Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 menjamin
bahwa setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai
dengan kebutuhan. Tetapi, sampai saat ini Indonesia masih terbelit berbagai masalah di bidang
yang strategis tersebut.(1) Kenaikan biaya kesehatan terjadi akibat penerapan teknologi canggih,
karakter supply induced demand dalam pelayanan kesehatan, pola penyakit kronik dan
degeneratif, serta inflasi. Kenaikan biaya pemeliharaan kesehatan semakin sulit diatasi oleh
kemampuan penyediaan dan pemerintah maupun masyarakat.
Dalam sistem jaminan kesehatan masyarakat yang berlaku di Indonesia saat ini,
Jamkesmas dan/atau Jamkesda, proporsi biaya obat dialokasikan maksimal 30% dari biaya
perawatan kesehatan. Kenyataannya, konsumsi obat nasional mencapai 40% dari belanja
kesehatan secara keseluruhan dan merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.(2) Peningkatan
biaya tersebut dapat mengancam akses dan mutu pelayanan kesehatan dan karenanya harus dicari
solusi untuk mengatasi masalah pembiayaan kesehatan ini.(3)
Hal ini berkaitan dengan bidang farmakoekonomi yang memiliki peran penting dalam
mendeskripsikan dan menganalisis biaya terapi pada suatu sistem pelayanan kesehatan.
Farmakoekonomi merupakan multidisiplin ilmu yang mencakup ilmu ekonomi dan kesehatan
yang bertujuan meningkatkan taraf kesehatan dengan meningkatkan efektivitas perawatan
kesehatan.(4) Terutama pada penyakit Diabetes Melitus yang pengobatanya harus dilakukan
seumur hidup, sehingga membutuhkan biaya yang besar.
Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan sekelompok gangguan metabolik kronis akibat
abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan hiperglikemia
yang berakibat pada komplikasi mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati untuk jangka
panjang.(5)
Badan kesehatan WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM tipe 2 di
Indonesia dari 8.4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Sementara
International Diabetes Federation (IDF) memaparkan pada tahun 2013 – 2017 terdapat kenikan
jumlah penyandang DM dari 20,3 juta menjadi 16,7 juta pada tahun 2045. Laporan hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 oleh Kementerian Kesehatan RI, terjadi
peningkatan prevalensi DM menjadi 8,5%. (6) DKI Jakarta menempati peringkat pertama
sebagai kota dengan angka prevalensi diabetes melitus (DM) tipe 2 tertinggi di Indonesia sebesar
3,40 %. (7)
Cost effective analysis memberikan gambaran yang jelas tentang penggunaan dana yang
efektif berkaitan dengan penggunaan biaya medik langsung maupun tidak langsung rata-rata
berdasarkan kelas perawatan atau suatu cara untuk memilih dan menilai program atau obat yang
terbaik bila terdapat beberapa pilihan dengan tujuan yang sama untuk dipilih. Biaya penelitian
kesehatan khususnya biaya obat semakin meningkat. hal ini disebabkan oleh bebrapa faktor
antara lain : pola penyakit, perubahan pola pengobatan, penggunaan teknologi yang semakin
canggih dan meningkatnya permintaan akan pelayanan kesehatan.
American Diabetic Asociation menyatakan bahwa biaya ekonomi total tahunan untuk
penyakit diabetes mellitus pada tahun 2007 di Amerika Serikat mencapai 174 milyar dolar.
Pengeluaran medis total 116 milyar dolar yang terdiri atas 27 milyar dolar untuk perawatan
diabetes, 58 milyar untuk diabetes kronik yang berhubungan dengan komplikasi yang menyertai
penyakit diabetes mellitus dan 31 milyar dolar diluar biaya medis umum (ADA, 2008), oleh
karena itu efisiensi dan efektivitas penggunaan obat dan biaya merupakan faktor yang penting
untuk diperhatikan.
Rumah sakit umum daerah di DKI Jakarta tipe C merupakan sebagai fasilitas kesehatan
pemerintah dalam penelitian ini, RSUD tipe C menyediakan jasa rawat inap bagi pasien yang
memerlukan perawatan intensif untuk mempermudah mengamati perkembangan kesehatan
pasien secara berkesinambungan. Perhitungan biaya rawat jalan sangat penting karena berkaitan
dengan masalah penentuan harga pokok rawat inap, yang pada akhirnya akan mempengaruhi
penentuan harga jualnya atau tarif rawat inap, dengan demikian akan menghasilkan surplus atau
defisit dalam persen yang besarnya sama untuk setiap tempat tidur dari setiap kelas dalam
menentukan tarif sangatlah penting bagi pihak Rumah Sakit untuk mengetahui jumlah masing-
masing biaya yang digunakan. Rumah Sakit mempunyai tugas utama yang memberikan jasa
pengobatan, perawatan dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Rumah Sakit dituntut bisa
memberikan solusi yang tepat dalam hal pembiayaan agar semua berjalan baik dan pihak Rumah
Sakit bisa menjalankan organisasinya dalam jangka panjang. Salah satu caranya adalah
mengelola aktivitas biaya dengan baik agar dapat menetapkan pembiayaan pelayanan kesehatan
secara tepat dan efisien dengan tetap memperhitungkan resiko dan hasil yang diperoleh dalam
menetapkan besarnya tarif yang harus dibayar pemakai jasa (pasien).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin melakukan penelitian tentang
“Analisa Efektivitas Biaya (AEB) Penggunaan Antidiabetes Oral pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Tipe C Wilayah DKI Jakarta”.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan efektivitas pengobatan antidiabetes yang digunakan pasien DM
tipe 2 rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Tipe C wilayah Jakarta
2. Apakah ada perbedaan biaya diantara antidiabetes oral yang digunakan pasien rawat
jalan DM tipe 2 di RSUD tipe C wilayah Jakarta.
3. Apakah ada hubungan antara hasil efektivitas biaya pengbonatan (Analysis efective cost)
dengan hasil outcome pasien DM tipe 2 rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Tipe
C Wilayah DKI Jakarta?

1.3. Tujuan umum penelitian

Menganalisis Hubungan analisa efektivitas biaya (AEB) dan kepatuhan penggunaan


antidiabetes pada pasien diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Tipe
C Wilayah DKI Jakarta.

1.4. Tujuan Khusus penelitian

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:


1. Menilai efektivitas pengobatan antidiabetes yang digunakan pada pasien BPJS Rawat
Jalan di RSUD tipe C Wilayah Jakarta Tahun 2021
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi biaya efektifitas pengobatan pasien DM tipe 2
rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Tipe C wilayah DKI Jakarta

1.5. Manfaat Penelitian


1. Bagi Peneliti
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya dalam ilmu pelayanan kefarmasian terutama
berkaitan penyakit diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Wilayah Jakarta Tahun 2021
melalui pendekatan cost effectiveness analysis (CEA)
2. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Jakarta 2
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi mengenai
analisis efektivitas biaya penggunaan obat diabetes mellitus tipe 2 pada pasien bpjs rawat
jalan di RSUD Wilayah Jakarta Tahun 2021.

3. Bagi Rumah Sakit


Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam proses penanganan pasien
diabetes mellitus yang menjalani pola terapi pengobatan berdasarkan Cost Effectiveness
Analysis (CEA).

1.6. Batasan Masalah

Batasan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini difokuskan pada pasien rawat jalan diabetes mellitus tipe 2 dengan
menggunakan asuransi BPJS
2. Penelitian pada karakteristik pola pengobatan pasien DM dapat menggunakan terapi
Antidiabetik oral maupun yang dikombinasikan antara ADO+Insulinnya
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Kerangka Teori

Tujuan dari penelitian ini adalah menggunakan cost effectiveness analysis pada pasien
yang menjalani Terapi Antidiabetik pada Pasien BPJS Rawat Jalan berdasarkan Pola pengobatan
di RSUD Wilayah Jakarta Tahun 2021. Total biaya dalam klasifikasi biaya menurut Elliot, 2005
dibagi menjadi biaya langsung, biaya tidak langsung dan biaya intangible. Dengan pertimbangan
kesulitan teknis, biaya tidak langsung dan biaya intangible tidak dimasukkan ke dalam
perhitungan. Biaya langsung dibagi menjadi biaya langsung medis dan biaya langsung non
medis. Selanjutnya biaya langsung medis dibagi menjadi : biaya tetap, biaya semitetap dan biaya
variabel. Dalam penelitian ini, biaya langsung non medis dan biaya tetap dianggap sama.
Sehingga perhitungan total biaya diperoleh dari perhitungan biaya semitetap dan biaya variabel.
Biaya langsung medis pada penelitian ini adalah biaya antidiabetes dari prespektif
pemberi asuransi yang digunakan pasien selama melakukan rawat jalan yakni biaya antidiabetes
mulai dari kontrol KGD awal sampai kontrol KGD selanjutnya. Pada penelitian ini waktu
pemeriksaan selama 3-4 bulan. Biaya lainnya yang berhubungan langsung dengan pelayanan
kesehatan medis seperti pemeriksaan laboratorium, penggunaan obat lain, tindakan medis, biaya
pemeriksaan dan konsultasi dokter tidak dimasukkan dalam perhitungan biaya langsung medis.
Semua biaya diatas tidak dimasukkan dalam biaya langsung medis karena setiap pasie memiliki
perbedaan-perbedaan yang sangat bervariasi dalam tindakan penanganan medisnya.
Penilaian Efektivitas Terapi Outcome yang paling akurat untuk terapi pasien DM adalah
kadar HbA1C atau penilaian efektivitas terapi antidiabetes dilihat dari rata-rata penurunan KGD
dan regimen dosis terapi antidiabetes yang digunakan.

Metode analisis Tipe Kategori Biaya


1. Analisis 1. Direct medical costs
Minimalisasi Biaya (biaya medis
2. (AMiB) 2. langsung)
3. Analisis Efektivitas 3. Direct nonmedical
Biaya cost (biaya non-
(AEB) 4. medis langsung)
4. Analisis Utilitas 5. Indirect cost (biaya
Biaya (AUB) tidak langsung)
5. Analisis Manfaat 6. Intangible cost (biaya
Biaya (AMB) tidak teraba)
Analisis
Efektivitas
Biaya
(AEB)
faktor yang
mempengaruhi t :
faktor terapi, faktor
sistem kesehatan,
faktor sosial
ekonomi dan faktor
lingkungan.

cost-effectiveness ratio incremental cost-


(CER) effectiveness ratio (ICER)

2 2.1 Farmakoekonomi
2.1.1 Definisi Farmakoekonomi
Farmakoekonomi didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis biaya terapi pada
masyarakat atau sistem pelayanan kesehatan. Lebih spesifik, studi farmakoekonomi adalah
proses identifikasi, pengukuran, dan membandingkan biaya, risiko, dan manfaat dari program,
pelayanan, atau terapi dan menentukan alternatif yang memberikan keluaran kesehatan terbaik
untuk sumber daya yang digunakan (9).

2.1.2 Tujuan Farmakoekonomi


Tujuan farmakoekonomi adalah membandingkan obat yang berbeda untuk\ pengobatan
pada kondisi yang sama. Selain itu juga dapat membandingkan pengobatan yang berbeda pada
kondisi yang berbeda.(2) Hasil kajian farmakoekonomi dijadikan sebagai informasi untuk
membantu pembuat kebijakan dalam menentukan pilihan atas alternatif pengobatan agar
pelayanan kesehatan lebih efisien dan ekonomis. Informasi farmakoekonomi saat ini dianggap
sama pentingnya dengan informasi khasiat dan keamanan obat untuk menentukan pilihan obat
mana yang akan digunakan (2).

2.1.3 Metode Farmakoekonomi


Pada kajian farmakoekonomi terdapat empat metode analisis. Metode ini bukan hanya
mempertimbangkan efektivitas, keamanan, dan kualitas obat yang dibandingkan tetapi juga
aspek ekonomi yang merupakan prinsip dasar kajian farmakoekonomi. Hasil kajian yang
dilakukan diharapkan dapat memberikan masukan untuk menetapkan penggunaan yang paling
efisien dari sumber daya kesehatan yang terbatas jumlahnya. Metode farmakoekonomi dapat
dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1 Metode analisis dalam kajian Farmakoekonomi
Metode analisis Karakteristik analisis
Analisis Minimalisasi Efek dua intervensi sama (setara) valuasi/biaya
Biaya (AMiB) dalam rupiah
Analisis Efektivitas Biaya Efek dari satu intervensi lebih tinggi, hasil
pengobatan diukur dalam unit alamiah/indikator
kesehatan, valuasi/biaya dalam rupiah
Analisis Utilitas Biaya Efek dari satu intervensi lebih tinggi, hasil
(AUB) pengobatan dalam quality-adjusted lfe years/ biaya
dalam rupiah
Analisis Manfaat Biaya Efek dari satu intervensi lebih tinggi, hasil
(AMB) pengobatan dinyatakan dalam rupiah/biaya dalam
rupiah

a. Analisis Minimalisasi Biaya (AMiB)


Metode AMiB merupakan metode farmakoekonomi paling sederhana dan hanya dapat
digunakan untuk membandingkan dua atau lebih intervensi kesehatan, termasuk obat yang
memberikan hasil yang sama, serupa atau setara. Oleh karena hasil pengobatan dari intervensi
sama, maka yang dibandingkan hanya satu sisi yaitu biaya (Kementrian Kesehatan RI., 2013).
Contoh AMiB yang sering dilakukan adalah membandingkan dua obat generik yang dinyatakan
ekuivalen oleh FDA. Jika obat yang dibandingkan ekuivalen (tetapi diproduksi dan dijual oleh
perusahaan berbeda), hanya perbedaan biaya obat yang digunakan untuk memilih salah satu yang
nilainya paling tinggi. AMiB tidak bisa digunakan untuk membandingkan obat yang berbeda
kelas terapi dengan outcome yang berbeda (10).

b. Analisis Efektivitas Biaya (AEB)


Analisis efektivitas biaya (AEB) cukup sederhana dan banyak digunakan untuk Kajian
farmakoekonomi dengan membandingkan dua atau lebih intervensi kesehatan yang memberikan
besaran efek berbeda. Pada AEB, biaya intervensi kesehatan diukur dalam unit moneter dan hasil
dari intervensi tersebut dalam unit alamiah/indikator kesehatan baik klinis maupun non
klinis (non-moneter). Tidak seperti unit moneter yang seragam dan mudah dikonversikan,
indikator kesehatan sangat beragam. Oleh sebab itu, AEB hanya dapat digunakan untuk
membandingkan intervensi kesehatan yang memiliki tujuan sama.
Hasil AEB digambarkan sebagai rasio, baik dengan cost-effectiveness ratio (CER) atau
sebagai incremental cost-effectiveness ratio (ICER). CER menggambarkan total biaya program
atau alternatif dibagi dengan outcome klinik, dipresentasikan sebagai unit moneter per outcome
klinik spesifik yang dihasilkan sehingga klinisi dapat memilih alternatif dengan biaya lebih
rendah untuk setiap outcome yang diperoleh. (2)

C. Analisis Utilitas Biaya (AUB)


Metode AUB memiliki kemiripan dengan AEB, tetapi outcome-nya dinyatakan dengan
utilitas yang terkait dengan peningkatan kualitas akibat intervensi kesehatan yang dilakukan.
Luaran yang sering digunakan dalam AUB adalah quality-adjusted life year (QLAY) yang
menggabungkan kualitas (morbiditas) dan kuantitas (mortilitas) hidup. Kelebihan AUB adalah
tipe luaran kesehatan yang berbeda dan penyakit dengan beberapa luaran dapat dibandingkan
menggunakan satu unit pengukuran yaitu QLAY. Kekurangan metode ini adalah sulit untuk
menentukan utilitas atau QLAY secara tepat (11)

d. Analisis Manfaat Biaya (AMB)


Analisis manfaat biaya (AMB) adalah suatu teknik analisis dalam ilmu farmakoekonomi
yang menghitung dan membandingkan biaya suatu intervensi kesehatan terhadap manfaatnya
dan diekspresikan dalam satuan moneter. Kelebihan AMB adalah beberapa luaran yang berbeda
dapat dibandingkan, luaran diukur dengan nilai mata uang. Kekurangan AMB adalah bahwa
menempatkan nilai ekonomi pada luaran medik bukan merupakan hal yang mudah dan tidak ada
kesepakatan bersama metode standar untuk bisa memenuhinya.(12)
2.5 Definisi Operasional
Definisi Alat Skala
No. Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Pengukuran
1 Jenis Perbedaan antara Rekam Jumlah dan Nominal
Kelamin laki-laki dan medis persentase (%)
perempuan secara dari :
biologis sejak Skor
seseorang lahir 0=perempuan
1=Laki-laki

2 Pendidikan Jalur peminatan Rekam 0=Remaja Ordinal


perkuliahan medis Sekolah Tingkat
pada saat ini SLTA
menjadi
mahasiswa/peser 1= Mahasiswa
ta didik Kesehatan
Poltekkes
Kemenkes

3 Usia Usia Rekam 0. ≥40


pasien medis tahun
saat 1. <40 Ordinal
didiagnosa tahun
DM
4 Komorbid Rekam Jumlah dan
DM tipe 2 medis persentase
Penyakit
1. Hipertensi
komorbid ketika
2.
pertama kali
Hiperlipidemia
dinyatakan oleh
3. Tuberkulosis
dokter sebagai
4. Jantung
penyerta DM
5. HIV
6. dan lain-lain

5 Jenis Obat Rekam Jumlah dan


yang Obat pertama medis Pesentase
digunakan kali pasien DM 1. Glimepirid
pasien DM mendapatkan 2. Metgormin
Nominal
Tipe 2 pertama kali 3. Acarbose
oleh dokter di 4. Pioglitazon
rumah sakit 5. Glibenklamid
6. Oral + Insulin
6 Cost efectiv rasio, baik Dokumen 0= tidak efektif, Kategorik
analysis dengan cost- keuangan jikaeffectiveness
effectiveness ratio (CER) dan
Definisi Alat Skala
No. Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Pengukuran
ratio (CER) atau membandingkan
sebagai nilai CER
incremental dari masing-
cost- masing model
effectiveness terapi dilihat
ratio (ICER) tertinggi
1= Menghitung
cost
effectiveness
ratio (CER) dan
membandingkan
nilai CER
dari masing-
masing model
terapi dilihat
terendahnya
Adapun alur pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

Administrasi proposal dan


3
Perizinan ke PTSP dan
Pihak Dinas Kesehatan dan
RSUD serta mengajukan ke
komisi etik

Penulusuran data melalui data rekam


medik pasien, digunakan secara
retrospektif

data biaya antidiabetes


Data Karakteristik diagnosis utama yang digunakan selama
pasien: DM, komplikasi pasien melakukan
nomor rekam medis, penyakit rawat jalan.
nama inisial, jenis lainnya (seperti Biaya antidiabetes
kelamin dan umur dislipidemia, berdasarkan nama,
pasien. neuropati, jenis, dosis, lama
hipertensi). pemberian, jumlah obat.

Pengolahan dan analisis data

cost effectiveness nilai incremental cost


ratio (CER) dan effectiveness ratio
membandingkan nilai (ICER) yang terkecil
CER untuk
direkomendasikan.

Gambar 1. Alur pelaksanaan Penelitian


3.2 Jumlah Sampel dan teknik Penarikan Sampel
Populasi target berupa pasien DM rawat jalan yang tercatat dalam rekam medis periode Januari
sampai dengan Desember 2020. Jenis pengambilan data sampel dilakukan dengan cara non
probability sampling dengan teknik purposive sampling, yaitu peneliti menentukan pengambilan
sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga
diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian.(19)
Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi
untuk dijadikan sebagai sampel, yang termasuk kriteria inklusi adalah:
a. Pasien asuransi kesehatan DMT2 rawat jalan di RSUD periode Januari 2020 Desember 2020.
b. Pasien dengan rekam medis yang lengkap dan memuat informasi dasar yang diperlukan dalam
penelitian yaitu nama pasien, jenis kelamin, usia, nama obat, jumlah obat, harga obat, data
laboratorium,. pasien DMT2 yang mendapatkan model terapi antidiabetes untuk mengobati
kelebihan glukosa darah.
Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat dipilih sebagai sampel yaitu:
a. data status pasien yang tidak lengkap, hilang dan tidak jelas terbaca.
3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data dilakukan dengan menggunakan data sekunder merupakan Pengumpulan


data dilakukan dengan penelusuran data rekam medis dari status pasien DMT2 rawat jalan di
RSUD Kecamatan Cempaka Putih wilayah Jakarta Pusat selama periode Januari 2020-
Desember 2020 secara retrospektif.. Data hasil laboratorium pasien DM berupa nilai HbA1C
atau nilai gula darah puasa sebagai alat bantu dalam melihat kepatuhan penggunaan obat
outcome klinis pasien DM tipe 2.

1. Tahap Persiapan (izin komisi etik rumah sakit)

Tahap awal penelitian yang meliputi pengurusan perizinan penelitian, survey tempat,
Pengurus perizinan untuk pengambilan data dan penelitian ke bagian PTSP wilayah DKI jakarta
kemudian dilanjutkan ke Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat dan tahap perizinan juga
dilakukan ke pihak Dinas kesehata, suku dinas kesehatan dan RSUD yang dijadikan tempat
penelitian.

2. Tahap pengambilan Data

Data yang diperoleh berdasarkan catatan rekam medis pasien meliputi:

a. Data karakteristik pasien meliputi nomor rekam medis, nama inisial, jenis kelamin dan umur
pasien

b. Data klinis pasien meliputi diagnosis utama DM, komplikasi penyakit lainnya (seperti
dislipidemia, neuropati, hipertensi).

c. Data biaya antidiabetes yang digunakan pasien selama pasien melakukan rawat jalan mulai
dari kontrol awal sampai kontrol selanjutnya. Dalam penelitian ini waktu kontrol selama 3-4
bulan. Biaya antidiabetes berdasarkan nama, jenis, dosis, lama pemberian, jumlah obat.

3. Tahap Pengolahan Data


Adapun tahapan pengolahan data dalam penelitian ini adalah:
a. Mengelompokkan data pasien DM yang menerima antidiabetes meliputi nama inisial, jenis
kelamin, umur.
b. Mengidentifikasi dan menghitung unsur-unsur biaya dari model terapi yang diberikan. Pada
penelitian ini, biaya yang dihitung adalah biaya langsung medis dari prespektif pemberi
asuransi.
c. Menghitung outcome penurunan KGD pasien yang menerima antidiabetes.
d. Menghitung cost effectiveness ratio (CER) dan membandingkan nilai CER dari masing-
masing model terapi.
e. Memilih nilai incremental cost effectiveness ratio (ICER) yang terkecil untuk
direkomendasikan.
Analisis Data
Hasil penelitian dianalisis dengan analisis deskriptif. Besarnya biaya kemudian dihitung
untuk memperoleh model terapi antidiabetes yang paling cost- effective pada pengobatan pasien
DM.
Cost Effectiveness Analysis (CEA) dihitung dengan menggunakan rumus Cost
Effectiveness Ratio (CER) berdasarkan jumlah biaya penggunaan antidiabetes terhadap
efektivitas penggunaan antidiabetes untuk mengetahui terapi antidiabetes yang cost effective.
Rumus CER sebagai berikut:
CER = Biaya Penggunaan antidiabetes
Effektivitas penggunaan antidiabetik

Perbandingan antara model terapi antidiabetes dengan antidiabetes lainnya dianalisis


menggunakan Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER) untuk mengetahui biaya tambahan
yang diperlukan untuk setiap perubahan satu unit
efektivitas-biaya. Rumus ICER sebagai berikut:
ICER = Biaya Obat A- Biaya Obat B
Efektivitas obat A- Efektivitas Obat

Anda mungkin juga menyukai