Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS BIAYA OBAT DIABETES MELLITUS PADA PASIEN PESERTA

PROGRAM RUJUK BALIK (PRB) DI APOTEK SETRA FARMA


PURWAKARTA

TUGAS AKHIR
diajukan untuk salah satu syarat memproleh gelar sarjana
Program Studi Farmasi

Oleh:
MARYOSSY NATALIA PAKPAHAN
NIM : 15416248201073

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Setyawan, tahun (2015). Menyatakan bahwa “ Setiap orang berhak
memiliki kesehatan sebagai salah satu syarat kesejahteraan. Kesehatan merupakan
modal utama seseorang untuk melakukan aktivitas, termasuk bekerja. Bekerja
dilakukan untuk menunjang kebutuhan jasmani dan rohani. Untuk itu kesehatan
diperlukan untuk menunjang hidup produktif secara sosial maupun ekonomi
(Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan). Seseorang yang jatuh
sakit umumnya menggunakan fasilitas kesehatan yang kemudian berujung pada
pengeluaran biaya untuk pengobatannya. Hal tersebut akan membebani
pengeluaran bagi masyarakat, terlebih jika memerlukan biaya pengobatan yang
besar dan berkelanjutan. Pembiayaan kesehatan yang tinggi mem butuhkan
perawatan yang lama dialami oleh masyarakat berpenyakit kronis.
Menurut Kemenkes RI, tahun (2013). Menyatakan bahwa “ Penyakit kronis
termasuk penyakit tidak menular yang mempunyai durasi panjang dan umumnya
berkembang lambat. Hal tersebut berarti seseorang harus memerlukan perhatian
medis secara berkelanjutan untuk mengontrol kesehatannya. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. menyatakan bahwa “prevalensi penyakit
tidak menular yang bersifat kronis ini sebagian besar meningkat disbanding
dengan hasil riskesdas 2007. Pada beberapa prevalensi penyakit seperti diabetes
mellitus dari 1,1% menjadi 2,1%. Penyakit kronis berhubungan positif dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan karena dibutuhkan perawatan yang rutin”.
Menurut Permenkes RI Nomor 71 tahun (2013). Menyatakan bahwa
“Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah jaminan berupa perlindungan
kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah”.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) nomor 28 tahun, 2014
tentang pedoman pelaksanaan program JKN, “ masyarakat memilih mendaftar
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjut (FKRTL) yang akan dituju. Rujukan pada FKRTL hanya
dilakukan jika pasien sesuai indikasi medis membutuhkan pelayanan kesehatan
spesialistik yang tidak dapat ditangani oleh FKTP”.
Menurut PMK No 28, tahun (2014). Menyatakan bahawa “ FKRTL
penerima rujukan wajib merujuk kembali peserta JKN yang sudah dalam keadaan
stabil kepada FKTP yang merujuk disertai surat keterangan rujuk balik yang
dibuat dokter”.
Menurut BPJS Kesehatan, tahun (2014). Menyatakan bahwa “ Program
Rujuk Balik (PRB) adalah pelayanan kesehatan untuk perawatan dan
pengambilan obat yang dikhususkan untuk pasien berpenyakit kronis di FKTP
atas rekomendasi dari dokter spesialis di FKRTL”.
Menurut BPJS Kesehatan, tahun (2014). Menyatakan bahwa “ Penyakit
kronis yang tergolong dalam PRB antara lain diabetes mellitus, hipertensi,
Penyakit Jantung Coroner (PJK), asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK),
epilepsy, schizophrenia, stroke, dan Systemic Lupus Erythematosus (SLE).
Menurut Ada, tahun (2017). Menyatakan bahwa “ Diabetes melitus tidak
dapat disembuhkan tetapi bisa dikontrol sehingga memerlukan terapi dalam
jangka waktu yang panjang dan juga seumur hidup. Strategi terapi diabetes
berupa terapi non farmakologi dan terapi farmakologi. Terapi non farmakologi
mencakup perubahan pola hidup sehat, sedangkan terapi farmakologi terdiri atas
obat antidiabetic oral dan insulin, Faktor kerentanan genetik dan gaya hidup
mengakibatkan tingginya jumlah penderita diabetes mellitus. Faktor gaya hidup
yang tidak sehat yang diperkirakan dapat meningkatkan resiko terjadinya diabetes
mellitus adalah tubuh yang kurang gerak, atau kurang berolahraga, merokok,
mengkonsumsi alcohol, obstructive slepep apnea (OSA) dan obesitas. Diabetes
mellitus diklasifikasikan berdasarkan penyebab dan proses terjadinya penyakit
yang terdiri atas diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, gestasional diabetes mellitus
(GDM), dan diabetes tipe lain”.
Menurut Finkelstein dkk, tahun (2013). Menyatakan bahwa “ Sehingga
faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pelayanan kesehatan adalah biaya.
Diabetes mellitus akan meningkatkan beban ekonomi Indonesia mencapai lebih
dari $1,27 milyar pada tahun 2020”.
Menurut Bina pelayanan Kefarmasian, tahun (2013). Menyatakan bahwa
“Analisis biaya atau cost analysis adalah metode atau cara untuk menghitung
besarnya pengeluaran (biaya atau cost) dalam unit moneter (rupiah) , baik yang
langsung (direct cost) maupun tidak langsung (indirect cost) untuk mencapai
tujuan”.
Menurut Zhuo dkk, tahun (2013). Menyatakan bahwa “ Evaluasi beban
ekonomi penyakit secara nyata akan memberikan dasar bagi pemerintah untuk
menilai dampak fiskal jangka panjang dari penyakit kronis guna efisiensi
ekonomi dan pengembangan strategi, kebijakan atau program pada sistem
pembiayaan kesehatan”.
Menurut Riewpalboon dkk, tahun (2007). Menyatakan bahwa “Gambaran
biaya pengobatan diabetes mellitus di rumah sakit Thailand menunjukan bahwa
komponen utama yang memiliki alokasi dana terbesar adalah biaya farmasi
terutama biaya obat”.
Menurut Sari, tahun (2014). Menyatakan bahwa “ biaya obat dan barang
medik memiliki komponen terbesar pada biaya total pengobatan pasien
jamkesmas DM dengan tingkat keparahan II yaitu 32,38% selanjutnya biaya
pemeriksaan patologi klinik (23,17%) dan biaya akomodasi (9,22%)”.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti perlu melakukan penelitian dengan
judul “ Analisis Biaya Obat Diabetes Mellitus Pada Pasien Peserta Program
Rujuk Balik (PRB) Di Apotek Setra Farma Purwakarta Periode Januari – Maret
2020”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa jumlah pasien yang menggunakan obat Diabetes Mellitus (DM) pada
peserta Program Rujuk Balik (PRB) di Apotek Setra Farma Purwakarta.
2. Berapa rata-rata biaya masing-masing obat pasien Diabetes Mellitus (DM)
pada peserta Program Rujuk Balik (PRB) di Apotek Setra Farma Purwakarta.
3. Berapa rata-rata biaya keseluruhan obat Diabetes Mellitus (DM) pada peserta
Program Rujuk Balik (PRB) di Apotek Setra Farma Purwakarta.
4. Apa obat yang paling sering diberikan kepada pasien Diabetes Mellitus (DM)
pada peserta Program Rujuk Balik (PRB) di Apotek Setra Farma Purwakarta.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui jumlah pasien yang menggunakan obat Diabetes Mellitus (DM)
pada peserta Program Rujuk Balik (PRB) di Apotek Setra Farma Purwakarta.
2. Mengetahui rata-rata biaya masing-masing obat pasien Diabetes Mellitus
(DM) pada peserta Program Rujuk Balik (PRB) di Apotek Setra Farma
Purwakarta.
3. Mengetahui rata-rata biaya keseluruhan obat Diabetes Mellitus (DM) pada
peserta Program Rujuk Balik (PRB) di Apotek Setra Farma Purwakarta.
4. Mengetahui obat yang paling sering diberikan kepada pasien Diabetes
Mellitus (DM) pada peserta Program Rujuk Balik (PRB) di Apotek Setra
Farma Purwakarta.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini kita dapat mengetahui jumlah pasien yang
menggunakan obat Diabetes Mellitus pada masing-masing obat Diabetes Mellitus,
mengetahui rata-rata biaya perbulan, mengetahui biaya rata-rata semua obat setiap
bulannya, dan mengetahui obat yang paling sering dan yang paling jarang
digunakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKAN

2.1 Definisi Farmakoekonomi


Menurut Bootman, tahun (2005). Menyatakan bahwa “ Farmakoekonomi
adalah deskripsi dan analisis biaya terapi menggunakan obat untuk memelihara
fungsi kesehatan dan sosial. Penelitian farmakoekonomi adalah proses
identifikasi, mengukur, dan membandingkan harga (yang akan dikeluarkan
konsumen) dengan konsekuensi (klinik, ekonomi, humanistic) dari produk dan
pelayanan kefarmasian”.
Menurut Martuti dkk, tahun (2008). Menyatakan bahwa “ prinsip
Farmakoekonomi adalah suatu sumber daya terbatas dan tersedia, harus
digunakan utuk program yang memberikan keuntungan terbesar bagi masyarakat
banyak
2.1.1 Aplikasi Farmako-Ekonomi Pada Asuransi Kesehatan Social
Asuransi kesehatan sangatlah berperan penting untuk mengendalikan
biaya, utilisasi dan kualitas produk farmasi dalam menentukan jenis obat Daftar
Plafon dan Harga Obat (DPHO), untuk pelayanan asuransi kesehatan Indonesia,
telah melalui beberapa tahapan, yaitu menerima usulan dari rumah sakit, dan
pabrik farmasi, penilaian administrasi, penilaian efektifitas dan keamanan obat,
serta negoisasi harga. Manfaat DPHO bagi perusahaan asuransi kesehatan berupa
cost containment (pengendalian biaya) dan lower cost of drugs ( biaya rendah
pada obat). Semntara manfaat DPHO untuk suatu bagian industri farmasi adalah
mendapatkan big market, sedangkan bagi pemerintah dapat mengefisiensikan
biaya pelayanan kesehatan. Strategi yang biasa digunakan adalah : pemakaian
obat esensial, drug utilization review, pelayanan farmasi, penggunaan standar
pengobatan dan petunjuk peresepan.
Beberapa metode farmako-ekonomi yang digunakan, yaitu : Decision Analysis,
Cost-minimization analysis, cost effectifenes analysis, cost-benefit analysis dan
cost of illness evaluation serta cost-utility analysis.
ada beberapa metode yang digunakan antara lain yaitu :
A. Decision Analysis
Decision Analysis adalah suatu metode yang digunakan untuk membantu
berpikir secara analitik dan mempertimbangkan akibat suatu keputusan,
mengakui adanya faktor ketidak pastian serta membantu menetapkan ukuran
outcome yang relevan. Dalam program kesehatan. Sering didefinisikan
pilihan-pilihan yang tersedia, memperkirakan akibat dari suatu pilihan dan
memungkinkan perbaikan proses pengambilan keputusan.
B. Cost- Minization Analysis
Cost- Minization Analysis adalah suatu metode yang digunakan untuk
menganalisis biaya dan membandingkan antara dua atau lebih intervensi yang
menunjukan ekivalen dalam outcome atau konsekuensinya.
C. Cost Of Effectiveness Analysis
Cost Of Effectiveness Analysis adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, dan membandingkan biaya yang mempunyai
perbedaan Significant dan akibat dari suatu intervensi alternatif. Pada proses
terapi menggunakan obat, intervensi alternative ini berupa pemberian 2 atau
lebih jenis obat atau kelompok obat. Tujuannya adalah membandingkan
perlakuan kepada pasien melalui pemberian satu atau lebih non- obat dalam
kondisi umum.
D. Cost Of Illness Evaluation
Cost Of Illness Evaluation adalah suatu pendekatan untuk mengidentifikasi
dan mengevaluasi biaya langsung dan biaya tidak langsung dari suatu
penyakit yang diderita oleh pasien.
E. Cost-Utilty Analysis
Cost-Utilty Analysis digunakan berdasarkan : pertimbangan preferensi dan
kualitas hidup pasien : (menggunakan Quality Adjusted Life Year/QALY).
Selain itu, juga dipertimbangkan bahwa produk farmasi menghasilkan
QALYs dengan memperpanjang umur, meningkatkan kualitas hidup atau
keduanya.
Cost-Utilty Analysis merupakan standar baku penelitian dalam farmaekonomi
dan merupakan metode untuk mengevaluasi secara komprehensif dampak
keseluruhan pengobatan biaya pelayanan kesehatan.
2.2 Diabetes Mellitus
2.2.1 Definisi
Menurut Depkes, (2005). Menyatakan bahwa “ Diabetes Melitus (DM)
didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolism kronis dengan
multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan
gangguan metabilisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi
fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan
produksi insulin oleh sel-sel tubuh terhadap insulin’’.
Menurut hastuti, tahun (2008). Menyatakan bahwa “ Perngertian Diabetes
Melitus lainnya menurut American Diabetes Assosiation (ADA) adalah suatu
kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan
pembuluh darah”.
2.2.2 Patogenesis
Menurut Soegondo, tahun (2008). Menyatakan bahwa “Diabetes Melitus
merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan insulin secara
relative maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu :
a. Rusaknya sel-sel β pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia
tertentu, dll).
b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pancreas
c. Desensitas/kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer
Klasifikasi Etiologis Diabetes Mellitus menurut American diabetes association,
tahun (2010). Menyatakan bahwa “dibagi dalam 4 jenis yaitu :
a. Diabetes Mellitus Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus/IDDM
Diabetes Mellitus tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta
pankreas karena sebab autoimun. Pada diabetes mellitus tipe ini terdapat
sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin dapat ditentukan dengan level
protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali.
Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis.
b. Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes Mellitus/NIDDM
Pada penderita diabetes mellitus tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi
insulin tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi
resistensi insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi
insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih
tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin. Hal
tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada adanya
glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan
mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa. Onset diabetes mellitus
tipe ini terjadi perlahan-lahan karena itu gejalanya asimtomatik. Adanya
resistensi yang terjadi perlahan-lahan akan mengakibatkan sensitivitas
reseptor akan glukosa berkurang. Diabetes Mellitus tipe ini sering
terdiagnosis setelah terjadi komplikasi.
c. Diabetes Melitus Tipe Lain
Diabetes mellitus tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada
defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin
pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus,
penyakit autoimun dan kelainan genetik lain.
d. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes mellitus tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana
intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya
pada trimester kedua dan ketiga. Diabetes mellitus gestasional berhubungan
dengan meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita diabetes mellitus
gestasional memiliki risiko lebih besar untuk menderita diabetes mellitus
yang menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan”.
2.2.3 Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare, tahun (2010). Menyatakan bahwa “ DM tipe II
disebabkan kegagalan relatif sel β dan resisten insulin. Resisten insulin adalah
turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glikosa oleh hati. Sel β tidak
mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi
defensiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya
sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa
bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β pankreas
mengalami desentasi terhadap glukosa”.
2.2.4 Faktor Resiko
Faktor resiko diabetes memiliki 2 kelompok yaitu:
A. Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
1. Usia : usia merupakan faktor pada orang dewasa yang dimana semakin
bertambah usia kemampuan jaringan mengambil glukosa darah semakin
melamban.
2. Keturunan : diabetes mellitus bukanlah penyakit yang ditularkan melaikan
penyakit yag bisa di turunkan
B. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi diubah
1. Pola makan yang salah bisa mengakibatkan timbulnya kenaikan
beratbadan atau bisa di sebut dengan obesitas
2. Kurang gerak atau aktifitas menyebabkan pembakaran energi melamban
sehingga berlebihan energy dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk
lemak tubuh.
3. Obesitas sangat erat dengan diabetes tipe 2 karena tidak terkontrolnya
asupan makanan yang seharusnya imbang dengan menghasilkan energy
4. Stress yang berlebihan bisa menyebabkan peningkatan trigliseda darah
dan penurunan penggunaan gula tubuh manifestasinya meningkatkan
trigliserida dan gula darah atau dikenal dengan istilah hiperglikemi.
5. Pemakaian obat-obatan golongan kartikosteroid dalam jangka waktu lama
2.2.5 Patofisiologi
Menurut Mohamed Yosri Mohamed Yong, tahun (2011). Menyatakan
bahwa “ jenis kencing manis (diabetes melitus) dibagi menjadi beberapa jenis
yaitu:
A. Diabetes tergantung insulin/jenis pertama (Type 1 diabetes)
Diabetes jenis pertama (Type 1 diabetes) juga dikenali sebagai diabetes
tergantung insulin (IDDM – ‘Insulin Dependent Diabetes Mellitus’) atau
diabetes awal remaja. Pengidap diabetes tergantung insulin dapat hidup
normal apabila menerima suntikan insulin, tetapi akan berbahaya jika tidak
mendapat suntikan insulin dalam waktu yang singkat, karena penguraian
sumber bahan tenaga lain oleh badan seperti lemak untuk mengantikan
tenaga dari glukusa. Penguraian sumber bahan tenaga akan menghasilkan
bahan sampingan seperti keton yang menyebabkan keadaan hiperglisemia
(hyperglycemia). Keton merupakan molekul asid yang mampu menyebabkan
kegagalan metabolisme dan sel tubuh gagal berfungsi. Keadaan ini akan
mengakibatkan pengidap kencing manis menjadi koma dan menemui maut
jika tidak dirawat.
Diabetes jenis pertama terbentuk apabila sistem imunisasi badan
memusnahkan sel beta kelenjar pankreas, satu-satunya jenis sel yang
menghasilkan hormon insulin yang digunakan untuk membantu glukosa
masuk sel yang digunakan untuk tenaga. Diabetes ini sering dijumpai
pada golongan anak-anak dan remaja yang memerlukan beberapa
suntikan insulin setiap hari, atau menggunakan cadangan insulin, untuk
terus hidup. Penderita yang berisiko mengidap kencing manis jenis I
adalah serangan sistem imunisasi sendiri (autoimmune), genetik, dan
alam sekeliling. Pengidap diabetes tergantung insulin perlu disuntik
sebelum makan dan kadangkala insulin tambahan perlu disuntik pada
waktu malam sebelum tidur. Kekurangan dan kelebihan kadar gula dalam
darah dapat menyebabkan hal buruk terjadi pada pederita diabetes, karena
terlalu banyak insulin diambil atau disuntik, keadaannya bisa
hipoglisemia disebabkan kekurangan glukosa.
B. Diabetes bebas insulin/jenis kedua. (Type II diabetes)
Diabetes bebas insulin (jenis kedua) biasanya disebut NIDDM (Non-
Insulin Dependent Diabetes Mellitus) juga dikenali sebagai diabetes peringkat
permulaan dewasa. Diabetes bebas insulin (jenis kedua) biasanya bermula
dengan ketahanan insulin, dimana badan tidak menggunakan insulin dengan
baik. Apabila keperluan menggunakan insulin meningkat, kelenjar pankreas
tidak lagi mampu mengeluarkan insulin pada kadar mencukupi. Diabetes
bebas insulin (jenis kedua) biasanya seiring dengan faktor usia lanjut, gemuk
(obesity).
C. Diabetes ketika Hamil (Gestational diabetes)
Diabetes ketika hamil merupakan sejenis gangguan glukusa yang
dikenal pada sebagian wanita ketika mengandung. Diabetes ketika hamil
sering dijumpai di kalangan orang Amerika keturunan Afrika,
Hispanik/Latin, dan Red Indian. Diabetes ketika hamil juga biasa
didapati dikalangan wanita kuat makan, atau wanita yang dari keturunan
pengidap diabetes. Ketika mengandung, diabetes ketika hamil
memerlukan penjegahan untuk menurunkan kadar gula dalam darah agar
tidak menular kepada kandungan. Setelah mengandung, kebanyakan
wanita 90 % hingga 95 % kembali sembuh. Sebagian kecil pula antara 5
% hingga 10 % didapati mengidap diabetes bebas insulin (jenis kedua).
Wanita yang mengalami diabetes ketika hamil mempunyai risiko 20 %
hingga 50 % mengidap diabetes dalam waktu 5 hingga 10 tahun. Diabetes
ketika hamil juga meningkatkan lagi risiko bayi mempunyai kadar
bilirubin yang tinggi (demam kuning) dibanding bayi normal”.
2.3 Program Rujuk Balik
Menurut Kemenkes RI, tahun (2013). Menyatakan bahwa “ Pada tahun
2004 dikeluarkan Undang- Undang No. 40 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) yang mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi
seluruh penduduk melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
pelaksanaannya diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan. BPJS akan
melaksanakan perjanjian kerjasama dengan fasilitas kesehatan yang ada di
seluruh Indonesia dan bagi fasilitas kesehatan yang tidak memiliki sarana
penunjang seperti apotek wajib membangun jejaring dengan sarana
penunjang
Menurut Soewondo, tahun (2014). Menyatakan bahwa “ pasien
kembali ke fasilitas kesehatan lanjutan di rumah sakit sekunder dan
tersier”.
2.4 Apotek
Menurut UUD Nomor 36, tahun (2009). Menyatakan bahwa “ bahwa
praktek kefarmasian meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kemampuan dan kewenangan
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada.Apotek
adalah salah satu sarana pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, dalam
melaksanakan pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker maupun
asisten apoteker yang benar dan bertanggung jawab
2.5 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Menurut RIKESDAS, tahun (2013). Menyatkan bahwa “ Data BPJS
kesehatan (2018), walaupun baru berjalan empat tahun, hingga desember 2018,
peserta program Jaminan Kesehatan telah mencapai hampir 200 juta jiwa atau
sekitar 73% penduduk Indonesia. Namun demikian prestasi capaian kepesertaan
BPJS tersebut belum seimbang dengan prestasi pengelolaan dananya.
Dana BPJS lebih banyak untuk membayar klaim pengobatan penyakit katastropik
(penyakit berbiaya tinggi), dimana berdasarkan data riset kesehatan dasar tahun
2013 dan 2018 prevalensi penyakit katastropik seperti hipertensi, diabetes
mellitus, dan jantung cenderung meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitia observasional dan non eksperimental
dengan metode retrospektif dimana pengambilan data dilakukan melalui
penelusuran data pasien peserta BPJS dan biaya obat pasien diabetes mellitus
jenis dari penelitian ini adalah farmakoekonomi cost analysis yang bertujuan
untuk mengetahui total rata-rata biaya obat dari yang besar sampai kecil, dan
penggunaan obat yang paling banyak, dan juga jumlah pasien yang
menggunakan obat tersebut yang ditimbulkan dari penyakit diabetes mellitus.
3.2 Alat dan bahan
1. Alat
Berkas dan dokumen yang dibutuhkan, seperti : nomor peserta pasien
diabetes mellitus, nama obat, tanggal, jumlah obat, dan biaya obat, dan alat tulis
yang diperlukan.
2. Bahan
Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Berkas data
pasien peserta BPJS dan data biaya Obat pasien Diabetes Mellitus.
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Apotek Setra Farma Purwakarta, dengan
pengambilan data di bagian pengelola dan penyimpanan data pada apotek Setra
Farma Purwakarta. Waktu penelitian, dalam pengambilan data dilakukan selama
lebih kurang (±) 1 bulan yaitu pada bulan september 2020.
3.4 Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dengan gambaran biaya obat Diabetes mellitus pada
pasien peserta Program Rujuk Balik di Apotek Setra Farma Purwakarta periode
Januari-Maret 2020. Penelitian ini non eksperimental dengan rancangan penelitian
deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jumlah Pasien Yang Menggunakan Obat Diabetes Mellitus Pada Peserta
Program Rujuk Balik (PRB) Di Apotek Setra Farma Purwakarta
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian di apotek setra farma,
pasien yang menggunakan obat DM yang masuk dalam peserta Program Rujuk
Balik dalam 3 bulan terakhir yaitu (januari-maret 2020). Yang dimana jika
dikelompokan per bulan , bulan pertama yaitu Januari : Pasien Diabetes Mellitus
dalam peserta Program Rujuk Balik berjumlah 1044 pasien, dan pada bulan kedua
Februari : Pasien Diabetes Mellitus dalam peserta Progam Rujuk Balik berjumlah
968 pasien, sedangkan pada bulan yang ketiga bulan Maret : Pasien Diabetes
Mellitus dalam peserta prb berjumlah 913 pasien. Jika dihitung secara
keseluruhan dari bulan Januari-Maret jumlah pasien Program Rujuk Balik
berjumlah 2925 pasien.
Pada hasil data yang diperoleh di apotek setra farma puwakarta obat
Diabetes Mellitus yang digunakan pada peserta Program Rujuk Balik (PRB)
terdapat 22 jenis obat yaitu : Akarbose 100 Dexa tab 100 mg, Akarbose 50 Dexa
tab 50 mg, Apidra Solostar Aven inj 100 UI/ml pen @ 3ml, Ezelin Kalb Analog
insulin long acting inj 100 IU/mL pen @ 3 mL, Glibenklamide Infa 5 mg,
Gliclazide 80 Temp tab 80 mg, Glikuidon 30 Dexa tab 30 mg, Glimepiride 1
Dexa tab 1 mg, Glimepiride 2 Dexa tab 2 mg, Glimepiride 3 Dexa tab 3 mg,
Glimepiride 4 Infa tab 4 mg, Humalog Kwikpen Bayr Inj 100 UI/ml prefilled pen
@ 3ml, Humalog Mix 25 Kwikpen Bayr Inj 100 UI/ml prefilled pen @ 3ml,
HUMALOG MIX 50 KWIKPEN Bayr prefilled pen @ 3 mL, Lantus Solostar
Aven inj 100 UI/ml pen @ 3ml, Metformin 500 Temp tab 500 mg, Metformin
850 Temp tab 850 mg, NOVOMIX 30 FLEXPEN Bpha Mix Insulin
flexpen/catridge, NOVORAPID FLEXPEN Beta inj 100 IU/ml, flexpen 3 ml,
Levemir flexpen beta 100 IU pen/flexpen 3ml, Sansulin Log-G sanb 100 IU
pen/flexpen.
Hasil yang diperoleh dari menghitung data hasil penelitian menunjukan
bahwa jumlah pasien yang menggunakan obat Diabetes Mellitus pada masing-
masing obat Peserta Rujuk Balik selama 3 bulan terakhir (Januari, Februari,
Maret) 2020.
Dapat dilihat tabel dibawah ini
Tabel 4.1 Jumlah pasien pada masing –masing obat diabetes mellitus
No Nama Obat januari febuari Maret total

1 Akarbose 50 Dexa tab 50 mg 43 34 34 111

2 Akarbose 100 Dexa tab 100 mg 23 22 15 60

3 Apidra Solostar Aven inj 100 UI/ml, pen @ 3ml 3 3 0 6

4 Diamicron MR 60 Dava tab 60 mg 3 2 2 7

Ezelin Kalb Analog insulin long acting inj 100


5 IU/mL, pen 3 mL 1 2 2 5

6 Glibenklamide Infa 5 mg 21 22 19 62

7 Gliclazide 80 Temp tab 80 mg 12 10 4 26

8 Glikuidon 30 Dexa tab 30 mg 2 0 0 2

9 Glimepiride 1 Dexa tab 1 mg 87 90 89 266

10 Glimepiride 2 Dexa tab 2 mg 135 121 111 367

11 Glimepiride 3 Dexa tab 3 mg 51 45 43 139

12 Glimepiride 4 Infa tab 4 mg 47 39 40 126

Humalog Kwikpen Bayr Inj 100 UI/ml, prefilled pen


13 @ 3ml 2 2 3 7

Humalog Mix 25 Kwikpen Bayr Inj 100 UI/ml,


14 prefilled pen @ 3ml 10 8 5 23

HUMALOG MIX 50 KWIKPEN Bayr


15 prefilled, pen 3 mL 1 0 0 1

16 Lantus Solostar Aven inj 100 UI/ml, pen @ 3ml 13 17 13 43

LEVEMIR FLEXPEN Beta 100 IU


17 pen/flexpen, 3 mL 20 15 16 51

18 Metformin 500 Temp tab 500 mg 494 459 431 1384


19 Metformin 850 Temp tab 850 mg 17 22 28 67

NOVOMIX 30 FLEXPEN Bpha Mix Insulin


20 flexpen/catridge 36 29 30 95

NOVORAPID FLEXPEN Beta inj 100


21 IU/ml, flexpen 3 mL 18 22 23 63

SANSULIN LOG-G Sanb 100 IU


22 pen/flexpen 5 4 5 14

Total 1044 968 913 2925

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil rata-rata penggunaan obat Diabetes
Mellitus setiap bulan dari bulan Januari sampai bulan maret tahun 2020, yang
diperoleh adalah untuk obat akarbose 50 mg pada bulan januari sebanyak 43
pasien, febuari 34 pasien, maret 34 pasien, keseluruhan total pasien yang
menggunakan akarbose 50 mg adalah 111 pasien. Untuk akarbose 100 dexa tab
100 mg pada bulan januari sebanyak 23 pasien, febuari 22 pasien, maret 15
pasien, keseluruhan total pasien yang menggunakan akarbose 100 mg adalah 60
pasien. Untuk Diamicron MR 60 Dava tab 60 mg pada bulan januari 3 pasien,
bulan febuari 2 pasien, maret 2 pasien, jadi total keseluruhan untuk obat ini adalah
sebanyak 7 pasien. Untuk Glibenklamide infa 5mg, pada bulan januari sebanyak
21 pasien, bulan febuari 22 pasien, bulan maret 19 pasien, sehingga total
keselurahan sebanyak 62 pasien. Untuk Gliclazide 80 mg pada bulan januari
sebanyak 12 pasien, febuari 10 pasien, maret 4 pasien, sehingga keseluruhan
terdapat 26 pasien. Untuk glimepiride 1 mg, pada bulan januari sebanyak 87
pasien, febuari 90 pasien, maret 89 pasien, total keseluruhan sebanyak 266 pasien
untuk obat glimepiride 1 mg. Untuk Glimepiride 2 mg, pada bulan januari
terdapat 135 pasien, febuari 121 pasien, dan bulan maret 111 pasien, sehingga
total keseluruhan pasien untuk obat ini sebanyak 367 pasien. Untuk Glimepiride 3
mg, pada bulan januari 51 pasien, febuari 45 pasien, maret 43 pasien, total
keseluruhan sebanyak 139 pasien. Untuk glimepiride 4mg pada bulan januari
terdapat 47 pasien, pada bulan febuari 39 pasien dan pada bulan maret 40 pasien
sehingga total pasien untuk obat glimepiride 4 mg adalah 126. Untuk Glikuidon
30 Dexa tab 30 mg, pada bulan januari terdapat 2 pasie, dan untuk bulan febuari
dan maret, 0 pasien, sehingga total pasien untuk obat Glikuidon 30 Dexa tab 30
mg adalah 2 pasien. Untuk Humalog kwikpen 3ml, pada bulan januari 2 pasien,
bulan febuari 2 pasien, dan pada bulan maret 3 pasien, sehingga total keseluruhan
pasien untuk obat Humalog kwikpen 3ml adalah 7 pasien. Untuk Humalog mix
25 kwikpen bayr 3ml, pada bulan januari 10 pasien, pada bulan febuari 8, dan
pada bulan maret 5, sehingga total pasien untuk obat Humalog mix 25 adalah 23
pasien. Untuk Humalog mix 50 kwikpen, pada bulan januari terdapat 1 pasien,
pada bulan febuari dan bulan maret 0 pasien, sehingga total pasien untuk obat
Humalog mix 50 ini, hanya ada 1 pasien. Untuk Lantus Solostar aven 3ml, pada
bulan januari 13 pasien, febuari 17 pasien, dan pada bulan maret 13 pasien,
sehingga total pasien untuk obat Lantus solostar adalah 43 pasien. Untuk Levemir
flexpen 3 ml, pada bulan januari 20, bulan febuari 15, dan pada bulan maret 16
pasien, sehingga total pasien untuk obat levemir flexpen adalah 51 pasien. Untuk
Metformin 500 mg pada bulan januari terdapat 494 pasien, febuari 459 pasien,
dan bulan maret 431, sehingga total pasien pada obat Metformin adalah 1384
pasien. Untuk Metformin 850 mg, pada bulan januari 17 pasien, bulan febuari 22
pasien, dan bulan maret 28 pasien, total pasien untuk obat Metformin 850 mg
adalah 67 pasien. Untuk Novomix 30 flexpen pada bulan januari 36 pasien, pada
bulan febuari 29 pasien, dan bulan maret 30 pasien, total keseluruhan pasien
untuk obat Novomix 30 flexpen adalah 95 pasien. Untuk Novorapid flexpen 3 ml
pada bulan januari 18 pasien, bulan febuari 22 pasien, dan untuk bulan maret 23
pasien, total keseluruhan pasien untuk obat Novorapid ini adalah 63 pasien. Untuk
Sansulin Log-G flexpen, pada bulan januari terdapat 5 pasien, febuari 4 pasien,
dan maret 5 pasien, total keseluruhan pasien pada obat Sansulin Log-G flexpen
adalah 14 pasien. Untuk Apidra Solostar aven injeksi, pada bulan januari 3 pasien,
febuari 3 pasien, dan bulan maret 0 pasien, sehingga total pasien untuk obat
apidra adalah 6 pasien. Untuk Ezelin kalb Analog insulin 3ml, pada bulan januari
1 pasien, febuari 2 pasien, dan bulan maret 2 pasien, total keseluruhan pasien
untuk obat ezelin ini adalah 5 pasien.
Untuk penelitian ini penggunaan obat Diabetes Mellitus di Apotek Setra
Farma Purwakarta yang berada diurutan tertinggi atau pasien terbanyak adalah
Obat Metformin 500 mg, dengan yang diperoleh total pasien keseluruhannya
sebanyak 1.384 pasien, dan urutan yang terendah atau pasien yang paling sedikit
adalah obat Humalog Mix 50 Kwikpen Bayr prefilled, pen 3 ml, dengan yang
diperoleh total pasien keseluruhannya adalah 1 pasien.
4.2 Rata-Rata Biaya Masing-Masing Obat Diabetes Mellitus Pada Pasien
Peserta Program Rujuk Balik Di Apotek Setra Farma Purwakarta
A. Analisis Biaya
Analisis biaya dilakukan untuk mengetahui jumlah biaya rawat jalan
pada pasien Diabetes Mellitus pada Program Rujuk Balik yang digunakan
untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan pengobatan pasien. Pada
penelitian ini dari 2925 pasien Diabetes Mellitus secara keseluruhan selama 3
bulan (Januari-Maret 2020) pemeriksaan berturut-turut, rata-rata biaya
masing-masing obat dihitung dari pemeriksaan tiap bulan. Rata-rata biaya
masing-masing obat Diabetes Mellitus selama 3 bulan terakhir (Januari-
Maret 2020) adalah sebagai berikut :
Dapat dilihat pada table dibawah ini !

Tabel 4.2 Rata-rata Biaya masing-masing obat Diabetes Mellitus.


No Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata
Nama Obat
Januari Febuari Maret Januari-Maret

1 Akarbose 50 Dexa tab 50 mg 45,544 48,791 47, 096 47,168

2 Akarbose 100 Dexa tab 100 mg 79,082 78,326 80,840 79,416

3 Apidra Solostar Aven inj 100 UI/ml,


694,260 694,260 - 694,260
pen @ 3ml

4 Diamicron MR 60 Dava tab 60 mg 115,738 115,738 115,738 115,738

5 Ezelin Kalb Analog insulin long 105,777 105,777 105,777 105,777


acting inj 100 IU/mL, pen 3 mL

6 Glibenklamide Infa 5 mg 4,570 4,570 5,051 4,730

7 Gliclazide 80 Temp tab 80 mg 8,272 8,573 9,024 8,623

8 Glikuidon 30 Dexa tab 30 mg 43,776 - - 43,776

9 Glimepiride 1 Dexa tab 1 mg 6,759 6,830 7,020 6,870

10 Glimepiride 2 Dexa tab 2 mg 8,302 8,672 8,522 8,499

11 Glimepiride 3 Dexa tab 3 mg 10,515 10,453 10,283 10,417

12 Glimepiride 4 Infa tab 4 mg 10,368 10,368 10,238 10,325

13 Humalog Kwikpen Bayr Inj 100


274,050 383,670 401,940 353,220
UI/ml, prefilled pen @ 3ml

14 Humalog Mix 25 Kwikpen Bayr Inj


615,207 611,711 587,243 604,720
100 UI/ml, prefilled pen @ 3ml

15 HUMALOG MIX 50 KWIKPEN Bayr


838,918 - - 838,918
prefilled, pen 3 mL

16 Lantus Solostar Aven inj 100 UI/ml,


179,007 174,221 235,964 196,397
pen @ 3ml

17 LEVEMIR FLEXPEN Beta 100 IU


174,532 190,399 178,499 181,143
pen/flexpen, 3 mL

18 Metformin 500 Temp tab 500 mg 10,390 10,198 10,453 10,347

19 Metformin 850 Temp tab 850 mg 10,842 12,009 11,410 11,420

20 NOVOMIX 30 FLEXPEN Bpha Mix


458,298 491,779 475,387 475,155
Insulin flexpen/catridge

21 NOVORAPID FLEXPEN Beta inj 100


334,950 338,825 333,626 335,800
IU/ml, flexpen 3 mL

22 SANSULIN LOG-G Sanb 100 IU


248,316 225,742 203,168 225,742
pen/flexpen

Total keseluruhan 4,277,473 3,530,912 2,837,279 4,368,461

Total Rata-rata keseluruhan 198.566


Berdasarkan penelitian data yang diperoleh , dari hasil data rata-rata
biaya masing-masing obat adalah sebagai berikut : Obat Akarbose 50 Dexa
tab 50 mg, pada bulan Januari yaitu sebesar Rp. 45.544, pada bulan Febuari
sebesar Rp. 48.791, dan pada bulan Maret sebesar Rp. 47.096, dan rata-rata
keseluruhan biaya untuk obat Akarbose 50 mg yaitu sebesar Rp. 47.168.
Obat Akarbose 100 Dexa tab 100 mg, pada bulan Januari yaitu sebesar Rp.
79.082, pada bulan Febuari sebesar Rp. 78.326, dan pada bulan Maret yaitu
sebesar Rp. 80.840, dan rata-rata keseluruhan biaya untuk obat Akarbose 100
mg yaitu sebesar RP. 79.416. Obat Apidra Solostar 3 ml, pada bulan Januari
yaitu sebesar Rp. 694.260, pada bulan Febuari yaitu sebesar Rp. 694.260, dan
pada bulan Maret Rp.0, sehingga diperoleh rata-rata keseluruhan biaya untuk
obat Apidra solostar 3 ml, yaitu : sebesar Rp. 694.260. Untuk obat Diamicron
MR 60 Dava tab 60 mg, pada bulan Januari yaitu sebesar Rp. 115.738, untuk
bulan Febuari yaitu sebesar Rp. 115.738, dan untuk bulan Maret yaitu
sebesar Rp. 115.738, sehingga rata-rata keseluruhan biaya yang diperoleh
untuk obat Diamicron 60 mg, yaitu sebesar Rp. 115.738. Obat Ezelin Analog
insulin injeksi 3 ml, pada bulan Januari yaitu sebesar Rp. 105.777, pada
bulan Febuari yaitu sebesar Rp. 105.777, dan pada bulan Maret yaitu sebesar
Rp. 105.777, sehingga rata-rata keseluruhan biaya untuk obat Ezelin insulin 3
ml, yaitu sebesar Rp. 105.777. Obat Glibenklamide infa 5 mg, pada bulan
Januari yaitu sebesar Rp. 4.570, dan pada bulan febuari juga sama seperti
bulan januari yaitu sebesar Rp. 4.570, dan pada bulan Maret sebesar Rp.
5.051, sehingga total keseluruhan biaya untuk obat glibenklamide 5 mg, yaitu
sebesar Rp. 4.730. Obat Gliclazide 80 Temp tab 80 mg, pada bulan Januri
yaitu sebesar Rp. 8.272, pada bulan Febuari sebesar Rp. 8.573, dan pada
bulan Maret yaitu sebesar Rp. 9.024, sehingga total keseluruhan rata-rata
biaya untuk obat Gliclazide 80 mg, yaitu sebesar Rp. 8.623. Obat Glikuidon
30 Dexa tab 30 mg, pada bulan Januari yaitu sebesar Rp. 43.776, dan untuk
bulan Febuari dan Maret yaitu sebesar Rp. 0, sehingga rata-rata keseluruhan
biaya untuk obat Glikuidon 30 mg, yaitu sebesar Rp. 43.776. Obat
Glimepiride 1 Dexa tab 1 mg, pada bulan Januari yaitu sebesar Rp. 6.759,
untuk bulan Febuari Rp. 6.830, dan untuk bulan Maret yaitu sebesar Rp.
7.020, sehingga rata-rata biaya keseluruhan untuk glimepiride 1 mg yaitu
sebesar Rp. 6.870. Obat Glimepiride 2 Dexa tab 2 mg, pada bulan Januari
yaitu sebesar Rp. 8.302, untuk bulan Febuari yaitu sebesar Rp. 8.672, dan
untuk bulan Maret sebesar Rp. 8.522, sehingga rata-rata biaya keseluruhan
untuk obat glimepiride 2 mg, yaitu sebesar Rp. 8.499. Obat Glimepiride 3.
Dexa tab 3 mg, pada bulan Januari yaitu sebesar Rp. 10.515, pada
bulan Febuari yaitu Rp. 10.453, dan pada bulan Maret yaitu sebesar Rp.
10.283, sehingga rata-rata biaya keseluruhan untuk obat glimepiride 3 mg,
yaitu sebesar Rp. 10.417. Obat Glimepiride 4 infa tab 4 mg, pada bulan
Januari yaitu sebesar Rp. 10.368, pada bulan Febuari yaitu Rp. 10.368, dan
untuk bulan Maret yaitu Rp. 10.238, sehingga rata-rata keseluruhan biaya
obat glimepiride 4 mg yaitu sebesar Rp. 10.325. Obat Humalog kwikpen
bayr 3 ml, pada bulan Januari yaitu sebesar Rp. 274.050, bulan Febuari yaitu
Rp. 383.670, dan untuk bulan Maret yaitu Rp. 401.940, sehingga rata-rata
keseluruhan biaya untuk obat Humalog 3 ml yaitu sebesar Rp. 353.220. Obat
Humalog mix 25 Kwikpen Bayr 3 ml, pada bulan Januari yaitu sebesar Rp.
615.207, pada bulan Febuari sebesar Rp. 611.711, dan untuk bulan Maret
yaitu sebesar Rp. 587.243, sehingga rata-rata biaya keseluruhan untuk obat
Humalog mix 25 Kwikpen Bayr 3 ml yaitu sebesar Rp. 604.720. Obat
Humalog mix 50 Kwikpen Bayr prefilled pen 3 ml, pada bulan Januari yaitu
sebesar Rp. 838.918, untuk bulan Febuari dan Maret yaitu sebesar Rp. 0,
sehingga rata-rata keseluruhan untuk obat Humalog mix 50 Kwikpen Bayr
prefilled pen 3 ml yaitu sebesar Rp. 838.918. Obat Lantus Solostar Aven
3ml, pada bulan Januari yaitu sebesar Rp.179.007, bulan Febuari yaitu Rp.
174.221, dan pada bulan Maret yaitu sebesar Rp. 235.964, sehingga rata-rata
biaya keseluruhan obat Lantus Solostar Aven 3ml yaitu sebesar Rp. 196.397.
Obat Levemir Flexpen 3 ml, pada bulan Januari yaitu sebesar Rp. 174.532,
pada bulan Febuari yaitu Rp. 190.399, dan pada bulan Maret yaitu sebesar
Rp. 178.499, sehingga rata-rata biaya keseluruhan untuk obat Levemir
Flexpen 3 ml yaitu sebesar Rp. 181.143. Obat Metformin 500 temp tab 500
mg, pada bulan Januari yaitu sebesar Rp. 10.390, pada bulan Febuari yaitu
Rp. 10.198, dan untuk bulan Maret yaitu sebesar Rp. 10.453, sehingga rata-
rata biaya keseluruhan obat Metformin 500 mg yaitu sebesar Rp. 10.347.
Obat Metformin 850 temp tab 850 mg, pada bulan Januari yaitu sebesar Rp.
10.842, pada bulan Febuari yaitu Rp. 12.009, dan pada bulan Maret yaitu
sebesar Rp. 11.410, sehingga rata-rata biaya keseluruhan untuk obat.
Metformin 850 mg yaitu sebesar Rp. 11.420. Obat Novomix 30
Flexpen Bpha Mix insulin flexpen/catridge, pada bulan Januari yaitu sebesar
Rp. 458.298, pada bulan Febuari sebesar Rp. 491.779, dan pada bulan Maret
yaitu sebesar Rp. 475.387, sehingga rata-rata biaya keseluruhan untuk obat
Novomix 30 Flexpen yaitu sebesar Rp. 475.155. Obat Novorapid flexpen 3
ml, pada bulan Januari yaitu sebesar Rp. 334.950, pada bulan Febuari sebesar
Rp. 338.825, dan untuk bulan Maret yaitu sebesar Rp. 333.626, sehingga
rata-rata biaya keseluruhan untuk obat Novorapid flexpen 3 ml yaitu sebesar
Rp. 335.800. Obat Sansulin Log-G flexpen, pada bulan Januari yaitu sebesar
Rp. 248.316, pada bulan Febuari yaitu sebesar Rp. 225.742, dan untuk bulan
Maret yaitu sebesar Rp. 203.168, sehingga rata-rata biaya keseluruhan untuk
obat Sansulin Log-G flexpen yaitu sebesar Rp. 225.745.

Untuk penelitian ini rata-rata biaya obat Diabetes Mellitus di Apotek


Setra Farma Purwakarta yang berada diurutan tertinggi adalah Obat Humalog
Mix 50 Kwikpen Bayr Prefilled pen 3 ml, dengan yang diperoleh rata-rata
biaya keseluruhannya yaitu sebesar Rp. 838.918, dan urutan yang terendah
adalah obat Glibenklamide infa 5 mg, dengan yang diperoleh rata-rata biaya
keseluruhannya yaitu sebesar Rp. 4.370.
Pada penelitian ini Total keseluruhan biaya masing-masing obat
Diabetes Mellitus selama 3 bulan terakhir yang didapatkan dimana pada
bulan Januari total rata-rata biaya obat Diabetes Mellitus yaitu sebesar Rp
4.277.473, dan pada bulan February total rata-rata biaya obat yaitu sebesar
3.530.912 dan pada bulan maret total rata-rata biaya obat sebesar 2.837.279,
sehingga total keseluruhan rata-rata biaya selama 3 bulan yaitu bulan
Januari-Maret 2020 yaitu sebesar Rp. 4.368.461. Sehingga total
keseluruhannya sebesar sebesar Rp. 198.566.
4.3 Persentase Penggunaan Obat Diabetes Mellitus Pada Masing-Masing Obat
Diabetes Mellitus Pada Pasien Peserta Program Rujuk Balik Di Apotek
Setra Farma Purwakarta
Hasil yang diperoleh dari menghitung data hasil penelitian menunjukan
bahwa persentase jumlah pasien yang menggunakan obat Diabetes Mellitus pada
masing-masing obat Peserta Rujuk Balik selama 3 bulan terakhir (Januari,
Februari, Maret) 2020.
Dapat dilihat pada table dibawah ini
Tabel 4.3 Persentase Penggunaan obat Diabetes Mellitus Pada Masing-Masing
Obat
No Nama Obat Januari Febuari Maret Januari-Maret

1 Akarbose 50 Dexa tab 50 mg 1,5% 1,2% 1,2% 3,8%

2 Akarbose 100 Dexa tab 100 mg 0,8% 0,8% 0,5% 2,1%

3 Apidra Solostar Aven inj 100 UI/ml, pen @ 3ml 0,1% 0,1% 0,0% 0,2%

4 Diamicron MR 60 Dava tab 60 mg 0,1% 0,1% 0,1% 0,2%

5 Ezelin Kalb Analog insulin long acting inj 100


0,0% 0,1% 0,1% 0,2%
IU/mL, pen 3 mL

6 Glibenklamide Infa 5 mg 0,7% 0,8% 0,6% 2,1%

7 Gliclazide 80 Temp tab 80 mg 0,4% 0,3% 0,1% 0,9%

8 Glikuidon 30 Dexa tab 30 mg 0,1% 0,0% 0,0% 0,1%

9 Glimepiride 1 Dexa tab 1 mg 3,0% 3,1% 3,0% 9,1%

10 Glimepiride 2 Dexa tab 2 mg 4,6% 4,1% 3,8% 12,5%

11 Glimepiride 3 Dexa tab 3 mg 1,7% 1,5% 1,5% 4,8%

12 Glimepiride 4 Infa tab 4 mg 1,6% 1,3% 1,4% 4,3%


13 Humalog Kwikpen Bayr Inj 100 UI/ml, prefilled pen
0,1% 0,1% 0,1% 0,2%
@ 3ml

14 Humalog Mix 25 Kwikpen Bayr Inj 100 UI/ml,


0,3% 0,3% 0,2% 0,8%
prefilled pen @ 3ml

15 HUMALOG MIX 50 KWIKPEN Bayr


0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
prefilled, pen 3 mL

16 Lantus Solostar Aven inj 100 UI/ml, pen @ 3ml 0,4% 0,6% 0,4% 1,5%

17 LEVEMIR FLEXPEN Beta 100 IU


0,7% 0,5% 0,5% 1,7%
pen/flexpen, 3 mL

18 Metformin 500 Temp tab 500 mg 16,9% 15,7% 14,7% 47,3%

19 Metformin 850 Temp tab 850 mg 0,6% 0,8% 1,0% 2,3%

20 NOVOMIX 30 FLEXPEN Bpha Mix Insulin


1,2% 1,0% 1,0% 3,2%
flexpen/catridge

21 NOVORAPID FLEXPEN Beta inj 100


0,6% 0,8% 0,8% 2,2%
IU/ml, flexpen 3 mL

22 SANSULIN LOG-G Sanb 100 IU


0,2% 0,1% 0,2% 0,5%
pen/flexpen

Total keseluruhan 35,7% 33,1% 31,2% 100,0%

Berdasarkan data penelitian untuk persentase Penggunaan obat Diabetes


Mellitus Pada Masing-Masing Obat Diabetes Mellitus pada bulan Januari-
Maret adalah sebagai berikut : Pada Obat Akarbose 50 mg, 3,8%, Obat
Akarbose 100 mg, 2,1%, Obat Apidra solostar 3 ml, 0,2%, Obat Diamicron 60
mg, 0,2%, Ezelin Insulin 3 ml, 0,2%, Glibenklamide 5 mg, 2,1%, Gliclazide 80
mg, 0,9%, Glikuidon 30 mg, 0,1%, Glimepiride 1 mg, 9,1%, Glimepiride 2 mg,
12,5%, Glimepiride 3 mg, 4,8%, Glimepiride 4 mg, 4,3%, Humalog kwikpen
bayr 3 ml, 0,2%, Humalog mix 25 kwikpen 3 ml, 0,8%, Humalog mix 50
kwikpen bayr prefilled 3 ml, 0,0%, Lantus solostar 3 ml, 1,5%, Levemir
Flexpen 3 ml, 1,7%, Metformin 500 mg, 47,3%, Metformin 850 mg, 2,3%,
Novomix 30 Flexpen, 3,2%, Novorapid Flexpen 3 ml, 2,2%, Sansulin Log-G
Flexpen, 0,5%.
Pada penelitian persentase penggunaan obat Diabetes Mellitus ini
menunjukan bahwa persentase penggunaan terbesar adalah Obat Metformin
500 mg, dengan hasil persentase keseluruhan (Januari-Maret 2020) 47,3%, dan
persentase penggunaan terendah terdapat pada obat HUMALOG MIX 50
KWIKPEN Bayr prefilled, pen 3 ml, dengan hasil persentase keseluruhan
(Januari-Maret 2020) 0,0%.
4.4 Rata-Rata Biaya Obat Pada Golongan Obat Diabetes Mellitus Di Apotek
Setra Farma Purwakarta.
Selain rata-rata biaya masing-masing obat, terdapat juga rata-rata biaya
obat keseluruhan pada Obat Diabetes Mellitus yang terhitung dari Bulan
Januari sampai bulan Maret 2020.
Dapat dilihat Pada Tabel Berikut !
Tabel 4.4 Rata-rata biaya obat Diabetes Mellitus Pada Golongan Obat
Diabetes Mellitus.
No Bulan Rata-rata

1 Acarbose Rp. 63.292

2 Biguanid Rp. 10.883

3 Sulfonilurea Rp. 13.320

4 Insulin Rp. 401.113

(Tabel data keseluruhan dapat dilihat pada lampiran)


Dari hasil penelitian dapat kita lihat bahwa rata-rata pada golongan
acarbose Rp. 63.292, Biguanid sebesar Rp. 10.883, Sulfonilurea Rp.
13.320, dan insulin sebesar Rp. 401.113. Pada penelitian ini dapat kita
lihat bahwa hasil rata-rata terbesar terdapat pada golongan obat insulin.
4.5 Obat Diabetes Mellitus yang paling sering digunakan pada pasien Diabetes
Mellitus Pada Peserta Program Rujuk Balik Di Apotik

Obat yang paling banyak digunakan yaitu metformin 500mg dimana pada
bulan January sebanyak 494 pasien, pada bulan february sebanyak 459 pasien
dan pada bulan maret sebanyak 431pasien. Total keseluruhan pasien yang
menggunkan obat metformin dari bulan Januari-maret sebanyak 1384 pasien
dalam jumlah persentase sebesar 47,3%, Dan yang paling jarang digunakan
adalah obat Humalog Mix 50 Kwikpen Bayr Prefilled, pen 3 ml, dimana jumlah
pasien pada bulan Januari 1 pasien, pada bulan Febuari dan Maret 0 pasien, Total
keseluruhan pasien yang menggunakan obat Humalog Mix 50 Kwikpen Bayr
Prefilled, pen 3 ml dari bulan januari sampai maret sebanyak 1 pasien, dengan
jumlah persentase 0,0%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari Penelitian “Analisis Biaya Obat Diabetes Mellitus Pada Pasien Peserta
Program Rujuk Balik (PRB) Di Apotek Setra Farma Purwakarta” diperoleh
Kesimpulan Sebagai berikut :
1. Jumlah Pasien yang menggunakan Obat Diabetes Mellitus di Apotek Setra
Farma dalam periode (Januari-Maret 2020) adalah 2925 Pasien.
2. Rata-rata biaya obat Diabetes Mellitus dalam periode (Januari-Maret 2020)
adalah : Rp. 198.566
3. Rata-rata keseluruhan obat perbulannya sebagai berikut : Golongan Acarbose :
Rp. 63.292, Biguanid : Rp. 10.883, Sulfonilurea : Rp. 13.320, dan Insulin :
Rp. 401.113
4. Obat yang paling sering digunakan adalah Metformin 500 mg.
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah :
1. Dilakukannya penelitian ulang dengan metode yang berbeda dengan analisis
efektivitas biaya obat Diabetes Mellitus pada pasien Program Rujuk Balik
pada Apotek yang terkait.
2. Dilakukan penelitian serupa di apotek terkait dengan membandingkan biaya
obat yang dikeluarkan dengan kualitas obat yang di dapatkan pasian Program
Rujuk Balik

Anda mungkin juga menyukai