Anda di halaman 1dari 18

Direct Medical Cost And Utility Analysis Of

Diabetics Outpatient at
Karanganyar Public Hospital

Aditia Ramadhan (19482011002)


Table of contents

01 02 03
PENDAHULUAN Tujuan Penelitian Metode Penelitian

04 05
Hasil dan Pembahasan Kesimpulan
PENDAHULUAN

Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan


hiperglikemia dan kelainan pada karbohidrat, lemak dan protein. DM merupakan
penyakit yang membutuhkan banyak biaya terapi, terutama lama- biaya jangka. Biaya
pengobatan jangka panjang merupakan beban bagi pasien diabetes mellitus, yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien. Kualitas hidup pasien dapat dilihat dari nilai
utilitasnya.
Utilitas adalah kepuasan pasien setelah mendapatkan intervensi kesehatan. Kuesioner
EQ-5D-5L digunakan pada penelitian ini untuk mengukur utilitas pasien. EQ-5D
memiliki keunggulan untuk mengukur skor komprehensif tunggal unit nilai yang dapat
dibandingkan antar penyakit dan digunakan untuk evaluasi ekonomi.
Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui biaya


pengobatan, nilai utilitas dan faktor leverage penderita diabetes
rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.
Metode Penelitian
ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional yaitu penelitian
yang dilakukan dalam satu waktu dan satu waktu. Pengambilan data dilakukan
dengan 2 cara, menggunakan kuesioner EQ-5D-5L dan rekam medis bagian
keuangan dan farmasi.
Data dianalisis dengan menghitung biaya pengobatan langsung dan nilai
utilitas dengan melihat hubungan terhadap faktor-faktor yang mungkin
mempengaruhi.
Hasil dan Pembahasan
Biaya dan Medis Langsung

Hasil komponen biaya pengobatan langsung merujuk apotek sebagai komponen


biaya tertinggi (81,37%) disebabkan oleh terapi antidiabetes dan pengobatan
komplikasi yang membuat biaya apotek lebih tinggi dari komponen lainnya,
ditunjukkan pada Tabel 1. Hasil yang sama yaitu biaya obat (53,27%) adalah biaya
tertinggi
Penelitian ini menemukan rata-rata kombinasi pola terapi insulin antidiabetik adalah
Rp1.069.185,71 yang lebih tinggi dari pola lainnya. Hasil yang sama dari antidiabetik insulin
lebih besar dari antidiabetik lainnya, karena harga insulin lebih tinggi dari yang lain.
Biaya antidiabetik insulin 3 kali lebih besar dari antidiabetik oral. Hasil Uji SPSS Kruskal-
Wallis (p=0,000) terdapat hubungan yang signifikan (p<0,05), pola terapi berhubungan dengan
biaya pengobatan langsung, ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 3 menunjukkan rata-rata biaya kadar glukosa darah tidak terkendali adalah Rp
533.236,48 lebih tinggi dari biaya kadar glukosa darah terkendali.
Hasil uji Mann-Whitney (p=0,000) terdapat perbedaan nilai utilitas yang signifikan
(p<0,05), maka disimpulkan kadar glukosa berpengaruh terhadap biaya pengobatan
langsung.
Kadar glukosa darah yang terkontrol menggunakan pola terapi antidiabetes tunggal
sedangkan kadar glukosa darah yang tidak terkontrol menggunakan pola terapi
antidiabetes kombinasi.
Rata-rata biaya komplikasi sebesar Rp.553.083.59 lebih tinggi dari biaya non
komplikasi, terlihat pada Tabel 4.
Hasil uji SPSS Mann Whitney Test (p=0,001) terdapat hubungan yang signifikan
(p<0,05). Komplikasi yang terjadi berdampak pada biaya.
Kegunaan

Penelitian ini menggunakan kuesioner EQ-5D-5L. Kuesioner terdiri dari 2 bagian.


Bagian pertama menggambarkan kondisi pasien yang terdiri dari 5 dimensi mobilitas,
aktivitas perawatan diri biasa, nyeri/tidak nyaman dan kecemasan/depresi.
Bagian kedua adalah Skala Analog Visual untuk mengetahui status kesehatan hari ini,
pasien diharuskan melewati skala antara 0 hingga 100.
Kuesioner EQ-5D-5L digunakan untuk mengukur status kesehatan pasien DM rawat
jalan di Karanganyar. Hasil yang diperoleh dari pasien diabetes rawat jalan di RSUD
Karanganyar yang tidak mengalami masalah serius, ditunjukkan pada Tabel 5 : 61%
tidak ada masalah pada dimensi mobilitas, 89% tidak ada masalah pada dimensi
perawatan diri, 54% sedikit masalah pada dimensi aktivitas biasa, 41% masalah sedang
pada dimensi nyeri/tidak nyaman dan 48% masalah sedang pada dimensi
kecemasan/depresi. Tidak ada masalah ekstrim pada dimensi mobilitas 21,2%,
perawatan diri 2,8%, aktivitas biasa 17,3%, nyeri/tidak nyaman 35,7% dan
kecemasan/depresi 19,7%.
Hasil uji statistik Mann-Whitney jenis kelamin p=0,034 terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai utilitas (p<0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap nilai utilitas. Pasien rawat jalan DM yang berusia
>60 tahun memiliki nilai utilitas terendah (0,795) dibandingkan pasien yang lebih muda. Hasil uji statistik p=0,001
terdapat perbedaan nilai utilitas yang signifikan (p<0,05) maka disimpulkan umur dapat mempengaruhi nilai utilitas.
Kualitas hidup menurun seiring dengan bertambahnya usia. Nilai utilitas tingkat pendidikan terendah adalah pasien
yang memiliki tingkat pendidikan rendah (0,800). Hasil uji statistik p=0,001 terdapat perbedaan nilai utilitas yang
signifikan (p<0,05) maka disimpulkan pendidikan berpengaruh terhadap nilai utilitas. Hasil yang sama dengan
pendidikan yang lebih tinggi memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Nilai utilitas rata-rata pasien rawat jalan DM
yang menganggur sebesar 0,825. Hasil uji statistik (p=0,151) tidak terdapat perbedaan nilai utilitas yang signifikan
(p>0,05) dapat disimpulkan bahwa pekerjaan tidak ada hubungannya dengan utilitas.
Hasil yang sama dengan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara pekerjaan dan nilai utilitas pasien rawat jalan
DM namun menganggur rawat jalan bukan berarti tidak memiliki aktivitas sehari-hari yang berat, misalnya ibu rumah
tangga melakukan beberapa aktivitas berat seperti menyapu, mengepel, mencuci, dan memasak. Nilai utilitas rata-rata
pasien rawat jalan DM yang lama menderita penyakit DM lebih dari 5 tahun adalah 0,793 lebih rendah dibandingkan
pasien yang sudah menderita kurang dari 5 tahun. Hasil uji statistik p=0,000 terdapat perbedaan yang signifikan
(p<0,05) lama sakit dapat mempengaruhi nilai utilitas. Pasien yang sudah lama menderita dan memiliki kadar glukosa
darah tinggi kemungkinan besar mengalami kerusakan saraf atau neuropati penderita diabetes tipe 2.
Hasil pola terapi dan nilai utilitas untuk terapi antidiabetes oral tunggal adalah 0,855 berarti
kualitas hidup lebih tinggi dimana metformin sebagai antidiabetik tunggal digunakan, hasil yang
sama dari penelitian Dinaryanti menyatakan bahwa kualitas hidup pasien rawat jalan diabetes
yang menggunakan metformin lebih baik daripada antidiabetes lain karena metformin paling
efektif untuk mencapai kadar gula darah puasa dan post prandial.
Hasil uji Kruskal-Wallis (p=0,004) memiliki hubungan yang signifikan (p<0,05) maka dapat
disimpulkan pola terapi berpengaruh terhadap utilitas, ditunjukkan pada Tabel 7.
Tabel 8 menunjukkan nilai utilitas rata-rata kadar glukosa darah tidak terkontrol 0,802
lebih rendah dari kadar glukosa terkontrol, hasil uji Mann-Whitney (p=0,002) terdapat
perbedaan bermakna antara nilai utilitas (p<0,05), maka disimpulkan kadar glukosa
berpengaruh terhadap utilitas. Nilai utilitas pasien DM yang memiliki kadar glukosa
darah terkontrol lebih tinggi dibandingkan pasien tidak terkontrol.
Tabel 9 menunjukkan rata-rata nilai utilitas pasien DM rawat jalan dengan komplikasi adalah
0,754 sedangkan pasien tanpa komplikasi mencapai hasil yang lebih besar, hasil uji Mann-
Whitney p=0,000 terdapat perbedaan nilai utilitas yang signifikan (p<0,05), maka disimpulkan
efek komplikasi terhadap nilai utilitas sama dengan siapa yang memiliki hubungan signifikan
antara komplikasi dengan kualitas hidup pasien.
Hasil uji klinis prospektif dari United Kingdom Prospective Diabetic Study dan Diabetic
Control and Complication Trial telah membuktikan bahwa peningkatan kontrol glukosa darah
dapat mengurangi komplikasi retinopati, nefropati, neuropati dan penyakit kardiovaskular pada
diabetes mellitus.
Kesimpulan
Rata-rata biaya pengobatan langsung Pasien Diabetes Militus rawat jalan di RSUD Karanganyar
sebesar Rp. 433.728,00. Komponen biaya terbesar adalah Apotek. Pola terapi, Kadar glukosa darah
dan Komplikasi memiliki hubungan signifikan terhadap biaya pengobatan langsung.
Rata-rata nilai Utilitas Rawat Jalan Diabetes Militus sebesar 0,833. Karakteristik pasien Diabtes
Militus Rawat jalan, Pola terapi, Kadar glukosa darah dan Komplikasi berpengaruh signifikan
terhadap nilai utilitas.

Rumah Sakit perlu mempertimbangkan analisi biaya terapi obat dalam menentukan terapi obat yang
akan diberikan kepada pasien dan Rumah Sakit perlu mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan serta memberikan edukasi kepada Pasien Rawat Jalan Diabetes Militus agar dapat
mempertahankan dan meningkatkan Utilitasnya.
Thanks!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including


icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai