Anda di halaman 1dari 14

PENGENALAN TUHAN MELALUI HIDAYA, SIFAT, DAN ASMANYA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aqidah Ilmu Kalam

Dosen Pengampu :

Dra. Jundah, M.A.

Disususn oleh Kelompok 3 :

MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIADAYATULLAH
JAKARTA 2023

DAFTAR ISI
Daftar isi ........................................................................................................................

Bab I PENDAHULUAN .................................................................................................

A. Latar belakang ............................................................................................................

Bab II PEMBAHASAN ................................... ...............................................................

A. Pengertian Asma’ Wa sifat …………………………………………………………..

B. Kaedah-Kaedah Penting Dalam Memahami Nama Dan Sifat Allah …………………

C. Kaidah Nama dan Sifat Allah ………………………………………………………..

D. Mengenal Tuhan Lewat Hidayah …………………………………………………….

Bab IV PENUTUP .............................................................................................................

A. Kesimpulan ...................................................................................................................

B. Saran …..........................................................................................................................

Daftar pustaka ...................................................................................................................

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Banyak orang mengaku beragama islam , tetapi banyak yang mereka tanpa
sadari tidak mempunyai rasa cinta kepada Allah SWT. Sebagai bukti, mereka
banyak yang melakuan hal-hal yang diperuntahkan oleh Allah SWT. Pada zaman
sekarang ini banyak orang yang mengenal Allah hanya sebatas nama Tuhan yang
maha esa dan hanya mengingat Allah pada saat dirinya sedang mengalami
kesusahan dalam kehidupannya.
Jika seorang hamba benar-benar mengenal Allah SWT, pasti ia akan selalu
ta’at dan patuh oleh apa yang diperintahkan oleh Allah SWT. Maka dari itu
makalah ini dibuat untuk lebih mengenal Allah lewat Hidaya, Sifat, dan Asmanya.
Untuk mengenal Allah, kita mesti mengenal sifat-Nya, karena mustahil kita
mengenal-Nya melalui zat-Nya. Semua yang bisa kita ungkapkan dengan bahasa
tentang Allah hanyalah menyangkut sifat-Nya saja. Mengimani sifat-sifat Allah
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Iman kepada Allah. Sangat penting
bagi kita untuk mengetahui dan memahami Ilmu mengenal Allah melalui hidayah,
sifat dan asmanya Allah SWT.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sifat Allah dan Asmaul Husna

1. Pengertian sifat Allah


Sifat Allah adalah Sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah yang ia sifati sendiri
dikabarkan oleh Allah baik dalam Al-quran dan Hadits, tanpa takyif, ta’thil, ta’wil,
tamsil.

2. Pengertian Asmaul Husna


Sebelum kita lebih jauh membahas asmaul husna, perlu kita tahu pengertian
asmaul husna. 1

Asmaul Husna diambil dari dua kata yaitu ‫ األسماء‬bentuk jama’ dari kata ‫ إسم‬yang
artinya Nama-nama . dan ‫ الحسنى‬sighat tafdhil muannats dari kata ‫ حسن‬yang artinya
paling indah. Jadi asmaul husna adalah nama-nama Allah yang paling indah yang
dirinya ia namai dengan nama-nama itu. dalam al-quran dan sunnah. Allah berfirman
2
:

‫َوهّٰلِل ِ ااْل َ ْس َم ۤا ُء ْال ُح ْس ٰنى فَا ْد ُع ْوهُ ِبهَ ۖا َو َذرُوا الَّ ِذي َْن ي ُْل ِح ُد ْو َن‬
‫فِ ْٓي اَ ْس َم ۤا ِٕى ٖ ۗه َسيُجْ َز ْو َن َما َكانُ ْوا يَ ْع َملُ ْو َن‬
“Dan Allah memiliki Asma'ul-Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah
kepada-Nya dengan menyebutnya Asma'ul-Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang
yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap
apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-A’raf [7]: 180)

Allah memperkenalkan diri-Nya kepada makhluk-Nya melalui pengertian tentang


asma-asma dan sifat-sifat, dan itulah pintu yang langsung mengantarkan hati kepada
mengenal Allah, yang menggerakkan tenaga tanggapan merasai kebenaran dan cinta
Allah dan yang membentangkan di hadapan rohani lapangan luas untuk menyaksikan

1
Abu Bakar ahmad bin Ibrahim bin Ismail bin al-‘Abbas bin Al-Murdas, I’tiqad A`immatu al-Hadits, Darul
‘Ashimah: Riyadh, 1412 H HAL 51
2
Saas ibn Abdul Rahman, Mafhum Al-Asma`I wa Ash-Shifati, maktabah Syamilah, hal 80
4
dan mengenal dengan seyakin-yakinnya akan Nur dan kebesaran Allah. Allah
mengingatkan asma-asmaNya dalam Al Quran, kata-Nya :3

‫قُ ِل ا ْد ُعوا هّٰللا َ اَ ِو ا ْد ُعوا الرَّحْ مٰ ۗ َن اَيًّا َّما تَ ْد ُع ْوا فَلَهُ ااْل َ ْس َم ۤا ُء ْال ُح ْس ٰن ۚى‬
‫ك َسبِ ْياًل‬ َ ِ‫ت بِهَا َوا ْبتَ ِغ بَي َْن ٰذل‬ ْ ِ‫ك َواَل تُ َخاف‬
َ ِ‫صاَل ت‬ َ ِ‫َواَل تَجْ هَرْ ب‬
“Katakanlah (Muhammad), “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama
yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik
(Asma‘ul husna) dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam salat dan
janganlah (pula) merendahkannya dan usahakan jalan tengah di antara kedua itu”
(Surat Al Isra' ayat 110).

Kita disuruh menyeru, menanamkan, mengingat, menyembah dan mendekatiNya


dengan menyebut asmaNya yang sebaik-baiknya.

‫َوهّٰلِل ِ ااْل َ ْس َم ۤا ُء ْال ُح ْس ٰنى فَا ْد ُع ْوهُ ِبهَ ۖا‬


"Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut-
Nya (asma-nya)..." (Surat Al A'raf ayat 180).

Sebagimana pengertian diatas maka kita sebagai penganut akidah yang berdasarkan
Aquran dan Sunnah patut menyikapi Asma dan Sifat Allah, yaitu dengan menafikan
beberapa perkara sebagai berikut:

3
Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Musnad Ahmad (: Muasasah Risalah, 2001) Hal 469, Juz 12,
no 7502, bab musnad abu Hurairah -makbah syamilah
5
1. Tahrif, secara bahasa yaitu at-taghyiru wa at-tabdilu,yang artinya merubah. Secara
istilah merubah lafad-lafad asmaul husna, sifat-sifat Allah, dan makna-maknanya.
Dan ini pun terbagi menjadi dua bagian:4
a. mengubah lafadz dengan menambah, mengurangi, atau mengubah syakal. Seperti
perkataan Jahmiyah dan para pengikutnya dalam lafad istiwa dengan menambah
lam (‫)ل‬menjadi istaula (‫ إستولى‬.(Dan perkataan orang yahudi, ‫ حنطة‬ketika dikatakan
kepada mereka ucapkanlah ‫حطة‬
b. mengubah makna dengan tetapnya lafadz pada tempatnya dan merubah
maknanya,. Seperti tafsir sebagian ahli bid’ah, al-ghadlab (marah) dengan
maksud al-intiqam (menghukum), ar-rahmah(kasih sayang) dengan makna
(memberi nikmat).
2. Ta’thil, menafikan sifat ilahiyah dari Allah subhanahu wa taala dan mengingkari
seluruh dzat Allah atau sebagiannya.
3. Takyif, bertanya bagaimana, maksudnya menentukan keadaan sifat itu. Imam Malik
berkata ketika ditanya tentang istiwa, maka ia menjawab:

‫ والسؤال عنه بدعة‬,‫ و اإليمان به واجب‬,‫ و الكيف مجهول‬,‫األستواء معلوم‬

“Al-istiwa itu dimaklumi, dan bagaimananya itu, tidak diketahui, iman terhadapnya
adalah wajib, dan bertanya tentangnya adalah bid’ah”

4. Tamtsil, yaitu menyerupakan sifat Allah secara dzatiyyah dan fi’liyyah. Tamtsil
terbagi kepada dua bagian yaitu:
1) Menyerupakan makhluk dengan khaliq (pencipta). Sebgaimana orang
Nasrani menyerupakan Nabi Isa dengan Allah, dan orang yahudi
menyerupakan Uzair dengan-Nya.
2) Menyerupakan Khaliq dengan makhluk, sebagaimana yang dilakukan oleh
orang yang menyerupakan, mereka mengatakan bahwa wajah Allah sama
dengan wajah makhluk, tamgan-Nya sama dengan makhluk.

B. Cara mengenai Allah melalui Asmaul Husna.


Asmaul Husna juga menjadi wirid atau amalan rutin para ulama sejak zaman dulu.
Hal itu diyakini adanya keutamaan dan rahasia yang terkandung dalam Asmaul Husna
4
Said bin Ali bin Wahf al-Qahthani, ‘Aqidatu al-Muslimi fi dlau`I al-Kitabi Wa As-Sunnati, (Riyadh: Maktabah
adDa’wah wal Irsyad bilqosbi, 2009) hal. 156-157
6
Cara mengenal Allah melalui Asmaul Husna diyakini sebagai media atau tawasul paling
manjur dalam membuka berbagai pintu kebahagiaan secara lahir maupun batin.

Bahkan Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani dalam kitab Abwabul Faraj
(1971: 132) menyebutkan, sebagian ulama salaf tiap ba'da salat Maghrib biasanya punya
rutinitas dengan teman-temannya untuk membaca surat Yasin, lalu melantunkan Asmaul
Husna, doa Asmaul Husna, dan ditutup dengan berdoa memohon kepada Allah SWT.
Cara mengenal Allah melalui Asmaul Husna ini akan membuat kita mengenal hakikat
zat Allah yang Maha Mulia. Sebab, sejatinya nama-nama Allah atau Asmaul Husna itu
mencakup segala kebaikan dan kemahabesaran-Nya.

Dengan memahami dan merenungi kebesaran nama Allah dengan seksama, sejatinya
seorang muslim telah mengagungkan Tuhan. Bahkan cara mengenal Allah melalui
Asmaul Husna dipercaya bernilai pahala Allah tidaklah menciptakan makhluk kecuali
untuk beribadah. Oleh karena itu wajib bagi umat muslim untuk mengenal siapa Tuhan
yang disembah dan diibadahi.

Yang dimaksud cara mengenal Allah adalah mengetahui dan meyakini adanya Allah
SWT, mengetahui dan meyakini sifat-sifat kesempurnaan, serta perbuatan Allah.
Keutamaan cara mengenal Allah melalui Asmaul husna Bagi Ulama besar tasawuf
Al-Azhar kelahiran Sudan, Syekh Shalih al-Ja'fari, Asmaul Husna lebih dari sekadar
deretan nama-nama agung yang “hanya” bisa menjadi media atau tawasul untuk doa-
doa.

Menurut beliau, cara mengenai Allah melalui Asmaul Husna mengandung doa
tersendiri, bahkan lebih luas. Seseorang secara tak langsung tengah berusaha menyerap
limpahan kebaikan dan menyingkirkan keburukan-keburukan saat melantunkan Asmaul
Husna.

Manfaat mengenal Allah melalui asmaul husna


1. Lebih Mengenal Allah SWT.
2. Hidup Lebih Terarah dan Terkondisi untuk Ibadah.
3. Takut Kepada Allah.
4. Menenangkan Hati
5. Dijauhkan dari Tindak Kekafiran.
6. Mempertebal keimanan.
7. Termotivasi untuk Mendapatkan Pahala.
8. Senantiasa bersyukur atas nikmat Allah.
9. Dijauhkan dari kegalauan.
10. Mempertajam Khasanah Ilmu Pengetahuan

C. Kaidah nama dan sifat Allah

7
1. Kaidah Umum terkait nama dan sifat Allah
Kewajiban kita terhadap nash-nash Al Quran dan As Sunnah yang membahas
tentang asma dan sifat Allah.

Dalam memahami nash-nash Al Quran dan As Sunnah kita wajib untuk


menetapkan maknanya apa adanya, berdasar dzahir nash dan tidak memalingkannya
ke makna lain. Karena Allah menurunkan Al Quran dengan bahasa Arab, yang
bahasa tersebut sudah jelas. Disamping itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamjuga
berbicara dengan bahasa Arab, sehingga wajib bagi kita menetapkan makna kalam
Allah dan perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sesuai dengan apa yang
ditunjukkan secara makna bahasa tersebut. Merubahnya dari makna dzahir
merupakan perbuatan terlarang, karena ini termasuk berkata tentang Allah tanpa
dasar ilmu. Allah berfirman:5

‫ش َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَ َن َوااْل ِ ْث َم َو ْالبَ ْغ َي‬ َ ‫اح‬ ِ ‫قُلْ اِنَّ َما َح َّر َم َرب َِّي ْالفَ َو‬
‫ق َواَ ْن تُ ْش ِر ُك ْوا ِباهّٰلل ِ َما لَ ْم يُنَ ِّزلْ بِ ٖه س ُْل ٰطنًا َّواَ ْن تَقُ ْولُ ْوا‬ ِّ ‫بِ َغي ِْر ْال َح‬
‫َعلَى هّٰللا ِ َما اَل تَ ْعلَ ُم ْو َن‬

“Katakanlah (Muhammad), “Tuhanku hanya mengharamkan segala perbuatan keji


yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan zalim tanpa alasan
yang benar, dan (mengharamkan) kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu,
sedangkan Dia tidak menurunkan alasan untuk itu, dan (mengharamkan) kamu
membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui” ” (Al A’raf: 33)

2. Kaidah Dalam Asma Allah

5
Ade Wahidin, “Penguatan Tujuan Pendidikan Nasional Melalui Asmaul Husna,” Jurnal Pendidikan Islam No. 1
(2018),
8
Asma Allah seluruhnya husna (paling baik). Dalam kebaikan Allah-lah yang
paling tinggi karena nama Allah mengandung sifat yang sempurna, tidak ada
kekurangan di dalamnya dari segala sisi.6

‫هّٰلِل ِ ااْل َ ْس َم ۤا ُء ْال ُح ْس ٰنى‬


“Dan bagi Allah asmaul husna” (Al A’raf: 180)

a. Nama Allah tidak dibatasi pada bilangan tertentu


Kaidah ini didasari doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang masyhur,
َ ْ‫ َمنْ َأح‬، ‫ ِماَئ ًة ِإال َواحِدَ ًة‬، ‫ِين اسْ مًا‬
‫صا َها دَ َخ َل ْال َج َّن َة‬ َ ‫ِإنَّ هَّلِل ِ تِسْ َع ًة َوتِسْ ع‬
“Sesngguhnya ada 99 nama milik Allah, barang siapa menjaganya akan masuk
syurga” (HR. Bukhari)

Makna hadits ini adalah: Diantara nama Allah ada 99 nama yang jika kita
menjaganya kita akan masuk syurga. Dan tidaklah dimaksudkan disini
membatasi nama Allah hanya 99. Kita bisa melihat hal ini dengan contoh
perkataan “saya mempunyai 100 dirham untuk disedekahkan”. Maka pernyataan
ini tidak menafikan kalau saya mempunyai dirham yang lain yang saya
peruntukkan untuk selain sedekah.
b. Nama Allah tidak dapat ditetapkan berdasarkan akal tetapi harus dengan
dalil syar’i

Nama Allah adalah tauqifiyah, yaitu harus ditetapkan berdasarkan dalil


syari’at, tidak boleh menambahnya dan tidak boleh menguranginya karena akal
tidak mungkin mencapai semua yang menjadi hak Allah dari nama-nama-Nya.
Maka dalam hal ini kita wajib untuk mencukupkan diri dengan dalil syar’i
Hal ini karena menamai Allah dengan nama yang tidak Allah namakan diri-
Nya dengan nama tersebut atau mengingkari nama yang Allah menamai diri-Nya
dengan nama tersebut merupakan pelanggaran terhadap hak Allah ta’ala. Kita
wajib mempunyai adab yang baik kepada Allah ta’ala.
c. Seluruh nama dari nama-nama Allah menunjukkan atas dzat Allah
Sifat yang terkandung di dalam nama tersebut, dan adanya pengaruh yang
dihasilkan jika nama tersebut adalah nama yang muta’adi (membutuhkan objek)

6
Ade Wahidin, “Penguatan Tujuan Pendidikan Nasional Melalui Asmaul Husna,” Jurnal Pendidikan Islam No. 1
(2018),
9
Dan tidak sempurna iman seseorang terhadap asma dan sifat Allah kecuali
dengan menetapkan semua hal tersebut.

3. Kaidah dalam memahami sifat Allah


Sifat Allah seluruhnya tinggi, sempurna, mengandung pujian, dan tidak ada
kekurangan dari sisi mana pun.7
Seperti Al Hayah (hidup), Al’ Ilmu (mengetahui), Al Qudrah (kehendak), As
Sama (mendengar), Al Bashar (melihat), Al Hikmah, Ar Rahmah, Al Uluw (tinggi),
dll. Allah berfirman,
ۗ‫َوهّٰلِل ِ ْال َمثَ ُل ااْل َ ْع ٰلى‬
“Dan Allah mempunyai sifat yang maha tinggi” (Qs. An Nahl: 60)

Karena Allah adalah Rabb yang maha sempurna maka sifatnya harus sempurna.
Jika suatu sifat menunjukkan kekurangan dan bukan kesempurnaan sama sekali
maka mustahil sifat itu dimiliki Allah, seperti Al Maut (mati), Al Jahl (bodoh), Al
Ajs (lemah), As Samam (tuli), Al ‘Ama (buta), dll. Oleh karena itu Allah membantah
orang yang mensifati diri-Nya dengan kekurangan dan mensucikan diri-Nya dari
kekurangan tersebut. Allah tidak mungkin mempunyai kekurangan karena hal itu
akan mengurangi keberadaan-Nya sebagai Rab semesta alam.

Jika sifat tersebut di satu sisi menunjukkan kesempurnaan sedangkan di sisi lain
menunjukkan kekurangan maka sifat ini tidak dinisbatkan dan tidak dinafikan
(ditolak) dari Allah secara mutlak akan tetapi perlu dirinci. Kita menetapkan sifat
tersebut dalam keadaan yang menunjukkan kesempurnaan dan kita menolak sifat
tersebut dalam keadaan yang menunjukkan kekurangan.

Contohnya sifat Al Makr, Al Kaid, Al Khida’ (makna ketiganya adalah tipu


daya)

Sifat ini merupakan sifat yang sempurna jika dalam rangka menghadapi
semisalnya (membalas orang yang berbuat tipu daya) Karena hal ini menunjukkan
bahwa yang mempunyai sifat ini (Allah) tidak lemah menghadapi tipu daya musuh-
musuh-Nya.

7
Ade Wahidin, “Penguatan Tujuan Pendidikan Nasional Melalui Asmaul Husna,” Jurnal Pendidikan Islam No. 1
(2018),
10
Dan sifat ini menupakan sifat yang kurang dalam keadaan selain diatas. Maka
kita menetapkan sifat tersebut untuk Allah dalam keadaan yang pertama, bukan yang
kedua.

Allah ta’ala berfirman,

‫َويَ ْم ُكر ُْو َن َويَ ْم ُك ُر هّٰللا ُ َۗوهّٰللا ُ َخ ْي ُر ْال َما ِك ِري َْن‬
“Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah
sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Qs. Al Anfal: 30)

‫اِنَّهُ ْم يَ ِك ْي ُد ْو َن َك ْي ًد ۙا َّواَ ِك ْي ُد َك ْي ًد ۖا‬


“Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan
sebenar-benarnya. Aku pun membuat rencana (pula) dengan sebenarbenarnya.”
(Qs. At Thariq: 15-16)

‫اِ َّن ْال ُم ٰنفِقِي َْن ي ُٰخ ِد ُع ْو َن هّٰللا َ َوهُ َو َخا ِد ُعهُ ۚ ْم‬
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas
tipuan mereka.” (Qs. An Nisa: 142)

Jika dikatakan Apakah Allah disifati dengan Al Makr? Maka jangan menjawab
“ya” dan jangan pula menjawab “tidak”, akan tetapi kaakanlah “Allah berbuat makar
terhadap orang yang pantas mendapatkannya” wallahu a’lam.

D. Mengenal Tuhan lewat hidayah

1. Pengertian hidayah
Kata Hidayah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti petunjuk atau
bimbingan dari Tuhan,1 berasal dari bahasa Arab atau bahasa al-Qur’an yang telah
menjadi bahasa Indonesia. Hidayah berakar dari kata – –‫هدى – يهدي – هديا – هدى – هدية‬
‫هداية‬, yang berarti memberi petunjuk atau menunjukkan.2 Selain bermakna petunjuk,
katahidayah juga bermakna bimbingan, keterangan dan kebenaran. Secara istilah
(terminologi), hidayah adalah penjelasan dan petujuk jalan yang akan menyampaikan
seseorang kepada tujuan sehingga meraih kemenangan di sisi Allah swt8.

Mencermati penjelasan tersebut di atas, dipahami bahwa hidayah merupakan


petunjuk yang bersifat halus atau non materi yang diperoleh dan dirasakan oleh
seseorang dalam dirinya, semacam informasi yang menuntun seseorang ke arah dan
jalan yang benar serta menuntunnya untuk meninggalkan jalan yang salah atau sesat.
8
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. III (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 398.
https://jurnal.iainambon.ac.id/index.php/FT/article/download/678/502
11
2. Klasifikasi dan Jenis-jenis Hidayah
Hidayah secara umum terbagi menjadi empat bagian utama, yaitu:

1) Hidayah I’tiqadiyah, yaitu petunjuk terkait keyakinan hidup


2) Hidayah Tariqiyah, yaitu petunjuk terkait jalan hidup, yakni Islam yang
didasari Alquran dan Sunnah Rasul saw
3) Hidayah ‘Amaliyah, yaitu petunjuk terkait aktivitas hidup
4) Hidayah Fitriyah (Fitrah). Hidayah Fitriyah ini terkait dengan kecenderungan
alami yang Allah tanamkan dalam diri manusia untuk meyakini Tuhan
Pencipta, mentauhidkan-Nya dan melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk
diri mereka. Sumbernya adalah qalb (hati nurani) dan akal fikiran yang masih
bersih

Adapun Al-Ragib menyebut bahwa lafal hidayah memiliki empat tingkatan, yaitu:9

1) Hidayah umum, yaitu hidayah yang diberikan oleh Allah swt. kepada setiap
mukallaf berupa kecerdasan akal dan sejumlah pengetahuan pokok (al-
ma‘arif aldaruriyyah).
2) Hidayah yang berupa seruan Allah swt. terhadap manusia melalui
perantaraan Rasul-Nya.
3) Taufik, yaitu hidayah Allah swt. yang diberikan kepada semua manusia yang
dapat membawanya kepada kebahagiaan
4) Hidayah Allah swt. yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya sehingga di
akhirat ia bisa mencapai surga

Adapun Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, membagi hidayah menjadi empat bentuk, yaitu:

1) Hidayah umum yang diberikan kepada seluruh makhluk, baik hewan maupun
manusia untuk suatu maslahat tertentu.
2) Hidayah dalam bentuk dilalah (petunjuk, bukti), bayan (penjelasan), dan
ta’rif (pemberian pengertian)
3) Taufik, yaitu kecendrungan hati terhadap sesuatu yang berharga, yang
disertai dengan kemampuan fisik untuk meraihnya,
4) Petunjuk yang diberikan Allah swt. di akhirat kepada orang-orang yang taat
kepadanya.

3. Cara Mendapatkan Hidayah


Terdapat beberapa cara atau kiat-kiat agar seseorang dapat memperoleh hidayah,
antara lain adalah sebagai berikut:
9
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. III (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 398.
https://jurnal.iainambon.ac.id/index.php/FT/article/download/678/502
12
1) Bertauhid
Seseorang yang menginginkan hidayah Allah, maka ia harus terhindar dari
kesyirikan, karena Allah tidaklah memberi hidayah kepada orang yang
berbuat syirik.
2) Taubat kepada Allah
Allah tidak akan memberi hidayah kepada orang yang tidak bertaubat dari
kemaksiatan.
3) Belajar Agama
Terdapat hadis Nabi saw. yang menyatakan bahwa tanpa ilmu (agama),
seseorang tidak mungkin akan mendapatkan hidayah Allah.
4) Mengerjakan apa yang di perintahkan dan menjauhi hal yang dilarang.
Kemaksiatan adalah sebab seseorang dijauhkan dari hidayah
5) Membaca al-Qur’an, memahaminya dan mengamalkannya
6) Berpegang teguh kepada agama Allah.
7) Mengerjakan shalat. Di antara penyebab yang paling besar seseorang
mendapatkan hidayah Allah adalah orang yang senantiasa menjaga shalatnya
8) Berkumpul dengan orang-orang shaleh Mereka yang memiliki teman, kawan,
atau sahabat yang memanggilnya untuk selalu mengikuti jalan yang lurus
adalah tergolong orang yang memperoleh hidayah.

4. Sebab-Sebab Seseorang Tidak Mendapatkan Hidayah10


 Melakukan aniaya (berbuat zalim).
 Berpaling (durhaka) dari jalan Allah.
 Melakukan kefasikan dan keburukan.
 Berkhianat atas janji-janji yang diucapkannya.
 Berbohong (ingkar) demi kebaikan diri sendiri maupun kelompok

BAB 111

PENUTUP

1. Kesimpulan
Sifat Allah adalah Sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah yang ia sifati sendiri
dikabarkan oleh Allah baik dalam Al-quran dan Hadits, tanpa takyif, ta’thil, ta’wil,
tamsil.

Asmaul Husna diambil dari dua kata yaitu ‫ األسماء‬bentuk jama’ dari kata ‫ إسم‬yang
artinya Nama-nama . dan ‫ الحسنى‬sighat tafdhil muannats dari kata ‫ حسن‬yang artinya paling
indah. Jadi asmaul husna adalah nama-nama Allah yang paling indah yang dirinya ia
namai dengan nama-nama itu.

10
4 Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Miftah Dar al-Saadah, Juz I (Beirut: Dar al-Kutub alIlmiyyah, t.th.), h. 84-85.
https://jurnal.iainambon.ac.id/index.php/FT/article/download/678/502
13
Jadi kesimpulan yang dapat pemakalah ambil yakni, dengan mengenal tuhan
melalui sifat dan asma-Nya kita bisa lebih mendekatkan diri kita kepada sang pencipta.
Karena pepatah mengatakan “Tak kenal maka tak sayang.” Oleh karena itu kita harus
mengenal Tuhan melalui sifat dan asma-Nya.

2. Saran
Makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu dalam penyusunan makalah
ini Penulis mohon kritikan dan saran dari Ibu Dosen dan para pembaca agar makalah ini
menjadi lebih baik.

Daftar Pustaka

14

Anda mungkin juga menyukai