Anda di halaman 1dari 30

KALIMAT TAUHID DAN KALIMAT THAYYIBAH

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas:


Mata kuliah : Ilmu Tauhid
Dosen Pengampu : M. Mujib Hidayat, M.Pd.I

oleh:
Nama : Aris Riyanto
Kelas : PBA C
Nim : 2022116114

JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini sebagai tugas mata kuliah Ilmu Tauhid yang berjudul ” KALIMAT TAUHID DAN
KALIMAT THAYYIBAH”.
Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.
Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan
kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik lagi dari sebelumnya.

Tak lupa ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Dosen, atas dorongan dan ilmu
yang telah diberikan kepada kami. Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya dan insya Allah sesuai yang kami harapkan. Dan kami
ucapkan terimakasih pula kepada rekan-rekan dan semua pihak yang terkait dalam
penyusunan makalah ini.

Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbang pemikiran sekaligus


pengetahuan bagi kita semuanya. Amin.

Pekalongan, 7 September 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 4


B. Rumusan Masalah 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Kalimat Tauhid dalam Al-quran 5


B. Menjelaskan Makna Lafadz Allah 5
C. Menjelaskan makna kalimat La Ilaha Illallah 6
D. Menceritakan Kisah Nabi Ibrahim as. 7
E. Makna Kalimat Thayyibah 8
F. Ragam Kalimat Tauhid 9
G. Arti Asmaul Husna Sebagai Ayat Qur’aniyah Adanya Allah 11
H. Hikmah Kalimat Thayyibah 11
I. Asmaul Husna Sebagai Nama Allah Yang Dikenali dan Diteladani 12
J. 99 Asma’ul Husnah dan Maknanya 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 27

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbicara tentang Tauhid dan kalimat thayybah mengandung suatu pendahuluan, yakni
dengan mengingat bahwa ada fitra insting keberagaman dalam diri setiap insan. Semuanya itu
bukan sekedar mengenal dan mengerti bahwa penciptaan alam semesta ini adalah Allah
bukan sekedar mengetahui bukti-bukti rasional tentang kebenaran wujud (keberadaan)-nya
dan wadhaniyah (ke-Esaannya) dan bukan pula sekedar mengenal Asma dan Sifatnya.

Iblis mempercayai bahwa tuhannya adalah Allah, bahkan mengakui ke-Esaan dan ke-
Mahakuasaan Allah dengan permintaannya kepada allah melalui Asma dan sifatnya. Kaum
jahiliyah kuno yang dihadapi rasuluallah salallahu alaihi’wasalam juga menyakini bahwa
tuhan sang pencipta, pengatur, pemelihara, dan penguasa alam semesta ini adalah allah.
Namun kepercayaan dan keyakinan itu belumlah menjadikan mereka sebagai makhluk yang
berpredikat muslim, yang beriman kepada Allah SWT, dari sinilah pembahasan makalah ini
akan dipaparkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa makna kalimat tauhid dalam Al-Qur’an ?
2. Apa makna sebutan Allah ?
3. Apa makna kalimat La Ilahailla Allah konteks tauhid ?
4. Menjelaskan kisah Nabi Ibrahim A.S. ?
5. Apa makna kalimat thayyibah ?
6. Apa ragam kalimat thayyibah dan pengaplikasiannya ?
7. Apa hikmah kalimat thayyibah ?
8. Apa arti Asma’ul husnah sebagai ayat quraniyah adanya Allah ?
9. Apa arti nama Asma’ul husnah sebagai nama Allah yang diteladani dan dikenal ?
10. Apa makna 99 Asma’ul husnah ?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kalimat Tauhid dalam Al-quran

Ilmu tauhid ialah, ilmu yang membiarakan tentang cara-cara menetapkan akidah agama
dengan mempergunakan dalil-dalil yang menyakinkan, baik dalil-dalil itu merupakan dalil
naqli, dalil aqli, ataupun dalili wijdani (perasaan halus). Ilmu ini dinamakan tahuid karena
pembahasannya yang paing menonjol, menyangkut pokok keesaan Allah yang merupakan
asas pokok agama islam, sebagaimana yang berlaku terhadap agama yang benar yang telah
dibawakan oleh para Rasul yang diutus Allah.

Allah SWT berfirman :


“Tidaklah kami mengutus sebelum engkau seseorang RaSul pun melainkan kami
wahyukan kepadanya: bahwa tiada tuhan yang sebenarnya di sembah melainkan Aku, maka
sembahlah Aku.” (QS.Al-Anbiya’21:25).1

B. Menjelaskan Makna Lafadz Allah

Sekian banyak ulama yang berpendapat bahwa lafadz “Allah” adalah nama yang
menunjuk kepada zat yang wajib wujudn-Nya, yang menguasai segala hidup dan kehidupan
kepada-Nya, dan seharusnya seluruh makhluk mengabdi dan memohon. Tetapi banyak ulama
berpendapat bahwa kata “Allah” asalnya adalah “Ilah”, yang dibubuhi huruf alif dan lam dan
dengan demikian Allah merupakan nama khusus yang tidak dikenal bentuk jamaknya.
Sedangkan Ilah adalah nama yang bersifat umum dan yang dapat berbentuk jama’ Alihah.
Dalam bahasa inggris baik yang bersifat umum maupun khusus, keduanya diterjemahkan
dengan god. Demikian juga dalam bahasa Indonesia, keduanya dapat diterjemahkan dengan
tuhan, tetapi cara penulisannya dibedakan. Yang bersifat umum ditulis dengan huruf kecil
god/tuhan, dan yang bermakna khusus ditulis dengan huruf besar God/Tuhan.

Sementara ulama berpendapat bahwa kata”Illah” yang darinya terbentuk dari kata
“Allah”, berakar dari kata Al-Ilahah, Al-Uluhah, dan Al-Uluhiyah yang kesemuanya menurut
mereka bermakna ibadah atau penyembahan, sehingga “Allah” secara harfiah bermakna yang
Yang disembah. Ada juga yang berpendapat bahwa kata “Allah” terambil dari akar kata
“Aliha Ya’luhu” yang berarti “tenang”, karena hati menjadi tenang bersama-Nya, atau dalam

1
Shihab.M.Qurais, Menyingkap Tabir Illahi (Jakarta:lentera hati,1998),hlm.3

5
arti “menuju” dan “ bermohon”, karena harapan seluruh makhluk tertuju kepada-Nya dan
kepada-Nya juga makhluk bermohon.

Para ulama yang mengartikan Ilah dengan “yang disembah” menegaskan bahwa Ilah
adalah segala sesuatu yang disembah, baik penyembahan itu tidak dibenarkan oleh aqidah
islam, seperti terhadap matahari, bintang, bulan, manusia atau berhala, maupun yang
dibenarkan dan diperintahkan oleh Islam, yakni zat yang wajib wujud-Nya yakni Allah SWT.
Karena itu jika seorang muslim mengucap “La Ilaha Illa Allah” maka dia telah menafikan
segala tuhan, kecuali Tuhan yang nama-Nya “Allah”.

Dari segi makna dapat dikemukakan bahwa kata Allah mencakup segala sipat-sipat-Nya,
bahkan Dialah yang menyandang sipat-sipat tersebut, karena itu, jika Anda berkata, “Ya
Allah”, maka semua nama-nama/sipat-spat-Nya telah dicakup oleh kata tersebut. Di sisi lain
jika Anda berkata Arrahiim (Yang Maha Pengasih) maka sesungguhnya yang Anda maksud
adalah Allah, demikianan juga jika Anda Berkata: Almuntaqim (Yang membalas kesalahan),
namun kandungan makna Arrahim (Yang Maha Pengasih), tidak mencakup pembalasan-Nya,
atau sipat-sipat-Nya yang lain. Itulah satu sebab mengapa dalam syahadat seseorang harus
menggunakan kata “Allah” ketika mengucapkan kata “Allah” ketika Asyhadu an La Ilaha Illa
Allah, dan tidak diberkan mengganti kata Allah tersebut dengan nama-nama-Nya yang lain,
seperti Asyhadu An La Ilaha illa Arrahman atau Arrahim.2

C. Menjelaskan makna kalimat La Ilaha Illallah

Diriwayatkan dalam Shahih (Muslim), bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:

(( ِ‫ﷲ‬
ّ ‫ﷲِ ﺣَ ُﺮ َم ﻣَﺎﻟُﮫُ َو َد ُﻣﮫُ َو ِﺣﺴَﺎﺑُﮫُ َﻋﻠَﻰ‬
ّ ‫ َو َﻛﻔَ َﺮ ﺑِﻤَﺎ ﯾُﻌﺒَ ُﺪ ﻣِﻦْ دُوْ ِن‬,ُ‫ َﻻإِﻟﮫَ إ ﱠِﻻ ﷲ‬: ‫))ﻣَﻦْ ﻗَﺎ َل‬

“Barangsiapa mengucapkan “La Ilaha Illa Allah” dan mengingkari sesembahan selain
Allah, haramlah harta dan darahnya, sedang hisab (perhitungan)-nya adalah terserah
Allah.”

Ini adalah termasuk hal terpenting yang menjelaskan pengertian “La Ilaha Illallah”.
Sebab, apa yang dijadikan Rasulullah sebagai pelindung darah dan harta bukanlah sekedar
mengucapkan kalimat “La Ilaha Illallah” itu, bukan pulan dengan mengerti makna dan
lafazhnya, bukan pula dengan mengakui kebenaran kalimat tersebut, bahkan bukan juga
karena tidak minta kecuali kepada Allah saja. Yang tiada sekutu bagiNya. Akan tetapi,

2
M. Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi, (Jakerta: Lentera Hati, 1998), hlm. 4-7

6
tidaklah haram dan terlindung harta dan darahnya hingga dia menambahkan kepada
pengucapan kalimat “La Ilaha Illallah” itu pengingkaran kepada segala sembahan selain
Allah. Jika dia masih ragu atau bimbang, maka belumlah haram dan terlindung harta dan
darahnya.

Sungguh, betapa agung dan penting tafsiran “Tauhid” dan syahadat “La Ilaha
Illallah” yang terkandung dalam hadits ini, betapa jelas keterangan yang dikemukakannya
dan betapa mematikan hujjah yang diajukan bagi orang yang menentang.

Kata-kata Al-Khalil Ibrahim A.S. kepada orang kafir: “Sesungguhnya aku melepaskan
diri dari apa yang kamu sembah, kecuali Allah saja Tuhan yang telah menciptakan aku.....”.

Di sini beliau mengecualikan Allah dari segala sembahan. Pembebasan diri (dari
sesembahan yang bathil) dan pernyataan setia (kepada sesembahan yang haq, yaitu Allah
SWT) itu adalah tafsiran yang sebenarnya dari syahadat “La Ilaha Illallah”.

. َ‫َو َﺟ َﻌﻠَﮭَﺎ َﻛﻠِ َﻤﺔَ ﺑَﺎﻗِﯿَﺔً ﻓِﻰ َﻋﻘِﺒِ ِﮫ ﻟَ َﻌﻠﱠﮭُ ْﻢ ﯾَﺮْ ِﺟﻌُﻮْ ن‬

Artinya:

“Dan “Ibrahim” menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunanyan
supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.” (QS Az-Zukhuruf: 28).3

D. Menceritakan Kisah Nabi Ibrahim as.

Nabi Ibrahim AS lahir di Babilon. Menurut riwayat ayah nabi Ibrahim bernama Azar,
nama lengkapnya adalah: Ibrahim bin Azarmbin Tanur bin Siruj bin Ra’uf bin Falij bin Abir
bin Syalih bin Arfaksyad bin Sam bin Nuh. Dengan demikian beliau masih keturunan nabi
Nuh. Beliau dilahirkan di tengah-tengah masyarakat atau kaum yang selalu menjurus pada
kemungkaran dan kemusrikan. Mereka lebih senang membuat keonaran, sehingga
menimbulkan kericuhan disana-sini. Mereka lebih senang menyembah berhala daripada
menyembah Allah SWT.

Zaman beliau, di negeri Babilon diperintah raja yang sangat kejam dan tidak
menyembah pada Tuhan. Dari kehendak inilah rakyat akhirnya menurutinya, karena takut

3
Syaikh Muhammad At-Tamini, Op.cit,. hlm. 46.

7
dengan kekejamannya. Apa yang diperintahkan raja selalu dituruti begitu pula dengan
mengadakan penyembahan berhala, raja tersebut bernama Namrudz.4

Waktu muda Nabi Ibrahim sering merenung atau memikirkan sesuatu di dalam gua
(sang pencita alam). Beliau berfikir bahwa dunia dan seisinya ini tidak mungkin ada dengan
sendirinya ini tak mungkin ada dengan sendirinya, pasti ada Tuhan yang membuatnya. Dan
juga Tuhan pasti bukan patung-patung yang telah di buat oleh ayah beliau pada zaman itu.

Beliau memikirkan siapa yang menciptakan alam ini. Allah SWT berfirman:

‫( اﻟﺬِﯾﻦَ ﯾَﺬّﻛﺮُوْ نَ ﷲ ﻗِﯿَﺎﻣﺎً َوﻗُﻌُﻮدًا َوﻋﻠَﻰ‬190) ‫ب‬


ِ ‫ﺖ ِﻻُوْ ِل اﻻَ ْﻟﺒَﺎ‬
ِ َ‫ض واﺧْ ﺘ َِﻼفِ اﻟَ ْﯿ ِﻞ َواﻟﻨﱠﮭَﺎ ِر َﻻَﯾ‬
ِ ْ‫ت َو ْاﻻَر‬
ِ ‫ﻖ ال ﱠﺳ َﻤ َﻮ‬
ِ ‫اِنﱠ ﻓﻰ َﺧ ْﻠ‬
.(191) ‫ﻚ ﻓَﻘِﻦَ َﻋﺬَابَ اﻟﻨﱠﺎر‬
َ َ‫ض َرﺑﱠﻨَﺎ ﻣَﺎ َﺧﻠَﻘْﺖَ ھَﺬَا ﺑَﺎط ًِﻼ ُﺳ ْﺒ َﺤﻨ‬
ِ ‫ت و ْاﻻَر‬
ِ ‫ﻖ اﻟ ﱠﺴ َﻤ َﻮ‬
ِ ‫ُﺟﻨُﻮْ ﺑِﮭﻢ وَ ﯾَﺘَﻔَ ﱠﻜﺮُونَ ﻓِﻲ َﺧ ْﻠ‬

Artinya:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) “ya Tuhan kami tidaklah
engkau menciptakan semua ini sia-sia, Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab
neraka”. (QS Al-Imran ayat 190-191).5

E. Makna Kalimat Thayyibah

Kalimat Thayyibah secara bahasa adalah perkataan yang baik. Dalam Islam, kalimat
thayyibah adalah setiap ucapan yang mengandung kebenaran dan kebajikan yang bermanfaat
bagi diri sendiri dan orang lain. Serta mengandung aneka perbuatan ma’ruf dan pencegahan
dari perbuatan munkar (Tafsir Depag V/182-183 dan Tafsir Wa Bayan Al-Qur’an oleh Dr. M.
Hasan Al-Hamsy hal. 258).

Kalimat thayyibah memiliki pengaruh besar dalam kehidupan manusia dan masyarakat.
Kalimat yang baik akan membersihkan jiwa, menghidupkan hati, menjaga anggota badan,
membangun perilaku terpuji, memelihara dan menguatkan tatanan masyarakat, serta
memperbaikinya sesuai perintah islam. Kalimat thayyibah adalah bagian dari dzikir kepada

4
Kholilah Marhiyanto, kisah teladan 25 nabi dan rasul, (Surabaya: ARKOLA, 1995), hlm. 79.
5
Dedeh Sri Ulfah, Ingin Seperti Mereka Keteladanan Rasul Dan Tokoh Islam Kesayanganku, (Jakarta:
PT Elex Media Komputindo, 2014), hlm. 183

8
Allah Ta’ala, amar ma’ruf dan nahi munkar, nasehat, atau ajakan kebaikan, tentu saja
memiliki pengaruh yang besar bagi kemaslahatan jiwa manusia, dan mendidik akhlaknya. 6

F. Ragam Kalimat Tauhid


1. Laa Ilaaha Illa Allah ( ُ‫)ﻻَ إِﻟﮫَ إِﻻﱠ ﷲ‬

Kalimat ini mempunyai arti tiada Tuhan selain Allah, kalimat ini disebut juga
kalimat tauhid atau kalimat tahlil. Kalimat tersebut harus sering diucapkan sebagai
dzikir (mengingat) kepada Allah karena kunci utama keesaan Allah.

2. Alhamdulillah

Kalimat ini mempunyai arti segala puji bagi Allah. Bacaan ini merupakan
ungkapan rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada kita.
Alhamdulillah juga berisi pujian kepada Allah. Karena berisi pujian maka bacaan
Alhamdulillah disebut juga bacaan tahmid.

Waktu yang tepat dalam mengucapkan kalimat thayyibah Alhamdulillah

adalah sebagai berikut:

a. Ketika mendapatkan kenikmatan dari Allah SWT.


b. Terhindar dari musibah.
c. Mendengar kabar gembira.
d. Setelah selesai melakukan pekerjaan, dan lain-lain.
3. Allahu Akbar

Kalimat ini mempunyai arti Allah Maha Besar. Allahu Akbar disebut juga bacaan
takbir. Bacaan takbir adalah bacaan untuk mengagungkan asma Allah. Dengan
mengagungkan asma Allah berarti kita telah menyatakan bahwa Allah Maha Besar,
selain Allah tidak ada yang pantas untuk sifat tersebut.

6
Syekh Munir Muhammad Sholeh Baabki, Cinta Buta Akibat Salah Menempatkan Cinta, (Jakarta:
Mirqat, 2016), hlm. 77

9
Kalimat thayyibah Allahu Akbar ini baik diucapkan dalam berbagai keadaan,
terutama ketika:

a. Ketika mengumandangkan azan.


b. Ketika mengumandangkan iqamah.
c. Teriakan di medan peran,dan lain-lain.7
4. Astaughfirullahal’adzim

Kalimat ini disebut juga dengan kalimat istighfar yang berarti meminta kepada
Allah yang Maha Menutupi dosa agar menutupi dosa-dosa yang telah dilakukan. Dalam
agama islam, kalimat istighfar adalah kalimat yang menyatakan permohonan ampun
kepada Allah SWT atas dosa dan kesalahan yang telah diperbuat. Semua manusia di di
dunia sewaktu –waktu bisa berbuat salah dan lupa. Oleh karena itu, sebaiknya setiap
kesempatan yang ada umat islam memperbanyak istighfar dan bertobat. 8

5. Subhanallah

Kalimat ini memiliki arti Maha Suci Allah. Kalimat ini harus diucapkan apabila
kita menyaksikan sesuatu yang sangat baik, indah dan mengagumkan. Kalimat ini harus
diucapkan apabila kita menemukan atau menyaksikan sesuatu yang sangat baik, indah,
dan mengagumkan.

6. Masya Allah

Kalimat ini memiliki arti Allah-lah yang menghendaki demikian, jadi, Masya
Allah merupakan salah satu kalimat thayyibah yang harus diucapkan oleh setiap
muslim, ketiian menemukan atau menyaksikan sesuatu yang memprihatinkan.9

7. Inna Lillahi Wa Inna Illaihi Raji’un

Kalimat ini disebut kalimat tarji’. Ketika kita mendengar atau mendapatkan
teman, saudara, atau tetangga kita terkena musibah , maka dianjurkan me,mbaca
kalimat tarji’. Arti dari kalimat tarji’, terdapat di dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah
ayat 156-157, yang artinya : “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka berkata: Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rahi’un. (sesungguhnya kami milik Allah

7
Kementrian Agama Republik Indonesia, Aqidah Akhlak, (Jakarta: Kementrian Agama, 2015), hlm. 2-5.
8
Abdul Ghofar, Aqidah Akhlak, (Mediatama), hlm. 1.
9
Ahmad Fauzi Solehudin. Aqidah Akhlak, (Bandung: Armico, 2009), hlm.1.

10
dan kepada-Nyalah kami kembali). Meraka itulah yang memperoleh ampunanan dan
rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.”
(Q.S. Al-Baqarah/2 : 156-157)

G. Hikmah Kalimat Thayyibah

Adapun hakmah mengucapkan Kalimat Thayyibah seperti Kalimat Istighfar,


Tasbih, Takbir, Tahmid, Istirja’, dan Hauqalah bila biasa diucapkan untuk dzikir
kepada Allah SWT maka akan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, yakni
mengandung amar ma’ruf dan mencegah yang mungkar.

Hikmah dari mengamalkan kalimat Baqiyatus Solihat (Lailahailallah, Allahu


Akbar, Subhanalloh, Alhamdulillah, dan Lahaula wala Quwata Illabillah) diantaranya :

 Dapat menghapus dosa.


 Mengangkat derajat.
 Terhindar dari neraka.
 Membuka pintu surga.

Orang yang selalu dzikir istighfar atau memohon ampun, Allah SWT. Akan
memberikan jalan keluiar dari kesulitan dan kesudahan dan akan dilimpahkan
rizkinya.10

H. Arti Asmaul Husna Sebagai Ayat Qur’aniyah Adanya Allah

Kata Al-Asma adalah bentuk jamak dari kata Al-Ism yang biasa diterjemahkan
dengan “nama”, ia berakar dari kata asumu yang berarti ketinggian, atau assimah yang
berarti tanda. Kata Al-Husna adalah bentuk muannats yang berarti terbaik.11

Dalam Al-Qur’an kita dapat menemukan uraian yang terpeinci. Terdapat empat
ayat yang menggunakan redaksi Al-Asma’ Al-Husna, yaitu :

Q.S. Al-A’Raf 7 : 180

“Hanya milik Allah Asma’ul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan


menyebut Asma’ul Husna dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari
10
Iis Ihsaniy, 2015, MAKALAH KALIMAT THAYYIBAH DAN AYAT AYAT KAUNIYA, 02/12/2016,
file:///D:/PRODI%20PBA/MATA%20KULIAH/ILMU%20TAUHID/web/Iis%20Ihsaniy_%20MAKALAH%20KALIMAT
%20THAYYIBAH%20DAN%20AYAT%20AYAT%20KAUNIYAH.html
11
M. Quraish Shihab, Op. Cit, hlm.xxxvi

11
kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan
terdapat apa yang telah mereka kerjakan”.

Q.S. Al-Isra’ 17 : 110

“Katakanlah : serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang


mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al-Asma’ul Husna (nama-nama yang terbaik)
dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula
merendahkannya dan carilah jalan tengah diantara kedua itu”.

Q.S. Thaha 20:110

“Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia
mempunyai Al Asma’ul Husna (nama-nama yang terbaik)”.

Q.S. Al-Hasr 59 : 24

“Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa,


Yang Mempunyai Nama-Nama yang Paling Baik. Bertasbihlah kepada-Nya apa yang
ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.12

I. Arti Asmaul Husna Sebagai Nama Allah Yang Dikenali dan Diteladani

Kata Al-asma’ adalah bentuk jamak dari kata Al-Ism yang biasa diterjemahkan
dengan “nama”. Ia berakar dari kata assumu yang berarti ketinggian, atau assimah yang
berarti tanda. Memang nama merupakan tanda bagi sesuatu, sekaligus harus dijunjung
tinggi. Allah memiliki apa yang dinamai-Nya sendiri dengan Al-Asma’ dan bahwa Al-
Asma’ itu bersifat husna. Kata al-husna adalah bentuk muannats dari kata ahsan yang
berarti terbaik. Nama-nama tersebut bukan saja baik, tetapi juga yang terbaik bila
dibandingkan dengan yang baik lainnya, apakah yang baik dari selain-Nya itu wajar
disandang-Nya atau tidak. Sifat Pengasih –misalnya- adalah baik. Ia dapat disandang
manusia, tetapi karena bagi Allah nama yang terbaik, maka pastilah sifat kasih-Nya
melebihi sifat kasih makhluk, dalam kapasitas kasih maupun substansinya. Disisi lain
sifat pemberani merupakan sifat yang baik disandarkan oleh manusia, namun sifat ini
tidak wajar disandang Allah karena keberanian mengandung kaitan dalam substansinya
dengan jasmani, sehingga tidak mungkin disandangkan kepada-Nya. Ini berbeda

12
M. Quraish Shihab, Op. Cit, hlm.xxxv.

12
dengan sifat kasih, pemurah, adil, dan sebagainya. Kesempurnaan manusia adalah jika
ia memiliki keturunan, tetapi sifat kesempurnaan manusia ini tidak mungkin pula
disandang oleh-Nya karena ini mengakibatkan adanya unsur kesamaan Tuhan dengan
yang lain, disamping menunjukkan kebutuhan, sedang hal tersebut mustahil bagi-Nya.
Demikianlah kata husna menunjukkan bahwa nama-nama-Nya adalah nama-nama yang
amat sempurna, tidak sedikitpun tercemar oleh kekurangan.13

Kalau Al-qur’an secara tegas menyatakan bahwa berdoalah dengan Al-asma’ Al-
husna atau serulah Allah dan beribadahlah dengan memperhatikan makna-makna
tersebut – kalau dari Al-qur’an demikian itu, -maka dari Assunnah ditemukan anjuran
untuk berakhlak dengan sifat-sifat/nama indah itu sesuai dengan kemampuan sebagai
makhluk. “Berakhlaklah dengan akhlak Allah”, demikian bunyi satu nasihat yang
dinyatakan oleh sementara ulama sebagai sabda Nabi Muhammad Saw. Keberhasilan
meneladani Tuhan dalam sifat-sifat-Nya adalah cerminan keberhasilan keberagamaan,
karena itu salah satu definisi tertua dari agama/keberagamaan adalah “upaya
meneladani Tuhan dalam sifat-sifat-Nya,” tentu saja selain sifat Ketuhanan/Uluhiyah
(Allah), karena sifat ini mustahil dapat diteladani oleh makhluk. Perlu diingat bahwa
meneladani sifat-sifat tersebut bukan berarti semacam persamaan antara manusia
dengan Tuhan, karena Allah SWT bersifat Azaly dan Qadim, serta memiliki
kesempurnaaan mutlak, berbeda dengan makhluk. Keberhasilan dalam upaya tersebut
menjadikan manusia utuh, dan wajar menyandang nama khalifah dan hamba Allah.14

J. 99 Asma’ul Husnah dan Maknanya


 Ar-Rahman Ar-Rahim

Ar-Rahman Ar-Rahmin merpakan dua nama yang berasal dari kata ar-rahmah,
menurut asalnya ar-rahmah berarti kelembutan hati yang yang menyebabkan timbulnya
kebaikan dan keutamaan. Pengertian tersebut terlalu rendah untuk di sandang Allah,
tetapi yang dimaksudkan adalah pengertianya yang tinggi dan agung, yaitu memberikan
kebaikan pada dan pahala serta menghindarkan segala macam kejahatan dan bencana.
Syaykh Husnayn Makhluf berpendapat, menurut mayoritas ulama, Ar-Rahman lebih
luas dari pada Ar-Rahim. Ada yang menyebutkan, “Wahai Rahman dunia, Wahai
Rahim akhirat” Rahmat Allah di dunia mencakup orang-orang mukmin dan orang-

13
Ibid., hlm. xxxvi.
14
Ibid., hlm. xxxviii.

13
orang non–mukmin, orang-orang salih dan orang-orang non-salih. Sedangkan Rahmat-
Nya di akhirat di akhirt di khususkan bagi orang-orang mukmin saja.

 Al-Malik

Dalam surah Al-Mu’minun, Allah berfirman:

“Maha tinggi Allah, Raja yang sebenarnya (QS 23:116)”

Raja adalah yang tidak membutuhkan lagi bantuan segala sesuatu dari selain
dirinya. Sebaliknya, segala sesuatu selain dirinya itulah yang membutuhkan-Nya. Allah
adalah raja bagi segala makhluk dan alam semesta, dia pengenda semua makhluk dan
alam semesta itu, dan Dia pemlik kerajaan dan kekuasaan. Di tengah-tengah hamba-
Nya yang hidup di muka bumi, memang terdapat raja-raja. Namun kerajaan mereka
bersumber dari Allah, terbatas oleh ruang dan waktu. Edangkan pengertian “raja” yang
abadi. Tidak ada seorang pun dapat menentang-Nya, tidak ada seorang pun yang
berserikat dengan-Nya, dan tidak ada yang berani pada-Nya.

 Al-Qudus

Al-Qudus, yang maha suci, bermakna zat yang bersih dari segala sifat yang
dapat di tangkap oleh indera, yang dapat di gambarakan oleh khayalan, yang dapat
digetarkan oleh kalbu, atau yang dapat dijaungkau oleh pemikiran. Allah bersih dari
sifat-sifat yang berlaku pada semua makhluk-Nya. Menyifati Allah dengan sifat-sifat
yang paling sempurna bagi manusia pelanggaran etika, karena Dia lebih agung dari
semua sifat yang berlaku bagi manusia tanpa batas.

 As-Salam

Allah menamai dirinya As-Salam, karena penyelamatan yang dilakukan-Nya


atas segala sesuatu yang menimpa semua makhluk-Nya dari segala perubahan,
pengaruh, kekurangan, dan kefanaan. As-Salam disini mengandng pengertian bahwa
kesejahateraan di alam semesta ini berasal dari-Nya, bersandar dan akan kembali pada-
Nya. Allah adalah penyelamat, mengandung pengertian bahwa Dia pemberi
keselamatan bagi semua hamba-Nya. Merupakan sautu etika bagi orang yang
mengetahui, bahwa Allah adalah yang menyelamtkan manusia dari lidah dan tangan
mereka. Rasulullah saw. pernah bersabda, “Seorang Muslim adalah dia yag
menyebabkan orang lain selamat dari gangguan lidah dan tangannya” bagi seorang

14
hamba dari nama ini adalah ke harusanya mengetahui bahwa Allah adalah penyelamat,
risalah-Nya adalah islam, dan sebutan yang di sandangnya adalah muslim.

 Al-Mu’min

Menurut Imam Al-Ghazali, Al-Mu’min adalah nama zat yang menjadi sumber
keamanan. Sedangkan Ar-Razi berpendapat, kata terebuat berasal dari kata al-Aman.
Dialah yang memberikan ke amanan bagi semua hamba-Nya, karena Dia maha adil dan
menjalankan hukum-Nya dan maha pengasih dalam menerapkan hukum-Nya.

 Al-Muhaymin

Al-Muhaymin berarti pemelihara dan penjaga segala sesutu. Allah selalu


mengawasi dan menjaga makhluk-makhluk-Nya. Dia yang memelihara segala urusan
makhluk-makhluk-Nya dan semua rahasia manusia.

 Al-Aziz

Al-Aziz adalah nama Allah yang berasal dari kata al-Izzah, yang berarti
kekuatan yang tidak akan dimiliki oleh makhlik-Nya. Dlam hal ini Allah berfirman:

“Barang siapa yang menghendaki keperkasaan, maka hanya kepunyaan Allah


semua keperkasaan itu (QS. 35:10)“

Dengan ayat ini, sumber keperkasaan memberikan batasan. Orang yang


menginginkanya hendaklah ia bergantung pada sumber satu-satunya, yaitu Allah. Allah
adalah al-aziz dengan pengertian, Allah adalah maha perkasa, Dia adalah maha tinggi
dari semua perumpamaan, dan Dia adalah tumpuan semua kebutuhan, sedangkan Dia
sendiri tidak membutuhkan seorang pun.

 Al-Jabbar

Allah menamai diri-Nya dengan al-jabbar, karena Dia terlalu tinggi untuk di
jangkau atau di indera oleh seseorang. Al-Jabbar mengekspresikan kehendak-Nya
melalui jalan pemaksaan kepada setiap orang. Sebaliknya, tidak ada kehendak seorang
pun yang mampu dapat dipaksakan kepada-Nya , tidak seorang yang mampu
melepaskan diri dari genggaman-Nya. Merupakan Suatu hal yang makruh memberikan
nama ini kepada seseorang.

15
 Al-Mutakabbir

Diantara arti Al-Mutakabbir adalah sampainya puncak kebesaran dan


keagungan. Ia berarti maha tinggi dibandingkan sifat-sifat makhluk-Nya. Ia juga berarti
zat yang memandang segala sesuatu ini kecil bila di bandingkan dengan zat-Nya.

 Al-Khaliq Al-Bari Al-Mushawwir

Al-Khaliq berarti zat yang menciptakan sesuatu dari ketidaanya. Al-Bari


berarti yang mewujudkan sesuatu tanpa kealpaan atau berarti mewujudkan atau
menyususn segala suatu pada susunan yang memungkinkan ia hidup. Sedangkan Al-
Musawwir berarti yang menciptakan bentuk seluruh makhluk, baik bentuk manusia,
hewan atau tumbuh-tumbuhan. Semua itu tidak berkuasa untuk memilih atau menolak

 Al-Ghaffar

Al-Ghaffir berarti yang mengampuni dosa-dosa, Al-Ghafur berati yang


mengampuni banyak dosa. Sedangkan Al-Ghafar lebeih menyeluruh, mencakup, dan
berlaku umum, karena Dia akan terus memberikan ampunan.

 A-Qahhar

Dialah yang memecahkan dan menghancurkan musuh-musuhnya. Dia


mengalahkan mereka dengan pelimpahan penyakit, kehinaan, dan kematian. Segala
sesuatu yang terdapat di dunia ini tunduk kepada Allah. Dengan pengertian semuanya
itu berada dalam kekuasaan dan keperkasaa-Nya.

 Al-Wahab

Hibah berati pemberian yang tidak mengharapkan balasan. Hibah yang


diantara manusia terkait dengan tujuan-tujuan pribadi dan dorongan kemaslahatan.
Sedangkan hibah yang berlaku pada Allah tidak disertai tujuan-tujuan ribadi dan tidak
akan pernah habis-habisnya.

 Ar-Razzaq

Dialah yang memenuhi semua makhluk dengan bebagai macam rezeki


samapai ke mulut seluruh makhluk dan sel-sel tubuh. Semua makhluk yang ada diatas
ini semua membutuhkan makanan agar tetap bertahan hidup. Allah lah yang membuat

16
makana itu. Semua kekuatan yang ada di muka bumi ini berumber dari matahari, allah
llah yang mencitakan matahari itu. Allah melimpahkan beribu-ribu macam rezeki
kepada hamba-hamba-Nya. Ada rezeki denia, rezeki akhiat, rezeki badan, rezeki akal,
rezeki hati dan rezeki ruh.

 Al-Fattah

Dialah yang membukankan bagi hamba-hamba-Nya berbagai rahasia alam dan


kehidupan. Dialah yang membukakan pintu berbagai ilmu dan kesenian. Dialah yang
membukakan berbagai perbendaharaan rezeki yang beranekaragam. Dialah juga yang
membuka berbagai jendela alam ruh yang bergantung pada al-‘asma’ al-husna dan
sifat-siat-Nya.

 Al-Alim

Al-Alim adalah zat yang ilmu-Nya melputi segala sesuatu. Tidak ada sesuatu
yang lepa dari ilmu-Nya. Semua ilmu dan ilmuwan di muka bumi ini merupakan
sebagaian dari ciptaan Allah.

 Al-Qabidh Al-Basith

Sebagian ahli makrifat berendapat bahwa al-qabidh da al-basith merupakan


bagian dari kesibukan allah yang berhubungan dengan kebesaran dan keindahan. Al-
qabidh kebesaranya al-basith adalah keindahan-Nya. Jika Allah menyempitkan
seseorang hamba, ia akan merasa kebesaran Allah. Sebaiknya jika Allah melapangkan
hati seorang hamba, maka ia akan merasakan keindahan. Para ulama menganjurkan
agar menyebut kedua nama tersebut secara bersama-sama. Jadi tidak boleh boleh
menyebut al-qabidh saja atau al-abaith saja. Tetpi, harus menyebut al-qobidh al-basith

 Al-Khafidh Ar-Rafi’

Alalh merendahkan umat-umat yang keluar dari ketaatan kepada-Nya.


Sebaliknya, Dia meninggikan orang-orang orang-orang yang menegakan hikama-Nya
di muka bumi dan mengetahui khalifah adalah hak mereka.

17
 Al-Mu’izz Al-Mudzill

Apabila memuliakan seorang hamba, hal itu karena rahmat-Nya. Sebaliknya,


apabila Dia menghinakan seorang hamba-Nya, hal itu karena ketetapan dan keadilan-
Nya. Nilai kemuliaan dan kehinaan di dunia bukan suatu yang hakiki.

 As-Sami’ Al-Bashir

Allah telah menetapkan bagi diri-Nya sifat mendengar dan melihat. Ia


menyebut diri-Nya dengan maha melihat dan maha mendengar, sehingga tidak ada
suara pun yang tidak dijangkau oleh pendengaran-Nya dan tidak sesuatu pun yang lepas
dari pengelihatan-Nya

 Al-Hakam Al-‘Adl

Allah lah yang memegang hukum dan menetakan keadilan. Dia adalah
pembuat hukum yang tidak ada seorang pun menolak ke putusan-Nya. Dia adalah
pengambil keptusan yang paling adil dan paling baik.

 Al-Lathif Al-Khabir

Allah mempunyai sifat Al-Lathif dengan Al-Khabir, Al-Lathif berarti yang


mengetahui segala sesuatu samapi kedetailnya, yang rahasia maupun yang tersembunyi.
Allah maha halus lagi maha mengetahui secara mutlak dan sempurna.

 Al-Halim

Sifat santun Allah tidak ada batasnya. Dialah yang maha suci yang cepat
memberikan dan memperlambat pemberiaan siksaan, agar manusia segera bertaubat
dan kembali ke jalan yang benar. Allah yang maha suci idak dikendalikan kemarahan
untuk bergegas memberikan siksaan, tetapi sifat santn-Nya diperuntukan bagi seluruh
keseluruhan makhluk-Nya, sehingga dia tidak menyiksa atas apa yang imereka
usahakan.

 Al-Azhim

Allah adalah Mahaagun. Tidak satu pun akal manusia dapat menjangkau zat
hakikat atau sifat-sifat-Nya. Dia maha agung keagungan-Nya tidak bermula dan tidak
berakhir serta tidak terbatas.

18
 Al-Ghafur

Dialah segala yang mengampuni segala macam dosa dan memberikan


ampunan terhadap segala perbuatan keji. Al-Ghafur adalah kesempurnaan dan
keuniversalaan dalam pengampunan.

 Asy-Syakur

Dia menyebut dirinya dengan nama asy-syakur, sebagai rahmat dan kebaikan
bagi semua hamba-Nya. Allah tetap memberikan segala sesuatu kepada makhluk-Nya
meskipun dia tidak membutuhkan mereka. Dia bersyukur kepada mereka jika berbuat
baik, meskipun pada hakikatnya syukur kepada-Nya merupakan hal yang wajib.
Meskipun Dia memiliki kedudukan yang tinggi, sedangkan manusia pada posisi
membutuhkan, namun demikian, kita menyaksikan bahwa Dia lebih tinggi rasa syukur-
Nya, syukur dalam hak Allah berarti ridha.

 Al-‘Aliyy

Allah mengatasisemua makhluk. Kedudukan-Nya mencapai puncak tertinggi


di empat yang tinggi. Dia Mahatinggi karena Zat dan sifat-sifat-Nya. Dari gambaran
makhluk-makhluk-Nya, Dia Mahatinggi secar mutlak tanpa batas.

 Al-Kabir

Allah Mahabesar dala sifat-sifat-Nya. Dia Mahabesar karena Zat-Nya yang


Mahasuci. Dia lebih besar dari segala sesuatu dan tidak ada yang menandingi-Nya.

 Al-Hafizh

Allah adlah pemelihara yang sangat ketat. Pemelihara dan penjagaan-Nya


mencakup seluruh makhluk. Diaatidak merasa berat atau letih atas semua itu.

 Al-Mqit

Allah menciptakan makanan ynag menjadi rezki bagi makhluk-Nya, baik


rezkinya berupa materi maupun rohani. Dia juga selalu mengawasi waktu dan amal
perbuatan manusia. Dialah yang memelihara mereka.

19
 Al-Hasib

Diantara artinya adalah Yang Mencukupi. Nama ini tidak dapat di gambarkan
hakikatnya keccuali oleh Allah. Dialah yang menciptakan alam semesta yang selalu
membutuhkan-Nya yang selalu mencukupi segala sesuatu selamanya. Al-Hasib juga
bermakna “satu-satuya Pembuat perhitungan”.

 Al-Jalil

Al-Jalil berarti Pemilik sifat kebesaran. Sifat Al-Jalil mencakup kekayaan,


kekuasaan, penyucian, ilmu, dan sifat-sifat lainya.

 Al-Karim

Allah itu Maha pemurah. Dia tidak menghalangi siapa saja yang menuju
kepada-Nya. Tanpa sifat Al-karim ini keidupan ini dapat tegak dan terpelihara. Alalh
adalah Yang paling pemurah diantara yang paling pemurah.

 Ar-Raqib

Allah adalah Maha Pengawas. Tidak sesuatu pun lepas dari pengawasan-Nya.
Dia senantiasa hadir dan menyaksikan , sehingga tidak sesuatu pun yang luput dari-
Nya. Dia Maha Mengetahuai meliputi seluruh keadaan setiap sesuatu.

 Al-Mujib

Allah itu mengetahui makhluknya sebelum mereka mengajukan permohonan,


Dia memberikan nikmat sebelum mereka memanjatkan doa, dan Dia melimpahkan
karunia sebelum mereka menyerukanya.

 Al-Wasi’

Al-Wasi’ adalah nama yang berasal dari kata as-sa’ah (keleluasaan) pada
Allah. Nama itu adalah kiasan. Kadang-kadang, ia disandarkan pada ilmu-Nya yang
sangat luas. Kadang-kadang, pada kebaikan-Nya yang menyebar, dan kadang-kadang
pada pada rahat-Nya yang melimpah ruah.

20
 Al-Hakim

Hikmah itu merupakan buah dari berbagai ilmu. Ia juga berarti tepatnya
ketetapan dan baiknya pengaturan, Alllah Mahabijaksana lagi Mahaperkasa.

 Al-Wadud

Al-Wadud adalah nama yang diambil dari kata al-wudd (cinta). Nama itu
adalah puncak tertinggi dari puncak cinta. Ia merupakan kesempurnaan cinta dan
rahamt. Nama itu juga berarti bertambah ampunan dan maaf-Nya.

 Al-Majid

Nama ini berasal dari al-majd, yang berati kemuliaan tertinggi tertinggi tidak
aa yang mampu mengunggulinya.

 Al-Ba’its

Allah membangkitkan akal dan hati manusia dalam rangka meraih


pengetahuan tentang alam semesta. Dia juga membangkitkan orang-orang yang sudah
meninggaldari alam kuburnya pada hari kiamat kelak. Hakikat kebangkitan adalah
bagaian makrifat yang paling tersembunyi. Ia merupakan suatu yang gaib yang
disembunyikan dari pengelihatan Mata kita. Hakikat kebangkitan juga menghidupkan
kembali kematian. Dalam hal ini, kebodohan adalah kematian yang paling besar,
sedangkan ilmu adalah kehidupan yang paling mulia

 Asy-Syahid

Secara etimologis, asy-syahid memiliki pengertian yang lebih mendalam dar


sekedar asy-syahid. Allah menyaksikan semua berbuatan makhluk-Nya. Dia Maha
mengetahui yang gaib da yang nyata. Kesaksiaan Allah adalah kesaksiaan yang
sebenarnya.

 Al-Haqq

Dialah yang Haqq, yang eksistensinya mengatasi kefanaan. Dialah yang haqq
dalam menghisab orang-orang yang berbuat kebatilan dan memberika balasan atas
perbuatan dosa.

21
 Al-Wakil

Allah adalah tempat yang diserahkanya segala urusan. Menginginkan kemuliaan


dan keamanan.

 Al-Qwiyy Al-Matin

Al-Qawwah adalah kekuatan yang tidak ada seseuatu pun yang mampu
melawanya, sedangkan al-matanah berarti kekuatan yang sangat kokoh.

 Al-Waliy

Al-Waliy berarti yang mengurusi semua urusan makhluk di dunia ini. Ia


berarti pula yang memberikan pertolongan kepada mereka.

 Al-Hamid

Allah adalah al-hamid, Yang Memuji Diri-Nya sendiri dan Menyanjung Zat-Nya.
 Al-Muhshiy

Al-Muhshiy berarti Yang ilmu-Nya menjangkau semua rahasia dan semua


yang tersembunyi. Pengawasan-Nya meliputi tindakan yang tampak maupun yang
terselubung, dan yang kitab-Nya mencatat semua perbuatan orang yang berbuat dosa.

 Al-mubdi’u Al-muid’

Allah adala pencipta dari awal sampai akhir. Al-bad’u (permulaan) dan Al-
I’adah (pengulangan) merupakan isyarat pada penciptaan pertama (didunia) dan kedua
(di akhirat) yakni pembangkitan orang-orang yang sudah meninggal. Penciptaan
kehidupan di muka bumi adalah rahasia dan pembangkitan orang-orang yang sudah
meninggal serta pengembalian tanah menjadi manusia merupakan rahasia yang lebih
beasr lagi.

 Al-Muhyi Al-Mumit

Al-Muhyi (Yang Maha Menghidupkan) dan Al-Mumit (Yang Maha


Mematikan) merupakan dua nama dari nama-nama Allah. Kehidupan dan kematian
merupakan sebagaian dari rahasia Allah. Dari-Nya kehidupan bersumber dan atas
perintah-Nya itu datang.

22
 Al-Wajid

Allah adalah al-wajid atau yang Mahakarya, yang tidak suatu pun
mempersulit-Nya. Segala sesuatu yang ada di alam ini bagi-Nya tidak berarti apa-apa,
hanya Dia saja yang Mahakarya.

 Al-Majid

Al-Majid nama yang berasal dari kata al-majd yang berarti maha agung.

 Al-Ahad

Allah tidak bergantung pada seseorang pun, tetapi dialah yang menjadi tempat
bergantung segala sesuatu.

 Al-Qadir Al-Muqtadir

Diantara nama Allah adalah Al-Qadir Al-Muqtadir. Al-Qadir sebagaimana


yang kita ketahui berarti yang Mahakuasa. Sedangkan Al-Muqtadir yang Mahakuasa
tetapi lebih mendalam dari pada al-qadir.

 Al-Muqaddim Al-Mu’akhkhir

Allah adalah al-Muqaddim (Yang memajukan) berbagai kebaikan dan


kenikmatan bagi hamba-hamba-Nya. Dia juga adalah Al-Mu’akhkhir (Yang
Mengakhirkan) berbagai ketetapan samapai pada suatu masa tertentu. Dia
mengakhirkan azab agar orang-orang yang berbuat maksiat segera bertaubat.

 Al-Awwal Al-Akhir

Allah adalah yang Mahaawal dan Yang Mahaakhir. Dia yang paling awal ada
sebelum segala sesuatu ini ada. Dia yang paling abadi dan yang paling akhir setelah
segala sesuatu.

 Azh-Zhahir Al-Bathin

Segala sesuatu itu pada dasarnya tampak, baik secara lahir maupun secara
batin. Allah adalah Mahanyata dan Dia menguasai segala sesuatau yang bathin (yang
tidak tampak). Kedua nama tersebut mengambarkan hikmah-hikmah yang meliputi
segala sesuatu. Diantara azh-zhahir adalah bawa dia tampak melalui bukti-bukti dan

23
hasil penciptaan-Nya. Dianatara arti al-bathin adalah bahwa Dia tertutup karena Zat dan
sifat-sifat-Nya.

 Al-waliy

Allah adalah al-waliy yang berarti raja segala sesuatu. Dialah yang mengurus
dan mengayomi segala sesuatu itu. Dia Mahabijak Mahamengetahui, sehingga Ilmu-
Nya melipui segala sesuatu dan Dia pula yang membawanya kepada kebaikan.

 Al-Muta’aliy

Allah itu al-muta’aliy, artiya Dia Mahatinggi dan Mengatasi segala sesuatu.
 Al-Barr

Dengan nama Al-Barr, berarti Allah itu Maha Pengasih dan Pelaku kebaikan,
sehingga Dia adalah Mahabaik.

 At-Tawwab

At-Tawwab memiliki pengertian yang lebih mendalam dalam hal tobat. Tobat
seorang hamba adalah kembalinya ia kepsda Allah untuk memohon rahmat, sedangkan
pengabulan tobat oleh Allah kepada seorang hamba berarti penghapusan atas semua
perbuatan dosa dan pelimpahan rahmat-Nya.

 Al-Muntaqim

Jika Allah Maha penerima tobat. Dia juga Maha Penyiksa ( Al-Muntaqim).
Intiqam (pembalasan) Allah berarti pemberian siksa-Nya kepada orang-orang yang
berbuat maksiat.

 Al-‘Afuww

Selain al-muntaqim, Allah juga menamai diri-Nya al-afuww. Al-afuww


artinya yang mendahulukan maaf sebelum hukuman di jatuhkan. Dia menghapuskan
dosa-dosa sehingga semua hati manusia menuju kepada-Nya dengan doa dan amal
salih.

24
 Ar-Ra’uf

Sikap santun (ar-ra’fah) adalah salah satu kesempurnaan rahamt Allah dan
jugamerupakan salah satu puncak rahamt-Nya itu

 Malik al-mulk

Dengan nama itu berarti Allah itu Maha penguasa kerajaan secara mutlak dan
tidak terbatas. Setiap raja dan kerajaan dipimpin oleh Allah sebagai Rajanya yang
hakiki.

 Dza Al-Jalal wa Al-ikram

Al-jalal adalah adalah sifat dari Al-Jalil, sedangkan al-ikram berasal dari kata
al-karam. Kebesaran dan –[dan kemuliaan Allah tidak terbatas sama sekali.

 Al-Muqsith

Nama ini diambil dari kata al-‘adl yang berati nilai dan puncak keadilan.

 Al-Jami

Diatara makana Nama diatas dalah mengumpulkan kembali bagian-bagian


anggota tubuh makhluk setelah tercerai berai di dalam bumi. Nama itu jug berarti
mengumpulkan seluruh umat manusia pada hari kiamat yang merupakan hari
perpisahan dan perhitungan.

 Al-Ghaniy Al-Mughniy

Yang sebenarnya Mahakaya lagi Maha Terpuji itu hanyalah Allah

 Al-Mani’

Allah itu adalah al-mani’, dialah yang mampu menolak sebab-sebab


kehancuran dan memberikan keamanan. Dia pula yang menahan karunia-Nya, sehingga
tidak jatuh kepada orang-orang yang berhak menerimanya.

25
 Adh-‘Dhar An-Nafi’

Allah adalah Adh-‘Dhar An-Nafi’, bahawa Dia lah yang mejadikan seseorang
itu miskin atau kaya. Dilah yang melarang dan memperkenankan yang merusak dan
memberi manfaat, dan pula Yang menimpakan kesengsaraan dan kemudharatan agar
manuasia tunduk sambil merendahkan diri.

 An-Nur

Allah memberikan nama pada diri-Nya an-nur, yang bererti Dia tampak karena
diri-Nya pula, Dia menampakan segenap hal.

 Al-Hadiy

Allah adalah al-hadiy, artinya Dialah yang menunjuki akal manusia pada
kebenaran. Dia menunjukan petunjuk jalan kebenaran dan sekaligus jalan yang lurus.

 Al-Badi’

Al-Badi’ mengandung arti bahwa Allah lah Yang menciptakan segala sesuatu.
Dialah pencpta yang tidak ada bandingan-Nya.

 Al-Baqiy

Allah adalah Al-Baqiy artinya, Dia senantiasa berada kekekalan tanpa berkesudahan.
 Al-Warits

Allah juga adalah Al-Warits, yang artinya mewarisi alam semesta dan seisin-Nya

 Ar-Rasyid

Allah adalah ar-rasyid, artinya Dialah Yang Menunjukkan kebaikan pada umat
manusia. Dia tidak akan pernah legah dan lalai mengurusi dan mengayomi mereka.

 Ash-Shabur

Allah adlah Ash-Shabur, artinya Dia Maha Penyabar kepada semua makhluk-
Nya dalam segala keadaan, dengan kesabaran yang sebenarnya. Dia tidak mengazab
mereka pada saat berbuat dosa melainkan menundanya, sehingga mereka bertaubat lalu
Dia segera memberikan ampunan-Nya.

26
BAB III
KESIMPULAN
A. Kalimat Tauhid dalam Al-quran :
“Tidaklah kami mengutus sebelum engkau seseorang RaSul pun melainkan
kami wahyukan kepadanya: bahwa tiada tuhan yang sebenarnya di sembah
melainkan Aku, maka sembahlah Aku.” (QS.Al-Anbiya’21:25).
B. Menjelaskan Makna Lafadz Allah :
Sekian banyak ulama yang berpendapat bahwa lafadz “Allah” adalah nama
yang menunjuk kepada zat yang wajib wujudn-Nya, yang menguasai segala hidup
dan kehidupan kepada-Nya, dan seharusnya seluruh makhluk mengabdi dan
memohon
C. Menjelaskan makna kalimat La Ilaha Illallah :
Diriwayatkan dalam Shahih (Muslim), bahwa Nabi Muhammad SAW
bersabda:

(( ِ‫ﷲ‬
ّ ‫ﷲِ ﺣَ ُﺮ َم ﻣَﺎﻟُﮫُ َو َد ُﻣﮫُ َو ِﺣﺴَﺎﺑُﮫُ َﻋﻠَﻰ‬
ّ ‫ َو َﻛﻔَ َﺮ ﺑِﻤَﺎ ﯾُﻌﺒَ ُﺪ ﻣِﻦْ دُوْ ِن‬,ُ‫ َﻻإِﻟﮫَ إ ﱠِﻻ ﷲ‬: ‫))ﻣَﻦْ ﻗَﺎ َل‬

“Barangsiapa mengucapkan “La Ilaha Illa Allah” dan mengingkari


sesembahan selain Allah, haramlah harta dan darahnya, sedang hisab
(perhitungan)-nya adalah terserah Allah.”

D. Menceritakan Kisah Nabi Ibrahim as :


Waktu muda Nabi Ibrahim sering merenung atau memikirkan sesuatu di dalam
gua (sang pencita alam). Beliau berfikir bahwa dunia dan seisinya ini tidak
mungkin ada dengan sendirinya ini tak mungkin ada dengan sendirinya, pasti ada
Tuhan yang membuatnya. Dan juga Tuhan pasti bukan patung-patung yang telah
di buat oleh ayah beliau pada zaman itu.

E. Makna Kalimat Thayyibah :


Kalimat Thayyibah secara bahasa adalah perkataan yang baik. Dalam Islam,
kalimat thayyibah adalah setiap ucapan yang mengandung kebenaran dan
kebajikan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

27
F. Ragam Kalimat Tauhid :
 Laa Ilaaha Illa Allah ( ُ‫( )ﻻَ إِﻟﮫَ إِﻻﱠ ﷲ‬tiada Tuhan selain Allah).
 Alhamdulillah (segala puji bagi Allah).
 Allahu Akbar (Allah Maha Besar).
 Astaughfirullahal’adzim (meminta kepada Allah yang Maha Menutupi dosa
agar menutupi dosa-dosa yang telah dilakukan).
 Subhanallah (Maha Suci Allah).
 Masya Allah (Allah-lah yang menghendaki demikian).
 Inna Lillahi Wa Inna Illaihi Raji’un(sesungguhnya kami milik Allah dan
kepada-Nyalah kami kembali).

G. Arti Asmaul Husna Sebagai Ayat Qur’aniyah Adanya Allah :


Dalam Al-Qur’an kita dapat menemukan uraian yang terpeinci. Terdapat
empat ayat yang menggunakan redaksi Al-Asma’ Al-Husna :
 Q.S. Al-A’Raf 7 : 180
 Q.S. Al-Isra’ 17 : 110
 Q.S. Thaha 20:110
 Q.S. Al-Hasr 59 : 24

H. Hikmah Kalimat Thayyibah :


Hikmah dari mengamalkan kalimat Baqiyatus Solihat (Lailahailallah, Allahu
Akbar, Subhanalloh, Alhamdulillah, dan Lahaula wala Quwata Illabillah)
diantaranya :
 Dapat menghapus dosa.
 Mengangkat derajat.
 Terhindar dari neraka.
 Membuka pintu surga.

I. Asmaul Husna Sebagai Nama Allah Yang Dikenali dan Diteladani :


Kalau Al-qur’an secara tegas menyatakan bahwa berdoalah dengan Al-asma’
Al-husna atau serulah Allah dan beribadahlah dengan memperhatikan makna-
makna tersebut – kalau dari Al-qur’an demikian itu, -maka dari Assunnah

28
ditemukan anjuran untuk berakhlak dengan sifat-sifat/nama indah itu sesuai
dengan kemampuan sebagai makhluk.

J. 99 Asma’ul Husnah dan Maknanya :


 Ar Rahman ‫ اﻟﺮﺣﻤﻦ‬Yang Maha Pengasih
 Ar Rahiim ‫ اﻟﺮﺣﯿﻢ‬Yang Maha Penyayang
 Al Malik ‫ اﻟﻤﻠﻚ‬Yang Maha Merajai/Memerintah
 Al Quddus ‫ اﻟﻘﺪوس‬Yang Maha Suci
 As Salaam ‫ اﻟﺴﻼم‬Yang Maha Memberi Kesejahteraan
 Al Mu`min ‫ اﻟﻤﺆﻣﻦ‬Yang Maha Memberi Keamanan
 Al Muhaimin ‫ اﻟﻤﮭﯿﻤﻦ‬Yang Maha Pemelihara
 Al `Aziiz ‫ اﻟﻌﺰﯾﺰ‬Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
 Al Jabbar ‫ اﻟﺠﺒﺎر‬Yang Maha Perkasa
 Dan masih ada yang lain.

29
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Bahjat. Nabi dan rasul, Jakarta:Qisthi Press,2007.


Mahmud, Muhammad. Tafsir Al-Kasysyaf, jil.1, Cairo:Dar al-Kutub al-ilmiyah, 2006.
Shihab, M. Qurais. Menyingkap Tabir Illahi, Jakarta:lentera hati, 1998.
At-Tamini, Syaikh Muhammad, Kitab Tauhid,Jakarta:Kantor Atase Agama Kedutaan
Besar Saudi Arabia Jakarta, 2003.
Kholilah, Marhiyanto, kisah teladan 25 nabi dan rasul, Surabaya: ARKOLA, 1995.
Dedeh Sri Ulfah, Ingin Seperti Mereka Keteladanan Rasul Dan Tokoh Islam
Kesayanganku, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014.
Baabki,Syekh Munir Muhammad Sholeh, Cinta Buta Akibat Salah Menempatkan
Cinta, Jakarta: Mirqat, 2016.
Kementrian Agama Republik Indonesia, Aqidah Akhlak, (Jakarta: Kementrian
Agama, 2015).
Ghofar, Abdul, Aqidah Akhlak, (Mediatama)
Solehudin, Ahmad Fauzi, Aqidah Akhlak, (Bandung: Armico, 2009), hlm.1.
Ihsaniy, Iis, 2015, MAKALAH KALIMAT THAYYIBAH DAN AYAT AYAT KAUNIYA,
02/12/2016,file:///D:/PRODI%20PBA/MATA%20KULIAH/ILMU%20TAUHID/web/Iis%20Ihsaniy_%20MAKA
LAH%20KALIMAT%20THAYYIBAH%20DAN%20AYAT%20AYAT%20KAUNIYAH.html .

30

Anda mungkin juga menyukai