwal produksi induk.
Data input mencakup file pesanan pelanggan, file ramalan penjualan, file persediaan barang jadi, dan file
kapasitas produksi. Sistem ini menghasilkan master jadwal produksi yang mencakup lead time
terpanjang ditambah waktu produksi terpanjang. Master production schedule memperoyeksikan
produksi cukup jauh ke depan untuk mengakomodasi proses produksi yang merupakan lead ime
pemasok dan waktu produksi terlama.

(2) Sistem MRP menguraikan tagihan material. Sistem ini mengubah kebutuhan bruto menjadi
kebutuhan netto.

(3) Sistem perencanaan kebutuhan kapasitas bekerja dengan sistem MRP utk menjaga produksi dalam
kapasitas pabrik. Setelah ada penentuan, sistem ini menghasilkan output utama yaitu jadwal pesanann
terencana, dan output lain seperti perubahan pesanan terencana, laporan pengecualian, laporan
kinerja, dan laporan perencanaan.

(4) Sistem pelepasan pesanan menggunakan jadwal pesanan terencana untuk input dan mencetak suatu
laporan pelepasan pesanan.

MRP memungkinkan perusahaan untuk dapat mengelola materialnya secara lebih baik. Perusahaan
dapat menghindari kehabisan persediaan yang disebabkan oleh penantian persediaan yang telah
dipesan namun tidak tersedia. Juga dapat mengetahui kebutuhan material masa depan, pembeli dapat
merundingkan perjanjian pembelian dengan pemasok dan mendapatkan rabat.

3. Manufacturing Resource Planning (MRP II)

MRP II mengintegrasikan semua proses di dalam manufaktur yang berhubungan dengan manajemen
material. MRP II dikembangkan oleh Oliver Wight dan George Plossy. MRP II dapat menyediakan
informasi bagi sistem informasi eksekutif dan bagi sistem informasi fungsional lainnya. MRP II juga
bertukar informasi dengan subsitem informasi akuntansi yang terlibat dalam arus material.

Manfaat MRP II, yaitu :

a) Penggunaan sumber daya yang lebih efisien yaitu dengan mengurangi inventori, lebih sedikit waktu
lebih sedikit kemacetan.

b) Perencanaan prioritas lebih baik. Hal ini dengan memulai produksi lebih cepat dan jadwal lebih
fleksibel.

c) Meningkatkan pelayanan pelanggan. Hal ini berkaitan dengan kesesuaian tanggal pengiriman,
meningkatkan kualitas, kemungkinan harga lebih rendah/murah.

d) Meningkatkan moral dan semangat pekerja. Dengan hal ini pegawai dapat memperoleh keyakinan
dalam sistem yang menghasilkan koordinasi antardepartemen lebih baik.

e) Informasi manajemen yang lebih baik. Manajemen dapat menggunakan output sistem untuk
memperoleh pandangan yang lebih baik mengenai sistem produksi fisik dan untuk mengukut kinerja
sistem tersebut.

4. Pendekatan Just In Time (JIT)

Pendekatan JIT merupakan pendekatan yang berhubungan dengan penjadwalan material sebagai bahan
baku agar tiba tepat waktu. Hal ini menjelaskan bahwa JIT menekankan waktu dan penggunaan sinyal
nonkomputer, berbeda dengan MRP. MRP menekankan pada perencanaan jangka panjang dan
memerlukan komputer. JIT didasarkan pada ukuran lot yang kecil. JIT berusaha untuk meminimalkan
biaya inventarisasi dengan cara memproduksi dalam jumlah yang lebih kecil. Lot size (ukuran tumpukan)
yang ideal akan menjadi satu dalam sistem JIT. Satu unit akan bergerak dari workstation ke workstation
berikutnya sampai produksinya selesai.

Pengaturan waktu menjadi kunci Penting saat Pasokan bahan mentah datang dari pemasok sebelum
penjadwalan produksi mulai, tidak ada inventarisasi bahan mentah yang perlu dibicarakan. Jumlah
bahan mentah yang sedikit diterima sekaligus, karena mungkin pemasokmelakukan beberapa kali
pengiriman selama satu hari. Kebalikannya dengan MRP yang menekankan perencanaan jangka panjang
dan membutuhkan penggunaan komputer, maka JIT menekankan pengaturan waktu dan penggunaan
tanda non komputer karena cukup menggunakan ”kanban” yang berarti kartu. Tujuan JIT adalah
meminimalkan biaya persediaan dan penanganan (keamanan dan asuransi).
2.3 Model Sistem Informasi Manufaktur

Sistem informasi manufaktur mencakup semua aplikasi komputer dalam area manufaktur sebagai
sistem konseptual.

1. Sub Sistem Input

Input data berupa data internal dan data eksternal, data internal merupakan data intern sistem
keseluruhan yang mendukung proses pengolahan data menjadi informasi yang berguna. Data ini
meliputi sumber daya manusia (SDM), material, mesin, dan hal lainnya yang mendukung proses secara
keseluruhan seperti transportasi, spesifikasi kualitas material, frekuensi perawatan, dan lain‐lain.

Data eksternal perusahaan merupakan data yang berasal dari luar perusahaan (environment) yang
mendukung proses pengolahan data menjadi informasi yang berguna untuk perhitungan cost dalam
manufaktur mulai dari awal hingga akhir proses.. Contoh data eksternal adalah data pemasok (supplier),
kebijakan pemerintah tentang UMR, listrik, dan lain-lain.

Sub sitem input terdiri dari sistem informasi akuntansi, sub sistem industrial engineering, dan subsitem
intelejen manufaktur.

 Sistem Informasi Akuntansi

Mengumpulkan data intern yang menjelaskan operasi manufaktur dan data lingkungan yang
menjelaskan transaksi perusahaan dengan pemasok. Sebagai contoh, pegawaiproduksi memasukan data
ke dalam terminal dengan menggunakan kombinasi media yang dapat dibaca mesin dan keyboard.
Media berbentuk dokumen dengan bar code yang dapat dibaca secara optik atau dengan tanda pensil
yang dapat dibaca secara optik, dan kartu plastik dengan garis‐garis catatan yang dapat dibaca secara
magnetis. Setelah dibaca data tersebut ditransmisikan kekomputer pusat untuk memperbarui database.

 Sistem Industrial Engineering

Industrial Engineering merupakan analisis sistem yang terlatih khusus yang mempelajari operasi
manufaktur dan membuat saran‐saran perbaikan. Industrial engineering terdiri dari proyek‐proyek
pengumpulan data khusus dari dalam perusahaan yang menetapkan berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk suatu produksi.

 Subsistem Intelejen Manufaktur

Subsistem intelijen manufaktur berfungsi agar manajemen manufaktur tetap mengetahui


perkembangan terakhir mengenai sumber‐sumber pekerja, material dan mesin.

Adapun yang termasuk dalam sub sistem intelijen manufaktur adalah:


a) Informasi pekerja, manajemen manufaktur harus memperhatikan serikat pekerja yang
mengorganisasikan para pekerja perusahaan. Baik dalam sistem kontrak, tak berjangka maupun
borongan.

b) Sistem formal, manajemen manufaktur memulai arus informasi pekerja dengan menyiapkan
permintaan pekerja yang dikirimkan ke departemen sumber daya manusia dan data dari berbagai
elemen lingkungan yang menghubungkan kepada pihak pelamar.

c) Sistem informal, arus informasi antar pekerja dan manajemen manufaktur sebagaian besar bersifat
informal arus itu berupa kontak harian antara pekerja dan manajer mereka.

Kegiatan‐kegiatan yang terjadi di dalam intelijen manufaktur:

a) Pengumpulan (pendokumentasian) data dari lingkungan.

b) Pengujian data.

c) Pemeliharaan data, untuk menjamin akurasi dan kemutakhiran data.

d) Keamanan data, untuk menghindari kerusakan serta penyalahgunaan data.

e) Pengambilan data dalam bentuk laporan, untuk memudahkan pengolahan data yang lain.

2. Sub Sistem Output

Subsistem Output adalah segala hal yang bersangkutan dengan proses yang terjadi disetiap divisi kerja
ataupun departemen yang mengukur produksi dalam hal waktu, menelusuri arus kerja dari satu langkah
ke langkah berikutnya.

1. Subsistem Produksi

Jadwal produksi menentukan kapan tahap-tahap proses produksi akan dilakukan. Saat pekerjaan
dilakukan, pekerja menggunakan terminal pengumpulan data untuk mencatat waktu mulai dan selesai
tiap tahap. Data terminal mencerminkan tanggal dan waktu penyelesaian aktual, yang dapat
dibandingkan dengan angka-angka yang direncanakan.

2. Subsistem Persediaan

Tingkat persediaan perusahaan sangat penting karena menggambarkan investasi yang besar dimana
suatu barang dipengaruhi oleh jumlah unit yang dipesan dari pemasok setiap kalinya, dan tingkat
persediaan rata‐rata dapat diperkirakan dari separuh kuantitas pesanan ditambah safety stock.
Subsistem persediaan memberikan jumlah stok, biaya holding, safety stock , dan lain‐lain berdasarkan
hasil pengolahan data dari input, biasanya memiliki proses pembelian (purchasing) dan penyimpanan
(inventory). Dan fungsi dari sub sistem persediaan adalah mengukur volume aktifitas produksi saat
persediaan diubah dari bahan mentah menjadi bahan jadi.

o Pentingnya Tingkat Persediaan

Tingkat persediaan perusahaan sangat penting karena menggambarkan investasi yang besar. Uang yang
tertanam dalam persediaan tidak dapat digunakan untuk hal-hal yang lain. Tingkat persediaan suatu
barang tertentu terutama dipengaruhi oleh jumlah unit yang dipesan dari pemasok setiap kalinya.
Tingkat persediaan rata-rata dapat diperkirakan separuh kuantitas pesanan ditambah safety stock.
Penentuan kuantitas pemesanan terbaik dipengaruhi oleh dua biaya-biaya pemeliharaan dan biaya
pembelian.

o Kuantitas Pesanan Ekonomis

Kuantitas pemesanan ekonomis menyeimbangkan biaya pemeliharaan dan pembelian serta


mengidentifikasikanbiaya kombinasi rendah.

o Kuantitas Manufaktur Ekonomi

Kuantitas manufaktur ekonomis juga disebut ukuran lot ekonomis. Kuantitas ini menyeimbangkan biaya
menyimpan persediaan biaya ketidakefisienan produksi. Kuantitas ini juga digunakan untuk memesan
pengisian kembali persediaan dari fungsi manufaktur perusahaan sendiri.

3. Subsistem Kualitas

Subsistem kualitas adalah semua hal yang berhubungan dengan kualitas, baik waktu, biaya, performa
kerja, maupun pemilihan supplier. Fungsi dari sub sistem kualitas adalah mengukur kualitas material
saat material diubah. Banyak hal lain yang bukan unsur mutlak kualitas namun perlu masuk dalam unsur
kualitas seperti proses (Process Control), Perawatan (Maintenance), dan Spesifikasi (Specification) baik
produk jadi maupun material. Sub sistem kualitas mempunyai pendekatan khusus untuk meningkatkan
kualitas produksinya dengan menggunakan total quality management (TQM) yaitu manajemen
keseluruhan perusahaan sehingga perusahaan unggul dalam semua dimensi produk dan jasa yang
penting bagi semua pelanggan. Keyakinan dasar yang melandasi TQM adalah :

• Kualitas ditentukan oleh pelanggan dan manajemen yang digunakan

• Kualitas dicapai oleh manajemen

• Kualitas adalah seluruh tanggung jawab seluruh penghuni perusahaan.

4. Subsistem Biaya
Komponen biaya termasuk dalam semua subsistem yang ada. Tujuan perusahaan manufaktur secara
umum adalah mencapai keuntungan dari hasil penjualan produknya. Oleh karena itu, sebuah sistem
informasi tidak akan pernah terlepas unsur biaya yang terjadi di dalamnya. Sub sistem biaya berfungsi
untuk mengukur biaya yang terjadi selama proses produksi terjadi. Unsur‐unsur pengendalian biaya ada
dua yaitu standar kerja yang baik dan sistem untuk melaporkan rincian kegiatan saat terjadinya proses
produksi yang akurat. Subsistem biaya dibagi menjadi 2, yaitu :

• Biaya Pemeliharaan

Biaya tahunan menyimpan suatu persediaan tergantung pada jenis material yang disimpan. Misalnya,
perusahaan farmasi yang menyimpan produk obat dalam ruang yang lingkungannya terkendali
terkendali (suhu, kelembaban, dsb) serta dengan keamanan ketat akan menanggung biaya yang sangat
tinggi. Biaya pemeliharaan, atau biaya penyimpanan (carrying cost), biasanya dinyatakan sebagai
persentase biaya tahunan dari barang, dan biaya tersebut mencakup faktor-faktor seperti
kerusakan,pencurian, keusangan, pajak dan asuransi. Suatu karakteristik pentik dri biaya pemeliharaan
adalah kenyataan bahwa biaya itu berbanding lurus dengan tingkat persediaan-semakin tinggi
persediaan, semakin tinggi biayanya.

• Biaya Pembelian

Perusahaan berusaha meminimumkan biaya pemeliharaan dengan menjaga agar tingkat persediaannya
rendah. Salah satu cara untuk hal tersebut adaah mengecilkan pemesanan bahan baku. Hal ini akan
menjadi tujuan yang baik jika biaya yang lain tidak meningkat seiring dengan penurunan kuantitas
pesanan. Biaya yang meningkat adalah biaya pembelian, yang mencakup biaya yang terjadi saat material
dipesan, waktu pembelian, biaya telepon, biaya sekretaris, biaya formulir pesanan, dan lain sebagainya.

2.4 Penggunaan Sistem Informasi Manufaktur oleh Manajer

Sistem Informasi manufaktur mulai digunakan dalm penciptaan maupun dalam operasi sistem produksi
fisik. Informasi manufaktur ini digunakan oleh eksekutif perusahaan, manajer bagian manufaktur,
maupun manajer lainnya. Penggunaan sistem informasi manufaktur pada perusahaan, antara lain:

1. Eksekutif perusahaan

Eksekutif perusahaan menerima informasi dari subsistem output yang menjelaskan seluruh operasi
perusahaan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kinerja pekerja dalam proses produksi dan hasil
produksinya.

2. Manajer bagian manufaktur

Manajer bagian manufaktur menggunakan sistem informasi ini untuk keberlangsungan proses produksi.

3. Manajer bagian lain


Manajer bagian lain seperti manajer pemasaran dan keuangan juga menggunakan output dari sistem
informasi mannufaktur ini. Pemasar merasa tertarik dengan aspek produksi seperti biaya, kualitas, dan
penyediaan karena faktor-faktor tersebut mempengaruhi penjualan produk. Manajer keuangan
memiliki perhatian khusus pada subsistem persediaan karena digunakan dalam menentukan investasi
persediaan, dan subsistem produksi, karena digunakan untuk membuat keputusan penting mengenai
konstruksi atau perluasan pabrik.

Suatu hal penting yang harus diingat adalah sistem informasi manufaktur menyediakan informasi bagi
para manajer di seluruh perusahaan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa:

Sistem informasi manufaktur merupakan suatu penerapan teknologi informasi dalam produksi yang
mantap, tetapi hanya satu dimensi dari penggunaan komputer. Manajer manufaktur menggunakan
komputer sebagai penunjang dalam kegiatannya yaitu komputer sebagai sistem fisik dan komputer
sebagai informasi.

Material Requirements Planning (MRP) merupakan metode penjadualan agar tidak ada penungguan
bahan baku, Oliver Wight dan George Plossl mengembangkan konsep MRP di luar area manufaktur
sehingga meliputi seluruh perusahaan yang hasilnya di sebut Manufacturing Resource Planning (MRP II).
JIT memiliki perbedaan dengan MRP. JIT menggunakan pendekatan nonkomputer, sedangkan MRP
berdasarkan komputer. JIT juga memiliki ukuran lot yang kecil.

Model sistem informasi manufaktur terdiri dari 3 subsistem input dan 4 subsistem output. Subsistem
input terdiri dari sistem informasi akuntansi, sistem industrial engineering, dan subsistem intelejen
manufaktur. Subsistem output yaitu subsistem produksi, subsistem persediaan, subsistem kualitas, dan
subsistem biaya.
Output dari sistem informasi manufaktur ini digunakan oleh eksekutif perusahaan, manajer manufaktur,
dan manajer pada bagian lainnya. Manajemen menggunakan subsistem produksi untuk membangun
fasilitas produksi baru dan mengoperasikan fasilitas yang ada.

3.2 Saran

Dengan adanya paper ini diharapkan agar pengetahuan kita tentang sistem informasi manufaktur dapat
bertambah. Dan dari paper yang telah kami buat, mungkin terdapat kesalahan dan kekurangan baik itu
dari penulisan atau dari kata-katanya, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca,
agar dapat memberikan motivasi atau nasihat guna memperbaiki paper ini nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

Pohan, H. I., dan K. S. Bahri.1977.Pengantar Perancangan Sistem. Jakarta : Erlangga.

Macleod, R..1995. Sistem Informasi Manajemen (II). Jakarta: PT. Prenhallindo.

Ariayanto, Beni. 2010. Sistem Informasi Manufactur. http://beniariyanto.blogspot.co.id/2010/11/sistem-


informasi-manufactur.html (Diakses pada tanggal 22 April 2017).

Anda mungkin juga menyukai