PENDAHULUAN
Kesehatan adalah aspek yang paling berharga bagi kehidupan seorang manusia. Jika
kesehatan seseorang dalam keadaan yang kurang baik maka kehidupannya akan terganggu dan
menjadi tidak maksimal dalam melakukan sesuatu. Menurut Undang Undang no.36 tahun 2009
Bab III pasal 5 ayat 2 tentang kesehatan merupakan hak asasi manusia menyatakan bahwa
pelayanan kesehatan untuk setiap individu dilindungi oleh Undang-Undang yang berlaku
sehingga setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik,
Menurut Solikhah tujuan dari pembangunan upaya kesehatan adalah untuk meningkatkan
kualitas pelayanan, jangkauan pelayanan, dan pemerataan pelayanan kesehatan. Dengan tujuan
tersebut pelayanan kesehatan di masyarakat perlu untuk terus ditingkatkan karena terwujudnya
keadaan sehat merupakan keinginan dari semua pihak. Banyak hal yang perlu dilakukan untuk
mewujudkan tujuan tersebut, salah satu upaya yang dinilai berperan penting adalah keberhasilan
Menurut Munir yang dimaksud pelayanan adalah aktifitas yang dilakukan seseorang
dalam rangka memenuhi kebutuhan orang lain dalam hal ini pelanggan sesuai dengan haknya
dimana terdapat prosedur, sistem, dan metode tertentu dalam pelaksanaannya dengan maksud
memenuhi kebutuhan sesuai dengan harapan konsumen. Pelayanan kesehatan saat ini merupakan
industri jasa kesehatan utama dimana setiap penerima jasa pelayanan kesehatan menjadi
penerima jasa pelayanan tersebut dan harus ditekankan kepada kualitas yang terbaik dengan
pertimbangan biaya pelayanan yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan apa yang ada.
Kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan atas produk dari pelayanan ini akan mempengaruhi
perilaku selanjutnya terhadap daya beli produk tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa perlu
dilakukan pengukuran kepuasan pengguna jasa kesehatan untuk mengetahui mutu dari pelayanan
kesehatan tersebut.
Untuk melakukan penilaian dan pengukuran terhadap kualitas suatu pelayanan ada 5
point yang harus diperhatikan, yaitu reliability atau kehandalan petugas kesehatan dalam
memberikan pelayanan terhadap individu dimana pelayanan diberikan sesuai dengan ketentuan
dan aturan yang berlaku, responsiveness atau daya tanggap petugas kesehatan dalam melayani
pelanggan, assurance atau jaminan dari petugas kesehatan terhadap pelanggan atas ketepatan
pemberian produk-produk pelayanan kepada pelanggan, empathy atau perhatian yang diberikan
petugas pelayanan kesehatan terhadap pelanggan dalam hal ini perhatian secara individual
tentang keadaan pelanggan, dan tangibles atau fasilitas fisik yang disediakan oleh penyedia
pelayanan seperti ruangan, gedung, dan peralatan pemeriksaan yang tersedia yang akan
Kualitas adalah kata yang cukup banyak digunakan dalam kehidupan sehari hari,
secara umum jelas kata ini sudah dimengerti dan diketahui oleh individu dan digunakan
secara luas. Menurut Pohan (2003) kualitas diartikan dengan definisi yang berbeda menurut
setiap individu. Namun pada tahun 1997 Supranto mendefinisikan kualitas berdasarkan
produk adalah suatu produk dikatakan berkualitas jika harapan konsumen mampu terpenuhi
dengan adanya produk tersebut. Dalam hal pelayanan, penilaian terhadap kualitas akan
kapasitas jasa dan sesuai dengan harapan orang tersebut. Sedangkan kualitas jasa bertitik
tumpu pada pemuasan dan permintaan dari konsumen serta ketelitian untuk mengimbangi
keinginan sesuai harapan dari setiap konsumen (Yudhi, 2014). Untuk membuat suatu
produk yang akan selalu mencukupi harapan konsumen haruslah mampu menganalisa
keinginan dari setiap konsumen dan mampu untuk menganalisa setiap kekurangan dari
produk yang sudah dihasilkan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Hermanto dkk pada
2012 bahwa kualitas jasa pelayanan merupakan kompetensi dari suatu usaha untuk
membuat suatu produk yang setiap harinya mengalami peningkatan terutama dari segi
kualitas dan bisa terus mencukupi harapan konsumen. Selain itu hal yang perlu selalu
diperhatikan adalah sebuah prinsip tentang jasa pelayanan yaitu bahwa jasa pelayanan ini
bersifat tidak dapat dilihat secara langsung dan hanya bisa dirasakan atau Intangbility.
Kualitas pelayanan ditentukan dari persepsi dan harapan konsumen. Hal ini
berdasarkan pada persepsi produsen. Konsumen yang merasa nyaman pada suatu jasa
pelayanan tertentu maka mereka akan mampu memberikan penilaian bagaimana kualitas
dari jasa pelayanan yang telah disediadakan oleh produsen. Berdasarkan batasan tentang
kualitas dan pelayanan yang telah disampaikan diatas, dapat disimpukan bahwa kualitas
pelayanan dapat dinilai jika sebelumnya konsumen telah merasakan pelayanan tersebut,
baik dari segi kesempurnaan, kepatuhan petugas akan standar yang telah diberikan, dan
sifat dari pelayanan yang diberikan, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan
memiliki harapan terhadap pelayanan yang akan diberikan kepada mereka. Dengan melihat
dari berbagai sudut pandang, dimensi kualitas pelayanan kesehatan dapat dibagi menjadi 9
yaitu :
1. Manfaat, pelayanan yang diberikan oleh pekerja medis, staf dan lain lain akan
2. Ketepatan, pelayanan yang diberikan sesuai dengan harapan pasien dan sama
7. Waktu, waktu tunggu pasien dan perjanjian sangat diperhatikan sehingga pasien
tidak menunggu untuk waktu yang lama
8. Kesinambungan
Pada tahun 2009 Gremler dkk dalam Sunarti (2017, Pengaruh Kualitas Pelayanan
Terhadap Kepuasan Konsumen) menyatakan bahwa konsep dari kualitas pelayanan berfokus
pengalaman yang didapatkan pasien saat melakukan perawatan di fasilitas pelayanan
kesehatan tersebut dan pengalaman ini haruslah pengalaman yang dirasakan secara langsung,
konsep ini dilihat dari pengalaman langsung yang dirasakan oleh konsumen dengan
mempertimbangkan 4 dimensi kualitas pelayanan yaitu :
1. Tangible atau bukti secara langsung, yang termasuk dalam hal ini adalah penampilan
fisik, alat, staf, dan material yang ditampilkan pada fasilitas kesehatan tersebut seperti
kondisi gedung, kantin, desain ruangan dan kerapihan seragam seluruh petugas di
2. Reliability atau keandalan dari kinerja petugas di fasilitas pelayanan kesehatan dalam
memberikan pelayanan kepada konsumen atau pasien yang datang secara handal dan
tepat. Dalam hal ini lebih ditekankan pada pelayanan yang diberikan oleh dokter atau
perawat dalam menangani keluhan-keluhan pasien sesuai dengan kompetensi dan standar
respon yang cepat kepada pasien yang datang ke fasilitas kesehatan bila pasien
mengalami kesulitan dalam mengikuti proses yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut.
4. Asuransi atau jaminan merupakan pengetahuan dari staf pada fasilitas pelayanan
kesehatan untuk memberikan kepercayaan pada konsumen atau dalam hal ini adalah
pasien, termasuk dalam hal ini adalah sopan dan santun dari staf pekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan kepada setiap pasien yang datang. Fasilitas pelayanan kesehatan
harus memberikan jaminan kepada setiap pasien yang datang dalam hal keamanan,
keselamatan, dan kerahasiaan dalam melakukan suatu tindakan terhadap pasien yang
datang. Empathy atau kepedulian yaitu perhatian yang diberikan secara langsung kepada
1. Standar struktur
Standar struktur adalah standar yang menjelaskan peraturan sistem, disebut juga sebagai
masukan atau struktur. Diantaranya adalah hubungan organisasi, misis organisasi,
kewenangan, komite- komite, obat, dan fasilitas. Standar struktur merupakan rule of the
game.
2. Standar proses
Standar proses aalah sesuatu yang menyangkut semua aspek pelaksanaan kegiatan
layanan kesehatan, melakukan prosedur dan kebijaksanaan. Standar proses akan
mnejelaskan apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya dan bagaimanan
sistem bekerja. Dengan lain, standar proses adalah playing the game.
3. Standar keluaran
Standar keluaran merupakan hasil akhir atau akibat dari layanan kesehatan. Standar
keluaran akan menunjukan apakah layanan kesehatan berhasil atau gagal. Keluaran
(outcome) adalah apa yang diharapkan akan terjadi sebagai hasil dari layanan kesehatan
yang diselenggarakan dan terhadap apa keberhasilan tersebut akan diukur.
BAB 3
KESIMPULAN
1. Mutu adalah suatu standard atas terkabulnya harapan dan keinginan konsumen yang
mana untuk mencapai itu dibutuhkan standarisasi khusus dan kesempurnaan kinerja
dari sebuah organisasi yang sesuai dengan kode etik yang telah ditetapkan
sebelumnya.
2. Supranto mendefinisikan suatu produk dikatakan berkualitas jika harapan konsumen
mampu terpenuhi dengan adanya produk tersebut. Dalam hal pelayanan, penilaian
terhadap kualitas akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kepuasan di masyarakat.
3. Mutu adalah “fitness for use, as judged by the user” yang berarti kemudahan dalam
memperoleh barang, keamanan dan kenyamanan merupakan penilaian tersendiri atas
kualitas produk suatu produsen dan standard tersebut merupakan penilaian secara
langsung yang dilakukan oleh konsumen atau pelanggan.
4. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen adalah bahwa konsep
dari kualitas pelayanan berfokus pengalaman yang didapatkan pasien saat melakukan
perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut dan pengalaman ini haruslah
pengalaman yang dirasakan secara langsung, konsep ini dilihat dari pengalaman
langsung yang dirasakan oleh konsumen dengan mempertimbangkan 5 dimensi
kualitas pelayanan yaitu Tangible, Reliability, Responsiveness, Asuransi atau jaminan.
5. Pada awal upaya pengukuran mutu layanan kesehatan Dona bedian mengusulkan tiga
kategori penggolongan layanan kesehatan yaitu, struktur, proses dan keluaran.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2006). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan
Indonesia. Jakarta.
Eka, N. (2017). Studi Hubungan Antara Mutu Pelayanan Kesehatan Dengan Kepuasan Pasien
Di Unit Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma
Khusnawati. (2010). Analisis Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Pada Puskesmas Sungai