PENDAHULUAN
Kesehatan adalah hak asasi manusia. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 menjamin
bahwa setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai
dengan kebutuhan. Tetapi, sampai saat ini Indonesia masih terbelit berbagai masalah di bidang
yang strategis tersebut.(1) Kenaikan biaya kesehatan terjadi akibat penerapan teknologi canggih,
karakter supply induced demand dalam pelayanan kesehatan, pola penyakit kronik dan
degeneratif, serta inflasi. Kenaikan biaya pemeliharaan kesehatan semakin sulit diatasi oleh
kemampuan penyediaan dan pemerintah maupun masyarakat.
Dalam sistem jaminan kesehatan masyarakat yang berlaku di Indonesia saat ini,
Jamkesmas dan/atau Jamkesda, proporsi biaya obat dialokasikan maksimal 30% dari biaya
perawatan kesehatan. Kenyataannya, konsumsi obat nasional mencapai 40% dari belanja
kesehatan secara keseluruhan dan merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.(2) Peningkatan
biaya tersebut dapat mengancam akses dan mutu pelayanan kesehatan dan karenanya harus dicari
solusi untuk mengatasi masalah pembiayaan kesehatan ini.(3)
Hal ini berkaitan dengan bidang farmakoekonomi yang memiliki peran penting dalam
mendeskripsikan dan menganalisis biaya terapi pada suatu sistem pelayanan kesehatan.
Farmakoekonomi merupakan multidisiplin ilmu yang mencakup ilmu ekonomi dan kesehatan
yang bertujuan meningkatkan taraf kesehatan dengan meningkatkan efektivitas perawatan
kesehatan.(4) Terutama pada penyakit Diabetes Melitus yang pengobatanya harus dilakukan
seumur hidup, sehingga membutuhkan biaya yang besar.
Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan sekelompok gangguan metabolik kronis akibat
abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan hiperglikemia
yang berakibat pada komplikasi mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati untuk jangka
panjang.(5)
Badan kesehatan WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM tipe 2 di
Indonesia dari 8.4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Sementara
International Diabetes Federation (IDF) memaparkan pada tahun 2013 – 2017 terdapat kenikan
jumlah penyandang DM dari 20,3 juta menjadi 16,7 juta pada tahun 2045. Laporan hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 oleh Kementerian Kesehatan RI, terjadi
peningkatan prevalensi DM menjadi 8,5%. (6) DKI Jakarta menempati peringkat pertama
sebagai kota dengan angka prevalensi diabetes melitus (DM) tipe 2 tertinggi di Indonesia sebesar
3,40 %. (7)
Cost effective analysis memberikan gambaran yang jelas tentang penggunaan dana yang
efektif berkaitan dengan penggunaan biaya medik langsung maupun tidak langsung rata-rata
berdasarkan kelas perawatan atau suatu cara untuk memilih dan menilai program atau obat yang
terbaik bila terdapat beberapa pilihan dengan tujuan yang sama untuk dipilih. Biaya penelitian
kesehatan khususnya biaya obat semakin meningkat. hal ini disebabkan oleh bebrapa faktor
antara lain : pola penyakit, perubahan pola pengobatan, penggunaan teknologi yang semakin
canggih dan meningkatnya permintaan akan pelayanan kesehatan.
American Diabetic Asociation menyatakan bahwa biaya ekonomi total tahunan untuk
penyakit diabetes mellitus pada tahun 2007 di Amerika Serikat mencapai 174 milyar dolar.
Pengeluaran medis total 116 milyar dolar yang terdiri atas 27 milyar dolar untuk perawatan
diabetes, 58 milyar untuk diabetes kronik yang berhubungan dengan komplikasi yang menyertai
penyakit diabetes mellitus dan 31 milyar dolar diluar biaya medis umum (ADA, 2008), oleh
karena itu efisiensi dan efektivitas penggunaan obat dan biaya merupakan faktor yang penting
untuk diperhatikan.
Rumah sakit umum daerah di DKI Jakarta tipe C merupakan sebagai fasilitas kesehatan
pemerintah dalam penelitian ini, RSUD tipe C menyediakan jasa rawat inap bagi pasien yang
memerlukan perawatan intensif untuk mempermudah mengamati perkembangan kesehatan
pasien secara berkesinambungan. Perhitungan biaya rawat jalan sangat penting karena berkaitan
dengan masalah penentuan harga pokok rawat inap, yang pada akhirnya akan mempengaruhi
penentuan harga jualnya atau tarif rawat inap, dengan demikian akan menghasilkan surplus atau
defisit dalam persen yang besarnya sama untuk setiap tempat tidur dari setiap kelas dalam
menentukan tarif sangatlah penting bagi pihak Rumah Sakit untuk mengetahui jumlah masing-
masing biaya yang digunakan. Rumah Sakit mempunyai tugas utama yang memberikan jasa
pengobatan, perawatan dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Rumah Sakit dituntut bisa
memberikan solusi yang tepat dalam hal pembiayaan agar semua berjalan baik dan pihak Rumah
Sakit bisa menjalankan organisasinya dalam jangka panjang. Salah satu caranya adalah
mengelola aktivitas biaya dengan baik agar dapat menetapkan pembiayaan pelayanan kesehatan
secara tepat dan efisien dengan tetap memperhitungkan resiko dan hasil yang diperoleh dalam
menetapkan besarnya tarif yang harus dibayar pemakai jasa (pasien).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin melakukan penelitian tentang
“Analisa Efektivitas Biaya (AEB) Penggunaan Antidiabetes Oral pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Tipe C Wilayah DKI Jakarta”.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan efektivitas pengobatan antidiabetes yang digunakan pasien DM
tipe 2 rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Tipe C wilayah Jakarta
2. Apakah ada perbedaan biaya diantara antidiabetes oral yang digunakan pasien rawat
jalan DM tipe 2 di RSUD tipe C wilayah Jakarta.
3. Apakah ada hubungan antara hasil efektivitas biaya pengbonatan (Analysis efective cost)
dengan hasil outcome pasien DM tipe 2 rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Tipe
C Wilayah DKI Jakarta?
Batasan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini difokuskan pada pasien rawat jalan diabetes mellitus tipe 2 dengan
menggunakan asuransi BPJS
2. Penelitian pada karakteristik pola pengobatan pasien DM dapat menggunakan terapi
Antidiabetik oral maupun yang dikombinasikan antara ADO+Insulinnya
TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan dari penelitian ini adalah menggunakan cost effectiveness analysis pada pasien
yang menjalani Terapi Antidiabetik pada Pasien BPJS Rawat Jalan berdasarkan Pola pengobatan
di RSUD Wilayah Jakarta Tahun 2021. Total biaya dalam klasifikasi biaya menurut Elliot, 2005
dibagi menjadi biaya langsung, biaya tidak langsung dan biaya intangible. Dengan pertimbangan
kesulitan teknis, biaya tidak langsung dan biaya intangible tidak dimasukkan ke dalam
perhitungan. Biaya langsung dibagi menjadi biaya langsung medis dan biaya langsung non
medis. Selanjutnya biaya langsung medis dibagi menjadi : biaya tetap, biaya semitetap dan biaya
variabel. Dalam penelitian ini, biaya langsung non medis dan biaya tetap dianggap sama.
Sehingga perhitungan total biaya diperoleh dari perhitungan biaya semitetap dan biaya variabel.
Biaya langsung medis pada penelitian ini adalah biaya antidiabetes dari prespektif
pemberi asuransi yang digunakan pasien selama melakukan rawat jalan yakni biaya antidiabetes
mulai dari kontrol KGD awal sampai kontrol KGD selanjutnya. Pada penelitian ini waktu
pemeriksaan selama 3-4 bulan. Biaya lainnya yang berhubungan langsung dengan pelayanan
kesehatan medis seperti pemeriksaan laboratorium, penggunaan obat lain, tindakan medis, biaya
pemeriksaan dan konsultasi dokter tidak dimasukkan dalam perhitungan biaya langsung medis.
Semua biaya diatas tidak dimasukkan dalam biaya langsung medis karena setiap pasie memiliki
perbedaan-perbedaan yang sangat bervariasi dalam tindakan penanganan medisnya.
Penilaian Efektivitas Terapi Outcome yang paling akurat untuk terapi pasien DM adalah
kadar HbA1C atau penilaian efektivitas terapi antidiabetes dilihat dari rata-rata penurunan KGD
dan regimen dosis terapi antidiabetes yang digunakan.
2 2.1 Farmakoekonomi
2.1.1 Definisi Farmakoekonomi
Farmakoekonomi didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis biaya terapi pada
masyarakat atau sistem pelayanan kesehatan. Lebih spesifik, studi farmakoekonomi adalah
proses identifikasi, pengukuran, dan membandingkan biaya, risiko, dan manfaat dari program,
pelayanan, atau terapi dan menentukan alternatif yang memberikan keluaran kesehatan terbaik
untuk sumber daya yang digunakan (9).
Tahap awal penelitian yang meliputi pengurusan perizinan penelitian, survey tempat,
Pengurus perizinan untuk pengambilan data dan penelitian ke bagian PTSP wilayah DKI jakarta
kemudian dilanjutkan ke Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat dan tahap perizinan juga
dilakukan ke pihak Dinas kesehata, suku dinas kesehatan dan RSUD yang dijadikan tempat
penelitian.
a. Data karakteristik pasien meliputi nomor rekam medis, nama inisial, jenis kelamin dan umur
pasien
b. Data klinis pasien meliputi diagnosis utama DM, komplikasi penyakit lainnya (seperti
dislipidemia, neuropati, hipertensi).
c. Data biaya antidiabetes yang digunakan pasien selama pasien melakukan rawat jalan mulai
dari kontrol awal sampai kontrol selanjutnya. Dalam penelitian ini waktu kontrol selama 3-4
bulan. Biaya antidiabetes berdasarkan nama, jenis, dosis, lama pemberian, jumlah obat.