Anda di halaman 1dari 11

TAUHID ASMA WA’ SIFAT AR-RAZZAQ

Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh:

Aisha Alvanitadewi Ramadhania


215060607111022

Dosen Pengampu:

Dr. M. Mukhlis Fahruddin, M.S.I

Kelas
1FH

Program Studi
Perencanaan Wilyah dan Kota

Fakultas Teknik

Universitas Brawijaya
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah Swt, karena berkat rahmat dan
ridho-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Adapun tujuan makalah ini dibuat adalah untuk memenuhi nilai mata kuliah Agama
Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan penulis dan
pembaca mengenai tauhid asma wa sifat dan nama-nama Allah.

Terima kasih kepada Bapak Dr. M. Mukhlis Fahruddin, M.S.I, selaku dosen mata
kuliah agama islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang saya tekuni.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada pihak-pihak yang telah membagi
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan di dalam makalah ini.
Maka dari itu, penulis sangat mengharap kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Probolinggo, 08 Oktober 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 2
2.1 Tauhid Asma wa sifat...............................................................................................2
A. Pengertian Tauhid....................................................................................................2
B. Pengertian Asma wa sifat.........................................................................................2
C. Makna Tauhid Asma wa sifat...................................................................................2
2.2 Makna Ar-Razzaq....................................................................................................3
2.3 Implementasi Ar-Razzaq dalam kehidupan..............................................................4
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................7
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................7
3.2 Saran....................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................8

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Seluruh umat muslim harus mengetahui bahwa tauhid merupakan landasan
Islam yang paling penting. Seseorang yang benar tauhidnya, maka dia akan
mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Tauhid yang tidak benar, akan
menjatuhkan seseorang ke dalam kesyirikan. Kesyirikan merupakan dosa yang akan
membawa kecelakaan di dunia serta kekekalan di dalam azab neraka. Allah SWT
berfirman dalam Al Qur’an surat An-Nisa‟ ayat 48, “Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan mengampuni yang lebih ringan daripada itu bagi orang-
orang yang Allah kehendaki”. (Al Qur‟an Tarjamah Tafsiriyah, 2013: 101).
Tauhid Asma’ Wa Sifat merupakan salahsatu macam-macam tauhid yang
artinya mengesakan Allah dalam apa yang Allah miliki dari nama-nama dan sifat-
sifat-Nya. Nama – nama dan sifat – sifat Allah biasa disebut sebagai Asmaul Husna.
Allah memiliki 99 Asma’ul Husna. Nama-nama tersebut telahdisebutkan dalam Al-
Qur’an bahwa Adanya Asmaul Husna sebagai bukti bahwaAllah maha perkasa dan
maha bijaksana.
Apabila seseorang menyatakan diri mencintai Allah SWT, maka hal ini bisa
dibuktikan dari seberapa sering ia menyebut nama-Nya. Menyebut Allah SWT dapat
dilakukan dengan menyebut kalimat¬kalimat tayyibah atau menyebut nama-nama
Allah SWT dalam Asmaul Husna. Keduanya merupakan proses zikir (mengingat)
kepada Allah SWT.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tauhid Asma wa sifat?
2. Apa makna dari Ar-Razzaq?
3. Bagaimana implementasi Ar-Razzaq dalam kehidupan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang tauhid asma wa sifat
2. Untuk mengetahui maksa dari Ar-Razzaq
3. Untuk mengetahu implementasi Ar-Razzaq dalam kehidupan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tauhid Asma wa sifat


A. Pengertian Tauhid
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tauhid merupakan kata benda
yang berarti keesaan Allah; kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu.
Sedangkan apabila ditinjau dari bahasa arab, Tauhid berasal dari kata wahhada
yuwahhidu tauhidan yang artinya menjadikan-Nya satu. Menurut istilah tauhid
adalah mengesakan Allah dalam hal-hal yang dikhususkan bagi Allah.
Sesungguhnya ilmu tauhid merupakan ilmu yang paling mulia dan paling agung
kedudukannya. Oleh karena itu, setiap muslim wajib mempelajari, megetahui dan
memahami ilmu tauhid. Hal tersebut dikarenakan ilmu tauhid merupakan ilmu
tentang Allah SWT, tentang asma-asma-Nya, sifat-sifat-Nya, dan hak-hak-Nya
atas semua hamba-Nya. Ilmu tauhid juga merupakan kunci jalan menuju Allah,
serta dasar syariat-Nya.

B. Pengertian Asma wa sifat


Istilah asma wa sifat terdiri dari tiga kata bahasa Arab yaitu Asm â, Wa dan
Shifât. Dalam bahasa Arab kata asma adalah bentuk jamak dari kata Ism yang
artinya nama. Kata Wa memiliki arti dan, sedangkan Shifât adalah bentuk jamak
dari shifah yang artinya sifat. Jadi, arti dari Asmâ, Wa Shifât adalah nama-nama
dan sifat-sifat.

C. Makna Tauhid Asma wa sifat


Tauhid asma’ wa sifat ditafsirkan oleh Sayyid Muhammad Rasyid Rida
sebagai mengesakan Allah dari segala nama dan sifat-sifatNya, karena Allah
hanya layak bersifat dan memiliki sifat-sifat kesempurnaan. Allah
mengetahui segala sesuatu, berkuasa ke atas setiap perkara, hidup, tidak
mengantuk, tidur dan tidak memiliki segala sifat kekurangan yang lain.
Segala kehendak Allah terlaksana dan tidak ada yang mampu menghalang
kehendakNya. Allah maha mendengar, melihat dan bersifat dengan sifat-
sifat kesempurnaan. Allah mempunyai nama-nama yang baik dan sifat yang
1
mulia. Tauhid asma wa sifat merupakan tauhid yang dapat mentauhidkan Allah

1
al-Syaykh Sulaiman bin Abd `Allah (1987), h. 34-35.
4
5

dengan nama dan sifat-sifat-Nya yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan
hadits Rasulullah SAW (yang dikenal sebagai Asmaul Husna). Sebagaimana
yang diterangkan dalam al-Qur’an dan sunnah rasul-nya SAW menurut apa yang
pantas bagi Allah SWT, tanpa ta’wil dan ta’til, tanpa takyif, dan tamtsil
berdasarkan firman Allah SWT dalam surah Asy Syura ayat 11 :

١١ َ‫قَوْ َم فِرْ عَوْ ۚنَ أَاَل يَتَّقُون‬


“tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha
mendengar dan melihat.” (Q.S Asy Syura 42:11)

2.2 Makna Ar-Razzaq


Ar-Razzaq memiliki arti Yang Maha Pemberi Rezeki. Allah sebagai Ar-
Razzaq menjamin rezeki dengan bumi dan langit dengan segala isinya. Allah lah
yang menciptakan seluruh wujud dan melengkapinya dengan apa yang mereka
butuhkan, sehingga mereka dapat meraih apa yang Allah janjikan pada mereka dari
beragam rezeki. Allah berfirman dalam surah Adz – Dzariyat ayat 57-58 :
٥٨ ُ‫ق ُذو ْالقُ َّو ِة ْال َمتِين‬ ْ ‫ق َو َما أُ ِري ُد أَن ي‬
,ُ ‫ إِ َّن هَّللا َ ه َُو ال َّر َّزا‬٥٧ ‫ُط ِع ُمو ِن‬ ٍ ‫َما أُ ِري ُد ِم ْنهُم ِّمن ر ِّْز‬
“Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki
supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi
Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (Q.S Adz Dzakariyat 51:57-
58).
Dalam surah diatas, dapat diketahui bahwa bahwa dalam memperoleh rezeki harus
ada keterlibatan makhluk bersama Allah. Allah ada sebaik-baik pemberi rezeki,
antara lain karena Dia yang menciptakan rezeki beserta sarana dan prasarana
perolehannya, sedangkan manusia hanya mencari dan mengolah apa yang telah
diciptakan-Nya itu.
Meneladani Allah dalam sifat-Nya maka harus terlebih menyadari makna-
makna bahwa tidak ada pemberi rezeki kecuali Allah. Kesadaran tentang jaminan
rezeki ini, harus dibangun dengan kokoh seperti kokohnya keyakinan seseorang
tentang kemampuannya untuk berkata-kata. Allah berfirman dalam surah Adz
Dzakariyat ayat 22-23 :

ِ ْ‫ فَ َو َربِّ ال َّس َما ِء َواأْل َر‬٢٢ َ‫م َو َما تُو َع ُدون‬,ْ ‫ ال َّس َما ِء ِر ْزقُ ُك‬,‫َوفِي‬
ٌّ ‫ض إِنَّهُ لَ َح‬
‫ق‬
٢٣ َ‫ِّم ْث َل َما أَنَّ ُك ْم تَن ِطقُون‬

“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang
dijanjikan kepadamu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, Sesungguhnya yang
dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu
ucapkan.” (Q.S Adz Dzakariyat 51:22-23).
6

Allah SWT sangat mengasihi para hamba-Nya. Rezeki dari Allah merupakan
salah satu bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya. Setiap makhluk
telah dijamin Allah rezeki mereka. Allah berfirman dalam surah Hud ayat 6:

ٍ ‫ا ُكلٌّ فِي ِكتَا‬,َۚ‫ َويَ ْعلَ ُم ُم ْستَقَ َّرهَا َو ُم ْستَوْ َد َعه‬,‫ض إِاَّل َعلَى هَّللا ِ ِر ْزقُهَا‬
٦ ‫ب ُّمبِي ٍن‬ ِ ْ‫َو َما ِمن دَابَّ ٍة فِي اأْل َر‬
“Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah
yang memberi rezkinya.” (Q.S Hud 11:6)
Rezeki manusia dijamin oleh Allah. Manusia diberikan Allah sarana yang
sempurna, akal, ilmu, pikiran, dan sebagainya, sebagai bagian dan jaminan rezeki
Allah. Kehendak manusia, dan instingnya, perasaan, dan kecenderungannya, selera
dan keinginannya, rasa lapar dan hausnya sampai kepada naluri mempertahankan
hidupnya, adalah bagian dari jaminan rezeki Allah kepada makhluk-Nya. Rezeki
yang Allah anugerahkan adakalanya bersifat materiil, kadangpula sifatnya
immaterial. rezeki yang sifatnya immaterial, berupa ilmu pengetahuan. ilmu yang
merupakan rezeki immaterial mampu memelihara manusia dari pilihan-pilihan salah.
Sebaliknya, harta yang merupakan rezeki materiil bukanlah ia yang menjaga
manusia, justru manusialah yang harus selalu menjaganya.Tetapi, sekali-kali
jaminan rezeki yang dijanjikan Allah bukan berarti memberinya tanpa usaha.

2.3 Implementasi Ar-Razzaq dalam kehidupan


Manusia memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang besar dalam
mengimplementasikan Ar-Razzaq dalam kehidupan, antara lain :
1. Kewajiban untuk mengesakan Allah SWT dengan hanya beribadah kepada-Nya
Allah berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 21 – 22 :
‫ض‬َ ْ‫ل لَ ُك ُم اأْل َر‬, َ ,‫ الَّ ِذي َج َع‬٢١ َ‫ون‬,,ُ‫دُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم َوالَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّق‬, ُ‫ا النَّاسُ ا ْعب‬,,َ‫يَاأَيُّه‬
‫دَادًا‬, ‫وا هَّلِل ِ أَن‬,,ُ‫ لَّ ُك ۖ ْم فَاَل تَجْ َعل‬,‫ا‬, ً‫ت ِر ْزق‬
ِ ‫ َوال َّس َما َء بِنَا ًء َوأَنزَ َل ِمنَ ال َّس َما ِء َما ًء فَأ َ ْخ َر َج بِ ِه ِمنَ الثَّ َم َرا‬,‫فِ َرا ًشا‬
٢٢ َ‫َوأَنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang
yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari
langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki
untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutusekutu bagi Allah, Padahal
kamu mengetahui.” (Q.S Al-Baqarah 1:21-22).
Muhammad al-Bahi mengomentari ayat di atas, “Pada ayat ini Allah
menisbatkan rezeki pada diri-Nya, tujuannya agar pandangan manusia diarahkan
kepada-Nya bahwa Allahlah satu–satunya yang pantas diibadahi, bukan selain-Nya.
Tidak ada dalam alam semesta ini selain Allah yang memberikan rezeki, agar jelas
bagi manusia keutamaan Allah atasnya, maka pantaslah ia beribadah pada-Nya,
7

mensyukuri pemberian- Nya, karena Dialah Allah yang maha menciptakan dan maha
memberikan nikmat.”2
2. Kewajiban Mengesakan Allah SWT dengan Menjadikannya Satu-Satunya Tempat
Memohon dan Meminta.
Allah memiliki sifat Ar-Razzaq, maka hendaklah manusia hanya meminta dan
memohon kepada Allah apalagi jika memohon tentang rezeki dan kehidupannya.
Sebagaimana Allah berfirman dalam surah Al-Ankabut ayat 17 :
,‫ا‬,ً‫ونَ لَ ُك ْم ِر ْزق‬,,‫ ُدونَ ِمن دُو ِن هَّللا ِ اَل يَ ْملِ ُك‬,ُ‫ا إِ َّن الَّ ِذينَ تَ ْعب‬,ۚ ,‫إِنَّ َما تَ ْعبُ ُدونَ ِمن دُو ِن هَّللا ِ أَوْ ثَانًا َوت َْخلُقُونَ إِ ْف ًك‬
١٧ َ‫ لَ ۖهُ إِلَ ْي ِه تُرْ َجعُون‬,‫ق َوا ْعبُدُوهُ َوا ْش ُكرُوا‬ َ ‫ ِعن َد هَّللا ِ الر ِّْز‬,‫فَا ْبتَ ُغوا‬
” َSesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu
membuat dusta. Sesungguh nya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu
memberikan rezeki kepadamu; Maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah
Dia dan bersyuRlah kepada-Nya. hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.”
(Q.S Al-Ankabut 29:17).
Imam al-Qurthubi mengomentari ayat di atas, “Palingkan keinginan kalian meminta
rezeki hanya kepada-Nya semata tidak kepada lain-Nya.”3
Meminta kebutuhan kepada Allah melahirkan kemuliaan dan keagungan,
namun meminta kebutuhan kepada sesama makhluk melahirkan rasa hina dan
kerendahan. Diriwayatkan bahwa Imam Ahmad ibn Hanbal senantiasa berdo’a
kepada Allah,
‫ فصن وجهي عن املساءلة لغريك‬،‫ا للهم كام صنت وجهي عن السجود لغريك‬
“Ya Allah, sebagaimana Engkau pelihara wajahku tidak sujud kepada selain Engkau,
maka peliharalah wajahku untuk tidak meminta-minta kepada selain Engkau.”4
3. Kewajiban Beriman Kepada Qadha dan Qadar
Qadha’ secara bahasa artinya hukum dan ketetapan. Dasar dari kata qadha
adalah memutuskan.5 Sedangkan kata Qadar, secara bahasa artinya ketetapan yang
tepat. Qadar juga diartikan dengan qadha dan putusan, yakni apa yang ditetapkan
Allah dari ketetapan dan apa yang diputuskan Allah dari berbagai urusan.6
Salah satu hal yang sudah ditetapkan Allah sebelum manusia itu ada adalah
rezekinya. Diriwayatkan pula dari Abdullah ibn Mas’ud ra: ia berkata: Rasulullah
berkata kepadaku:

2
Muhammad al-Bahi, Mafahim al-Qur’an fi al-Aqidah wa al-Suluk, (Bairut: Daar al-Fikr, 1973), hhlm 16.
3
Al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, jilid 13, hlm 336
4
Al-Kalbi, al-Tashiil li Oulum al-tanziil, jilid 3, hlm 114.
5
Ibn Mandzur, Lisan al-Arab, jilid 15, hlm 186.
6
Ibn Mandzur, Lisan al-Arab, Jilid 5, hlm.74
8

‫ ثم يكون مضغة مثل‬،‫ ثم يكون علقة مثل ذلك‬،ً‫إن ّ احدكم يجمع خلقه يف بطن أمه أربعني يوما‬
‫ اكتب عمله ورزقه وأجله وشقي أو سعيد (رواه‬:‫ ويقال له‬،‫ ثم يبعث هللا ملكا فيؤمر بأربع كالمت‬،‫ذلك‬
)‫البخاري‬
“Sesungguhnya salah seorang dari kalian dihimpun penciptaannya di perut ibunya
empat puluh hari, kemudian ia menjadi ‘alaqah (segumpal darah) pada masa seperti
itu, kemudian ia menjadi mudghah (segumpal daging) pada masa seperti itu,
kemudian Allah mengutus malaikat, diperintahkan padanya dengan empat perintah,
dikatakan padanya: tulislah amalannya, rezekinya, ajalnya, dan apakah ia celaka
atau bahagia.” (HR. al-Bukhari)
Setiap manusia harus beriman dengan iman yang teguh bahwa rezekinya
sudah dipelihara dan dijaga Allah. Manusia haruslah mencari rezeki dengan cara
yang indah dan bermartabat. Carilah rezeki dengan cara yang indah dan bermartabat
artinya carilah rezeki dengan usaha yang baik, tanpa menggunakan cara–cara kotor
dan licik.7 Diriwayatkan bahwa Imam Ali ra pernah menasehati anaknya al-Hasan
sebagai berikut:
‫ إن الرزق مكفول به فعليك باإلجامل فيام تطلب‬،‫أبني‬
“Wahai anakku, sesungguhnya rezeki itu sudah dijamin, maka hendaklah engkau
memintanya dengan cara yang indah.”
Setiap mukmin harus meyakini dengan teguh bahwa tidak ada satu
kekuatanpun di muka bumi ini yang dapat menghalangi apa yang sudah Allah
tetapkan dari rezeki pada seseorang, dan sebaliknya tidak ada sesuatu kekuatan
apapun yang dapat memberikan rezeki dan kemanfaatan jika Allah sudah
menetapkan untuk menghalanginya. Imam Ali ra juga pernah berkata:
‫ ولكنام األرزاق قسمة بفضل مليك‬،‫فلو كانت الدنيا تنال بفطنة وفضل وعقل نلت أعىل املراتب‬
‫ال بحيلة طالب‬
“maka sekiranya dunia diraih dengan kecerdasan, keutamaan, dan akal, maka aku
pasti memperoleh kedukukan yang paling tinggi. Tetapi rezeki dibagi dengan
keutamaan Allah, bukan dengan tipu muslihat yang mencarinya.” 8

7
Muhammad Abdurra’uf al-Manawi, Faydh al-Qadiir, Syarh al-jami’ al-Shaghiir, (Kairo: Maktabah
Tijariyah Kubra, 1356 H), jilid 1, hlm 162.
8
Ali Ibn Abi Thalib, Diwan al-Imam Ali, hlm 36
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Tauhid asma wa sifat adalah mengesakan Allah dengan keyakinan pasti
bahwa Allah mempunyai nama-nama yang mulia dan sifat-sifat yang agung serta
sempurna, tanpa diringi kekurangan, kelemahan, dan keburukan sebagaimana
disebutkan dalam al-quran dan hadist. Dalam al-quran dan hadist nama-nama dan
sifat-sifat yang mulia disebut dengan Asmaul Husna. Allah memiliki 99 Asmaul
Husna, salah satunya adalah Ar-Razzaq yang berarti Yang Maha Pemberi Rezeki.
Allah Yang Maha Pemberi Rezeki memiliki makna bahwa tidak ada pemberi rezeki
selain Allah semata. Rezeki manusia dijamin oleh Allah. Manusia diberikan Allah
sarana yang sempurna, akal, ilmu, pikiran, dan sebagainya, sebagai bagian dan
jaminan rezeki Allah. Rezeki terdebut berupa materil dan immaterial (ilmu
pengetahuan). Dan rezeki tersebut harus diikuti dengan usaha manusia. Oleh karena
itu manusia harus selalu mengesakan Allah dengan hanya beribadah, dan terus
memohon kepada-Nya sebagai pemberi rezeki. Selain itu manusia harus
mempercayai bahwa rezeki tersebut sudah dibagi dan dijaga Allah, sehingga
sebagai manusia maka berkewajiban mencari rezeki dengan cara yang baik dan
halal.

3.2 Saran
Setelah mempelajari tentang tauhid asma wa sifat, diharapkan kedepannya
dapat menerapkan dalam kehidupan sehari hari karena ilmu tauhid merupakan ilmu
yang sangat mulia yang harus dipelajari dan diamalkan oleh setiap muslim. Selain
itu, dengan mengetahui tentang asma-asma Allah (Asmaul Husna), kita sebagai
muslim dapat menyakini bahwa sifat-sifat tersebut nyata adanya dan
mengimplementasikannya ke dalam kehidupan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ghazali, M. I. (2008). Kaidah-kaidah Utama tentang Asma ` dan Sifat Allah Kaidah-
kaidah Utama tentang Asma ` dan.

Ibid. (2019). Pengertian Tauhid. Journal of Chemical Information and Modeling,


53(9), 1689–1699.

Ii, B. A. B., & Tauhid, A. P. (2018). Tauhid Dalam Pandangan Suffi. E-Conversion -
Proposal for a Cluster of Excellence, 18–50.

Menurut, S., Muhammad, T., Rida, R., & Al-manar, D. T. (2010). Tawhid Uluhiyyah,
Rububiyyah dan Al-asma’ Wa Alsifat menurut tafsiran Muhammad Rasyid Rida
dalam tafsir Al-Manar. Jurnal Usuluddin, 31, 49–64.

Mohd Fauzi Hamat, & Mohd Hasrul Shuhari. (2010). Al-Asma al-Husna dalam
wacana Akidah. AFKAR Journal of Aqidah and Islamic Thought, 11, 1–54.
http://apium.um.edu.my/

Shalih, M., Fauzan, B. I. N., & Abdullah, B. I. N. (2011). Nilai-nilai pendidikan tauhid
dalam asma’ wa al-shifat menurut shalih bin fauzan bin abdullah al-fauzan.

10

Anda mungkin juga menyukai