Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah
yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S Asy-Syura : 11)
Allah menafikan jika ada sesuatu yang menyerupai-Nya. dan
Dia menetapkan bahwa Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. Maka Dia diberi nama dan disifati dengan nama dan sifat
yang Dia berikan untuk diri-Nya dan dengan nama dan sifat yang
disampaikan oleh Rasul-Nya. Al-Quran dan As-Sunnah dalam hal ini
tidak boleh dilanggar, karena tidak seorang pun yang lebih
mengetahui Allah daripada Allah sendiri, dan tidak ada sesudah
Allah orang yang lebih mengetahui Allah daripada Rasul-Nya. Maka
barang siapa yang mengingkari nama-nama Allah dan menyifati-Nya
dengan nama-nama dan sifat-sifat makhluk-Nya, atau menakwilkan
dari maknanya yang benar, maka dia telah berbicara tentang Allah
tanpa ilmu dan berdusta terhadap Allah dan Rasul-Nya.
oleh
Al-Bukhori
dan
Muslim
dari
Hurairah,
Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dengan menjelaskan namanama Allah yang sembilan puluh sembilan itu.2
Nama yang sembilan puluh sembilan ini bukanlah semua
nama yang Allah telah menamakan diri-Nya dengan nama-nama itu.
Masih ada lagi hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi terdapat
dalam bagian riwayat nama-nama yang tidak terdapat dalam
sebagian riwayat yang lain.
Allah berfirman:
Hanya milik Allah asmaul husna, maka memohonlah kepada-Nya
dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan atas yang telah mereka
kerjakan. (Q.S Al Araf : 180)
Dari ayat ini menunjukkan hal-hal:
1) Menetapkan nama-nama (asma) untuk Allah SWT., maka
siapa yang menafikannya berarti ia telah menafikan apa yang
telah ditetapkan Allah dan juga berarti dia telah menentang
Allah.
2) Bahwasanya asma Allah semuanya adalah husna. Maksudnya
sangat baik. Karena megandung makna dan sifat-sifat
sempurna, tanpa kekurangan dan cacat apapun. Dia bukanlah
sekedar nama-nama kosong yang tidak bermakna atau tidak
mengandung arti.
3) Sesungguhnya Allah memerintahkan berdoa dan bertawassul
kepada-Nya serta kecintaan Allah kepada doa yang disertai
(menyebut) nama-nama-Nya.
4) Bahwasanya Allah mengancam orang-orang yang ilhad dalam
asma-Nya dan Dia akan membalas perbuatan mereka yang
buruk itu.3
Diantara hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi
sifat-sifat Allah SWT. ialah bahwa makna yang dimaksudkan dari
lafadz yang mengenai sifat Allah adalah berbeda sepenuhnya
2 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu Tauhid/Kalam,
(Semarang, Pustaka Rizki Putra: 2011), hlm. 146-147.
3 Shalih bin Fauzan, Kitab Tauhid, (Jakarta: Darul Haq, 2012), hlm. 103104.
(kekal), Mukhalafah li al-hawadits (berbeda dengan makhlukNya), Qiyamuhu binafsihi (berdiri sendiri), Al-Wahdaniyah
(esa).
c) Sifat maani, yaitu sifat-sifat Allah yang dapat dilihat
kenyataannya pada alam semesta. Seperti Qudrah (kuasa),
Iradah (berkehendak), Ilmu (mengetahui), Hayat (hidup),
Sama (mendengar), Bashar (melihat), Kalam (berfirman).
d) Sifat manawiyyah, yaitu sifat-sifat Allah yang tidak dapat
dilihat pada segala aspek ciptaan-Nya, karena sifat itu
menunjukkan keberadaan-Nya yang mutlak yang tidak dapat
diserupakan dengan sesuatu apapun juga, seperti Qadiran
(Yang Maha Kuasa), Muridan (Yang Maha Berkehendak),
Aliman (Yang Maha Mengetahui), Hayyan (Yang Maha Hidup),
Samian (Yang Maha Mendengar), Bashiran (Yang Maha
Melihat), Mutakaliman (Yang Maha Berfirman).6