Anda di halaman 1dari 18

Mata Kuliah: Dosen Pengampu:

Strategi Pembelajaran Fiqih MI/SD Dra. Hj. Syafrida, M.Ag

KARAKTERISTIK SISWA SD/MI

PENULIS:
NAMA: DELIZA ANDRIANI (11810823113)
KELAS: V B

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul karakteristik
siswa SD/MI pada mata kuliah Strategi Pembelajaran Fiqih MI/SD saya berharap
dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan bagi kita semua tentang
karakteristik siswa SD/MI. Saya juga berterimakasih kepada Ibu Hj. Dra. Syafrida,
M.Ag selaku dosen pembimbing saya dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran Fiqih
SD/MI yang telah memberi tugas makalah ini kepada saya.
Makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya minta maaf jika ada
kesalahan dalam penulisan makalah ini dan saya sangat mengharapakan masukan,
kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi saya sendiri dan pihak lain yang membacanya.

Pekanbaru, 20 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Karakteristik.................................................................3
B. Karakteristik Siswa SD/MI............................................................3
C. Perkembangan Siswa SD/MI.........................................................7
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Karakteristik.......................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................13
B. Saran.............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan
peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.
Seorang guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan
keadaan siswanya, maka sangat penting bagi seorang pendidik mengetahui
karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan juga
adalah kebutuhan peserta didik. Pemahaman terhadap karakteristik peserta
didik dan tugas-tugas perkembangan anak SD/MI dapat dijadikan titik awal
untuk menentukan tujuan pendidikan di SD/MI, dan untuk menentukan waktu
yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan
perkembangan anak itu sendiri. Secara ideal, dalam rangka pencapaian
perkembangan diri siswa, sekolah dan guru dapat menyediakan dan
memenuhi berbagai kebutuhan siswanya dalam rangka pencapaian
perkembangan diri siswa seperti Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis,
Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman, Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang
atau Penerimaan, Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri, Pemenuhan Kebutuhan.
Di samping memperhatikan karakteristik anak, implikasi pendidikan
dapat juga bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan siswa
SD dapat diidentifikasi dari tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas
perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode
tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa
bahagia dan membawa arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas
berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut
menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat dan kesulitan dalam
menghadapi tugas-tugas berikutnya.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah
pembuatan makalah ini adalah:
1. Apa pengertian karakteristik?
2. Bagaimana karakteristik siswa SD/MI?
3. Bagaimana perkembangan siswa SD/MI?
4. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi karakteristik?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan batasan masalah
tersebut maka tujuan penulisan pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan pengertian karakteristik
2. Untuk mendeskripsikan karakteristik siswa SD/MI
3. Untuk mendeskripsikan perkembangan siswa SD/MI
4. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Karakteristik
Karakteristik berasal dari kata karakter dalam kamus Bahasa Indonesia
Poerwadraminta dikatakan bahwa karakter adalah watak, tabiat atau sifat-sifat
kejiwaan. Sedangkan menurut IR Pedjawjatna, karakter atau watak adalah
seluruh aku yang ternyata dalam tindakannya (insani).1 Menurut Piuas
Partanto, Karakteristik berasal dari kata karakter dengan arti tabiat atau watak,
pembawaan atau kebiasaan yang dimiliki oleh individu yang relatif tetap.
Menurut Moh. Uzer Usman Karakteristik adalah mengacu kepada karakter
dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara teratur
sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisteb dan mudah di perhatikan.
Menurut Hamza B. Uno karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau
kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar,
gaya belajar kemampuan berpikir, dan kemampuan awal yang dimiliki.
Dengan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa karakteristik siswa
merupakan seluruh kondisi atau keadaan watak yang nyata timbul dalam suatu
tindakan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dengan demikian,
karena watak dan perbuatan manusia tidak akan lepas dari kondrat dan sifat,
serta bentuknya yang berbeda-beda antara seorang dengan lainnya, maka tidak
heran jika bentuk dan karakter siswa juga berbeda-beda.2

B. Karakteristik Siswa SD/MI

1
Abdul Kadir Sahlan, Mendidik Perpekstif Psikologi, (Yogyakarta: Budi Utama, 2018), hlm.
15.
2
Ina Magdalena, Menjadi Desainer Pembelajaran di SD, (Sukabumi: CV Jejak, 2020), hlm.
106.

3
Perkembangan kognisi atau intelektual anak berjalan secara gradual,
bertahap dan berkelanjutan seiring bertambahnya umur. Walaupun dalam
perkembangan kognisi pada usia-usia tertentu memiliki pola umum, tetap ada
peluang bahwa sebagian anak menunjukkan perkembangan lebih awal dari
pola umum tersebut. Rata-rata umumnya perkembangan kognisi anak usia MI
berkisar antara 6-13 tahun mulai dari kelas satu sampai kelas enam.
Periode inilah yang dekat dan identik dengan usia MI. Pada usia ini
siswa mampu menggunakan logika yang memadai. Kemampuan logika yang
mereka kuasai berupa pemikiran operasional konkrit, yang meliputi:
1. Pengurutan
2. Klasifikasi
3. Decentering (pelebaran perspektif)
4. Reversibility (mengembalikan bentuk semula)
5. Konservasi
Berikut adalah bentuk-bentuk dari karakteristik anak MI/SD yang
mana di bagi kedalam 2 fase antara lain:
1. Karakteristik pada Masa Kelas Rendah SD (Kelas 1,2, dan 3)
Di Indonesia, rentang usia siswa SD, yaitu antara 6 atau 7 tahun
sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas rendah, yaitu 6 atau 7
sampai 8 atau 9 tahun. Siswa yang berada pada kelompok ini termasuk
dalam rentangan anak usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang
pendek tetapi sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu,
pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga
akan berkembang secara optimal. Masa-masa kelas rendah siswa memiliki
sifat-sifat khas sebagai berikut:
a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan
prestasi sekolah
b. Adanya sikap yang cenderung untuk memenuhi peraturan-peraturan
permainan yang tradisional.

4
c. Ada kecenderungan memuji diri sendiri dan masih ada sifat egosentris.
d. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain untuk untuk
meremehkan anak lain.
e. Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu
dianggapnya tidak penting.
f. Pada masa ini anak menghendaki nilai dan angka rapor yang baik
tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik
atau tidak.
g. Kemampuan mengingat dan berbahasa berkembang sangat cepat dan
mengagumkan.
h. Hal-hal yang bersifat konkrit lebih mudah dipahami daripada yang
abstrak.
i. Kehidupan adalah bermain.
2. Karakteristik pada Masa Kelas Tinggi SD (Kelas 4,5, dan 6).
a. Perhatianya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari
b. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis
c. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus
d. Pada masa ini anak memandang nilai, terutama angka rapor sebagai
ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya
e. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya
f. Anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk
menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya.3

Adapun karakeristik dan kebutuhan peserta didik sebagai berikut:


1. Senang Bermain
Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan
pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah.
Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi

3
Doni Koesoema, Pendidikan Karakter, (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm. 105-106.

5
santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara
mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang
mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni
Budaya dan Keterampilan (SBK).
2. Senang Bergerak
Orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat
duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru
hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak
berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka
waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
3. Senang Bekerja Dalam Kelompok
Dari pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-
aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi
aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada
diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar
bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga
dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam
kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini
membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran
yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok.
Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan
anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas
secara kelompok.
4. Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara
langsung.
Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki
tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar
menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama.

6
Berdasar pengalaman ini, siswa membentukkonsep-konsep tentang angka,
ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, pera jenis kelamin, moral, dan
sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan
lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan
memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat
langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih
memahami tentang arah mata angina, dengan cara membawa anak
langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung setiap arah angin,
bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari
arah mana angin saat itu bertiup.4

C. Perkembangan Siswa SD/MI


1. Pertumbuhan Fisik atau Jasmani, yaitu:
a. Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain,
sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam
kondisi ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan
anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang menyolok.
Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan
orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain.
b. Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi
lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang
memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang,
perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang
pertumbuhan dan perkembangan anak.

4
M. Surya, dkk, Kapita Selekta Pendidikan SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1997), hlm. 16-
22.

7
c. Olahraga juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik
anak. Anak yang kurang berolahraga atau tidak aktif sering kali
menderita kegemukan atau kelebihan berat badan yang dapat
mengganggu gerak dan kesehatan anak.
d. Orang tua harus selalu memperhatikan berbagai macam penyakit
yang sering kali diderita anak, misalnya bertalian dengan kesehatan
penglihatan (mata), gigi, panas, dan lain-lain. Oleh karena itu orang
tua selalu memperhatikan kebutuhan utama anak, antara lain
kebutuhan gizi, kesehatan dan kebugaran jasmani yang dapat
dilakukan setiap hari sekalipun sederhana.
2. Perkembangan Intelektual dan Emosional, yaitu:
a. Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai
faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani,
pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya
perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir
operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif
dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan teman-
temannya.
b. Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya
perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan
orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan
emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik
dan bangsa.
c. Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya
gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang
sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh.
Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali
tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya
sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai

8
anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka
menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat
kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional
anak.
d. Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali
bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada
perkembangan emosional anak.
e. Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh
orang tua dan anak, biasanya orang tua berkonsultasi dengan para
ahli, misalnya dokter anak, psikiatri, psikolog dan sebagainya.
Dengan berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat melakukan
pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan
segala sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat
perkembangan mental dan emosional anak.
f. Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan
ketidakhadiran orang tua, keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan
kekacauan yang sering kali timbul. Sedangkan dari pihak orang tua
yang menyebabkan stres pada anak biasanya kurang perhatian orang
tua, sering kali mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan
jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu di luar kesanggupannya
menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta
berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan
berbagai aktivitas dalam masyarakat.5
3. Perkembangan Bahasa
Bahasa telah berkembang sejak anak berusia 4-5 bulan. Orang tua
yang bijak selalu membimbing anaknya untuk belajar berbicara mulai
dari yang sederhana sampai anak memiliki keterampilan berkomunikasi

5
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004), hlm. 110-111.

9
dengan mempergunakan bahasa. Oleh karena itu bahasa berkembang
setahap demi setahap sesuai dengan pertumbuhan organ pada anak dan
kesediaan orang tua membimbing anaknya.
Fungsi dan tujuan berbicara antara lain, sebagai pemuas
kebutuhan, sebagai alat untuk menarik orang lain, sebagai alat untuk
membina hubungan sosial, sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri,
untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain, untuk
mempengaruhi perilaku orang lain.
Potensi anak berbicara didukung oleh beberapa hal. Yaitu,
kematangan alat berbicara, kesiapan mental, adanya model yang baik
untuk dicontoh oleh anak, kesempatan berlatih, motivasi untuk belajar
dan berlatih dan bimbingan dari orang tua. Di samping adanya berbagai
dukungan tersebut juga terdapat gangguan perkembangan berbicara bagi
anak, yaitu anak cengeng, anak sulit memahami isi pembicaraan orang
lain.
4. Perkembangan Moral, Sosial, dan Sikap, yaitu:
a. Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa selain memberikan
bimbingan juga harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam
masyarakat dengan tepat, dan dituntut menjadi teladan yang baik bagi
anak, mengembangkan keterampilan anak dalam bergaul dan
memberikan penguatan melalui pemberian hadiah kepada ajak
apabila berbuat atau berperilaku yang positif.
b. Terdapat bermacam hadiah yang sering kali diberikan kepada anak,
yaitu yang berupa materiil dan non materiil. Hadiah tersebut
diberikan dengan maksud agar pada kemudian hari anak berperilaku
lebih positif dan dapat diterima dalam masyarakat luas.
c. Fungsi hadiah bagi anak, antara lain memiliki nilai pendidikan,
memberikan motivasi kepada anak, memperkuat perilaku dan
memberikan dorongan agar anak berbuat lebih baik lagi.Fungsi

10
hukuman yang diberikan kepada anak adalah fungsi restruktif, fungsi
pendidikan, sebagai penguat motivasi.
d. Syarat pemberian hukuman adalah segera diberikan, konsisten,
konstruktif, impresional artinya tidak ditujukan kepada pribadi anak
melainkan kepada perbuatannya, harus disertai alasan, sebagai alat
kontrol diri, diberikan pada tempat dan waktu yang tepat.6

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Karakteristik Siswa SD/MI


1. Faktor Internal
Faktor internal ini dipengaruhi oleh unsur kognitif dan fisiologis
otak. Kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan
yang membimbing tingkah laku anak. Asfek kognitif merupakan sisi
internal yang bertanggungjawab atas proses pembelajaran. Dengan
kemampuan kognitif ini anak dipandang sebagai individu yang secara
aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia.
Faktor internal lain dari dalam diri siswa digambarkan oleh Teori
Quantum Learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik
berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan penelitian yang disebutnya
suggestology. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti
mempengaruhi hasil situasi belajar. Teori yang akhirnya dikembangkan
oleh DePorter ini menunjukkan bahwa siswa punya modal tinggi untuk
mempelajari banyak hal dengan mengandalkan apa yang ada di antara
telinga kanan dan kiri, yaitu otak. Teori ini juga mengidentifikasi
kecenderungan belajar siswa yang berbeda-beda. Perbedaan
kecenderungan gaya belajar itu antara lain:
a. Kinestetik/somatik : Belajar dengan bergerak dan berbuat
b. Auditori : Belajar dengan berbicara dan mendengar
c. Visual : Belajar dengan mengamati dan menggambarkan
6
Reni Akbar Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak, (Jakarta: Gramedia, 2001), hlm. 121.

11
d. VAK : Gabungan dari ketiga gaya belajar di atas.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini bisa berupa stimuli dari luar dirinya. “Menurut
Bandura, anak usia tingkat MI cenderung belajar dengan cara modeling,
yaitu mencontoh perilaku orang lain. Melalui interaksi social anak dapat
belajar melalui pengamatan (observation learning).”Maka teori ini dikenal
dengan nama Operant Conditioning.
Ada 4 elemen penting yang menurut Bandura perlu diperhatikan
dalam pembelajaran melalui pengamatan yaitu Atensi, Retensi, Motivasi,
dan Reproduksi.7

BAB III

7
Abdul Kadir Sahlan, Mendidik Perpekstif Psikologi, (Yogyakarta: Budi Utama, 2018), hlm.
20.

12
PENUTUP

A. Kesimpulan
Karakteristik siswa merupakan seluruh kondisi atau keadaan watak
yang nyata timbul dalam suatu tindakan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga dengan demikian, karena watak dan perbuatan manusia tidak akan
lepas dari kondrat dan sifat, serta bentuknya yang berbeda-beda antara
seorang dengan lainnya, maka tidak heran jika bentuk dan karakter siswa juga
berbeda-beda.
Perkembangan kognisi atau intelektual anak berjalan secara gradual,
bertahap dan berkelanjutan seiring bertambahnya umur. Walaupun dalam
perkembangan kognisi pada usia-usia tertentu memiliki pola umum, tetap ada
peluang bahwa sebagian anak menunjukkan perkembangan lebih awal dari
pola umum tersebut. Rata-rata umumnya perkembangan kognisi anak usia MI
berkisar antara 6-13 tahun mulai dari kelas satu sampai kelas enam.
Perkembangan siswa SD/MI terdiri dari yaitu Pertumbuhan Fisik atau
Jasmani, Perkembangan Intelektual dan Emosional, Perkembangan Bahasa,
dan Perkembangan Moral, Sosial, dan Sikap. Faktor internal ini dipengaruhi
oleh unsur kognitif dan fisiologis otak. Kemampuan kognitif merupakan
sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak. Asfek
kognitif merupakan sisi internal yang bertanggungjawab atas proses
pembelajaran. Dengan kemampuan kognitif ini anak dipandang sebagai
individu yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang
dunia.
Faktor eksternal ini bisa berupa stimuli dari luar dirinya. “Menurut
Bandura, anak usia tingkat MI cenderung belajar dengan cara modeling, yaitu
mencontoh perilaku orang lain. Melalui interaksi social anak dapat belajar
melalui pengamatan (observation learning).”Maka teori ini dikenal dengan
nama Operant Conditioning.

13
B. Saran
Demikianlah makalah yang telah saya susun. Saya berharap makalah
ini berguna sebagaimana mestinya dan dapat diterima dengan baik. Tapi,
sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekurangan, saya juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga kami sebagai
pemakalah dapat memperbaiki kekurangan dan mempertahankan kelebihan
yang ada pada makalah saya. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Sahlan. 2018. Mendidik Perpekstif Psikologi. Yogyakarta: Budi Utama

14
Reni Akbar Hawadi. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Gramedia
Syamsu Yusuf. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya
M. Surya, dkk. 1997. Kapita Selekta Pendidikan SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Doni Koesoema. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo
Ina Magdalena. 2020. Menjadi Desainer Pembelajaran di SD. Sukabumi: CV Jejak

15

Anda mungkin juga menyukai