Anda di halaman 1dari 9

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO.

3, OKTOBER 2016: 146-154

Cost Effectiveness Analysis (CEA)


Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS)
Diabetes Melitus Tipe 2 Peserta JKN di Kota Serang Banten

Ari Dwi Aryani1, Fauziah Nuraini Kurdi1, Bambang.B. Soebyakto1


1
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Pascasarjana Universitas Sriwijaya, Jalan Padang Selasa No.254
Palembang 30137 Sumatera Selatan, Indonesia.
E-mail: aridwiaryani.dr@gmail.com

Abstrak
Data BPJS Kesehatan menunjukkan terjadi kenaikan jumlah penderita DM peserta JKN yang berkunjung ke Rumah
Sakit sebesar 40% pada tahun 2015 dibandingkan tahun sebelumnya, sementara kenaikan Biaya yang dikeluarkan untuk
penyakit DM dan komplikasinya sebesar 41%. Salah satu upaya BPJS Kesehatan untuk mengendalikan penyakit DM
dan komplikasinya adalah melaksanakan program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS). Tujuan dari studi ini
adalah untuk melakukan analisa efektivitas biaya antara PROLANIS dengan Non PROLANIS menggunakan
pendekatan cross sectional design. Penelitian ini membandingkan 21 pasien DM Tipe 2 yang mengikuti PROLANIS
dan 85 pasien Non PROLANIS di RSUD dr. Drajat Prawira Serang Banten. Kualitas hidup pasien diukur
menggunakan kuisoner WHOQOL-BREF. Beban ekonomi untuk biaya langsung medis menggunakan tarif INA CBGs
dan biaya lainnya menggunakan kuisoner beban ekonomi. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi perbedaan
signifikan (nilai p0,044)antara rata-rata biaya total perawatan setahun DM Tipe 2 yang mengikuti PROLANIS (Rp.
2.405.536,) dibandingkan pasien Non PROLANIS (Rp 4.799.878). Pasien DM Tipe 2 PROLANIS yang memiliki
kualitas hidup baik sebesar 61.9% dan pasien Non PROLANIS 25.9%. Analisa bivariat menunjukkan bahwa kualitas
hidup pasien PROLANIS terbukti signifikan pada domain hubungan sosial (nilai p 0.03). Terdapat hubungan yang
signifikan antara domain hubungan sosial dan lingkungan dengan domain kualitas hidup lainnya pada uji korelasi.
PROLANIS lebih cost efektif dibandingkan Non PROLANIS dengan nilai ICER adalah Rp.625.155,- untuk setiap
ekstra domain hubungan sosial lebih baik dan Rp 969.369,- untuk setiap ekstra domain lingkungan lebih baik serta
dominan untuk biaya dan kualitas hidup pada CE Plane.

Kata kunci : Analisa Efektivitas Biaya, DM Tipe 2, PROLANIS

Abstract

Cost Effectiveness Analysis (CEA) of Disease Management Program (DMP) Diabetes Melitus Type 2in the JKN
Membership at Serang City Banten. Based on data Health BPJS (Administering Body Social Security), number of patients
with Diabetes Mellitus (DM) JKN membership who visit Hospital is increasing 40% on 2015 compared 2014. BPJS health
care spending for DM and complication is increasing 41%. PROLANIS is disease management program BPJS Kesehatan as
an effort to control DM and complication. The aim of this study is to analize the cost effectiveness between PROLANIS and
Non PROLANIS on DM Type 2 patients. This study compared 21 PROLANIS patients a and 85 Non PROLANIS patients at
Drajat Prawiranegara Hospital in Serang. To measure the quality of life, patientsinterviewed by WHOQOL-BREF
questionnaire. Economic burden divided in two measurement. Direct medical cost measured by INA CBGs packet, direct non
medical cost and indirect medical cost will be measure by economic burden questionnaire. Results of this study indicate that
are significant between PROLANIS average total cost per year PROLANIS (Rp.2.405.536,) and Non PROLANIS (Rp
4.799.878) with p value0,044. Logistic regression analysis showed that the variables most affect the quality of life is
participation in prolanis (p values 0.04). PROLANIS patient has good quality of life 61.9% and 25.9% for Non PROLANIS.
Bivariate analysis showed Quality of life PROLANIS patient significant in social relationship domain (p value 0.03). Analysis
of the correlation between social relationship and environmental with the other domain. PROLANIS is cost effective compare
to Non PROLANIS with ICER Rp.625.155 for ekstra better social relationship domain and Rp 969.369,- for ekstra better
environmental domain and dominant for cost and quality of life at CE Plane.

Key words: cost effectiveness analysis, DM Type 2, Disease Management Program

146
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO. 3, OKTOBER 2016: 146-154 147

1. Pendahuluan Network (2003) melaporkan tidak ada eviden


cost effectiveness DMP.7 Hasil penelitian Idris
Sebanyak 10 juta penduduk Indonesia
F (2014) dalam mengevaluasi pelaksanaan
menderita Diabetes Melitus pada tahun 2015
PROLANIS didapatkan semakin sering
atau meningkat 9.8% dibandingkan tahun
penderita Diabetes Melitus mengikuti
2014, menempatkan Indonesia sebagai negara
PROLANIS semakin rendah biaya pelayanan
nomor tujuh jumlah penderita Diabetes
di Rumah Sakit,8 selanjutnya perlu dilakukan
Melitus terbanyak di dunia.1,2 Diperkirakan
penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi
pada tahun 2035 jumlah penderita Diabetes
program ini. Undang-undang No. 40 tahun
Mellitus di Indonesia menjadi 14,1 juta jiwa.
2004 penjelasan pasal 24 mengamanahkan
Prevalensi nasional DM (berdasarkan hasil
BPJS Kesehatan melakukan kendali mutu dan
pengukuran gula darah pada penduduk umur
kendali biaya. Pelaksanaan PROLANIS
≥15 tahun dengan DM adalah 6,9 persen.3
merupakan salah satu bentuk pelaksanaan
Jumlah peserta JKN penderita DM yang
kendali mutu kendali biaya oleh BPJS
berkunjung ke Rumah Sakit pada pada tahun
Kesehatan. Evaluasi terhadap PROLANIS
2015 sebanyak 801.224 orang atau naik 40%
dilakukan untuk mengetahui efektivitas dari
dari tahun 2014. Diabetes menyebabkan
program ini.
besarnya beban ekonomi individu dan
Cost Effectiveness Analysis (CEA) atau
keluarga, sistem kesehatan nasional dan
analisis efektivitas-biaya adalah metode
negara. Beban biaya yang harus ditanggung
manajemen guna menilai efektifitas dari suatu
BPJS Kesehatan untuk penyakit DM dan
program atau intervensi dengan
komplikasinya sebesar 3.2 triliun atau naik
membandingkan nilai biaya (cost) dengan
41% dibandingkan tahun 2015.
outcome yang dihasilkan. Outcome yang
Diabetes Melitus tipe 2 merupakan
diukur diekspresikan dalam terminologi yang
penyakit kronis yang dipengaruhi oleh pola
bisa diukur dan bukan dalam bentuk moneter.
hidup dan berlangsung seumur hidup, tidak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bisa disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan.
mana yang lebih cost effective antara
BPJS Kesehatan melaksanakan Disease
PROLANIS dan Non PROLANIS dengan
Management Program (DMP) atau dikenal
membandingkan efektivitas-biaya dan kualitas
dengan Program Pengelolaan Penyakit Kronis
hidup pasien. Dalam penelitian ini biaya yang
(PROLANIS) untuk mengendalikan penyakit
dihitung adalah total biaya perawatan DM
DM Tipe 2.4 PROLANIS adalah program yang
Tipe 2 meliputi biaya langsung medis, biaya
memadukan antara penatalaksanaan pelayanan
langsung non medis (transport dan makan) dan
kesehatan dan komunikasi bagi sekelompok
biaya tak langsung (pendapatan yang hilang),
peserta dengan kondisi penyakit tertentu yang
sedangkan outcome yang digunakan adalah
jumlahnya cukup bermakna melalui upaya
kualitas hidup yang diukur dengan kuesioner
penanganan penyakit secara mandiri. Tujuan
WHOQOL-BREF terdiri dari 26 pertanyaan.9
dari program ini adalah untuk mendorong
pasien Diabetes Melitus mencapai kualitas
2. Metode
hidup yang optimal dengan biaya yang efektif
dan rasional. Program ini sudah dilaksanakan Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
sejak tahun 2010 sebelum PT. ASKES berupa rancangan survey analitik dengan
(Persero) berubah menjadi BPJS Kesehatan menggunakan pendekatan cross sectional.
pada tanggal 1 Januari 2014.5 Populasidalam penelitian ini adalah pasien
Hasil penelitian Sidorov (2002) di DM Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah
Amerika menyatakan pasien yang mengikuti (RSUD) dr.Drajat Prawira Serang Banten yang
DMPlebih cost effective dibandingkan pasien mendapatkan pelayanan selama tahun 2014
non program,6 sedangkan Health Evidence sampai tahun 2015, sampel dipilih secara acak
148 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO. 3, OKTOBER 2016: 146-154

sebesar 106 yang terdiri dari 21 pasien yang mayoritas adalah perempuan (57%) dengan
mengikuti PROLANIS dan 85 pasien Non umur >55 tahun (62%), berpendidikan SMA
PROLANIS. Pasien PROLANIS dikelola oleh (42.9%), pekerjaan ibu rumah tangga (38.1%),
fasilitas kesehatan tingkat pertama yaitu klinik tidak berpenghasilan (38.1%) dan pengeluaran
Andri Medistra yang berlokasi di kota Serang Rp<3.000.000 .Responden Non PROLANIS
banten.Klinik Andri merupakan Fasilitas memiliki karaktersitik yang sama, mayoritas
Kesehatan Tingkat Pertama terbaik kedua adalah perempuan (51.8%) dengan umur >55
dalam melaksanakan PROLANIS pada tahun tahun (56.5%), berpendidikan SMA (52.9%),
2014 dan telah melaksanakan sejak tahun 2012. pekerjaan ibu rumah tangga (41.2%), tidak
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel berpenghasilan (38.1%) dan pengeluaran
dependen yaitu kualitas hidup dan sebagai Rp<3.000.000.
variabel independen adalah usia, jenis Rata-rata pasien PROLANIS lama
kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama menderita DM tipe 2 adalah 5.4 tahun,
didiagnosa DM, lama mengikuti PROLANIS, sedangkan Non PROLANIS rata-rata 7.9
pengakit yang diderita akibat komplikasi DM. tahun. Pasien PROLANIS yang tidak memiliki
Data yang digunakan adalah data primer dan komplikasi penyakit sebesar 57.1%, diikuti
skunder. Data biaya terdiri dari data biaya penyakit hipertensi 14.3%, sedangkan pasien
langsung medis hasil luaran aplikasi BPJS Non PROLANIS yang tidak memiliki
Kesehatan, biaya yang dihitung adalah biaya komplikasi sebesar 38.8% diikuti penyakit
pelayanan selama tahun 2015. Data biaya jantung 20%. Frekuensi tertinggi kunjungan
langsung non medis dan biaya tak langsung Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL)
diperoleh dari kuisioner beban ekonomi. Data sebanyak 1-2 kali selama satu bulan, pasien
kualitas hidup mengggunakan kuisioner PROLANIS 62% dan pasien Non PROLANIS
WHOQOL-BREF yang terdiri dari 26 78%. Tidak ada pasien PROLANIS yang
pertanyaan dan dibagi menjadi 4 domain yaitu berkunjung ke Rumah Sakit lebih dari 2 kali
domain fisik, psikologik, hubungan sosial dan sebulan, sedangkan pasien Non PROLANIS
lingkungan melalui teknik wawancara. sebanyak 9 orang atau 7%. Tidak ada pasien
Kuesioner telah dilakukan validasi, PROLANIS yang dirawat inap lebih dari satu
reliabilisasi dan normalisasi. kali setahun, sedangkan sebesar 5% pasien
Analisis data yang dilakukan dalam Non PROLANIS dirawat lebih dari 2 kali
penelitian ini adalah analisis univariat untuk setahun.
melihat deskripsi dan distribusi frekuensi dari Dokter mempunyai peranan yang besar
tiap-tiap variabel. Analisis regresi linier dalam mendorong pasien DM tipe 2 untuk
berganda dan uji korelasi dilakukan untuk bergabung dengan PROLANIS, 76%
menguji variabel independen yang paling responden menyatakan rekomendasi mengikuti
mempengaruhi kualitas hidup. Uji statistik non PROLANIS berasal dari Dokter. Rata-rata
parametrik untuk melihat perbedaan biaya dan lama telah mengikuti PROLANIS terbanyak
kualitas hidup antara pasien PROLANIS dan selama dua tahun (71.4%), dua orang (9.5%)
Non PROLANIS. Analisa efektivitas biaya telah mengikuti PROLANIS selama 4 tahun.
untuk mendapatkan nilai Average Cost Total biaya perawatan DM tipe 2 (Tabel
Effecitveness Ratio (ACER) dan Incremental 1) meliputi biaya langsung medis, biaya
Cost Effectiveness Ratio (ICER) dilakukan langsung non medis dan biaya tak langsung.
dengan membandingkan antara rata-rata biaya Biaya langsung medis terdiri dari biaya beban
dan rata-rata kualitas hidup. BPJS Kesehatan dan biaya beban pasien.
Beban biaya BPJS Kesehatan untuk perawatan
3. Hasil DM tipe 2 sebesar Rp.375.963.649, rata-rata
Responden yang mengikuti PROLANIS biaya pasien PROLANIS lebih
besardibandingkan pasien Non PROLANIS.
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO. 3, OKTOBER 2016: 146-154 149

Biaya yang dihabiskan untuk membiayai wilk menunjukkan data PROLANIS


pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan berdistribusi normal sedangkan data Non
(RITL) sebesar 68%. Biaya langsung medis PROLANIS tidak berdistribusi normal.
beban pasien adalah biaya yang dikeluarkan Selanjutnya karena data tidak berdistribusi
oleh pasien selain yang dijamin oleh BPJS normal dilakukan analisa bivariat dengan uji
Kesehatan. Tidak ada pasien DM PROLANIS non parametrik dan analisa korelasi
yang membayar biaya tambahan, sementara menggunakan uji spearman.
terdapat 2 orang pasien Non PROLANIS yang Untuk mempermudah analisis kualitas
mengeluarkan biaya untuk membayar hidup skor kualitas hidup dikelompokkan
perawatan DM. Rata-rata biaya tambahan menjadi kualitas hidup baik jika rata-rata skor
yang dikeluarkan oleh pasien sebesar kualitas hidup ≥ 49, dan kualitas hidup tidak
Rp.98.824. baik jika rata-rata skor kualitas hidup < 49,
Biaya langsung non medis meliputi pengelompokkan ini berdasarkan median
transport yang dikeluarkan untuk pergi ke kualitas hidup dengan nilai 49 untuk pasien
fasilitas kesehatan dan makan selama PROLANIS dan Non PROLANIS. Pasien
perawatan DM tipe 2. Rata-rata biaya PROLANIS yang berkualitas hidup baik
langsung non medis setahun pasien sebesar 61.9% sedangkan pasien Non
PROLANIS lebih kecil dibandingkan pasien PROLANIS 25.9%.
Non PROLANIS. Hasil analisa regresi logistic (Tabel 2)
Biaya tak langsung adalah biaya yang terdapat 1 variabel yang bermakna secara
pendapatan yang hilang karena pasien harus statistik terhadap kualitas hidup, yaitu variabel
berobat, pada penelitian ini biaya yangdihitung mengikuti PROLANIS. Distribusi berdasarkan
adalah biaya yang hilang pada saat pasien keikutsertaan dalam PROLANIS didapatkan
berkunjung ke Rumah Sakit atau mengikuti sebanyak 62% pasien PROLANIS memiliki
kegiatan PROLANIS satu bulan sekali. Pasien kualitas hidup baik dan 26% pasien Non
PROLANIS yang menyatakan pekerjaannya PROLANIS mempunyai kualitas hidup baik.
tidak terganggu, pendapatannya tidak Hasil uji regresi logistik menunjukkan variabel
berkurang dan tidak ada hari yang bekerja independen yang signifkan mempengaruhi
yang hilang sebesar 90.5% sedangkan pasien kualitas hidup adalah nilai p yaitu 0,04 yang
Non PROLANIS 81.2%. Rata-rata pendapatan keikutsertaan PROLANIS (nilai p 0.04) dan
pasien PROLANIS yang hilang sebesar nilai Exp (B) 3,12 dengan 95% CI: 1.05-9.26.
Rp.230.714 sedangkan pasien Non Variabel usia, jenis kelamin, pendidikan, lama
PROLANIS sebesar Rp.352.835. Data ini menderita DM, komplikasi dan pekerjaan tidak
sesuai dengan pekerjaan terbanyak responden mempengaruhi kualitas hidup.
yaitu ibu rumah tangga. Distribusi frekuensi kualitas hidup per
Hasil uji non parametrik Mann Whitney domain (Tabel 3) menunjukkan persentase
menunjukkan terdapat perbedaan yang tertinggi adalah domain hubungan sosial
signifikan (p value 0.44) antara totalbiaya 71.4% dan domain lingkungan hidup 71.4%
pasien PROLANIS dan Non PROLANIS. pada pasien PROLANIS. Uji statistik korelasi
Rata-rata total biaya per pasien per tahun secara signifikan menunjukkankeikutsertaan
PROLANIS sebesar Rp.2.405.536 sedangkan dan lama mengikuti PROLANIS berkorelasi
pasien Non PROLANIS sebesar Rp.4.799.878. positif dengan kualitas hidup domain
Hasil uji validitas kuesioner WHOQOL- hubungan sosial (nilai p 0.03 dan nilai p 0.02)
BREF didapatkan nilai r lebih besar dari r sedangkan komplikasi penyakit berkorelasi
tabel, maka pertanyaan kuesioner dinyatakan positif dengan domain psikologik (nilai p
valid. Uji reliabilitas didapatkan nilai Aplha 0.016). Hasil uji korelasi antar domain kualitas
Cronbach sebesar 0.752 atau kuesioner hidup terdapat hubungan yang signifikan
dinyatakan reliabel. Uji normalitasShapiro- antara domain hubungan sosial dan lingkungan
150 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO. 3, OKTOBER 2016: 146-154

dengan domain kualitas hidup lainnya. Hasil dibandingkan nilai ACER Non PROLANIS.
uji statistik non parametrik menunjukkan mean Hasil perhitungan Incremental Cost
rank domain kualitas hidup pada peserta Effectiveness Ratio (ICER) (tabel 4) atau rasio
PROLANIS memiliki rata-rata rank lebih tambahan biaya dengan kualitas hidup dengan
besar dari pada peserta Non PROLANIS pada menggunakan outcome kualitas hidup domain
seluruh domain kualitas hidup. Perbedaan hubungan sosial didapatkan bahwa pasien DM
bermakna antara kualitas hidup pada domain Tipe 2 Non PROLANIS membutuhkan biaya
hubungan sosial peserta PROLANIS dan Non Rp.625.155,- untuk mendapatkan kualitas
Prolanis dengan nilai p 0.031. Berdasarkan hidup domain hubungan sosial yang sama
hasil di atas, selanjutnya domain hubungan dengan pasien yang mengikuti PROLANIS.
sosial dan lingkungan digunakan untuk Perhitungan nilai ICER jika menggunakan
menghitung efektivitas pada analisa efektivitas outcome kualitas hidup domain lingkungan
biaya. didapatkan pasien DM Tipe 2 Non
Hasil analisis efektivitas biaya dengan PROLANIS membutuhkan biaya Rp.969.369,-
memperhitungkan Average Cost Effectiveness untuk mendapatkan kualitas hidup domain
Ratio (ACER) (Tabel 4) atau biaya dibagi lingkungan yang sama dengan pasien yang
kualitas hidup di atas menunjukkan kualitas mengikuti PROLANIS. Analisa CEA dengan
hidup domain hubungan sosial dan lingkungan membandingkan PROLANIS dengan Non
peserta PROLANIS lebih rendah dibandingkan PROLANIS menggunakan CE Plane
peserta Non PROLANIS. Semakin rendah menunjukkan bahwa PROLANIS menempati
nilai ACER maka semakin tinggi nilai cost kuadran 2 dengan biaya lebih rendah dan
effective suatu kelompok. Analisis efektifitas efektivitas lebih baik, hal ini berarti berarti
biaya dengan menggunakan outcome kualitas dominan baik dari biaya maupun outcome
hidupdomain hubungan sosial dan domain kualitas hidup domain hubungan sosial dan
lingkunga didapatkan bahwa nilai ACER domain lingkungan.
peserta PROLANIS per domain lebih rendah

Tabel 1. Distribusi Rata Biaya Perawatan DM tipe 2

Minimum Maximum Mean Median Total


(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
PROLANIS
Tarif INACBGs dan Obat 9,936 12,969,624 1,837,156 215,224 38,580,279
Beban pasien - 0
Biaya Langsung Medis 9,936 12,969,624 1,837,156 215,224 38,580,279
Biaya Langsung Non Medis 240,000 1,630,000 337,666 260,000 7,090,000
Biaya Tak Langsung Non Medis - 2,400,000 230,714 - 4,845,000
Total 249,936 16,999,624 2,405,536 475,224 50,515,279

Non PROLANIS
Tarif INACBGs dan Obat 165,400 13,326,600 3,969,219 2,405,536 337,383,660
Beban pasien - 6,000,000 98,824 0 8,400,000
Biaya Langsung Medis 165,400 19,326,600 4,068,043 2,405,536 345,783,660
Biaya Langsung Non Medis 20,000 2,640,000 379,000 180,000 32,215,000
Biaya Tak Langsung Non Medis - 12,000,000 352,835 - 29,990,975
Total 185,400 33,966,600 4,799,878 2,585,536 407,989,635
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO. 3, OKTOBER 2016: 146-154 151

Tabel 2. Analisa Regresi Logistik Berganda

Tabel 3. Distribusi Kualitas Hidup Per Domain

Domain
Fisik Psikologik Hubungan Sosial Lingkungan
Kualitas
Hidup Frek % Frek % Frek % Frek %
PROLANIS
Baik 12 57% 9 43% 15 71% 15 71%
Tidak Baik 9 43% 12 57% 6 29% 6 29%

Non
PROLANIS 43 51% 20 24% 44 52% 43 51%
Baik
Tidak Baik 42 49% 65 76% 41 48% 42 49%

Tabel 4. Analisa Rasio tambahan biaya dengan kualitas hidup

PROLANIS Biaya Per Pasien


Efektivitas Hubungan Sosial 51.8ΔC ΔEICER (ΔC/ΔE)
47.9
Lingkungan
PROLANIS 2,405,536 50.4 -2,394,342 3.83 -625,155
Non PROLANIS 4,799,878 47.9

PROLANIS 2,405,536 -2,394,342 2.47 -969,369


Non PROLANIS 4,799,878
152 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO. 3, OKTOBER 2016: 146-154

4. Pembahasan (2008) bahwa pasien DMP memiliki skor yang


Program pengelolaan penyakit kronis lebih tinggi pada domain hubungan sosial.
(PROLANIS) bertujuan untuk mendorong Kegiatan PROLANIS meningkatkan
pasien Diabetes Melitus mencapai kualitas dukungan sosial dan berkaitan erat dengan
hidup yang optimal dengan biaya yang efektif keberhasilan peningkatan perilaku peserta.
dan rasional. Tujuan dari penatalaksanaan DM Pada penderita dengan DM Tipe 2, perilaku
tipe 2 adalah untuk menjaga kadar glukosa kesehatan ini tercermin dari kepatuhan
darah dan HBA1C berada di kisaran awal penderita terhadap pengelolaan terapi yang
sehingga mencegah atau meminimalkan berujung pada peningkatan kualitas hidup
kemungkinan terjadinya komplikasi. Astuti penderita. PROLANIS mendorong pasien DM
et.al (2013) menyatakan faktor perilaku untuk hidup lebih mandiri dan patuh terhadap
pengelolaan diabetes lebih berpengaruh pengelolaan terapi. Dokter di klinik Andri
terhadap pengendalian kadar glukosa Medistra mengelola gaya hidup pasien DM
darah.Tingkat kepatuhan pengelolaan DM dengan cara melakukan reminder waktu
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu minum obat, rutinitas pemeriksaan yang
karakteristik pengobatan dan penyakit, faktor dilakukan satu bulan sekali dan meningkatkan
intrapersonal, faktor interpersonal (kualitas pengetahuan pasien DM terhadap pengelolaan
hubungan pasien dengan petugas layanan penyakitnya sendiri. Pemeriksaan kesehatan
kesehatan dan dukungan sosial) dan faktor secara berkala dapat meminimalisir komplikasi
lingkungan. penyakit selain itu pasien PROLANIS
Efektivitas PROLANIS yang diukur diajarkan diet DM tipe 2.
dalam penelitian ini adalah kualitas hidup Komposisi terbesar biaya perawatan DM
dengan menggunakan kuisioner WHOQOL- tipe 2 pada komponen rawat inap sebesar 68%,
BREF yang diterjemahkan ke dalam Bahasa hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Indonesia.Telah dilakukan penelitian di 15 Domeikiene.et.al (2014) di Lithunia dan
American Diabetes Association (2012).10 Total
negara yang berbeda budaya, norma dan adat
biaya langsung medis yang menjadi beban
istiadatnya. Hasil penelitian Steuten et.al
BPJS Kesehatan setahun pasien Non
(2003), Navicharem R (2012), Dewi R.K
PROLANIS lebih besar dibandingkan pasien
(2014) menunjukkan terdapat hubungan antara
PROLANIS. Rata-rata biaya langsung medis
kadar glukosa darah dan HBA1C pasien DM
per orang per tahun pasien Non PROLANIS
Tipe 2 dengan kualitas hidupyang diukur
lebih besar 116% dibandingkan PROLANIS.
menggunakan WHOQOL-BREF.9
Hal ini terjadi karena pasien DM Tipe 2 Non
Dalam penelitian ini ditemukan
PROLANIS lebih sering berkunjung ke
keikutsertaan dalam PROLANIS
Rumah Sakit, sedangkan pasien PROLANIS
mempengaruhi kualitas hidup, pasien yang
berkunjung ke Rumah Sakit jika dirujuk oleh
mengikuti PROLANIS 3.12 kali cenderung
Dokter di Klinik Andri Medistra. Jika pasien
memiliki kualitas hidup baik dibandingkan
dalam kondisi stabil, maka pasien tidak akan
pasien Non PROLANIS. Rata-rata peringkat
dirujuk ke Rumah Sakit dan akan ditangani
seluruh domain kualitas hidup pasien
oleh Dokter di Klinik Andri Medistra. Selain
PROLANIS di atas pasien Non PROLANIS,
itu pasien Non PROLANIS lebih banyak yang
meskipun uji statsistik menunjukkan hanya
dirawat inap dalam waktu setahun dengan
domain hubungan sosial berbeda secara
frekuensi rawat inap lebih tinggi dan
signifikan. Persentase kualitas hidup baik per
presentase jumlah pasien yang memiliki
domain pasien PROLANIS lebih tinggi
komplikasi lebih banyak dibandingkan Non
dibandingkan Non PROLANIS terutama
PROLANIS.
domain hubungan sosial dan lingkungan. Hasil
Rata-rata total biaya untuk perawatan DM
penelitian ini sejalan dengan Thong et.al
Tipe 2 pasien Non PROLANIS lebih besar
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO. 3, OKTOBER 2016: 146-154 153

dibandingkan dengan biaya perawatan pasien Penelitian yang dilakukan oleh Lii et.al.
PROLANIS per tahun, baik biaya langsung (2010) tentang studi literatur efektivitas biaya
medis, biaya langsung non medis dan biaya tak intervensi pencegahan penyakit diabetes
langsung. Secara uji statistik terdapat menyatakan banyak intervensi yang
perbedaan yang signifikan, data ini sejalan dimaksudkan untuk mencegah dan
dengan hasil penelitian Freeman (2011) pasien mengendalikan diabetes dapat menghemat
yang mengikuti DMP biayanya lebih kecil biaya atau biaya menjadi sangat efektif dan
dibandingkan pasien Non DMP.11 didukung oleh bukti-bukti yang kuat.12 Para
Beban biaya yang ditanggung oleh BPJS pembuat kebijakan harus mempertimbangkan
Kesehatan cukup besar akan tetapi biaya memberikan intervensi ini menjadi prioritas
langsung non medis dan biaya tidak langsung yang lebih utama. BPJS Kesehatan sebagai
yang menjadi beban pasien DM Tipe 2 Non penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional
PROLANIS cukup besar, padahal biaya (JKN) diamanahkan oleh Undang-Undang
tersebut adalah biaya yang dikeluarkan karena untuk melakukan kendali mutu kendali biaya,
kehilangan kesempatan untuk bekerja dan bukan hanya biaya yang terkendali tetapi mutu
biaya transportasi dan makan pasien selama yang diukur dengan kualitas hidup juga
mendapatkan perawatan. Beban biaya ini akan terkendali.
menambah beban ekonomi bagi pasien
mengingat mayoritas responden tidak 5. Simpulan
berpenghasilan.
Analisa efektivitas biaya adalah metode BPJS Kesehatan meningkatkan cakupan
untuk mengukur efektivitas berupa biaya yang kepesertaan PROLANIS mengingat jumlah
dikeluarkan dibandingkan dengan kualitas pasien DM tipe 2 peserta JKN yang mengikuti
hidup yang dihasilkan. Analisa efektivitas program ini baru sebesar 19.4% pada tahun
biaya perawatan DM tipe 2 dengan 2015 dan mewajibkan seluruh FKTP
PROLANIS terbukti efektif apabila biaya yang melaksanakan kegiatan PROLANIS. Perlu
dikeluarkan untuk PROLANIS lebih rendah dipertimbangkan model pembayaran FKTP
dan outcome yang diberikan berupa kualitas berbasis kinerja untuk PROLANIS, selama ini
hidup lebih baik.Hasil perhitungan ICER tidak dibedakan antara FKTP yang
didapatkan dibutuhkan biaya tambahan bagi melaksanakan PROLANIS dengan yang tidak
pasien Non PROLANIS sebesar Rp.625.155 melaksanakan, tidak ada insentif tambahan
untuk mendapatkan kualitas hidup domain bagi FKTP pelaksana PROLANIS. Kondisi ini
hubungan sosial yang sama baiknya dengan dapat menurunkan motivasi FKTP padahal
pasien PROLANIS dan dibutuhkan biaya Dokter di FKTP memiliki peranan penting
tambahan bagi pasien Non PROLANIS agar program ini berjalan dengan baik.
sebesar Rp.969.369 untuk kualitas hidup Negara-negara yang melaksanakan DMP
domain lingkungan yang sama baiknya dengan memberikan insentif tambahan kepada fasilitas
pasien PROLANIS. kesehatan. Trento M et al.(2001), Wagner E D
Penelitian ini menunjukan bahwa (2001), Aubert R E et al. (1988) melaporkan
PROLANIS lebihcost effective dibandingkan DMP Diabetes dan penyakit kronik lainnya
dengan Non PROLANIS. Tergambar dari CE dapat menghemat biaya enam sampai 10
Plane menempati kuadran 2 yang berarti tahun.
PROLANIS dominan baik dari biaya maupun Selanjutnya perlu juga dilakukan
outcome kualitas hidup. Hal ini sejalan dengan penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih
hasil penelitian Freeman (2011), Mason et al besar dengan design Kohort danmengikuti
(2005) yang meneliti tentang efektivitas perjalanan status kesehatan pasien DM yang
DMPbahwa pelaksanaan DMP lebih cost mengikuti PROLANIS. Hasil penelitian ini
effective.11 dapat memberikan dampak finansial yang utuh
154 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO. 3, OKTOBER 2016: 146-154

Daftar Acuan disease management programmes


1. International Federation Diabetes. 2014. (DMPs) effective in improving quality of
Diabetes Altlas. Sixth Edition Update care for people with chronic conditions,
2014. European.
http://www.idf.org/sites/default/files/IDF- 8. Idris F. 2014, Pengintegrasian Program
2014-Annual-Report-final.pdf diakses Preventif Penyakit Diabetes Melitus Tipe
15 Maret 2015. 2 PT Askes (Persero) ke Badan
2. International Federation Diabetes. 2015. Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
Diabetes Altlas. Seventh Edition 2015. (BPJS Kesehatan). J Indon Med Assoc,
http://www.idf.org/sites/default/files/IDF- Volum: 64, Nomor: 3, Maret 2014
2014-Annual-Report-final.pdf diakses 2 9. World Health Organization. 2002.
Februrari 2016. WHOQOL-SPRB: User Manual. Genewa:
3. Kementerian Kesehatan RI. 2013. WHO.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 59/2014 10. Steuten et al. 2007, A disease management
tentang Standar Tarif Pelayanan programme for patients with diabetes
Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas mellitus is associated with improved
Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam quality of care within existing budgets,
penyelenggaraan Program Jaminan Department of Health Care Studies,
Kesehatan., Jakarta Maastricht University. Diabet Med. 2007
4. BPJS Kesehatan. 2015, Pedoman Oct;24.
Pengelolaan Penyakit Kronis DM Tipe 2, 11. American Diabetes Association, 2005,
Jakarta Diagnosis and classification of diabetes
5. PT. Askes (Persero). 2010, Pedoman mellitus, Diabetes Care, 27(Suppl 1): S5 –
Pengelolaan Penyakit Kronis DM Tipe 2, S10.
Jakarta 12. Freeman et.al.2011. The Effectiveness of
6. Sidorov J, et.al, 2002, Does Diabetes Disease Management Programs in the
Disease Management Save Money and Medicaid Population. Cameron Institut
Improve Outcomes?,Diabetes Care. 2002 13. Lii, et.al.2010. Cost-Effectiveness of
Apr;25(4) Interventions to Prevent and Control
7. World Health Organization Regional Diabetes Mellitus: A Systematic Review.
Office for Europe’s Health Evidence Diabetes Care, Volume 33, Number 8,
Network (HEN). August 2003. Are August 2010

Anda mungkin juga menyukai