Anda di halaman 1dari 7

OUTCOME FARMAKOEKONOMI

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Farmakoekonomi


Jum’at, 12 Maret 2021

Dosen Pengampu :
1. Dr. apt. Lili Musnelina, M.Si
2. apt. Elvina Triana Putri, M.Farm

Kelompok I (Satu)

Disusun Oleh :
Novella Dwi Saputri (20344152)
Susanti (20344153)
Umu Wafika Rohmah (20344154)
Siti holisoh (20344155)
Junaidi Fatrizal (20344156)

PROGRAM STUDI APOTEKER


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang
mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan
kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi
pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.
Perubahan orentasi ini mengharuskan apoteker untuk memiliki peran yang lebih luas dari
hulu ke hilir mulai dari pembuatan, pengawasan, penyerahan hingga pemastian bahwa obat
yang akan digunakan oleh pasien memenuhi prinsip-prinsip rasionalitas. Apoteker dituntut
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat meningkatkan
interaksi langsung dengan pasien.
Peran farmasi klinik sendiri memberikan dampak yang baik terhadap berbagai outcome
terapi pada pasien, baik dari sisi humanistic (kualitas hidup, kepuasan), sisi klinik (control
yang lebih baik pada penyakit kronis), dan sisi ekonomis (pengurangan biaya kesehatan). Hal
ini diperoleh terutama dengan melakukan pemantauan resep dan pelaporan efek samping
obat.
Lingkungan pelayanan kesehatan yang sensitive terhadap biaya saat ini menciptakan
tempat kerja yang kompetitif dan menantang bagi tenaga kesehatan. Tantangan bagi tenaga
kesehatan untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan biaya minimal.
Mutu pelayanan kesehatan tidak boleh diabaikan karna masalah biaya. Saat ini produk dan
pelayan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan harus mencerminkan nilai
farmakoekonomi, yaitu keseimbangan antara luaran ekonomi, humanistic dan klinik.
Farmakoekonomi yang merupakan bagian dari farmasi social merupakan bidang ilmu yang
bisa menyediakan cara sistematis untuk menghitung luaran ini. Luaran pelayanan kesehatan
bisa diukur menggunakan ECHO models, yaitu economic, clinical dan Humanistic outcomes.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana outcome farmakoekonomi
b. Apa itu ekonomi outcome, clinical outcome, dan humanistic outcome dalam
farmakoekonomi
c. Bagaimana interpretasi hasil studi farmakoekonomi

1.3 Tujuan
a. Agar mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui dan memahami Bagaimana outcome
farmakoekonomi.
b. Agar mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui dan memahami apa itu ekonomi outcome,
clinical outcome, dan humanistic outcome dalam farmakoekonomi
c. Agar mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui dan memahami bagaimana interpretasi
hasil studi farmakoekonomi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Outcome Farmakoekonomi


Kajian farmakoekonomi senantiasa mempertimbangkan dua sisi, yaitu biaya (cost) dan
hasil pengobatan (outcome). Kenyataannya, dalam kajian yang mengupas sisi ekonomi dari
suatu obat/pengobatan ini, factor biaya (cost) selalu dikaitkan dengan efektivitas
(effectiveness), utilitas (utility) atau manfaat (benefit) dari pengobatan (pelayanan) yang
diberikan (Kemenkes,2013).
Efektivitas merujuk pada kemampuan suatu obat dalam memberikan peningkatan
kesehatan (outcomes) kepada pasien dalam praktek klinik rutin (penggunaan sehari-hari di
dunia nyata, bukan di bawah kondisi optimal penelitian). Dengan mengaitkan pada aspek
ekonomi, yaitu biaya, kajian farmakoekonomi dapat memberikan besaran efektivitas-biaya
(cost-effectiveness) yang menunjukkan unit moneter (jumlah rupiah yang harus
dibelanjakan) untuk setiap unit indicator kesehatan baik klinis maupun nonklinis (misalnya,
dalam mg/dL penurunan kadar LDL dan/atau kolesterol total dalam darah) yang terjadi
karena penggunaan suatu obat. Semakin kecil unit moneter yang harus dibayar untuk
mendapatkan unit indicator kesehatan (klinis maupun non-klinis) yang diinginkan, semakin
tinggi nilai efektivitas-biaya suatu obat (Kemenkes,2013).
Utilitas merujuk pada tambahan usia (dalam tahun) yang dapat dinikmati dalam keadaan
sehat sempurna oleh pasien karena menggunakan suatu obat. Jumlah tahun tambahan usia
(dibanding kalau tidak diberi obat) dapat dihitung secara kuantitatif, yang jika dikalikan
dengan kualitas hidup yang dapat dinikmati (katakanlah, setara dengan sekian bagian sehat
sempurna) akan memberikan unit yang disebut Quality Adjusted Life Years-QALY atau
‘jumlah tahun yang disesuaikan’ (JTKD). Dikaitkan dengan aspek biaya, Kajian
Farmakoekonomi ini akan memberikan unit utilitas-biaya (cost-utility) yang menunjukkan
unit moneter yang harus dikeluarkan untuk setiap JTKD yang diperoleh. Semakin kecil
jumlah rupiah yang harus dibayar untuk mendapatkan tambahan JTKD, semakin tinggi
utilitas-biaya suatu obat (Kemenkes,2013).
Sementara itu, manfaat (benefit) merujuk pada nilai kepuasan yang diperoleh pasien dari
penggunaan suatu obat. Nilai kepuasan ini dinyatakan dalam besaran moneter setelah
dilakukan konversi dengan menggunakan “nilai rupiah yang rela dibayarkan untuk mendapat
kepuasan tersebut” (willingness to pay). Semakin tinggi willingness to pay relatif terhadap
harga riil obat (cost), semakin layak obat tersebut dipilih (Kemenkes,2013).
.
2.2 Ekonomi Outcome
Ekonomi outcome adalah biaya langsung, tidak langsung dan intangible yang
dibandingkan dengan konsekuensi dan intervensi medis. Ekonomi outcome adalah pengaruh
akibat Intervensi dari biaya pelayanan kesehatan, pengukuran dan analisis ekonomi outcome
menggunakan prinsip ekonomi atau farmakoekonomi.
Farmakoekonomi adalah ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang diperoleh
dihubungkan dengan penggunaan obat dalam perawatan keseatan. Farmakoekonomi juga
didefenisikan sebagai deskripsi dan analisis dari biaya terapi dalam suatu system pelayanan
kesehatan. Lebih spesifik lagi adalah sebuah penelitian tentang proses identifikasi,
pengukuran dan perbandingan biaya resiko dan keuntungan dari suatu program, pelayanan
dan terapi. Tujuan farmakoekonomi adalah membandingkan obat yang berbeda untuk
pengobatan pada kondisi yang sama, selain itu juga membandingkan pengobatan yang
berbeda pada kondisi yang berbeda. Hasilnya dapat digunakan sebagai informasi yang dapat
membantu para pembuat kebijakan dalam menentukan pilihan atas alternatif-alternatif
pengobatan yang tersedia agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis.
Informasi farmakoekonomi saat ini dianggap sama pentingnya dengan informasi khasiat dan
kemanan obat dalam menentukan pilihan obat mana yang akan digunakan.
2.2.1 Lima Kategori Biaya Pelayanan Kesehatan
1. Biaya langsung medis (Direct medical cost)
Biaya langsung medis adalah biaya yang dikeluarkan oleh pasien terkait dengan
jasa pelayanan medis, yang digunakan untuk mencegah atau mendeteksi suatu
penyakit seperti kunjungan pasien, obat-obat yang diresepkan, lama perawatan.
Kategori biaya-biaya langsung medis antara lain pengobatan, pelayanan untuk
mengobati efek samping, pelayanan pencegahan dan penanganan (Orion,
1997;Vogenberg, 2001).
2. Biaya langsung nonmedis (Direct nonmedical cost)
Biaya langsung nonmedis adalah biaya yang dikeluarkan pasien tidak terkait
langsung dengan pelayanan medis, seperti transportasi pasien ke rumah sakit,
makanan, jasa pelayanan lainnya yang diberikan pihak rumah sakit
(Vogenberg,2001).
3. Biaya tidak langsung (Indirect cost)
Biaya tidak langsung adalah biaya yang dapat mengurangi produktivitas pasien,
atau biaya yang hilang akibat waktu produktif yang hilang. Sebagai contoh pasien
kehilangan pendapatan karena sakit yang berkepanjangan sehingga tidak dapat
memberikan nafkah pada keluarganya, pendapatan berkurang karena kematian
yang cepat (Vogenberg, 2001).
4. Biaya tak terduga (Intangible cost)
Biaya tak terduga merupakan biaya yang dikeluarkan bukan hasil tindakan medis,
tidak dapat diukur dalam mata uang. Biaya yang sulit diukur seperti rasa
nyeri/cacat, kehilangan kebebasan, efek samping. Sifatnya psikologis, sukar
dikonversikan dalam nilai mata uang (Vogenberg, 2001).
5. Biaya Peluang (Opportunity cost) Biaya peluang merupakan menunjukkan
besarnya manfaat ekonomis ketika membatalkan suatu alternative terapi sebagai
pengganti terapi alternative terbaik berikutnya, dimana manfaat itu telah terbukti
(Vogenberg, 2001).

2.3 Clinical Outcome


Clinical outcome adalah kejadian medis yang muncul sebagai akibat dari treatment yang
diberikan. (Coons, 2008). Pengukuran perubahan status kesehatan karena intervensi
pelayanan kesehatan.
 Intermediate : blood pressure, glucose, ldl-colester,ALC
 Final : stroke,myocardial infarction,death
Evaluasi clinical outcome dilakukan dengan uji klinik atau post-marketing repost
Contoh :
 Efek penyakit pada pasien
 Efek obat pada pasien
 Efek kepatuhan pada pasien
 Efek system penghantaran pelayanan kesehatan pada pasien

2.4 Humanistic Outcome


Humanistic outcome atau seringkali dikenal sebagai hasil yang dilaporkan pasien adalah
konsekuensi penyakit atau intervensi medis yang dirasakan dan dilaporkan oleh pasien
(Coons, 2008).
Informasi tentang dampak produk farmasi dan jasa terhadap kuallitas hidup yang dapat
memberikan data tambahan untuk pembuatan kebijakan keseatan dan keputusan klinis
kualitas hidup sebagai masukan untuk pengambilam keputusan klinis tingkat pasien juga
sangat penting. Misalnya , penobatan alternatif mungkin memiliki khasiat yang sama
berdasarkan parameter klinis tradisional (Misalnya penurunan tekanan darah) menghasilkan
efek yang sangat berbeda pada kualitas hidup pasien.
Hasil humanistic outcome dievaluasi menggunakan survey atau kuesioner pada pasien.
Metode yang diguakan adalah Health related quality of life (HRQOL) dan Consumer
Assessment of Health Plant Survey (CAHPS) (Andayani,2013)

2.5 Interpretasi Hasil Studi Farmakoekonomi


Obat yang didominasi oleh obat lain bukan merupakan alternative yang layak dipilih.
Hasil perhitungan yang diperoleh merupakan gambaran besarnya biaya lebih yang harus
dikeluarkan jika dilakukan pemindahan dari obat standar ke alternatif. Disini, pemegang
kebijakan harus mempertimbangkan apakah biaya lebih yang dikeluarkan sebanding dengan
efektivitas yang diperoleh. Jika cukup sebanding, maka alternatif tersebut layak untuk
dipertimbangkan. Sebaliknya, jika tidak, maka alternatif pengganti tidak dipertimbangkan,
dan yang akan dipilih tetap merupakan obat yang sudah standar.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Farmakoekonomi adalah ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang diperoleh
dihubungkan dengan penggunaan obat dalam perawatan kesehatan.
 Hasil pelayanan kesehatan bisa diukur menggunakan ECHO models, yaitu economic,
clinical dan Humanistic outcomes.
 Klinik outcome adalah peristiwa medis yang terjadi sebagai hasil dari kondisi atau
pengobatan.
 Ekonomi outcome adalah biaya langsung, tidak langsung dan intangible yang
dibandingkan dengan konsekuensi dan intervensi medis.
 Humanistic outcome adalah fungsi penilaian penilaian diri dan kebahagiaan, atau Health-
related quality of life (HRQOL).
3.2 Saran
Dari makalah ini kami mengharapkan agar para pembaca bisa membacanya, memahaminya
dan membuat makalah ini menjadi referensi untuk belajar mengetahui lebih jelas apa dan
bagaimana outcame farmakoekonomi. Demi sempurnanya makalah ini kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar makalah ini bisa menjadi lebih
baik untuk selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Andayani,Tri Murti. 2013. Farmakoekonomi Prinsip dan Metodologi.Yogyakarta : Bursa Ilmu.


Anonim, 2013. Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi. Kementrian Kesehatan Republic
Indonesia.
Bootman, J. L., Townsend, R. J., and McGhan, W. F., 2005, Principles of Pharmacoeconomics,
3rd Ed., 1-18, Harvey Whitney Book Company, USA.
Orion. (1997). Pharmacoeconomics Primer And Guide Introduction To Economic Evaluat Ion.
Hoesch Marion Rousell Incorporation, Virginia.
Vogenberg Fr., 2001, Introduction To Applied Pharmacoeconomics, Mcgraw-Hill, Usa.

Anda mungkin juga menyukai