Anda di halaman 1dari 4

1) Pengertian Tauhid Asma wa Sifat

Tauhid Asma wa Sifat yaitu beriman kepada Allah SWT. dan


sifat-sifat-Nya, sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Quran
Sunnah Rasul-Nya SAW. menurut apa yang pantas bagi Allah, tanpa
tawil dan tathil, tanpa takyif dan tamtsil.1 Berdasarkan firman
Allah:













Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah
yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S Asy-Syura : 11)
Allah menafikan jika ada sesuatu yang menyerupai-Nya. dan
Dia menetapkan bahwa Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. Maka Dia diberi nama dan disifati dengan nama dan sifat
yang Dia berikan untuk diri-Nya dan dengan nama dan sifat yang
disampaikan oleh Rasul-Nya. Al-Quran dan As-Sunnah dalam hal ini
tidak boleh dilanggar, karena tidak seorang pun yang lebih
mengetahui Allah daripada Allah sendiri, dan tidak ada sesudah
Allah orang yang lebih mengetahui Allah daripada Rasul-Nya. Maka
barang siapa yang mengingkari nama-nama Allah dan menyifati-Nya
dengan nama-nama dan sifat-sifat makhluk-Nya, atau menakwilkan
dari maknanya yang benar, maka dia telah berbicara tentang Allah
tanpa ilmu dan berdusta terhadap Allah dan Rasul-Nya.

2) Asmaul Husna dan Sifat-sifat Allah


Allah memperkenalkan diri-Nya kepada hamba-hamba-Nya dengan
menerangkan nama-nama-Nya dan sifat-sifat yang layak dengan
keagungan-Nya, yang baik benar dihafal nama-nama yang indah itu
oleh para mukmin untuk mengagungkan kedudukan Allah SWT.
Diriwayatkan
mengatakan:

oleh

Al-Bukhori

dan

Muslim

dari

Hurairah,

Bersabda Rasulullah SAW: Allah mempunyai sembilan puluh


sembilan nama, seratus kurang satu, tidak dihafalnya oleh
seseorang melainkan orang yang menghafalnya itu masuk ke dalam
surga. Dan Allah adalah ganjil (tunggal), Dia menyukai yang ganjil.
1 Shalih bin Fauzan al-Fauzan, Kitab Tauhid, (Jakarta : Darul Haq, 2012),
hlm. 99.

Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dengan menjelaskan namanama Allah yang sembilan puluh sembilan itu.2
Nama yang sembilan puluh sembilan ini bukanlah semua
nama yang Allah telah menamakan diri-Nya dengan nama-nama itu.
Masih ada lagi hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi terdapat
dalam bagian riwayat nama-nama yang tidak terdapat dalam
sebagian riwayat yang lain.
Allah berfirman:


Hanya milik Allah asmaul husna, maka memohonlah kepada-Nya
dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan atas yang telah mereka
kerjakan. (Q.S Al Araf : 180)
Dari ayat ini menunjukkan hal-hal:
1) Menetapkan nama-nama (asma) untuk Allah SWT., maka
siapa yang menafikannya berarti ia telah menafikan apa yang
telah ditetapkan Allah dan juga berarti dia telah menentang
Allah.
2) Bahwasanya asma Allah semuanya adalah husna. Maksudnya
sangat baik. Karena megandung makna dan sifat-sifat
sempurna, tanpa kekurangan dan cacat apapun. Dia bukanlah
sekedar nama-nama kosong yang tidak bermakna atau tidak
mengandung arti.
3) Sesungguhnya Allah memerintahkan berdoa dan bertawassul
kepada-Nya serta kecintaan Allah kepada doa yang disertai
(menyebut) nama-nama-Nya.
4) Bahwasanya Allah mengancam orang-orang yang ilhad dalam
asma-Nya dan Dia akan membalas perbuatan mereka yang
buruk itu.3
Diantara hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi
sifat-sifat Allah SWT. ialah bahwa makna yang dimaksudkan dari
lafadz yang mengenai sifat Allah adalah berbeda sepenuhnya
2 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu Tauhid/Kalam,
(Semarang, Pustaka Rizki Putra: 2011), hlm. 146-147.
3 Shalih bin Fauzan, Kitab Tauhid, (Jakarta: Darul Haq, 2012), hlm. 103104.

dari makna yang dimaksudkan dari lafadz itu sendiri terhadap


sifat makhluk.
Al-Walid bin Muslim pernah bertanya kepada Imam Malik bin
Annas, al-auzai, al-Laits bin Saad dan Sufyan ats-Tsauri r.a
tentang berita yang datang mengenai sifat-sifat Allah, mereka
menjawab:
Perlakukan sifat-sifat Allah secara apa adanya dan janganlah
engkau persoalkan (jangan engkau tanyakan tentang
bagaimana sifat itu).4
Diantara hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi
sifat-sifat Allah SWT. ialah bahwa makna yang dimaksudkan dari
lafadz yang mengenai sifat Allah adalah berbeda sepenuhnya
dari makna yang dimaksudkan dari lafadz itu sendiri dari sifat
makhluk. Ulama-ulama aqaid berusaha menetapkan adanya sifat
Allah SWT. dengan memepergunakan dalil-dalil aqli dan qias
manthiqi. Hal itu baik, karena akal memang sendi makrifat dan
dasar taklif dan agar tidak ada sesuatu keraguan pun terdapat
dalam hati seseorang.5
Secara hakikatnya, sifat-sifat Allah, sebagaimana juga namanama-Nya, tidaklah terbatas, tidak terhingga, juga tidak dapat
diserupakan dengan apapun. Namun, sifat-sifat yang minimal
yang terjumlah dua puluh sebagaimana nama-nama-Nya yang
terbaik dan terindah sembilan puluh sembilan itu, semuanya
merupakan pintu-pintu masuk yang sangat suci untuk memasuki
samudera kemahasempurnaan-Nya. Melalui cahaya nama-nama
dan sifat-sifat-Nya itulah maka akan tampak cahaya-cahaya itu,
akan sangat takjub dan terpesona dengan keindahan,
keharuman aroma, dan kelembutannya.
Sifat-sifat Allah yang dimaksudkan adalah:
a) Sifat nafsiyah, yaitu sifat yang dinisbatkan kepada Allah yang
meksudnya ada, yaitu al-wujud.
b) Sifat salbiyah, yaitu sifat-sifat yang digunakan untuk menolak
sesuatu yang tidak patut utuk dinisbatkan kepada Allah. Yang
termasuk dalam sifat salbiyah adalah Qidam (dahulu), Baqa
4 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah AQIDAH ahlus Sunnah wal Jamaah,
(Bogor: Pustaka Imam asy-Syafii, 2009), hlm. 162.
5 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu Tauhid/Kalam,
(Semarang, Pustaka Rizki Putra: 2011), hlm. 154.

(kekal), Mukhalafah li al-hawadits (berbeda dengan makhlukNya), Qiyamuhu binafsihi (berdiri sendiri), Al-Wahdaniyah
(esa).
c) Sifat maani, yaitu sifat-sifat Allah yang dapat dilihat
kenyataannya pada alam semesta. Seperti Qudrah (kuasa),
Iradah (berkehendak), Ilmu (mengetahui), Hayat (hidup),
Sama (mendengar), Bashar (melihat), Kalam (berfirman).
d) Sifat manawiyyah, yaitu sifat-sifat Allah yang tidak dapat
dilihat pada segala aspek ciptaan-Nya, karena sifat itu
menunjukkan keberadaan-Nya yang mutlak yang tidak dapat
diserupakan dengan sesuatu apapun juga, seperti Qadiran
(Yang Maha Kuasa), Muridan (Yang Maha Berkehendak),
Aliman (Yang Maha Mengetahui), Hayyan (Yang Maha Hidup),
Samian (Yang Maha Mendengar), Bashiran (Yang Maha
Melihat), Mutakaliman (Yang Maha Berfirman).6

6 Hamdan Bakran Adz-Dzakiey, Prophetic Intelligence, (Yogyakarta: Futuh


Printika, 2005), hlm. 73.

Anda mungkin juga menyukai