Dosen Pengampu :
Amalina (11180530000119)
MANAJEMEN DAKWAH II B
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIADAYATULLAH
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr,wb
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kelompok makalah kami
kemudahan, rahmat, hidayah, dan inayah-Nya dalam penyelesaian makalah
Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Hj Jundah selaku Dosen Pembimbing
yang mempercayai kami untuk membuat makalah “Pengenalan Tuhan Lewat Sifat dan
Asmanya” yang mampu kita selesaikan dengan semaksimal mungkin.
Terimakasih terucapkan pula kepada kawan-kawan yang bersangkutan dalam
pembuatan makalah ini, dengan segala arahan serta bantuan ilmu-ilmu yang kalian
salurkan, makalah ini semoga bisa bermanfaat bagi semua pembaca & pencari ilmu
Allah.
Namun, ada pepatah berkata “tak ada gading yang tak retak” dalam
penyusunan makalah ini, jika ada kesalahan atau kekeliruan itu datangnya dari
keawaman diri kita masing-masing yang masih berproses dalam pembelajaran , namun
jika ada kebaikan & manfaat itu datangnya dari Rahmat dan Ilmu Allah SWT.
Semoga dengan makalah ini, para pembaca bisa menambah wawasan sejarah,
menginovasi diri pribadi menjadi yang lebih baik, dan mampu menerapkannya ke
dalam aspek kehidupan sehari-hari.
Wassalamualaikum wr,,wb
Penyusun
2
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 13
B. Saran ….......................................................................................................................... 13
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Banyak orang mengaku mengenal Allah SWT, tetapi kebanyakan dari mereka
tanpa disadari tidak mempunyai rasa cinta kepada Allah SWT. Sebagai bukti,
mereka telah banyak melanggar perintah-perintah dan larangan-larangan Allah
SWT. Umumnya sekarang manusia cukup mengenal Allah SWT hanya sebatas
pada saat berada di masjid, di majelis dzikir, atau di majelis ilmu, atau mengenal-
Nya ketika tersandung batu, ketika mendengar kematian, atau ketika mendapatkan
musibah dan mendapatkan kesenangan. Padahal Allah memiliki nama-nama (Al
Asma’) dan sifat-sifat (Ash Shifat).
Untuk mengenal Allah, kita mesti mengenal sifat-Nya, karena mustahil kita
mengenal-Nya melalui zat-Nya. Maka, ada salah satu riwayat yang mengatakan,
“Pikirkan ciptaan-Nya dan pikirkan tentang zat-Nya.” Zat Allah tidak mungkin
dapat digambarkan dengan bahasa apa pun. Semua yang bisa kita ungkapkan
dengan bahasa tentang Allah hanyalah menyangkut sifat-Nya saja. Oleh karena itu,
kita mengenal beberapa sifat Allah, baik wajib, mustahil, maupun jaiz.
4
2. Rumusan Masalah
a. Apa itu Asmaul Husna dan Sifat-Nya?
b. Apa saja Kaidah-Kaidah Dalam Memahami Nama Dan Sifat Allah?
3. Tujuan Makalah
Penulisan makalah ini bertujuan ;
a) Untuk memberikan informasi dan pemahamam mengenai Aqidah dan Ilmu
kalam tentang asma wa sifat-Nya
b) Untuk memberikan informasi mengenai Kaidah kaidah dalam memahami nama
dan sifat Allah SWT
c) Ubtuk memenuhi tugas mata kuliah Aqidah dan Ilmu Kalam
4. Penutup
a) Kesimpulan
b) Saran
5
BAB II
PEMBAHASAN
Rasulullah bersabda:
َ َم ْن أ َ ْح،ٍاحد
صا َها َد َخ َل َ ً ِمائ َة،س ًما
ِ غ ْي َر َو ْ ين ا ْ ِسعَةً َوت
َ س ِع ْ ِ«إِ َّن ِ َّّلِلِ ت
ُّ إِنَّهُ ِوتْ ٌر يُ ِح،َا ْل َجنَّة
»ب ا ْل ِوتْ َر
1
Abu Bakar ahmad bin Ibrahim bin Ismail bin al-‘Abbas bin Al-Murdas, I’tiqad A`immatu al-Hadits, Darul
‘Ashimah: Riyadh, 1412 H HAL 51
2
Saas ibn Abdul Rahman, Mafhum Al-Asma`I wa Ash-Shifati, maktabah Syamilah, hal 80
6
“Sesungguhnya Allah memiliki 99 Nama, yakni serratus kurang satu.
Barangsiapa menghitungnya, maka akan masuk surga, sesungguhnya dia itu ganjil
menyukai yang ganjil.”3
3
Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Musnad Ahmad (: Muasasah Risalah, 2001) Hal 469, Juz 12,
no 7502, bab musnad abu Hurairah -makbah syamilah-
4
Said bin Ali bin Wahf al-Qahthani, ‘Aqidatu al-Muslimi fi dlau`I al-Kitabi Wa As-Sunnati, (Riyadh: Maktabah ad-
Da’wah wal Irsyad bilqosbi, 2009) hal. 156-157
7
1. Tahrif, secara bahasa yaitu at-taghyiru wa at-tabdilu,yang artinya merubah. Secara
istilah merubah lafad-lafad asmaul husna, sifat-sifat Allah, dan makna-maknanya.
Dan ini pun terbagi menjadi dua bagian:
a. mengubah lafadz dengan menambah, mengurangi, atau mengubah syakal.
Seperti perkataan Jahmiyah dan para pengikutnya dalam lafad istiwa dengan
menambah lam ) (لmenjadi istaula ()إستولى. Dan perkataan orang
yahudi, حنطةketika dikatakan kepada mereka ucapkanlah حطة.
b. mengubah makna dengan tetapnya lafadz pada tempatnya dan merubah
maknanya,. Seperti tafsir sebagian ahli bid’ah, al-ghadlab (marah) dengan
maksud al-intiqam (menghukum), ar-rahmah(kasih sayang) dengan makna
(memberi nikmat).
2. Ta’thil, menafikan sifat ilahiyah dari Allah subhanahu wa taala dan mengingkari
seluruh dzat Allah atau sebagiannya.
3. Takyif, bertanya bagaimana, maksudnya menentukan keadaan sifat itu. Imam Malik
berkata ketika ditanya tentang istiwa, maka ia menjawab:
8
B. Kaidah nama dan sifat Allah
Asma Allah seluruhnya husna (paling baik). Dalam kebaikan Allah-lah yang
paling tinggi karena nama Allah mengandung sifat yang sempurna, tidak ada
kekurangan di dalamnya dari segala sisi.
9
ْ س َما ُء ا ْل ُح
سنَى ْ َو َ هّلِلَ األ
Makna hadits ini adalah: Diantara nama Allah ada 99 nama yang jika
kita menjaganya kita akan masuk syurga. Dan tidaklah dimaksudkan disini
membatasi nama Allah hanya 99. Kita bisa melihat hal ini dengan contoh
perkataan “saya mempunyai 100 dirham untuk disedekahkan”. Maka
pernyataan ini tidak menafikan kalau saya mempunyai dirham yang lain yang
saya peruntukkan untuk selain sedekah.
b. Nama Allah tidak dapat ditetapkan berdasarkan akal tetapi harus dengan dalil
syar’i
Nama Allah adalah tauqifiyah, yaitu harus ditetapkan berdasarkan dalil
syari’at, tidak boleh menambahnya dan tidak boleh menguranginya karena akal
tidak mungkin mencapai semua yang menjadi hak Allah dari nama-nama-Nya.
Maka dalam hal ini kita wajib untuk mencukupkan diri dengan dalil syar’i.
Hal ini karena menamai Allah dengan nama yang tidak Allah namakan
diri-Nya dengan nama tersebut atau mengingkari nama yang Allah menamai
diri-Nya dengan nama tersebut merupakan pelanggaran terhadap hak Allah
ta’ala. Kita wajib mempunyai adab yang baik kepada Allah ta’ala.
10
Dan tidak sempurna iman seseorang terhadap asma dan sifat Allah
kecuali dengan menetapkan semua hal tersebut.
“Dan Allah mempunyai sifat yang maha tinggi” (Qs. An Nahl: 60)
Karena Allah adalah Rabb yang maha sempurna maka sifatnya harus
sempurna. Jika suatu sifat menunjukkan kekurangan dan bukan kesempurnaan
sama sekali maka mustahil sifat itu dimiliki Allah, seperti Al Maut (mati), Al
Jahl (bodoh), Al Ajs (lemah), As Samam (tuli), Al ‘Ama (buta), dll. Oleh karena
itu Allah membantah orang yang mensifati diri-Nya dengan kekurangan dan
mensucikan diri-Nya dari kekurangan tersebut. Allah tidak mungkin
mempunyai kekurangan karena hal itu akan mengurangi keberadaan-Nya
sebagai Rab semesta alam.
Sifat ini merupakan sifat yang sempurna jika dalam rangka menghadapi
semisalnya (membalas orang yang berbuat tipu daya) Karena hal ini
11
menunjukkan bahwa yang mempunyai sifat ini (Allah) tidak lemah menghadapi
tipu daya musuh-musuh-Nya.
Dan sifat ini menupakan sifat yang kurang dalam keadaan selain diatas.
Maka kita menetapkan sifat tersebut untuk Allah dalam keadaan yang pertama,
bukan yang kedua.
“Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu.
Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Qs. Al Anfal: 30)
12
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sifat Allah adalah Sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah yang ia sifati sendiri dikabarkan
oleh Allah baik dalam Al-quran dan Hadits, tanpa takyif, ta’thil, ta’wil, tamsil.
Asmaul Husna diambil dari dua kata yaitu األسماءbentuk jama’ dari kata إسمyang
artinya Nama-nama . dan الحسنىsighat tafdhil muannats dari kata حسنyang artinya paling
indah. Jadi asmaul husna adalah nama-nama Allah yang paling indah yang dirinya ia namai
dengan nama-nama itu
Jadi kesimpulan yang dapat pemakalah ambil yakni, dengan mengenal tuhan melalui
sifat dan asma-Nya kita bisa lebih mendekatkan diri kita kepada sang pencipta. Karena pepatah
mengatakan “Tak kenal maka tak sayang.” Oleh karena itu kita harus mengenal Tuhan melalui
sifat dan asma-Nya.
2. Saran
Makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu dalam penyusunan makalah ini
Penulis mohon kritikan dan saran dari Ibu Dosen dan para pembaca agar makalah ini menjadi
lebih baik.
13
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar ahmad bin Ibrahim bin Ismail bin al-‘Abbas bin Al-Murdas, I’tiqad A`immatu al-
Hadits, Darul ‘Ashimah: Riyadh, 1412 H HAL 51
Saas ibn Abdul Rahman, Mafhum Al-Asma`I wa Ash-Shifati, maktabah Syamilah, hal 80
Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Musnad Ahmad ( Muasasah Risalah,
2001) Hal 469, Juz 12, no 7502, bab musnad abu Hurairah -makbah syamilah
Said bin Ali bin Wahf al-Qahthani, ‘Aqidatu al-Muslimi fi dlau`I al-Kitabi Wa As-Sunnati,
(Riyadh: Maktabah ad-Da’wah wal Irsyad bilqosbi, 2009) hal. 156-157
14