Dosen Pengampu :
MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIADAYATULLAH
JAKARTA 2023
DAFTAR ISI
Daftar isi ........................................................................................................................
A. Kesimpulan ...................................................................................................................
B. Saran …..........................................................................................................................
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Banyak orang mengaku beragama islam , tetapi banyak yang mereka tanpa
sadari tidak mempunyai rasa cinta kepada Allah SWT. Sebagai bukti, mereka
banyak yang melakuan hal-hal yang diperuntahkan oleh Allah SWT. Pada zaman
sekarang ini banyak orang yang mengenal Allah hanya sebatas nama Tuhan yang
maha esa dan hanya mengingat Allah pada saat dirinya sedang mengalami
kesusahan dalam kehidupannya.
Jika seorang hamba benar-benar mengenal Allah SWT, pasti ia akan selalu
ta’at dan patuh oleh apa yang diperintahkan oleh Allah SWT. Maka dari itu
makalah ini dibuat untuk lebih mengenal Allah lewat Hidaya, Sifat, dan Asmanya.
Untuk mengenal Allah, kita mesti mengenal sifat-Nya, karena mustahil kita
mengenal-Nya melalui zat-Nya. Semua yang bisa kita ungkapkan dengan bahasa
tentang Allah hanyalah menyangkut sifat-Nya saja. Mengimani sifat-sifat Allah
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Iman kepada Allah. Sangat penting
bagi kita untuk mengetahui dan memahami Ilmu mengenal Allah melalui hidayah,
sifat dan asmanya Allah SWT.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Asmaul Husna diambil dari dua kata yaitu األسماءbentuk jama’ dari kata إسمyang
artinya Nama-nama . dan الحسنىsighat tafdhil muannats dari kata حسنyang artinya
paling indah. Jadi asmaul husna adalah nama-nama Allah yang paling indah yang
dirinya ia namai dengan nama-nama itu. dalam al-quran dan sunnah. Allah berfirman
2
:
َوهّٰلِل ِ ااْل َ ْس َم ۤا ُء ْال ُح ْس ٰنى فَا ْد ُع ْوهُ ِبهَ ۖا َو َذرُوا الَّ ِذي َْن ي ُْل ِح ُد ْو َن
فِ ْٓي اَ ْس َم ۤا ِٕى ٖ ۗه َسيُجْ َز ْو َن َما َكانُ ْوا يَ ْع َملُ ْو َن
“Dan Allah memiliki Asma'ul-Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah
kepada-Nya dengan menyebutnya Asma'ul-Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang
yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap
apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-A’raf [7]: 180)
1
Abu Bakar ahmad bin Ibrahim bin Ismail bin al-‘Abbas bin Al-Murdas, I’tiqad A`immatu al-Hadits, Darul
‘Ashimah: Riyadh, 1412 H HAL 51
2
Saas ibn Abdul Rahman, Mafhum Al-Asma`I wa Ash-Shifati, maktabah Syamilah, hal 80
4
dan mengenal dengan seyakin-yakinnya akan Nur dan kebesaran Allah. Allah
mengingatkan asma-asmaNya dalam Al Quran, kata-Nya :3
قُ ِل ا ْد ُعوا هّٰللا َ اَ ِو ا ْد ُعوا الرَّحْ مٰ ۗ َن اَيًّا َّما تَ ْد ُع ْوا فَلَهُ ااْل َ ْس َم ۤا ُء ْال ُح ْس ٰن ۚى
ك َسبِ ْياًل َ ِت بِهَا َوا ْبتَ ِغ بَي َْن ٰذل ْ ِك َواَل تُ َخاف
َ ِصاَل ت َ َِواَل تَجْ هَرْ ب
“Katakanlah (Muhammad), “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama
yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik
(Asma‘ul husna) dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam salat dan
janganlah (pula) merendahkannya dan usahakan jalan tengah di antara kedua itu”
(Surat Al Isra' ayat 110).
Sebagimana pengertian diatas maka kita sebagai penganut akidah yang berdasarkan
Aquran dan Sunnah patut menyikapi Asma dan Sifat Allah, yaitu dengan menafikan
beberapa perkara sebagai berikut:
3
Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Musnad Ahmad (: Muasasah Risalah, 2001) Hal 469, Juz 12,
no 7502, bab musnad abu Hurairah -makbah syamilah
5
1. Tahrif, secara bahasa yaitu at-taghyiru wa at-tabdilu,yang artinya merubah. Secara
istilah merubah lafad-lafad asmaul husna, sifat-sifat Allah, dan makna-maknanya.
Dan ini pun terbagi menjadi dua bagian:4
a. mengubah lafadz dengan menambah, mengurangi, atau mengubah syakal. Seperti
perkataan Jahmiyah dan para pengikutnya dalam lafad istiwa dengan menambah
lam ()لmenjadi istaula ( إستولى.(Dan perkataan orang yahudi, حنطةketika dikatakan
kepada mereka ucapkanlah حطة
b. mengubah makna dengan tetapnya lafadz pada tempatnya dan merubah
maknanya,. Seperti tafsir sebagian ahli bid’ah, al-ghadlab (marah) dengan
maksud al-intiqam (menghukum), ar-rahmah(kasih sayang) dengan makna
(memberi nikmat).
2. Ta’thil, menafikan sifat ilahiyah dari Allah subhanahu wa taala dan mengingkari
seluruh dzat Allah atau sebagiannya.
3. Takyif, bertanya bagaimana, maksudnya menentukan keadaan sifat itu. Imam Malik
berkata ketika ditanya tentang istiwa, maka ia menjawab:
“Al-istiwa itu dimaklumi, dan bagaimananya itu, tidak diketahui, iman terhadapnya
adalah wajib, dan bertanya tentangnya adalah bid’ah”
4. Tamtsil, yaitu menyerupakan sifat Allah secara dzatiyyah dan fi’liyyah. Tamtsil
terbagi kepada dua bagian yaitu:
1) Menyerupakan makhluk dengan khaliq (pencipta). Sebgaimana orang
Nasrani menyerupakan Nabi Isa dengan Allah, dan orang yahudi
menyerupakan Uzair dengan-Nya.
2) Menyerupakan Khaliq dengan makhluk, sebagaimana yang dilakukan oleh
orang yang menyerupakan, mereka mengatakan bahwa wajah Allah sama
dengan wajah makhluk, tamgan-Nya sama dengan makhluk.
Bahkan Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani dalam kitab Abwabul Faraj
(1971: 132) menyebutkan, sebagian ulama salaf tiap ba'da salat Maghrib biasanya punya
rutinitas dengan teman-temannya untuk membaca surat Yasin, lalu melantunkan Asmaul
Husna, doa Asmaul Husna, dan ditutup dengan berdoa memohon kepada Allah SWT.
Cara mengenal Allah melalui Asmaul Husna ini akan membuat kita mengenal hakikat
zat Allah yang Maha Mulia. Sebab, sejatinya nama-nama Allah atau Asmaul Husna itu
mencakup segala kebaikan dan kemahabesaran-Nya.
Dengan memahami dan merenungi kebesaran nama Allah dengan seksama, sejatinya
seorang muslim telah mengagungkan Tuhan. Bahkan cara mengenal Allah melalui
Asmaul Husna dipercaya bernilai pahala Allah tidaklah menciptakan makhluk kecuali
untuk beribadah. Oleh karena itu wajib bagi umat muslim untuk mengenal siapa Tuhan
yang disembah dan diibadahi.
Yang dimaksud cara mengenal Allah adalah mengetahui dan meyakini adanya Allah
SWT, mengetahui dan meyakini sifat-sifat kesempurnaan, serta perbuatan Allah.
Keutamaan cara mengenal Allah melalui Asmaul husna Bagi Ulama besar tasawuf
Al-Azhar kelahiran Sudan, Syekh Shalih al-Ja'fari, Asmaul Husna lebih dari sekadar
deretan nama-nama agung yang “hanya” bisa menjadi media atau tawasul untuk doa-
doa.
Menurut beliau, cara mengenai Allah melalui Asmaul Husna mengandung doa
tersendiri, bahkan lebih luas. Seseorang secara tak langsung tengah berusaha menyerap
limpahan kebaikan dan menyingkirkan keburukan-keburukan saat melantunkan Asmaul
Husna.
7
1. Kaidah Umum terkait nama dan sifat Allah
Kewajiban kita terhadap nash-nash Al Quran dan As Sunnah yang membahas
tentang asma dan sifat Allah.
ش َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَ َن َوااْل ِ ْث َم َو ْالبَ ْغ َي َ اح ِ قُلْ اِنَّ َما َح َّر َم َرب َِّي ْالفَ َو
ق َواَ ْن تُ ْش ِر ُك ْوا ِباهّٰلل ِ َما لَ ْم يُنَ ِّزلْ بِ ٖه س ُْل ٰطنًا َّواَ ْن تَقُ ْولُ ْوا ِّ بِ َغي ِْر ْال َح
َعلَى هّٰللا ِ َما اَل تَ ْعلَ ُم ْو َن
5
Ade Wahidin, “Penguatan Tujuan Pendidikan Nasional Melalui Asmaul Husna,” Jurnal Pendidikan Islam No. 1
(2018),
8
Asma Allah seluruhnya husna (paling baik). Dalam kebaikan Allah-lah yang
paling tinggi karena nama Allah mengandung sifat yang sempurna, tidak ada
kekurangan di dalamnya dari segala sisi.6
Makna hadits ini adalah: Diantara nama Allah ada 99 nama yang jika kita
menjaganya kita akan masuk syurga. Dan tidaklah dimaksudkan disini
membatasi nama Allah hanya 99. Kita bisa melihat hal ini dengan contoh
perkataan “saya mempunyai 100 dirham untuk disedekahkan”. Maka pernyataan
ini tidak menafikan kalau saya mempunyai dirham yang lain yang saya
peruntukkan untuk selain sedekah.
b. Nama Allah tidak dapat ditetapkan berdasarkan akal tetapi harus dengan
dalil syar’i
6
Ade Wahidin, “Penguatan Tujuan Pendidikan Nasional Melalui Asmaul Husna,” Jurnal Pendidikan Islam No. 1
(2018),
9
Dan tidak sempurna iman seseorang terhadap asma dan sifat Allah kecuali
dengan menetapkan semua hal tersebut.
Karena Allah adalah Rabb yang maha sempurna maka sifatnya harus sempurna.
Jika suatu sifat menunjukkan kekurangan dan bukan kesempurnaan sama sekali
maka mustahil sifat itu dimiliki Allah, seperti Al Maut (mati), Al Jahl (bodoh), Al
Ajs (lemah), As Samam (tuli), Al ‘Ama (buta), dll. Oleh karena itu Allah membantah
orang yang mensifati diri-Nya dengan kekurangan dan mensucikan diri-Nya dari
kekurangan tersebut. Allah tidak mungkin mempunyai kekurangan karena hal itu
akan mengurangi keberadaan-Nya sebagai Rab semesta alam.
Jika sifat tersebut di satu sisi menunjukkan kesempurnaan sedangkan di sisi lain
menunjukkan kekurangan maka sifat ini tidak dinisbatkan dan tidak dinafikan
(ditolak) dari Allah secara mutlak akan tetapi perlu dirinci. Kita menetapkan sifat
tersebut dalam keadaan yang menunjukkan kesempurnaan dan kita menolak sifat
tersebut dalam keadaan yang menunjukkan kekurangan.
Sifat ini merupakan sifat yang sempurna jika dalam rangka menghadapi
semisalnya (membalas orang yang berbuat tipu daya) Karena hal ini menunjukkan
bahwa yang mempunyai sifat ini (Allah) tidak lemah menghadapi tipu daya musuh-
musuh-Nya.
7
Ade Wahidin, “Penguatan Tujuan Pendidikan Nasional Melalui Asmaul Husna,” Jurnal Pendidikan Islam No. 1
(2018),
10
Dan sifat ini menupakan sifat yang kurang dalam keadaan selain diatas. Maka
kita menetapkan sifat tersebut untuk Allah dalam keadaan yang pertama, bukan yang
kedua.
َويَ ْم ُكر ُْو َن َويَ ْم ُك ُر هّٰللا ُ َۗوهّٰللا ُ َخ ْي ُر ْال َما ِك ِري َْن
“Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah
sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Qs. Al Anfal: 30)
اِ َّن ْال ُم ٰنفِقِي َْن ي ُٰخ ِد ُع ْو َن هّٰللا َ َوهُ َو َخا ِد ُعهُ ۚ ْم
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas
tipuan mereka.” (Qs. An Nisa: 142)
Jika dikatakan Apakah Allah disifati dengan Al Makr? Maka jangan menjawab
“ya” dan jangan pula menjawab “tidak”, akan tetapi kaakanlah “Allah berbuat makar
terhadap orang yang pantas mendapatkannya” wallahu a’lam.
1. Pengertian hidayah
Kata Hidayah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti petunjuk atau
bimbingan dari Tuhan,1 berasal dari bahasa Arab atau bahasa al-Qur’an yang telah
menjadi bahasa Indonesia. Hidayah berakar dari kata – –هدى – يهدي – هديا – هدى – هدية
هداية, yang berarti memberi petunjuk atau menunjukkan.2 Selain bermakna petunjuk,
katahidayah juga bermakna bimbingan, keterangan dan kebenaran. Secara istilah
(terminologi), hidayah adalah penjelasan dan petujuk jalan yang akan menyampaikan
seseorang kepada tujuan sehingga meraih kemenangan di sisi Allah swt8.
Adapun Al-Ragib menyebut bahwa lafal hidayah memiliki empat tingkatan, yaitu:9
1) Hidayah umum, yaitu hidayah yang diberikan oleh Allah swt. kepada setiap
mukallaf berupa kecerdasan akal dan sejumlah pengetahuan pokok (al-
ma‘arif aldaruriyyah).
2) Hidayah yang berupa seruan Allah swt. terhadap manusia melalui
perantaraan Rasul-Nya.
3) Taufik, yaitu hidayah Allah swt. yang diberikan kepada semua manusia yang
dapat membawanya kepada kebahagiaan
4) Hidayah Allah swt. yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya sehingga di
akhirat ia bisa mencapai surga
Adapun Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, membagi hidayah menjadi empat bentuk, yaitu:
1) Hidayah umum yang diberikan kepada seluruh makhluk, baik hewan maupun
manusia untuk suatu maslahat tertentu.
2) Hidayah dalam bentuk dilalah (petunjuk, bukti), bayan (penjelasan), dan
ta’rif (pemberian pengertian)
3) Taufik, yaitu kecendrungan hati terhadap sesuatu yang berharga, yang
disertai dengan kemampuan fisik untuk meraihnya,
4) Petunjuk yang diberikan Allah swt. di akhirat kepada orang-orang yang taat
kepadanya.
BAB 111
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sifat Allah adalah Sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah yang ia sifati sendiri
dikabarkan oleh Allah baik dalam Al-quran dan Hadits, tanpa takyif, ta’thil, ta’wil,
tamsil.
Asmaul Husna diambil dari dua kata yaitu األسماءbentuk jama’ dari kata إسمyang
artinya Nama-nama . dan الحسنىsighat tafdhil muannats dari kata حسنyang artinya paling
indah. Jadi asmaul husna adalah nama-nama Allah yang paling indah yang dirinya ia
namai dengan nama-nama itu.
10
4 Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Miftah Dar al-Saadah, Juz I (Beirut: Dar al-Kutub alIlmiyyah, t.th.), h. 84-85.
https://jurnal.iainambon.ac.id/index.php/FT/article/download/678/502
13
Jadi kesimpulan yang dapat pemakalah ambil yakni, dengan mengenal tuhan
melalui sifat dan asma-Nya kita bisa lebih mendekatkan diri kita kepada sang pencipta.
Karena pepatah mengatakan “Tak kenal maka tak sayang.” Oleh karena itu kita harus
mengenal Tuhan melalui sifat dan asma-Nya.
2. Saran
Makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu dalam penyusunan makalah
ini Penulis mohon kritikan dan saran dari Ibu Dosen dan para pembaca agar makalah ini
menjadi lebih baik.
Daftar Pustaka
14