&
1945
Konstitusi
UUD
Kelompok 2
Anggota Kelompok :
1. Muhammad Izzatul Ikhsan / 185060201111044
2. Afiyah Jelita Rahmah / 215060607111018
3. Zaidan Baihaqi Ananta Firdaus / 215060607111020
4. Aisha Alvanitadewi Ramadhania / 215060607111022
5. Hizkia Nistelrooy / 215060607111027
Rincian 1 Urgensi Pembahasan Konstitusi & UUD 1945
4 Supremasi Konstitusi
Urgensi Pembahasan Konstitusi & UUD 1945
Budhi Masthuri mengaitkan kelembagaan Ombudsman di Indonesia menjadi sangat penting diatur dalam
amandemen Undang-Undang Dasar 1945 dengan kepatuhan aparatur pemerintah dalam melaksanakan
Rekomendasi Ombudsman. Pengaturan Ombudsman dalam konstitusi menjadi sangat penting bagi negara yang
menganut sistem presidensial seperti Indonesia, Ombudsman semestinya tidak hanya diatur dalam undang-
undang tetapi sudah sepantasnya dibentuk berdasarkan konstitusi. Dalam sistem parlementer, menteri
bertanggung jawab kepada parlemen bukan kepada Presiden, sehingga parlemen sewaktu-waktu dapat meminta
pertanggungjawaban Menteri.
Urgensi konstltusi atau UUD dalam suatu negara, sesuai dengan akar historisnya di Dunia Barat adalah untuk
menentukan batas wewenang penguasa, menjamin hak rakyat dan mengatur jalannya pemerintahan. Jadi, melalui
konstitusi atau UUD suatu negara akan dapat diketahui tentang keberadaannya, baik bentuk kedaulatan maupun
sistem pemerintahannya. Oleh karena itu, negara dan konstltusi merupakan dua Institusi yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Hal ini pula yang menyebabkan tidak ada satu negara pun di dunia ini yang tidak
mempunyai konstltusi atau Undang-Undang Dasar.
Konstitusi & Konstitusionalisme
Konstitusi pada dasarnya merupakan kumpulan asas dan kaidah hukum yang mengatur suatu organisasi.
Konstitusi secara eksklusif sebagai sebuah dokumen hukum yang berisi aturan-aturan hukum, sementara yang
lain mengartikannya sebagai sebuah manifesto, pernyataan-pernyataan ideal yang secara umum dikenal sebagai
‘Charter of the Land’
Cheryl Saunders – Guru Besar HukumTata Negara pada Universitas Melbourne – mengatakan ‘a constitution is
more than a social contract…it is rather an expression of the general will of a nation. It is a reflection of its history,
fears, concerns, aspirations and indeed, the soul of the nation’
Donald L. Horowitz menyatakan bahwa konstitusi di negara manapun mempunyai dua jenis karakteristik, yakni
‘mechanical and ideological-aspirational. Mekanik berarti mengatur organ-organ atau alat-alat kelengkapan
negara, cara bekerjanya organ-organ tersebut, tugas serta wewenang yang dimiliki oleh alat-alat kelengkapan
negara, termasuk cara mengatasi penyalahgunaan wewenang. Karakter aspirasi ideologi berarti suatu konstitusi
memuat tujuan-tujuan bersama yang hendak dicapai oleh sebuah negara. Tujuan-tujuan tersebut tercantum
secara eksplisit atau dapat tersirat dalam pasalpasal. Horowitz menyebutnya sebagai ‘semi-sacred character’
Konstitusionalisme dibedakan antara konstitusionalisme politik (political constitutionalism) dan
konstitusionalisme hukum (legal constitutionalism). Konstitusionalisme hukum menyangkut hak-hak
konstitusional (constitutional rights) dan perlindungan hak-hak tersebut dari gangguan politik. Inti
konstitusional hukum: Pertama; hak mengajukan judicial review (merupakan jaminan melawan tirani
mayoritas). Kedua; hak-hak sebagai pegangan (petunjuk) bagi hakim untuk memutus perkara sesuai nilai-nilai
yang mendasari sistem hukum secara keseluruhan. Ketiga; hak-hak tertentu dikatakan tersirat oleh proses
demokrasi itu sendiri. Konstitusionalisme politik lebih menekankan pada legalitas proses dimana hak-hak
didefiniskan, dimajukan atau dibatasi melalui undang-undang dan tindakan pemerintah
HUBUNGAN KONSTITUSI DAN KONSTITUSIONALISME
Inti kutipan:
Pertama : terdapat kemungkinan sebuah negara memiliki konstitusi atau UUD, namun tidak
menjalankan konsep konstitusionalisme.
Kedua : esensi konsep konstitusionalisme adalah pembatasan wewenang (pembatasan kekuasaan).
Ketiga : konstitusionalisme dilakukan melalui sistem checks and balances
Pengertian , Sifat , Tujuan, dan Hakikat Konstitusi
Konstitusi berasal kata bahasa Prancis, yaitu “Constituer” yang berarti membentuk, sedangkan dalam bahasa
Inggris dipakai istilah “Constitution” (Soemantri, 1993:29). Dalam bahasa latin, kata konstitusi merupakan
gabungan dari dua kata, yaitu “cume” dan “statuere”. Cume adalah preposisi yang berarti bersama dengan,
sedangkan statuere mempunyai arti membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan/menetapkan (Soetoprawiro,
1987:28–29).
Dalam aspek hukum, konstitusi memiliki derajat paling tinggi. Hal tersebut dikarenakan :
Konstitusi dibuat oleh Badan Pembuat Undang-undang (perwakilan rakyat)
Konstitusi dibentuk atas nama rakyat, berasal dari rakyat, kekuatan berlakunya dijamin oleh
rakyat dan dilaksanakan secara langsung kepada rakyat untuk kepentingan rakyat
Dilihat dari sudut hukum yang sempit yaitu proses pembuatannya, konstitusi ditetapkan oleh
lembaga atau badan yang diakui keabsahannya dan mempunyai kewenangan untuk
membuat konstitusi.
SUPREMASI KONSTITUSI dalam pandangan ASPEK MORAL :
Dalam aspek moral, konstitusi tidak boleh bertentangan dengan moral.
Moral dalam hal ini berkedudukan sebagai landasan fundamental konstitusi. Sehingga,
konstitusi tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai universal dari etika moral.
Apabila konstitusi bertentangan dengan etika moral, maka seharusnya dikesampingkan.