Dosen Pengampu
Dr. Samhi Muawan Djamal, M.Ag
DISUSUN OLEH
Katarina Leba Tukan (40400122076)
Abduh SulQamar Sukma (40400122006)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat dan
hidahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah Tafsir yang telah memberikan tugas kepada kami. Penulis juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang telah membantu dalam penulisan
makalah ini.
Makalah ini jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan penulis, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi kami khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
DAFTAR ISI
SAMPUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
BAB II PEMBAHASAN 5
A. Pengertian Sabar 5
B. Objek Sabar 5
C. Tafsiran QS. AL-A’raf ayat 128 9
D. Tafsiran QS. AL-Fussilat ayat 35 10
DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
al-Qur’an diperuntukan bagi penentu jalan kehidupan mausia dan alam semesta. Di
dalamnya terkandung makna dan petunjuk kehidupan menembus dimensi ruang dan waktu
atau dengan kata lain al-Qur’an merupakan ensiklopedi kehidupan dalam rangka emnujukan
kebahagiaan dan kesejahteraan hakiki. Karena al-Qur’an memiliki lintas dimensi ruang dan
waktu, maka wajar jika al-Qur’an memuat pesanpesan ilahi dalam bentuk global. Oleh karena
itu diperlukan penjelasan lebih rinci mengenai maksud yang terkandung di dalamnya pesan
ilahiyah tersebut.
Dalam perjalanan manusia tidak terlepas dengan dimensi dimensi non material.
Pengalaman spiritual dan kondisi psikologis adalah bentuk dimensi lain dalam diri kita yang
tidak bis akita lepaskan. Semuanya mengalami proses pertumbuhan dengan tujuan yang jelas.
Manusia juga mendapat predikat sebagai mahluk yang diciptakan dalam bentuk yang
sebaik-baiknya secara individual, manusia memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan
psikis, jiwa dan raga. Sebagai ciptaan Allah. Manusia perlu menaati apa yang dititihkan-Nya
dalam kitab-Nya, tingkah laku dan segala yang dilakukan oleh manusia semestinya harus
sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah. Karena pada hakikatnya, segala yang dilakukan
oleh manusia adalah karena digerakan oleh-Nya.
Manusia merupakan mahluk yang diciptakan oleh Allah Swt di muka bumi ini dengan
sebaik-baiknya mahluk, sebaik-baiknya bentuk dan sebaik-baiknya umat, untuk mengemban
semua tugas yang mulia yaitu beribadah kepada Allah Swt
Dalam al-Qur’an, manusia berulang-kali diangkat derajatnya, dan berungkali-kali pula
direndahkan. Mereka dinobatkan jauh menbgungguli alam surga, bumi dan bahkan para
malaikat. Tetapi, pada saat yang sama , mereka bisa tak lebih berarti dibandingkan dengan
setan terkutuk dan binatang jahanam sekalipun. Manusia di hargai sebagai mahluk yang
mampu menaklukan alam, namun bisa juga mereka merosot menjadi rendah di antara yang
paling renda. Oleh karena itu, mahluk manusia sendiri yang harus menetapkan sikap yang
menentukan nasib akhir mereka sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Sabar
2. Objek Sabar
3. Menjelaskan QS. AL-A’raf ayat 128
4. Menjelaskan QS. AL-Fussilat ayat 35
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Sabar
Sabar berasal dari bahasa Arab dari akar SHABARA ( صبَ َر
َ ), hanya tidak yang berada
dibelakang hurufnya karena ia tidak bias berdiri sendiri. Shabara’ala (بَ َر َعلَىE )ص َ berarti
bersabar atau tabah hati, shabara’an ( )صبَ َر ع َْن
َ berarti memohon atau mencegah, shabarabihi (
صبَ َر بِ ِه
َ ) berarti menanggung.
Ash-Shabr (sabar) secara bahasa artinya al-habsu (menahan), dan di antara yang
menunjukkan pengertiannya secara bahasa adalah ucapan: "qutila shabran" yaitu dia terbunuh
dalam keadaan ditahan dan ditawan. Sedangkan secara syari'at adalah menahan diri atas tiga
perkara: yang pertama: (sabar) dalam mentaati Allah, yang kedua: (sabar) dari hal-hal yang
Allah haramkan, dan yang ketiga: (sabar) terhadap taqdir Allah yang menyakitkan.
Sabar dalam bahasa Indonesia berarti : Pertama, tahan menghadapi cobaan seperti
tidak lekas marah, tidak lekas putus asa dan tidak lekas patah hati, sabar dengan pengertian
sepeti ini juga disebut tabah, kedua sabar berarti tenang; tidak tergesa-gesa dan tidak terburu-
buru. Dalam kamus besar Ilmu Pengetahuan, sabar merupakan istilah agama yang berarti
sikap tahan menderita, hati-hati dalam bertindak, tahan uji dalam mengabdi mengemban
perintah-peintah Allah serta tahan dari godaan dan cobaan duniawi Aktualisasi pengertian ini
sering ditunjukan oleh para sufi.
Dalam pendekatan ilmu Fikih, sabar didefinisikan sebagai tabah, yakni dapat
menahan diri dari melakukan hal-hal yang bertentangan dengan huum Islam, baik dalam
keadaan lapang maupun sulit, mampu mengendalikan nafsu yang dapat menggoncangkan
iman. Menurut Ibnu Qayyim sabar berarti menahan diri dari kelih kesah dan rasa benci,
menahan lisan dari mengadu, dan menahan anggota badan dari tindakan yang mengganggu
dan mengacaukan.
B. Objek sabar
Objek sabar dalam tulisan ini merupakan seluruh aktifitas yang patut di dalam
pelaksanaanya menggunakan sifat sabar yang terjadi dalam al-Qur’an. Objek sabar dalam al-
Qur’an yang ditelusuri oleh penulis, mengisayratkan bahwa pentingnya unsur sabar dalam
pekerjaan yang berupa perintah dari Allah, baik secara individual maupun sosial.
Adapun objek sabar dalam al-Qur`an di antaranya sebagai berikut:
1. Sabar melaksanakan ibadah
Upaya dalam memenuhi kewajiban, Allah SWT menganjurkan manusia bersabar
sebagaimana dijelaskan dalam Al-qur’an 74:7, hal senada juga disebutkan Allah dalam QS,
76:24 bahwa Allah menganjurkan agar bersabar terhadap apa yang sudah ditetapkan oleh
Allah untuk berlaku taat kepadanya, bahkan lebih eksplisit Allah menekankan agar kita
bersabar ( berteguh hati ) dalam melaksanakan seluruh ibadat yang telah ditetapkan Allah
lewat firmannya 19:65, dalam ayat ini Allah menggunakan kata واصطبرyaitu kata dari bentuk
Amr (perintah) begitu juga dengan ayat sebelumnya (76:24) menggunakan kata ( فاصبرkata
berbentuk perintah) sebagai anjuran begitu pentingnya bersabar dalam melaksanakan ibadah
kepada Allah.
Sebagai contoh sabar melaksanakan ibadat terdapat pada QS, 20:132 Allah Swt. berfirman,
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki
kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.
Imam al-Qurthubi dalam menafsirkan QS, 76:24 memuat pendapat orang lain yang tidak
disebutkan namanya oleh Imam Qurthubi, sebagai berikut :
َ َمن يَ َشٓا ُء ِم ۡن ِعبَا ِدِۦه ۖ َو ۡٱل ٰ َعقِبَةُ لِ ۡل ُمتَّقِينEُورثُهَا َ ا ۖ ِإ َّن ٱَأۡل ۡرEْٱصبِر ُٓو
ِ ض هَّلِل ِ ي ْ ُٱستَ ِعين
ۡ وا بِٱهَّلل ِ َو ۡ ى لِقَ ۡو ِم ِهEٰ قَا َل ُمو َس
Artinya: “Musa berkata kepada kaumnya, “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan
bersabarlah. Sesungguhnya bumi (ini) milik Allah; diwariskan-Nya kepada siapa saja yang
Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan (yang baik) adalah bagi orang-
orang yang bertakwa.”
Ayat ini diturunkan di Makkah atau ketika Nabi Muhammad Saw belum hijrah dari
Mekkah ke Madinah. 33 Tidak ditemukan sebuah riwayat yang menjelaskan tentang
penyebab turunnya ayat ini (Asbabun Nuzul). Ditemukan data terkait korelasi atau hubungan
(Munasabah) antara ayat ini dengan ayat sebelum, yaitu berhubungan dengan konspirasi
Fir’aun dengan para pembantunya terhadap Nabi Musa AS dan kaumnya. Kemudian
hubungan dengan ayat sesudahnya, yaitu berhubungan dengan dialog Nabi Musa AS dengan
kaumnya agar tetap memohon pertolongan kepada Allah SWT. 34 Dan pada intinya ta’awun
pada ayat ini adalah berkaitan dengan meminta pertolongan kepada Allah SWT ketika
menghadapi berbagai berbagai kesulitan disertai sikap sabar.
Menurut Buya Hamka dalam kitab Tafsir al-Azhar dijelaskan bahwasannya ayat ini
menjelaskan tentang usaha yang harus dilakukan ketika memohon pertolongan kepada Allah
Swt adalah dengan sabar sebab dalam mengatasi berbagai persoalan hidup diperlukan
kesabaran dalam melewatinya, seperti pada ayat ini berbicara mengenai kesabaran dalam
menghadapi Fir’aun dengan beryakinan bahwa yang mempunyai kekuasaan sejati adalah
Allah SWT bukan Fir’aun.
https://www.academia.edu/36116917/Makalah_sabar
http://suheriray.blogspot.com/2017/03/objek-sabar-dalam-al-quan.html
Amrullah, Abdul Malik Karim. Tafsir Al-Azhar Jilid 1. Pustaka Nasional PTE LTD
Singapura. Pustaka Nasional PTE LTD Singapura, 1990.
https://tafsiralquran.id/tafsir-surat-al-araf-ayat-128/
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/685/2/083111091_Bab2.pdf