Anda di halaman 1dari 14

PENGENALAN TUHAN MELALUI SIFAT DAN ASMANYA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aqidah Ilmu Kalam

Dosen Pengampu :

Dra. Jundah, M.A.

Disususn oleh Kelompok 3 :

Albi Aliyuddin (11180530000044)

Umi Meila Hayati (11180530000138)

Amalina (11180530000119)

MANAJEMEN DAKWAH II B
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIADAYATULLAH
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr,wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kelompok makalah kami
kemudahan, rahmat, hidayah, dan inayah-Nya dalam penyelesaian makalah
Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Hj Jundah selaku Dosen Pembimbing
yang mempercayai kami untuk membuat makalah “Pengenalan Tuhan Lewat Sifat dan
Asmanya” yang mampu kita selesaikan dengan semaksimal mungkin.
Terimakasih terucapkan pula kepada kawan-kawan yang bersangkutan dalam
pembuatan makalah ini, dengan segala arahan serta bantuan ilmu-ilmu yang kalian
salurkan, makalah ini semoga bisa bermanfaat bagi semua pembaca & pencari ilmu
Allah.
Namun, ada pepatah berkata “tak ada gading yang tak retak” dalam
penyusunan makalah ini, jika ada kesalahan atau kekeliruan itu datangnya dari
keawaman diri kita masing-masing yang masih berproses dalam pembelajaran , namun
jika ada kebaikan & manfaat itu datangnya dari Rahmat dan Ilmu Allah SWT.
Semoga dengan makalah ini, para pembaca bisa menambah wawasan sejarah,
menginovasi diri pribadi menjadi yang lebih baik, dan mampu menerapkannya ke
dalam aspek kehidupan sehari-hari.
Wassalamualaikum wr,,wb

Ciputat, 7 April 2019,

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar .............................................................................................................. 2

Daftar isi ........................................................................................................................ 3

Bab I PENDAHULUAN ................................................................................................. 4

A. Latar belakang ............................................................................................................ 4

B. Rumusan masalah ….................................................................................................... 5

C. Tujuan penelitian ................... ..................................................................................... 5

Bab II PEMBAHASAN ................................... ............................................................... 6

A. Pengertian Asma’ Wa Sifat ………….......................................................................... 6

B. Kaedah-Kaedah Penting Dalam Memahami Nama Dan Sifat Allah ............................ 9

Bab IV PENUTUP ............................................................................................................. 13

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 13

B. Saran ….......................................................................................................................... 13

Daftar pustaka ................................................................................................................... 14

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Banyak orang mengaku mengenal Allah SWT, tetapi kebanyakan dari mereka
tanpa disadari tidak mempunyai rasa cinta kepada Allah SWT. Sebagai bukti,
mereka telah banyak melanggar perintah-perintah dan larangan-larangan Allah
SWT. Umumnya sekarang manusia cukup mengenal Allah SWT hanya sebatas
pada saat berada di masjid, di majelis dzikir, atau di majelis ilmu, atau mengenal-
Nya ketika tersandung batu, ketika mendengar kematian, atau ketika mendapatkan
musibah dan mendapatkan kesenangan. Padahal Allah memiliki nama-nama (Al
Asma’) dan sifat-sifat (Ash Shifat).

Nama-nama Allah ini sekaligus menunjukkan sifat-Nya. Apa yang menjadi


nama Allah sebenarnya merupakan sifat yang ada pada diri-Nya. Semua nama dan
sifat ini menunjukkan ke Maha sempurnaan-Nya. Dan Ini yang sering dilupakan.
Ada ibarat tak kenal maka tak sayang. Mengimani sifat-sifat Allah merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari Iman kepada Allah. Sangat penting bagi kita untuk
mengetahui dan memahami Ilmu mengenal Allah melalui nama- nama dan sifat
Allah SWT.

Untuk mengenal Allah, kita mesti mengenal sifat-Nya, karena mustahil kita
mengenal-Nya melalui zat-Nya. Maka, ada salah satu riwayat yang mengatakan,
“Pikirkan ciptaan-Nya dan pikirkan tentang zat-Nya.” Zat Allah tidak mungkin
dapat digambarkan dengan bahasa apa pun. Semua yang bisa kita ungkapkan
dengan bahasa tentang Allah hanyalah menyangkut sifat-Nya saja. Oleh karena itu,
kita mengenal beberapa sifat Allah, baik wajib, mustahil, maupun jaiz.

4
2. Rumusan Masalah
a. Apa itu Asmaul Husna dan Sifat-Nya?
b. Apa saja Kaidah-Kaidah Dalam Memahami Nama Dan Sifat Allah?

3. Tujuan Makalah
Penulisan makalah ini bertujuan ;
a) Untuk memberikan informasi dan pemahamam mengenai Aqidah dan Ilmu
kalam tentang asma wa sifat-Nya
b) Untuk memberikan informasi mengenai Kaidah kaidah dalam memahami nama
dan sifat Allah SWT
c) Ubtuk memenuhi tugas mata kuliah Aqidah dan Ilmu Kalam

4. Penutup
a) Kesimpulan
b) Saran

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sifat Allah dan Asmaul Husna

1. Pengertian sifat Allah


Sifat Allah adalah Sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah yang ia sifati sendiri
dikabarkan oleh Allah baik dalam Al-quran dan Hadits, tanpa takyif, ta’thil, ta’wil,
tamsil.1
2. Pengertian Asmaul Husna
Sebelum kita lebih jauh membahas asmaul husna, perlu kita tahu pengertian
asmaul husna.
Asmaul Husna diambil dari dua kata yaitu ‫ األسماء‬bentuk jama’ dari kata ‫إسم‬
yang artinya Nama-nama . dan ‫ الحسنى‬sighat tafdhil muannats dari kata ‫ حسن‬yang
artinya paling indah. Jadi asmaul husna adalah nama-nama Allah yang paling indah
yang dirinya ia namai dengan nama-nama itu. dalam al-quran dan sunnah.2 Allah
berfirman :

“Dan Allah memiliki Asmaul Husna, maka bermohonlah kepadanya dengan


menyebutnya.” (Al-A’raf [7]: 180)

Rasulullah bersabda:

َ ‫ َم ْن أ َ ْح‬،ٍ‫احد‬
‫صا َها َد َخ َل‬ َ ً‫ ِمائ َة‬،‫س ًما‬
ِ ‫غ ْي َر َو‬ ْ ‫ين ا‬ ْ ِ‫سعَةً َوت‬
َ ‫س ِع‬ ْ ِ‫«إِ َّن ِ َّّلِلِ ت‬
ُّ ‫ إِنَّهُ ِوتْ ٌر يُ ِح‬،َ‫ا ْل َجنَّة‬
»‫ب ا ْل ِوتْ َر‬

1
Abu Bakar ahmad bin Ibrahim bin Ismail bin al-‘Abbas bin Al-Murdas, I’tiqad A`immatu al-Hadits, Darul
‘Ashimah: Riyadh, 1412 H HAL 51
2
Saas ibn Abdul Rahman, Mafhum Al-Asma`I wa Ash-Shifati, maktabah Syamilah, hal 80

6
“Sesungguhnya Allah memiliki 99 Nama, yakni serratus kurang satu.
Barangsiapa menghitungnya, maka akan masuk surga, sesungguhnya dia itu ganjil
menyukai yang ganjil.”3

Allah memperkenalkan diri-Nya kepada makhluk-Nya melalui pengertian


tentang asma-asma dan sifat-sifat, dan itulah pintu yang langsung mengantarkan hati
kepada mengenal Allah, yang menggerakkan tenaga tanggapan merasai kebenaran dan
cinta Allah dan yang membentangkan di hadapan rohani lapangan luas untuk
menyaksikan dan mengenal dengan seyakin-yakinnya akan Nur dan kebesaran Allah.
Allah mengingatkan asma-asmaNya dalam Al Quran, kata-Nya :

"Katakanlah Muhammad ! Seru Allah dan serulah Arrahman (yang Maha


limpah ruah nikmatNya). Mana saja yang kamu serukan, maka Allah mempunyai
asma yang sebaik-baiknya (asma ul husna)." (Surat Al Isra' ayat 110).

Kita disuruh menyeru, menanamkan, mengingat, menyembah dan mendekatiNya


dengan menyebut asmaNya yang sebaik-baiknya.

"Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya


dengan menyebut-Nya (asma-nya)..." (Surat Al A'raf ayat 180).

Sebagimana pengertian diatas maka kita sebagai penganut akidah yang


berdasarkan Aquran dan Sunnah patut menyikapi Asma dan Sifat Allah, yaitu dengan
menafikan beberapa perkara sebagai berikut:4

3
Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Musnad Ahmad (: Muasasah Risalah, 2001) Hal 469, Juz 12,
no 7502, bab musnad abu Hurairah -makbah syamilah-
4
Said bin Ali bin Wahf al-Qahthani, ‘Aqidatu al-Muslimi fi dlau`I al-Kitabi Wa As-Sunnati, (Riyadh: Maktabah ad-
Da’wah wal Irsyad bilqosbi, 2009) hal. 156-157

7
1. Tahrif, secara bahasa yaitu at-taghyiru wa at-tabdilu,yang artinya merubah. Secara
istilah merubah lafad-lafad asmaul husna, sifat-sifat Allah, dan makna-maknanya.
Dan ini pun terbagi menjadi dua bagian:
a. mengubah lafadz dengan menambah, mengurangi, atau mengubah syakal.
Seperti perkataan Jahmiyah dan para pengikutnya dalam lafad istiwa dengan
menambah lam )‫ (ل‬menjadi istaula (‫)إستولى‬. Dan perkataan orang
yahudi, ‫ حنطة‬ketika dikatakan kepada mereka ucapkanlah ‫ حطة‬.
b. mengubah makna dengan tetapnya lafadz pada tempatnya dan merubah
maknanya,. Seperti tafsir sebagian ahli bid’ah, al-ghadlab (marah) dengan
maksud al-intiqam (menghukum), ar-rahmah(kasih sayang) dengan makna
(memberi nikmat).
2. Ta’thil, menafikan sifat ilahiyah dari Allah subhanahu wa taala dan mengingkari
seluruh dzat Allah atau sebagiannya.
3. Takyif, bertanya bagaimana, maksudnya menentukan keadaan sifat itu. Imam Malik
berkata ketika ditanya tentang istiwa, maka ia menjawab:

‫ والسؤال عنه بدعة‬,‫ و اإليمان به واجب‬,‫ و الكيف مجهول‬,‫األستواء معلوم‬

“Al-istiwa itu dimaklumi, dan bagaimananya itu, tidak diketahui, iman


terhadapnya adalah wajib, dan bertanya tentangnya adalah bid’ah”
4. Tamtsil, yaitu menyerupakan sifat Allah
secara dzatiyyah dan fi’liyyah. Tamtsil terbagi kepada dua bagian yaitu:
1) Menyerupakan makhluk dengan khaliq (pencipta). Sebgaimana orang
Nasrani menyerupakan Nabi Isa dengan Allah, dan orang yahudi
menyerupakan Uzair dengan-Nya.
2) Menyerupakan Khaliq dengan makhluk, sebagaimana yang dilakukan oleh
orang yang menyerupakan, mereka mengatakan bahwa wajah Allah sama
dengan wajah makhluk, tamgan-Nya sama dengan makhluk.

8
B. Kaidah nama dan sifat Allah

1. Kaidah Umum terkait nama dan sifat Allah

Kewajiban kita terhadap nash-nash Al Quran dan As Sunnah yang membahas


tentang asma dan sifat Allah.

Dalam memahami nash-nash Al Quran dan As Sunnah kita wajib untuk


menetapkan maknanya apa adanya, berdasar dzahir nash dan tidak memalingkannya ke
makna lain. Karena Allah menurunkan Al Quran dengan bahasa Arab, yang bahasa
tersebut sudah jelas. Disamping itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamjuga berbicara
dengan bahasa Arab, sehingga wajib bagi kita menetapkan makna kalam Allah dan
perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sesuai dengan apa yang ditunjukkan secara
makna bahasa tersebut. Merubahnya dari makna dzahir merupakan perbuatan terlarang,
karena ini termasuk berkata tentang Allah tanpa dasar ilmu. Allah berfirman:

“Katakanlah: ‘Rabbku mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak


maupun tersembunyi, perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang
benar, mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah
untuk itu dan mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui” (Al A’raf: 33)

2. Kaidah Dalam Asma Allah

Asma Allah seluruhnya husna (paling baik). Dalam kebaikan Allah-lah yang
paling tinggi karena nama Allah mengandung sifat yang sempurna, tidak ada
kekurangan di dalamnya dari segala sisi.

9
ْ ‫س َما ُء ا ْل ُح‬
‫سنَى‬ ْ ‫َو َ هّلِلَ األ‬

“Dan bagi Allah asmaul husna” (Al A’raf: 180)

a. Nama Allah tidak dibatasi pada bilangan tertentu


Kaidah ini didasari doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
masyhur,

“Sesngguhnya ada 99 nama milik Allah, barang siapa menjaganya


akan masuk syurga” (HR. Bukhari)

Makna hadits ini adalah: Diantara nama Allah ada 99 nama yang jika
kita menjaganya kita akan masuk syurga. Dan tidaklah dimaksudkan disini
membatasi nama Allah hanya 99. Kita bisa melihat hal ini dengan contoh
perkataan “saya mempunyai 100 dirham untuk disedekahkan”. Maka
pernyataan ini tidak menafikan kalau saya mempunyai dirham yang lain yang
saya peruntukkan untuk selain sedekah.

b. Nama Allah tidak dapat ditetapkan berdasarkan akal tetapi harus dengan dalil
syar’i
Nama Allah adalah tauqifiyah, yaitu harus ditetapkan berdasarkan dalil
syari’at, tidak boleh menambahnya dan tidak boleh menguranginya karena akal
tidak mungkin mencapai semua yang menjadi hak Allah dari nama-nama-Nya.
Maka dalam hal ini kita wajib untuk mencukupkan diri dengan dalil syar’i.
Hal ini karena menamai Allah dengan nama yang tidak Allah namakan
diri-Nya dengan nama tersebut atau mengingkari nama yang Allah menamai
diri-Nya dengan nama tersebut merupakan pelanggaran terhadap hak Allah
ta’ala. Kita wajib mempunyai adab yang baik kepada Allah ta’ala.

c. Seluruh nama dari nama-nama Allah menunjukkan atas dzat Allah


Sifat yang terkandung di dalam nama tersebut, dan adanya pengaruh
yang dihasilkan jika nama tersebut adalah nama yang muta’adi (membutuhkan
objek)

10
Dan tidak sempurna iman seseorang terhadap asma dan sifat Allah
kecuali dengan menetapkan semua hal tersebut.

3. Kaidah dalam memahami sifat Allah


• Sifat Allah seluruhnya tinggi, sempurna, mengandung pujian, dan tidak ada
kekurangan dari sisi mana pun.
Seperti Al Hayah (hidup), Al’ Ilmu (mengetahui), Al Qudrah
(kehendak), As Sama (mendengar), Al Bashar (melihat), Al Hikmah, Ar
Rahmah, Al Uluw (tinggi), dll. Allah berfirman,

‫َو َ هّلِلَ ا ْل َمثَ ُل األ ْعلَى‬

“Dan Allah mempunyai sifat yang maha tinggi” (Qs. An Nahl: 60)

Karena Allah adalah Rabb yang maha sempurna maka sifatnya harus
sempurna. Jika suatu sifat menunjukkan kekurangan dan bukan kesempurnaan
sama sekali maka mustahil sifat itu dimiliki Allah, seperti Al Maut (mati), Al
Jahl (bodoh), Al Ajs (lemah), As Samam (tuli), Al ‘Ama (buta), dll. Oleh karena
itu Allah membantah orang yang mensifati diri-Nya dengan kekurangan dan
mensucikan diri-Nya dari kekurangan tersebut. Allah tidak mungkin
mempunyai kekurangan karena hal itu akan mengurangi keberadaan-Nya
sebagai Rab semesta alam.

Jika sifat tersebut di satu sisi menunjukkan kesempurnaan sedangkan di


sisi lain menunjukkan kekurangan maka sifat ini tidak dinisbatkan dan tidak
dinafikan (ditolak) dari Allah secara mutlak akan tetapi perlu dirinci. Kita
menetapkan sifat tersebut dalam keadaan yang menunjukkan kesempurnaan dan
kita menolak sifat tersebut dalam keadaan yang menunjukkan kekurangan.

Contohnya sifat Al Makr, Al Kaid, Al Khida’ (makna ketiganya adalah


tipu daya)

Sifat ini merupakan sifat yang sempurna jika dalam rangka menghadapi
semisalnya (membalas orang yang berbuat tipu daya) Karena hal ini

11
menunjukkan bahwa yang mempunyai sifat ini (Allah) tidak lemah menghadapi
tipu daya musuh-musuh-Nya.

Dan sifat ini menupakan sifat yang kurang dalam keadaan selain diatas.
Maka kita menetapkan sifat tersebut untuk Allah dalam keadaan yang pertama,
bukan yang kedua.

Allah ta’ala berfirman,

َ‫ّللاُ َخي ُْر ْال َما ِك ِرين‬ َ ‫َويَ ْم ُك ُر‬


َ ‫ّللاُ َو‬

“Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu.
Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Qs. Al Anfal: 30)

(١٦) ‫( َوأَ ِكيد ُ َك ْيدًا‬١٥) ‫ِإنَ ُه ْم َي ِكيدُونَ َك ْيدًا‬

“Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat


dengan sebenar-benarnya. Aku pun membuat rencana (pula) dengan sebenar-
benarnya.” (Qs. At Thariq: 15-16)

‫ع ُه ْم‬ َ َ‫ِإ َن ْال ُمنَافِقِينَ يُخَا ِدعُون‬


ُ ‫ّللاَ َوه َُو خَا ِد‬

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan


membalas tipuan mereka.” (Qs. An Nisa: 142)

Jika dikatakan Apakah Allah disifati dengan Al Makr? Maka jangan


menjawab “ya” dan jangan pula menjawab “tidak”, akan tetapi kaakanlah
“Allah berbuat makar terhadap orang yang pantas mendapatkannya” wallahu
a’lam.

12
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Sifat Allah adalah Sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah yang ia sifati sendiri dikabarkan
oleh Allah baik dalam Al-quran dan Hadits, tanpa takyif, ta’thil, ta’wil, tamsil.

Asmaul Husna diambil dari dua kata yaitu ‫ األسماء‬bentuk jama’ dari kata ‫ إسم‬yang
artinya Nama-nama . dan ‫ الحسنى‬sighat tafdhil muannats dari kata ‫ حسن‬yang artinya paling
indah. Jadi asmaul husna adalah nama-nama Allah yang paling indah yang dirinya ia namai
dengan nama-nama itu

Jadi kesimpulan yang dapat pemakalah ambil yakni, dengan mengenal tuhan melalui
sifat dan asma-Nya kita bisa lebih mendekatkan diri kita kepada sang pencipta. Karena pepatah
mengatakan “Tak kenal maka tak sayang.” Oleh karena itu kita harus mengenal Tuhan melalui
sifat dan asma-Nya.

2. Saran

Makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu dalam penyusunan makalah ini
Penulis mohon kritikan dan saran dari Ibu Dosen dan para pembaca agar makalah ini menjadi
lebih baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar ahmad bin Ibrahim bin Ismail bin al-‘Abbas bin Al-Murdas, I’tiqad A`immatu al-
Hadits, Darul ‘Ashimah: Riyadh, 1412 H HAL 51

Saas ibn Abdul Rahman, Mafhum Al-Asma`I wa Ash-Shifati, maktabah Syamilah, hal 80

Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Musnad Ahmad ( Muasasah Risalah,
2001) Hal 469, Juz 12, no 7502, bab musnad abu Hurairah -makbah syamilah

Said bin Ali bin Wahf al-Qahthani, ‘Aqidatu al-Muslimi fi dlau`I al-Kitabi Wa As-Sunnati,
(Riyadh: Maktabah ad-Da’wah wal Irsyad bilqosbi, 2009) hal. 156-157

14

Anda mungkin juga menyukai